KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO.

(1)

KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Zulfa Fauzia NIM 13111244011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

The imagination is more important than any knowledge

(Albert Einstein)

All our dreams can come true if we have courage to pursue them


(6)

PERSEMBAHAN

1. Ayah dan Ibu saya yang selalu mendukung setiap langkah dan cita- cita. 2. Prodi PGPAUD 2013 yang telah banyak memberikan pengalaman, bantuan,

semangat, dan dorongan saya untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Agama, Bangsa, dan Negara.


(7)

KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO

Oleh Zulfa Fauzia NIM 13111244011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah persentase kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dalam bentuk deskriptif. Terdapat 7 TK yang menjadi populasi, dari populasi ini terbagi menjadi 11 kelas kelompok B dengan jumlah 250 anak. Sejumlah 87 anak yang akan dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan teknik observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa warna yang disukai anak dalam mewarnai gambar pada kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo adalah warna merah dengan rata- rata sebesar 80,17% dengan keterangan sifat yang ikut teramati yaitu gembira, ramah, dan riang. Pada warna jingga dengan rata- rata sebesar 83,05% dengan keterangan sifat yang ikut teramati yaitu sifat kehangatan, semangat, dan antusias. Dan pada warna kuning dengan rata- rata sebesar 79,89% dengan keterangan sifat berani, agresif, dan energik. Kesukaan warna tersebut dapat dilihat dari hasil mewarnai objek gambar seperti rumah, tumbuhan, hewan, dll dengan menggunakan krayon sebagai alat mewarnainya.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini skripsi yang berjudul “Kesukaan Pemilihan Warna dalam Mewarnai Gambar pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo” dapat terselesaikan tepat waktu guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, dukungan, kerjasama, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk kuliah di kampus yang penuh dengan gudang ilmu ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi.

3. Ketua Jurusan PAUD yang telah memberikan saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Harun, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Rina Wulandari, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing dalam menyusun skripsi dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah TK Aisyiyah Slanggen, TK PKK Tunas Harapan, dan TK Masyithoh Budi Lestari yang telah memberikan ijin penelitian dan sambutan yang sangat hangat di TK yang dipimpin.


(9)

mendoakan, dan menasehati dengan penuh kesabaran.

7. Mas Nugroho Sulistya yang selalu sabar menemani kemanapun dan kapanpun dalam mencari referensi buku, memberi masukan dalam mengolah data, dan memotivasi serta mendukung saya.

8. Teman-temanku satu angkatan PG-PAUD 2013 yang selalu berjuang bersama. 9. Sahabatku tersayang kelompok calon istri muslimah Rumpik dan Kelompok

Opera Anak Cihuiy serta teman-teman KKN Warungboto dan PPL TK ABA Demakan yang selalu memotivasi, memberikan bantuan, dan kasih sayang. 10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini banyak memberi manfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin.

Yogyakarta, 11 April 2017 Penulis


(10)

DAFTAR ISI hal HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah... B.Identifikasi Masalah... C.Batasan Masalah... D.Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian...

BAB II KAJIAN TEORI

A. Mewarnai... 1. Pengertian Mewarnai... 2. Alat Mewarnai AUD... 3. Manfaat Kegiatan Mewarnai Bagi AUD... B. Menggambar/ Melukis... 1. Pengertian Menggambar...

i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv 1 8 9 9 9 9 10 10 10 12 15 15


(11)

2. Jenis- Jenis Menggambar... 3. Bahan dan Peralatan Menggambar... 4. Teknik Menggambar... C. Warna...

1. Asal Mula Arti Warna... 2. Fisiologi Warna... 3. Pengembangan Warna... 4. Pengertian Warna... 5. Proses Terjadinya Warna ... 6. Teori Warna... 7. Fungsi Warna... 8. Arti Warna... D. Emosi Anak Usia Dini...

1. Pengertian Emosi AUD... 2. Jenis Emosi AUD... 3. Perkembangan Emosi AUD... E. Kerangka Pikir Penelitian...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian... B. Tempat dan Waktu Penelitian... C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... D. Populasi dan Sampel... 1. Populasi... 2. Sampel... E. Teknik dan Insrumen Pengumpulan Data... 1. Teknik Pengumpulan Data... 2. Instrumen Pengumpulan Data... F. Validitas dan Reliabilitas...

1. Validitas... 16 17 18 18 18 20 22 23 25 26 35 36 49 49 50 51 56 58 58 59 60 60 61 62 62 63 63 63


(12)

2. Reliabilitas... G. Teknik Analisis Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian... 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian... 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian... B.Pembahasan Hasil Penelitian... C.Keterbatasan Penelitian...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan... B.Saran...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... .

64 64

66 66 69 83 96

98 98

101 104


(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1.

Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian... Populasi TK B Gugus I Timbulharjo... Sampel TK B Gugus I Timbulharjo... Kisi-Kisi Penlilaian... Lembar penilaian... Hasil Persentase Warna Panas Merah... Hasil Persentase Warna Panas Jingga... Hasil Persentase Warna Panas Kuning... Hasil Persentase Ketiga Warna Panas...

59 60 61 63 63 78 79 80 82


(14)

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar10. Gelombang Elektromagnetik... Pembagian Warna Breswster... Diagram Lingkaran Warna oleh Herbert Ives... Susunan HUE Berdasarkan Klasifikasi Warna... Karakter Warna... Laras Harmonis dan Laras Kontras... Histogram Histogram Warna Panas pada Warna Merah dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... Histogram Histogram Warna Panas pada Warna Jingga dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... Histogram Histogram Warna Panas pada Warna Kuning dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... Histogram Histogram Ketiga Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... hal 25 26 27 29 29 31 79 80 81 83


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1.

Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.

Surat Ijin Penelitian... Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... Pedoman Rubrik Penilaian... Data Subjek Penelitian... Data Hasil Penelitian... Recana Kegiatan Harian... Foto Kegiatan Penelitian...

105 108 112 116 121 138 155


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan melukis/menggambar dan mewarnai ternyata merupakan kegiatan yang berbeda. Terbukti pada saat anak mewarnai, anak memilih warna akan dia gunakan untuk mengisi gambarnya sesuai dengan objek yang dilihatnya (kongkrit). Sedangkan pada saat anak menggambar maka anak akan memilih warna yang akan digunakannya sesuai dengan keinginan atau imajinasinya. Menurut Sumanto (2005) mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Seperti halnya menurut pendapat Hajar Pamadhi (2017) yang menyatakan bahwa mewarnai merupakan proses memberi warna suatu media yang sudah bergambar sesuai dengan objek atau contoh yang diberikan.

Menggambar menurut Sumanto (2005: 47) adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Menggambar adalah proses mengungkapkan ide, angan- angan, perasaan, pengalaman dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu. Menggambar dan mewarnai merupakan dua proses yang berbeda, terbukti pada saat anak mewarnai, anak memilih warna akan dia gunakan untuk mengisi gambarnya sesuai dengan objek yang dilihatnya (kongkrit). Sedangkan pada saat anak menggambar maka anak akan memilih warna yang akan digunakannya sesuai dengan keinginan atau imajinasinya.


(17)

2

Dalam melakukan kegiatan mewarnai gambar, ternyata terdapat perbedaan pula saat pemilihan warna yang disukai oleh anak-anak yang bertempat tinggal di kota dengan anak yang bertempat tinggal di desa. Anak-anak yang bertempat tinggal di kota cenderung untuk memilih warna yang bebas, berani, dan bermotif. Sedangkan anak-anak yang bertempat tinggal di desa cenderung memilih warna yang apa adanya dan anak yang tinggal di desa tidak menunjukkan keberanian yang lebih dalam memilih warna seperti anak-anak yang tinggal di kota yang disebut

psycohomeostatis.

Menurut Slamet Suyanto (2005: 25) tujuan pembelajaran seni adalah membantu anak mengekspresikan diri melalui seni yang dapat meningkatkan kreatifitas anak dengan mewujudkan imajinasinya dalam seni, melatih anak untuk mencintai keindahan, kerapian, dan keteraturan, memberi kesempatan anak untuk mengenal berbagai benda, warna, bentuk, dan tekstur secara kreatif dalam karya seni, dapat melatih otot-otot halus seperti otot-otot jari tangan dan melatih koordinasi antara tangan dan mata. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan seni untuk anak usia dini adalah membantu anak dalam mengungkapkan sesuatu yang mereka ketahui, perasaan pada anak dan dapat mengungkapkan pada sebuah karya seni yang bermakna.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dikarenakan saat peneliti mengobservasi dan mewawancarai guru di beberapa TK di Gugus I Timbulharjo, didapatkan data bahwa hampir semua TK yang ada di Gugus I Timbulharjo terdapat kegiatan mewarnai dihampir setiap harinya. Guru-guru di TK Gugus I Timbulharjo berkata bahwa mewarnai gambar sudah merupakan suatu menu makanan camilan


(18)

3

wajib untuk mereka. Hampir seluruh kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan media lembar kerja anak (LKA) dengan pembelajaran klasikal atau kelompok, maka untuk mengantisipasi anak yang sudah menyelesaikan kegiatan yang diberikan oleh guru sambil menunggu temannya yang lain, maka guru selalu mengarahkan anak-anak didiknya untuk mewarnai gambar tersebut. Kebetulan saat peneliti mengobservasi hasil karya anak sebelum melakukan penelitian, ternyata warna yang disukai anak di TK Gugus I Timbulharjo dan muncul dalam mewarnai gambarnya ialah warna-warna panas.

Warna adalah suatu bentuk cahaya atau radiasi gelombang elektromagnetik, yang dihasilkan dari cahaya matahari yang berwarna putih. Mata manusia dapat melihat warna setelah cahaya matahari melewati sebuah prisma yang membiaskan dan memisahkan cahaya tersebut menjadi 7 (tujuh) frekuensi gelombang cahaya yang berbeda yaitu: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Seseorang bisa melihat warna berkat adanya cahaya yang masuk ke mata. Untuk itu manusia tidak bisa melihat warna dalam ruang yang gelap tanpa cahaya (Skinner V.J, 2001).

Kita hidup dapat melihat dunia yang luas dan beragam, dunia ini tampak sangat indah karena adanya warna, warna merupakan hal yang dapat kita lihat tapi tidak bisa kita rasakan. Warna itulah yang menyebabkan dunia terlihat berwarna-warni. Warna sekarang pun sudah terbagi menjadi bermacam macam. Dan terus mengalami pengembangan hingga saat kini. Warna pun sudah diteliti dan digunakan dari 2000 tahun yang lalu. Warna memiliki banyak sekali fungsi. Banyak orang yang mengenal warna, tapi tidak mengetahui dari mana warna berasal, apa saja macamnya, dan apa saja arti dari sebuah warna dalam kaitan dengan emosi.


(19)

4

Warna juga merupakan salah satu unsur penting dalam desain interior karena warna dapat menciptakan suasana ruang yang berkesan kuat, menyenangkan sehingga secara psikologi dapat memberi pengaruh emosional terhadap penggunanya (Pile, 1995).

Menurut Sarwo Nugroho (2015), ditinjau secara subyektif atau psikologis, penampilan warna dapat diberikan ke dalam hue (rona warna atau corak warna),

value (keterangan atau gelap-terang warna, tua-muda warna), dan chroma (murni- kotor warna, cemerlang-suram warna, cerah-redup warna, intensita warna). Dan dari sifat khas dalam chroma, maka warna dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori warna panas/hangat dan kategori warna dingin. Warna–warna yang berdekatan dengan warna merah dan jingga digolongkan warna panas/hangat, sedangkan warna-warna yang berdekatan dengan warna biru sampai berpuncak pada warna biru kehijauan digolongkan warna dingin (Gon.H, dkk, 2008). Dilihat dari efek psikologi kedua kategori warna tersebut dapat mempengaruhi psikologi manusia yang melihat. Efek psikologi golongan warna hangat seperti merah dapat membangkitkan energi, aktif, antusias, bersemangat, meningkatkan aliran darah. Tetapi kalau penerapan warna merah terlalu banyak dapat merangsang kemarahan dan agresivitas. Sementara itu, efek psikologi warna dingin seperti biru dapat menimbulkan perasaan tenang, sejuk, tentram, hening dan damai, tapi hati-hati menerapkan warna biru dalam desain interior karena warna biru terlalu dominan bisa menimbulkan kelesuan.

Warna hitam (Lüscher, 1984: 84) identik dengan penolakan sesuatu hal, melambangkan keterbuangan, penyerahan atau pelepasan secara keseluruhan dan


(20)

5

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap setiap pasangan warna dalam satu kelompok. Di lapangan, peneliti mengamati seorang anak yang suka bermain fisik dengan teman sebayanya sendiri seperti memukul, menendang, dan berkata kasar. Anak tersebut sangat menyukai warna hitam, segala sesuatu kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan warna, dia selalu menggunakan warna hitam. Saat peneliti menyarankan anak tersebut untuk berganti warna dengan warna yang lain selain hitam dengan alasan warna hitam telah habis, anak tersebut lalu merebut warna hitam temannya yang lain dan tetap bersikukuh ingin menggunakan warna hitam.

Pada saat peneliti mewawancarai teman-teman anak tersebut didapatkan hasil bahwa tak ada anak yang mau menjadi teman anak tersebut karena dia tak pernah mau bermain dengan mereka. Anak tersebut selalu bermain sendiri. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelasnya didapatkan bahwa anak tersebut memang susah sekali untuk diatur dan melakukan segala hal sesuai dengan keinginannya sendiri. Namun jika teman anak tersebut melawannya maka dia akan membalas dengan sekuat tenaga, menjerit lalu menangis.

Sedangkan menurut Lüscher (1984: 84) warna kuning secara simbolis sama dengan ucapan selamat datang yang hangatnya seperti sinar matahari, cita- cita setinggi langit, semangat yang penuh kecerahan, dan kegembiraan. Di lapangan peneliti mengamati seorang anak yang sangat menyukai warna kuning dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, memakai tas berwarna kuning, dan sampul buku tulis yang didominasi warna kuning. Anak itu selalu tersenyum dan terlihat

enjoy dalam melakukan segala kegiatan pembelajaran, selalu menghibur temannya yang sedang sedih dan melerai temannya yang sedang berkelahi. Salah satu


(21)

6

kejadian yang peneliti sempat amati adalah anak yang menyukai warna kuning ini melerai temannya yang sedang berkelahi dengan anak yang menyukai warna hitam yang telah peneliti deskripsikan, lalu anak penyuka warna kuning ini menghibur teman-temannya tadi.

Pada saat peneliti mewawancarai teman-teman anak tersebut didapatkan hasil bahwa semua anak menyukai dia dan merasa senang bila berada di dekatnya. Anak-anak tersebut berkata bahwa dia tak pernah marah dan menangis. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelasnya didapatkan bahwa dia memang dianggap lebih dewasa daripada teman-temannya walaupun umur mereka sama, namun sifatnya yang dewasa lebih terlihat daripada teman yang lain.

Ilmu tentang warna disebut chromatics. Teori warna sudah dikembangkan oleh Alberti (1435) dan diikuti oleh Leonardo da Vinci (1490). Teori warna mulai mendapat perhatian serius setelah dikembangkan oleh Sir Isac Newton (1704). Pada awalnya teori warna dikembangkan dengan warna dasar merah, kuning dan biru (red, yellow, blue atau RYB). Pencampuran warna dari warna dasar tersebut sudah dikembangkan oleh beberapa ahli seperti Sir Isaac Newton (1704) yang melakukan percobaan dengan prisma kaca dan mengungkapkan bahwa cahaya putih terdiri dari warna pelangi (warna spektrum). Lalu J. C. Le Blon (1731) menemukan bahwa warna utama merah, kuning dan biru dari pigmen. Hal tersebut merupakan permulaan teori RYB atau “merah kuning biru” sebagai warna utama. Hermann von helmholzt dan James Clerk Maxwell (1790) mendasarkan warna pada cahaya matahari dan bertumpu pada hukum-hukum fisika. Johann Wolfgang von Goethe (1810) menggolongkan warna menjadi dua warna utama yaitu kuning


(22)

7

(berhubungan dengan kecerahan) dan biru (dengan kegelapan). Michel Eugene Chevreul (1824) yang merupakan direktur utama perusahaan permadani di Perancis ini mengembangkan teori ’merah kuning biru’. The laws of simultaneous Contrast of color (1839) mencetuskan teori harmoni khususnya pada warna tekstil. Sir David Brewster (1831) menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral.

Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dan sebagainya. Pemilihan warna adalah satu hal yang sangat penting dalam menentukan respons dari calon pemakai/siswa. Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh seseorang (terutama warna background). Warna akan membuat kesan atau mood untuk keseluruhan gambar/grafis. Warna merupakan unsur penting dalam grafis karena dapat memberikan dampak psikologis kepada orang yang melihat. Warna mampu memberikan sugesti yang mendalam kepada manusia. Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya “Creating Color Scheme” membuat

daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis kepada pemirsanya (Kusrianto, 2007: 47).

Dari berbagai macam teori warna peneliti akan mengamati mengenai kesukaan pemilihan warna pigmen dalam mewarnai gambar di TK Gugus I Timbulharjo pada kelompok B dengan menggunakan krayon sebagai alat tesnya. Peneliti akan mengamati persentase anak yang memunculkan warna pigmen


(23)

8

kesukaannya dalam kegiatan mewarnai gambar. Maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang “Kesukaan Pemilihan Warna dalam Mewarnai Gambar pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo”.

B.Identifikasi Masalah

1. Kegiatan mewarnai gambar berbeda dengan kegiatan melukis.

2. Warna pigmen yang disukai anak untuk mewarnai gambar dengan menggunakan krayon pada anak yang berada di lingkungan pedesaan berbeda dengan warna yang disukai anak yang berada di lingkungan perkotaan.

3. Anak yang suka memukul temannya sangat menyukai warna hitam.

4. Anak yang selalu terlihat ceria serta menghibur temannya sangat menyukai warna kuning.

5. Hampir setiap hari ada kegiatan mewarnai gambar di TK Gugus I Timbulharjo. 6. Dari hasil observasi peneliti kebetulan warna yang disukai anak di TK Gugus I

Timbulharjo dan muncul dalam mewarnai gambarnya ialah warna- warna panas.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan dalam penelitian ini dibatasi pada identifikasi masalah nomor satu, dua, lima, dan enam.


(24)

9

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Berapakah persentase kesukaan pemilihan warna yang muncul dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo?”

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jumlah persentase kesukaan pemilihan warna yang muncul dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo.

F. Manfaat 1. Secara Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil persentase jumlah kesukaan pemilihan warna yang muncul dalam mewarnai gambar pada anak bagi para praktisi pendidikan, khususnya bagi sekolah, dan guru khususnya dalam hal pengamatan maupun penilaian untuk anak sebagai bantuan tindakan selanjutnya.

2. Secara Teoritis

Secara teoritis dari penelitian ini dapat menambah data tentang persentase jumlah kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar di TK Gugus I Timbulharjo.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Mewarnai

1. Pengertian Mewarnai

Menurut Sumanto (2005) mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.

2. Alat Mewarnai AUD

Agar dapat mewarnai sebuah gambar dengan baik dan terlihat rapi, kita harus mengenal alat mewarnai gambar yang akan digunakan sehingga kita tahu harus menggunakan alat mewarnai yang mana yang tepat, oleh karena itu pada kesempatan ini kita akan belajar mengenal tentang macam-macam alat untuk mewarnai gambar beserta kelebihan dan kekurangannya.

a) Krayon

Krayon adalah sebuah alat untuk mewarnai gambar yang terbuat dari campuran lilin warna, air dan juga kapur. Krayon sangat mudah digunakan maka itu anak-anak TK biasanya mewarnai menggunakan krayon. Di samping itu kelebihan krayon adalah krayon memiliki warna - warna yang cerah dan dapat digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar yang luas dengan mudah dan merata. Kekurangannya adalah, krayon lebih sulit digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar yang sempit atau kecil.


(26)

b) Pensil Warna

Pensil adalah sebuah alat tulis yang terbuat dari campuran grafit dan tanah liat yang dibungkus dengan kayu atau plastik, agar berwarna maka campuran-nya ditambah dengan pigmen warna. Kelebihan menggunakan pensil warna adalah dapat mewarnai sebuah bidang gambar dengan lebih detil, akan tetapi apabila mewarnai sebuah bidang gambar yang luas dengan pensil warna dibutuhkan sebuah kesabaran ekstra karena daya tulisnya yang kecil dan lebih tipis.

c) Spidol

Spidol adalah alat mewarnai gambar yang terbuat dari campuran tinta khusus warna yang ditambahkan alkohol kemudian disimpan dalam sebuah wadah berbentuk busa dan dibungkus dengan plastik keras dan di bagian ujung-nya diberi busa padat sebagai tempat keluarnya tinta tersebut. Spidol sangat mudah menguap bila dibiarkan cukup lama tanpa penutup, tinta spidol juga bisa menembus sisi belakang kertas kalau pewarnaan-nya terlalu tebal dan lebih boros dari pada krayon atau pensil warna tetapi spidol memiliki warna-warna yang jauh lebih cerah dari pada krayon atau pensil warna. Mewarnai dengan spidol juga lebih cepat dari pada menggunakan pensil warna walaupun sama-sama menggunakan ujung yang kecil dan runcing.

d) Cat Air

Cat air terbuat dari campuran pigmen serbuk warna, gum arab dan gliserin atau madu dan pada saat akan digunakan dicampur dengan air sebagai media pelarutnya. Kelebihan menggunakan cat air selain memiliki banyak sekali variasi warna adalah sangat cepat digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar yang


(27)

luas dan cepat sekali mengering. Akan tetapi untuk menggunakan cat air sebagai alat mewarnai sebuah gambar dibutuhkan keahlian khusus, terutama untuk mewarnai di bagian gambar yang bidang warnanya kecil, untuk menggunakan cat air juga dibutuhkan alat tambahan yaitu kuas kecil.

3. Manfaat Kegiatan Mewarnai Bagi AUD

Menurut Rusdarmawan (2009) manfaat kegiatan mewarnai bagi AUD ialah: a) Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat

terapeutik (sebagai permainan penyembuh/ “therapeutic play”).

b) Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.

c) Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia dini, karena menggunakan media kertas gambar dan crayon.

d) Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.

e) Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative.

f) Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit. Anak-anak bisa belajar banyak hal dari kegiatan


(28)

mewarnai. Mereka sering belajar dengan baik ketika suatu pelajaran diajarkan dengan cara bermain.

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari kegiatan mewarnai yang di lakukan oleh anak- anak:

a) Mengembangkan keterampilan motorik

Ketika seorang anak mewarnai sering tidak dianggap sebagai pelajaran yang membangun keterampilan. Namun, mewarnai adalah kegiatan yang bagus untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus mereka. Pengembangan yang tepat dari keterampilan motorik halus mereka akan membantu anak-anak dikemudian hari ketika mereka belajar hal-hal seperti menulis, berpakaian dan mampu makan sendiri. Sering kali mewarnai adalah pengalaman pertama dalam belajar memahami alat tulis. Seorang anak belajar bagaimana mengkoordinasi tangan dan mata untuk fokus pada garis-garis dalam kertas mewarnai.

b) Pemahaman pelajaran

Para ahli percaya bahwa anak-anak belajar dengan baik melalui bermain. Sebuah kegiatan mewarnai sederhana dapat membantu pemahaman pelajaran yang diajarkan di kelas. Para guru pendidikan anak usia dini sering memberikan lembar mewarnai yang fokus pada huruf, bentuk dan angka. Tanpa disadari anak-anak bahwa mereka juga sudah belajar dengan lembar kegiatan mewarnai. Anak-anak juga dapat belajar pengenalan warna dan bagaimana menggunakan warna.


(29)

c) Ekspresi diri

Beberapa anak-anak sering mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka. Mewarnai dapat mengeluarkan ekspresi perasaan mereka dan mengungkapkan pikiran mereka dengan sangat bebas. Mewarnai juga dapat menjadi cara yang bagus untuk seorang anak bersantai setelah seharian sibuk dengan kegiatan mereka. Menggambar bebas juga dapat membantu mengembangkan imajinasi anak.

d) Belajar konsentrasi

Memperkenalkan kegiatan mewarnai pada anak dapat membantu mereka belajar bagaimana untuk berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugas. Seorang anak akan sangat senang saat mereka berhasil menyelesaikan sebuah tugas. Selain itu, ketika seorang anak fokus pada tugas dan berhasil menyelesaikan kegiatan mewarnainya dia akan merasa bangga. Penyelesaian tugas mewarnai juga mengajarkan anak nilai kerja keras dan dedikasi. Ketika konsentrasi anak meningkatkan mereka akan dapat lebih fokus pada tugas-tugas lain yang lebih kompleks seperti matematika.

e) Terampil dalam mengambil keputusan

Memberikan anak-anak suatu kegiatan mewarnai membantu mereka mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan mereka. Ketika menyelesaikan lembar mewarnai anak-anak dapat memutuskan apa warna yang akan digunakan dan kemana arah gambar. Seorang anak juga dapat membuat keputusan apakah ingin menyelesaikan kegiatannya atau tidak.


(30)

B. Menggambar/ Melukis 1. Pengertian Menggambar

Menurut Sumanto (2005: 47) menggambar (drawing) adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Menggambar adalah proses mengungkapkan ide, angan- angan, perasaan, pengalaman dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu. Hasil kegiatan tersebut disebut gambar (picture). Secara luas menggambar adalah kegiatan berkarya (membuat gambar) yang berwujud dwimatra/ dua dimensi, sebagai perwujudan tiruan yang menyerupai sesuatu (orang, binatang, tumbuh- tumbuhan dan lainnya), termasuk juga lukisan, karya cetak, foto dan sejenisnya. Dalam arti sempit, menggambar adalah kegiatan untuk mewujudkan angan- angan (pikiran, perasaan) berupa hasil goresan benda runcing (pensil, pena, cayon, kapur, dan lain- lain) pada permukaan bidang datar (kertas, papan, dinding, dan sebagainya), yang hasilnya lebih mengutamakan tampilnya unsur garis.

Menggambar dibuat dengan maksud untuk tujuan tertentu, seperti menggambar rencana bangunan, menggambar peta, menggambar reklame, menggambar ilustrasi, dan sebagainya. Dalam hal ini kebebasan berekspresi dan penuangan ide tidaklah sebebas seperti dalam melukis. Menggambar cenderung terikat masalah ketepatan bentuk, motif, pola, ukuran, proporsi, kejelasan, kesan warna alamiah. Sedangkan melukis pada hakekatnya adalah kegiatan menggambar yang fungsinya mengarah pada ekspresi seni murni secara bebas individual dan tidak selalu terikat pada ketentuan- ketentuan sepertihalnya menggambar. Melukis


(31)

adalah proses pengungkapan ide/ gagasan melalui unsur pigmen/ warna di atas kanvas, sehingga ada yang menyatakan bahwa warna adalah unsur yang utama dalam karya lukisan.

Meskipun demikian tidaklah mudah untuk memisahkan perbedaan yang tegas antara gambar dengan lukisan, sebab dalam kenyataannya ada lukisan yang tidak berwarna sebaliknya ada gambar yang dibuat dengan memperhatikan penyelesaian unsur warna. Pada hakekatnya setiap pembuatan gambar mempunyai suatu tujuan tertentu, sehingga dihasilkan juga beragam jenis dan bentuknya. Diantara ada gambar yang dimaksudkan untuk mewujudkan pengalaman, pengamatan secara nyata, mewujudkan kejadian yang terlihat sekilas, mewujudkan ide khayalan, menjelaskan suatu peristiwa, objek, tempat, keadaan, untuk menghias, sebagai pedoman dan petunjuk untuk pembuatan barang/ benda, sebagai tanda, lambang dan sebagainya.

2. Jenis- Jenis Menggambar

Menurut Sumanto (2005), berdasarkan cara pembuatannya menggambar dapat dibedakan:

a) Menggambar secara bebas sesuai alat gambar yang digunakan tanpa memakai bantuan alat- alat mistar, jangka, dan sejenisnya. Hasilnya memiliki ciri bebas, spontan, kreatif, unik, dan bersifat individual.

b) Menggambar yang dibuat dengan bantuan peralatan mistar (penggaris, jangka, busur derajat, dll). Hasilnya memiliki ciri terikat, statis, dan tidak spontan. Dari cara pembuatan gambar tersebut dapat dihasilkan jenis- jenis gambar yaitu:


(32)

gambar bentuk, gambar ilustrasi, gambar ornament/ dekoratif, gambar reklame, gambar huruf hias, gambar kartun, karikatur, gambar mistar proyeksi, dll.

Dalam pembelajaran seni rupa di TK jenis menggambar yang bersifat bebas itulah yang dilatihkan. Antaralain menggambar bebas, menggambar imajinatif, mewarnai gambar, dan lainnya. Kreativitas yang dimaksudkan adalah kemampuan berolah seni rupa yang diwujudkan dengan keterampilan mengungkapkan ide, gagasan, pengalaman, pengamatan ke dalam goresan garis, bentuk, warna sesuai alat gambar yang digunakannya.

3. Bahan dan Peralatan Menggambar

Bahan atau bidang gambar yang dapat digunakan dalam menggambar yaitu kertas gambar, kertas karton, papan tulis, dan bidang datar lainnya. Untuk kertas gambar ada yang berupa lembaran lebar/ besar atau yang sudah dikemas dalam bentuk buku gambar dengan ukuran A3, A4, atau yang lebih kecil lagi. Adapun peralatan yang umumnya digunakan untuk menggambar adalah sebagai berikut. a) Pensil Hitam dan Pensil Warna

b) Crayon dan Pastel c) Tinta

d) Cat Air e) Cat Poster

f) Kuas dan Palet Gambar


(33)

Teknik penyelesaian gambar menurut Sumanto (2005: 51) ialah: a) Arsir

b) Dussel c) Stipel d) Sapuan e) Campuran f) Khusus

Teknik menggambar menurut Sumanto (2005: 53) ialah: a) Menggambar dengan Jari

b) Menggambar dengan Tiupan

c) Menggambar dengan Tarikan Benang d) Menggambar dengan Inkblot

e) Menggambar dengan Crayon/ Pastel f) Menggambar Ekspresi

g) Menggambar dengan Teknik Campuran

C. Warna

1. Asal Mula Arti Warna

Pada awal kehidupan, manusia dikendalikan oleh dua faktor yang ada di luar kekuasaannya yakni malam dan siang, gelap dan terang. Malam menciptakan suatu lingkungan yang mengharuskan manusia menghentikan kegiatannya. Mereka kembali ke guanya, menyelimuti tubuhnya dengan bulu lalu tidur atau memanjat sebatang pohon dan berbaring santai menunggu datangnya fajar. Siang hari


(34)

menciptakan suatu lingkungan di mana segala kegiatan dapat dilakukan. Mereka kembali ke tempat kerjanya atau berburu untuk mendapatkan makanan.

Malam membuat mereka menjadi pasif, tenang dan aktifitas metabolisme kelenjarnya menjadi pelan. Siang memungkinkan mereka melakukan kegiatan, suatu peningkatan pada kegiatan metabolis dan pengeluaran kelenjar yang lebih banyak. Ini berarti memberikan tenaga dan dorongan yang lebih besar padanya. Warna- warna dihubungkan dengan kedua keadaan ini adalah biru tua yakni warna langit di malam hari dan kuning terang dari cahaya siang.

Oleh karena itu menurut Lüscher (1984: 12) warna biru tua melambangkan keadaan sepi dan pasif, sedangkan warna kuning terang melambangkan harapan dan aktifitas. Tapi karena kedua warna ini melambangkan suasana malam dan siang, elemen keduanya merupakan faktor yang mengatur manusia dan bukan yang dapat dikontrolnya dan disebut warna “Heteronomous” yang berarti sesuatu yang diatur oleh kekuatan di luar kekuasaan manusia. Malam (biru gelap) mengharuskan manusia menghentikan kegiatannya dan memaksakan terciptanya ketenangan; siang (kuning terang) memungkinkan dilaksanakannya aktifitas, tapi tidak mengharuskannya.

Manusia primitif aktifitasnya biasanya hanya satu atau dua buah bentuk yaitu berburu dan menyerang atau diburu dan mempertahankan diri dari serangan aktifitas yang mengarah kepada penghancuran atau melindungi diri dari kehancuran.

Aksi ke luar dalam menyerang secara umum dilambangkan dengan warna merah, sedangkan pertahanan diri dilambangkan dengan warna hijau. Oleh karena


(35)

itu menurut Lüscher (1984: 13) baik menyerang (merah) maupun bertahan (hijau), sedikit sekali berada dalam kekuasaanya, maka kedua faktor ini disebut

“Autonomous” atau terjadi dengan sendirinya. Sebaliknya, karena menyerang merupakan aksi ke luar untuk memperoleh sesuatu, maka kegiatan ini dianggap aktif, sedangkan bertahan berhubungan dengan hal mempertahankan diri dianggap pasif.

2. Fisiologi Warna

Berdasarkan eksperimen psikologis, di mana seseorang disuruh memandang warna merah secara terus menerus untuk beberapa waktu, terbukti warna merah membangkitkan rangsangan pada susunan syaraf yaitu tekanan darah meningkat, keringat bertambah deras, dan debaran jantung semakin cepat (Lüscher, 1984: 13). Sedangkan warna biru terbukti dapat menurunkan tekanan darah, membuat debaran jantung dan tarikan napas menjadi lebih perlahan. Maka warna biru pekat memberikan pengaruh menenangkan dan bekerja terutama melalui bagian yang peka pada susunan syaraf otomatis (jaringan syaraf yang mengontrol seluruh bagian badan dan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu susunan syaraf pusat atau SSP dan susunan syaraf otonomis atau SSO).

Susunan syaraf pusat, dengan ketepatan yang wajar berhubungan langsung dengan faal tubuh dengan panca indera yang dikendalikan alam sadar. Sedangkan susunan syaraf otonomis, terutama yang berhubungan dengan faal tubuh yang tak dikendalikan alam sadar, bekerja atas dasar otonomis, bekerja sendiri. Debaran jantung, denyutan paru- paru, pencernaan makanan, atau semua proses rumit pada


(36)

tubuh manusia yang harus berlangsung terus tanpa harus diatur alam sadar adalah kelompok susunan syaraf otonomis.

Susunan syaraf otonomis terdiri dari dua kelompok yang sifat pekerjaannya berlawanan yakni, susunan syaraf sympathetic dan susunan syaraf parasympathetic.

Jaringan syaraf kedua ini menjurus ke masing- masing organ yang bergerak sendiri. Jantung, misalnya dalan keadaan normal berdenyut dalam batas- batas di antara kedua kelompok jaringan syaraf otonomis, tapi di bawah pengaruh psikis (misalnya rasa takut, marah, rangsangan). Susunan syaraf sympathetic bekerja lebih cepat daripada susunan syaraf parasympathetic dan denyutan jantung menjadi lebih cepat.

Dalam pengertian umum dapat dikatakan bahwa di bawah pengaruh rangsangan, tekanan dan hasrat yang meningkat, susunan syaraf sympathetic

mengatasi susunan syaraf parasympathetic. Susunan syaraf parasymphatetic

berfungsi mengembalikan syaraf kepada keadaan normal bila terjadi tekanan- tekanan dan merupakan kelompok susunan syaraf yang dominan pada susunan syaraf otonomis dalam keadaan tenang, senang, dan santai.

Sampai saat ini belum jelas diketahui dengan mekanisme syaraf yang mana warna dapat dilihat dan dikenal sebagai warna. Bila sebuah pertanyaan sederhana seperti, “bagaimanakah kita melihat warna?” melahirkan berbagai macam teori untuk memberi jawaban yang tepat, maka ada kemungkinan bahwa kita tidak mengerti apakah kita telah mengajukan pertanyaan yang salah atau keliru.

Namun, “teori kontras” atau “contrast theory” ahli fisiologi Hering kelihatannya selaras dengan data- data hasil penelitian tes warna Lüscher. Menurut


(37)

teori Hering “visual purple” merupakan suatu zat atau substansi yang terdapat dalam retina mata yang juga dikenal dengan nama “rhodopsin” dibersihkan dengan warna cerah dan kembali ke keadaan semula kalau dibawa ke tempat gelap. Ini berarti terang berefek katabolis (menghancurkan) sementara gelap berefek anabolis

(membangun, menumbuhkan kembali).

Menurut Hering, warna putih mengarahkan “visual purple” ke katabolis

dan mengembalkannya pada keadaan semula. Efek yang sama terjadi pada warna merah- biru dan kuning- biru yang mengakibatkan suatu “efek pertentangan” yang berlaku pada semua warna yang dinilai mempuyai sifat terang dan gelap.

3. Pengembangan Warna

Menurut Lüscher (1984: 15) bahwa seorang anak yang baru lahir mulai mengembangkan kemampuan melihat dengan memperhatikan warna kontras yaitu terang dan gelap, kemudian memperhatikan gerakan dan setelah itu bentuk dan rupa. Pengamatan terhadap warna merupakan tingkat terakhir dalam pengembangan ini. Jadi, perhatian terhadap warna kontras adalah tingkat paling awal dan bentuk yang paling sederhana dalam pengamatan dengan pengelihatan.

Pada manusia, pengertian yang sangat rumit menyangkut perasaanya, merupakan fungsi bagian otaknya yang lebih terpelajar yaitu cortex. Kemampuan mengenal dan membedakan bau suatu parfum dengan parfum lainnya adalah fungsi

cortex dan merupakan hasil dari latihan mengenali sesuatu barang. Reaksi instinktif

(naluriah) terhadap sesuatu bau yang tidak enak yang paling ringan ialah mengerutkan hidung, yang paling berat ialah rasa mual dan muntah. Hal ini bukanlah reaksi cortex tapi timbul di tengah- tengah bagian yang lebih sederhana


(38)

di otak yang berada lebih dekat ke pusat otak. Pada manusia zaman dahulu bagian ini lebih banyak bersekutu dengan otak.

Visi warna hubungannya sama erat dengan otak yang terpelajar maupun otak yang primitif. Hal ini dibuktikan oleh Becker (1953) bahwa ada satu jaringan syaraf yang langsung mengarah dari titik pusat retina ke pusat otak

(mesencephalon) dan bagian yang mengeluarkan hormon (pituitary system).

Pengenalan warna, identifikasinya, penamaan dan setiap reaksi estetis lainnya adalah fungsi cortex. Oleh karena itu lebih cenderung merupakan hasil dari pengembangan dan pendidikan daripada aktibat naluriah atau jawaban dari suatu reaksi. Sebaliknya, fungsi visual yang refleksif dan naluriah menelusuri jaringan syaraf, sesuai dengan teori Becker, menuju bagian pusat otak yang jauh lebih primitif. Sistem bekerjanya sesuai dengan teori kontras dan mempengaruhi susunan fisik serta kelenjar melalui lender dalam suatu mekanisme yang belum diketahui jelas.

4. Pengertian Warna

Warna adalah salah satu unsur seni rupa yang paling mudah ditangkap oleh indera mata jika terdapat cahaya. Warna juga merupakan salah satu unsur pokok dalam karya seni rupa karena segala sesuatu pengungkapan itu selalu menggunakan warna (Ida Siti Herawati: 1976).

Warna adalah suatu proses yang terjadi dimana cahaya mengenai suatu benda. Setiap orang pasti menyukai warna karena kehadiran warna mampu memberikan keindahan dan nilai estetika. Selain itu, warna juga dianggap memiliki pengaruh terhadap psikologi seseorang. Umumnya orang akan memilih warna


(39)

sesuai dengan karakter masing-masing sehingga warna favorit seseorang terkadang tidak sama. Warna begitu bermanfaat dalam kehidupan manusia. Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer (Edupaint, 2011).

Warna dapat didefinisikan secara objektif/ fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan atau secara subjektif/ psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan (Wong, 1986: 67). Secara objektif/ fisik, warna dapat diperikan oleh panjang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang nampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energy yang merupakan bagian yang sempit dan gelombang elektromagnetik.

Cahaya yang dapat dilihat oleh indra manusia mempunyai panjang gelombang 380 sampai 780 nanometer. Cahaya antara dua jarak nanometer tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna- warni pelangi yang disebut “spektrum” atau warna cahaya, mulai berkas cahaya ungu, violet, biru, hijau,

kuning, jingga, hingga merah. Di luar cahaya ungu/ violet, terdapat gelombang ultraviolet, sinar X, sinar gamma, dan sinar cosmic yang barangkali merupakan inti dari matahari. Di luar cahaya merah terdapat gelombang- gelombang atau sinar inframerah, gelombang Hertz, gelombang radio pendek, dan gelombang radio panjang yang banyak digunakan untuk pemancaran radio dan TV.

Secara subyektif/ psikologis, penampilan warna dapat diberikan ke dalam hue (rona warna atau corak warna), value (keterangan atau gelap- terang warna,


(40)

tua- muda warna), dan chroma (murni- kotor warna, cemerlang- suram warna, cerah- redup warna, intensitas warna). Sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan, warna merupakan pantulan cahaya dari sesuatu yang nampak, yang diterima mata berupa: cat, tekstil, batu, tanah, daun, kulit, rambut, dan lain- lain yang disebut “pigmen” atau warna badan (Sarwo Nugroho, 2015: 23).

5. Proses Terlihatnya Warna

Proses terlihatnya warna adalah dikarenalan adanya cahaya yang menimpa suatu benda dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) sehingga terlihatlah warna, terkecuali orang yang buta warna. Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan warna merah dan menyerap warna pelangi lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna pelangi. Sebaliknya, suatu benda yang berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna pelangi atau semua panjang gelombang.

Gambar 1. Gelombang Elektromagnetik 6. Teori Warna

Berbicara tentang warna tidak akan terlepas dari teori-teori warna yang dinyatakan oleh beberapa ahli berikut ini:


(41)

a) Teori Sir Isaac Newton (1642-1727)

Dari pencobaannya, Newton menyimpulkan bahwa apabila dilakukan pemecahan warna spektrum dari sinar matahari, ditemukan warna-warna yang beraneka ragam meliputi merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu warna-warna ini sering disebut dengan mejikuhibiniu. Warna-warna tersebut bisa kita lihat ketika muncul pelangi setelah hujan reda.

b) Teori Brewster

Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna Bewster. Lingkaran warna Brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.


(42)

1) Warna primer: Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning.

2) Warna sekunder: Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.

3) Warna tersier: Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.

4) Warna netral: Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

Rumus yang diperoleh dari Teori Brewster tersebut oleh Herbert Ives disempurnakan menjadi skema lingkaran warna. Sampai sekarang skema/diagram lingkaran warna banyak digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia seni rupa.

Gambar 3. Diagram Lingkaran Warna oleh Herbert Ives Warna Panas dan Dingin


(43)

Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau.

c) Teori Munsell

Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standar warna untuk aspek fisik dan psikis. Berbeda dengan Newton dan Brewster, Munsell mengatakan warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila. Warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut dapat kita lihat dari semua benda yang dipakai oleh manusia, semua peralatan, pakaian, bahkan alam disekeliling kita merupakan benda yang berwarna. d) Teori Prang

Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi:

1) Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb.

Susunan hue berdasarkan klasifikasi warna yaitu warna- warna primer hasilnya kontras, kuat, tajam, birilian, tetapi nampak kurang menyatu karena masing- masing warnanya saling tidak ada hubungan sehingga kurang harmonis. Susunan warna sekunder hasilnya sedikit kurang kontras dan sedikit kurang


(44)

tajam karena warna- warnanya merupakan campuran dua warna primer, namun sedikit ada harmoni. Susunan warna tersier hasilnya semakin tidak kontras dan sedikit gelap, namun nampak menyatu dan harmonis karena masing- masing warnanya saling ada hubungan. Susunan warna kuarter hasilnya samar- samar kegelapan dan sama sekali tidak kontras, tetapi nampak harmonis.

Gambar 4. Susunan HUE Berdasarkan Klasifikasi Warna (Henry, 1998: 238)


(45)

Warna Panas:

K = Kuning (Yellow)

KO = Kuning Oren (Deep Yellow)

O = Oren (Orange)

MO= Merah Oren (Red)

M = Magenta Warna Dingin: U = Ungu (Violet)

BU= Biru Ungu (Blue)

B = Biru (Cyan)

BH = Biru Hijau (Light Green)

H = Hijau (Green)

Warna Hangat:

KH= Kuning Hijau (Moon Green)

MU= Merah Ungu (Purple)

Macam- macam kontras warna (kontras hue): a. Kontras Komplementer

Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180̊) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru.


(46)

b. Kontras Split Komplementer

Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180̊). Misalnya jingga memiliki hubungan split komplementer dengan hijau kebiruan.

c. Kontras Triad Komplementer

Adalah tiga warna di lingkaran yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60̊.

d. Kontras Tetrad Komplementer

Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90̊).

Gambar 6. Laras Harmonis dan Laras Kontras Hue (Henry, 1998: 241)

2) Value

Adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna disebut juga dengan istilah brightness atau tingkat keterangan warna. Value merupakan nilai


(47)

gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya. Value dapat pula disebut suatu gejala cahaya yang menyebabkan perbedaan pancaran warna suatu objek. Value adalah alat untuk mengukur derajat tingkat keterangan suatu warna yaitu seberapa terang atau gelapnya suatu warna jika dibandingkan dengan skala value atau tingkatan value: tint, tone, shade.

Pada skala value, terdapat Sembilan tingkatan gelap ke terang. Tingkatan ke 1, 2, dan 3 adalah value gelap yang disebut shade. Tingkatan 4, 5, dan 6 adalah value

sedang yang disebut tone. Tingkatan 7, 8, dan 9 adalah value terang yang disebut

tint. Value 1 adalah hitam yang dilihat sehari- hari, 0 merupakan hitam ideal atau hitam sempurna atau gelap total seperti jika memejamkan mata (hitam yang sama sekali tidak memancarkan cahaya). Value 9 adalah putih yang dilihat sehari- hari, 10 adalah putih ideal atau barangkali putih bukan seperti warna bahan, tetapi putih bening sebagai sumber cahaya. Value 5 adalah abu- abu atau value tengah- tengah. Dapat digambarkan bahwa value 9 keterangannya 100%, value 5 keterangannya 50%, dan value 1 keterangannya 0%.

Value warna- warna ditentukan dengan referen abu- abu, seberapa lebih terang dan seberapa lebih gelap dari tingkatan abu- abu/ tingkatan value. Tingkatan hue

bila dibandingkan dengan skala value terlihat: kuning, warna paling terang tingkatannya pas dengan value ke 8. Merah jingga dan biru hijau tingkat keterangannya pas dengan value ke 5. Ungu warna paling gelap tingkat keterangannya lebih pas dengan value ke 2.

Kegunaan value ialah untuk mengubah cahaya yang mengenai objek/ benda ke dalam bentuk tiga dimensi semu, misalnya untuk membentuk gelap terang pada


(48)

gambar bentuk. Value terang (tint) dengan karakter positif, bergairah, meriah, feminine, manis, ringan, dan lain- lain tapi ada kesan murung untuk bagian yang terkena cahaya langsung, value sedang (tone) dengan karakter tegas, jujur, jantan, murni, terbuka, terkesan galak untuk bagian yang terkena cahaya normal. Value

gelap (shade) dengan karakter berat, dalam, muram, mengerikan menakutkan untuk bagian yang tidak terkena cahaya atau bagian bayangan.

3) Intensity

Seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna. Warna- warna yang semakin rendah intensitasnya adalah warna yang semakin lemah yang merupakan warna yang tidak murni lagi, merupakan warna yang terendam atau karena tercampur bahan lain. Semakin rendah intensitas/ kekuatan suatu warna, akan semakin redup/ suram/ kusam dan akhirnya pada intensitas minimum warna akan kehilangan jati dirinya menjadi jenuh seperti kelabu. Misalnya warna merah, karena terendam atau tercampur warna lain (dalam hal ini terendam dengan warna komplemennya hijau) akan menjadi jenuh tidak ada unsur merahnya lagi sehingga nampak kelabu. Tinggi rendahnya intensitas warna, kuat lemahnya warna, cerah redupnya warna, atau murni kotornya warna adalah dimensi chroma yang sering disebut dengan istilah

saturation.

Tingkatan chroma adalah urutan perubahan hue dari intensitas tertinggi (maksimum) pada warna pelangi murni menuju ke intensitas terendah (minimum) pada warna jenuh. Jenuh artinya warna tersebut sudah tidak memiliki identitas lagi,


(49)

warna kelabu yang dapat disamakan dengan abu- abu netral pencampuran hitam dan putih.

Cara menurunkan intensitas warna tidak ada jalan lain kecuali dengan cara mencampurkannya dengan warna komplemen. Semakin banyak tercampur dengan warna komplemen, suatu warna akan semakin redup. Warna redup berbeda dengan warna gelap/ tua, di mana warna gelap/ tua terjadi dari hue murni dicampur warna hitam (dimensi value), sedangkan warna redup menjadi suram/ kusam. Warna gelap/ tua tidak redup sebab intensitas warnanya masih tetap tinggi. Jika dua warna berkomplemen saling bercampur dalam kondisi sama kuatnya, maka akan menjadi jenuh di mana masing- masing kehilangan jati dirinya, dan warnanya kelabu coklat seperti warna tersier setingkat dengan abu- abu netral.

Guna chroma adalah untuk mengubah karakter warna, misalnya warna merah murni yang karakternya garang, ganas, menyala, marah, dan sebagainya akan berubah karakternya menjadi lembut, sopan, kalem, tenang, dan sebagainya setelah diredupkan atau dicampur dengan warna komplemen yaitu hijau. Demikian pula dengan warna- warna yang lain akan berubah karakternya jika dicampur dengan warna komplemen lain.Dikarenakan warna- warna suram/ redup ini karakternya cenderung tenang, kalem, lemah lembut, dan lain- lain, maka banyak digunakan untuk pewarnaan tekstil, busana, interior, cat tembok, dan lain- lain.

Gradasi/ tingkatan chroma adalah hue/ warna- warna cerah/ murni berangsur- angsur tercampur dengan warna komplemennya sedikit demi sedikit sampai pada tingkat yang paling suram atau sampai tingkat jenuh.


(50)

Harmoni chroma dapat dicapai dengan menjajarkan warna- warna chroma yang saling berdekatan pada skala chroma. Kontras chroma dapat dicapai dengan menjajarkan hue/ warna cemerlang/ murni dengan chroma warna pada tingkatan paling suram pada hue tersebut.

Agar dapat merasakan hasil pencampuran chroma warna, dapat dilakukan eksperimen dengan membuat dua buah komposisi dan membandingkannya yaitu: komposisi warna- warna dengan hue penuh (tertinggi) yaitu warna- warna pelangi akan terlihat cemerlang, galak, kuat, tajam, kontras, dan mencolok. Komposisi warna- warna yang sama dengan warna pelangi tetapi dengan hue diturunkan intensitas chroma nya, yaitu masing- masing warnanya dicampur dengan komplemennya, hasilnya akan terlihat lembut, redup, kalem, dan tenang.

7. Fungsi Warna

Karena begitu penting peranan warna bagi manusia warna sering kali dipakai sebagai elemen estetis, sebagai representasi dari alam, warna sebagai komunikasi, dan warna sebagai ekspresi.

1) Warna sebagi elemen estetika

Di sini warna memerankan dirinya sebagai “warna”, yang mempunyai fungsi dalam membentuk sebuah keindahan. Namun keindahan disini bukan hanya sebagai “keindahan” semata. Melainkan sebagai unsus eksistensial benda-benda yang ada disekeliling kita. Karena dengan adanya warna kita dimudahkan dalam melihat dan mengenali suatu benda. Sebagai contoh apabila kita meletakkan sebuah benda di tempat yang sangat gelap, mata kita tidak mampu mendeteksi obyek tersebut dengan jelas. Di sini warna mempunyai fungsi ganda dimana bukan hanya


(51)

aspek keindahan saja namun sebagai elemen yang membentuk diferensial/ perbedaan antara obyek satu dengan obyek lain.

2) Warna sebagai representasi dari alam

Warna merupakan penggambaran sifat obyek secara nyata, atau secara umum warna mampu menggambarkan sifat obyek secara nyata. Contoh warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput; dan biru untuk laut, langit dan sebagainya. Warna dalam hal ini lebih mengacu pada sifat-sifat alami dari obyek tertentu misalnya padat, cair, jauh, dekat dll.

3) Warna sebagai alat/sarana/media komunikasi (fungsi representasi)

Warna menempatkan dirinya sebagai bagian dari simbol. Warna merupakan lambang atau sebagai perlambang sebuah tradisi atau pola tertentu. Warna sebagi komunikasi seringkali dapat kita lihat dari obyek-obyek seperti bendera, logo perusahaan, fashion, dll. Warna merupakan sebuah perwakilan atau bahkan sebuah obyek pengganti bahasa formal dalam mengkomunikasikan sesuatu misalnya: merah perlambang kemarahan, patriotisme, seksualitas; kemudian putih sebagai perlambang kesucian, kebersihan, kebaikan dll.

8. Arti Warna

Warna adalah bahasa universal visual yang paling umum dihadapi sehari- hari. Manusia selalu terpesona oleh warna. Secara psikologis, warna memang mempengaruhi kita. Efek psikologisnya sering jauh lebih dahsyat daripada pengalaman visual kita. Warna tertentu memiliki efek psikologi tertentu pula. Warna-warna tertentu dapat merangsang orang, menciptakan gairah, atau sebaliknya membuat orang depresi dan melemahkan. Warna tertentu malah


(52)

membuat orang lapar. Efek ini dikenal dengan chromodynamics. Hal ini sejalan dengan pendapat mengenai fisiologi warna oleh Lüscher (1984: 13) yang telah melakukan eksperimen psikologis di mana seseorang diminta memandang warna merah secara terus menerus untuk beberapa waktu, terbukti warna merah membangkitkan rangsangan pada susunan syaraf yaitu tekanan darah meningkat, keringat bertambah deras, dan debaran jantung semakin cepat.

Kultur bisa sangat berbeda antar negara. Arti warna juga memberikan pengertian yang berbeda antara satu kultur ke kultur yang lain. Menurut President Asosiasi Desainer Produk Indonesia (ADPI) Mizan Allan deNeve dalam (Republika Online: 2005), bukan hal aneh jika masyarakat Indonesia menyukai unsur kayu. Masyarakat Indonesia akrab dengan warna-warna kayu karena hidup pada lingkungan tropis. Contohnya batik yang didominasi warna kayu. Warna kayu dapat dikatakan sebagai salah satu ciri khas Indonesia. Disisi lain, masyarakat Indonesia juga memiliki pengalaman panjang dengan Belanda. Salah satu ''warisan'' Belanda kepada masyarakat Indonesia adalah warna hitam yang identik dengan wibawa, angker, sakral, dan disegani.

Bahkan, ada ilmu komunikasi visual yang menggunakan warna untuk terapi warna atau yang disebut colourology (menggunakan warna untuk meyembuhkan). Metode ini sudah dipraktekkan oleh banyak kebudayaan kuno seperti Mesir dan Cina. Jika kita melihat sebuah logo atau lambang, maka logo atau lambang tersebut tidak lepas dari warna dan memiliki arti atau makna-makna yang tersembunyi. Warna dapat mempengaruhi dan dapat digunakan untuk kebaikan. Para psikolog dan dokter setuju bahwa efek warna tergantung pada persepsi seseorang tentang


(53)

warna tersebut. Jika sikap seseorang dianalisis terhadap warna, maka dimengerti bahwa ada warna yang disukai dan tidak.

Perasaan nyaman maupun tidak nyaman muncul ketika seseorang memasuki sebuah ruangan, salah satu penyebabnya adalah penggunaan warna ruang yang tidak tepat. Fungsi utama dari ruangan tergantung dari pemilihan warna serta suasana yang ingin dimunculkan pada ruangan tersebut. Penerapan warna pada sebuah ruangan akan menimbulkan kesan perasaan tertentu. Bukan hanya pada ruangan saja, namun pada suatu logo atau lambang bahkan warna pakaian pun yang dipakai designer akan menimbulkan kesan perasaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Sidik (1981: 12) bahwa dasar- dasar warna adalah ilmu dasar dalam mempelajari cara menata unsur- unsur rupa atau disebut dasa- dasar untuk memperoleh keindahan yang digunakan dalam bidang seni, desain, tata busana, arsitektur, dan sebagainya.

Warna- warna yang dipilih ternyata menyampaikan pesan pada orang di sekeliling. Pesan itu bisa berarti menyejukkan, menggoda, gembira, atau menakutkan. Beberapa contoh psikologi warna dalam kehidupan sehari-hari misalnya, petugas keamanan yang memakai warna biru tua menyampaikan pesan berwibawa dan berkuasa, juru rawat yang memakai seragam warna hijau pupus menyiratkan kesan tenang dan damai. Warna sejak lama diketahui bisa memberikan pengaruh terhadap psikologi, emosi serta cara bertindak manusia. Warna juga menjadi bentuk komunikasi non verbal yang bisa mengungkapkan pesan secara instan dan lebih bermakna. Warna dapat juga menyampaikan pesan sublimasi


(54)

tentang persepsi dan indra sensori manusia yang akhirnya dapat mengubah cara kita berpikir tentang sebuah subjek.

Pengaruh warna terhadap efek psikologis seseorang disebut dengan psikologi warna. Psikologi warna adalah satu hal yang terbentuk dalam benak manusia ketika melihat warna tertentu. Psikologi warna mempelajari dan mengidentifikasi persepsi manusia terhadap warna-warni benda yang ada di alam. Suasana hati seseorang bisa pula terpengaruh dengan adanya warna yang tertangkap indera penglihatan.

Berikut adalah macam- macam warna dan artinya dalam psikologi warna (Waikins, 2001: 24):

a) Warna Merah

Asosiasi: Pada darah dan juga api.

Karakter: Kuat, energik, marah, berani, bahaya, agresif, merangsang, panas. Respon Psikologis: Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, gairah, bahaya, berpendirian, dinamis, dan percaya diri.

Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna ini memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas, juga memiliki karakter penuh dengan kekuatan dan antusias. Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan


(55)

dan sikap agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat. Biasanya di gunakan untuk memberikan efek psikologi panas, berani, marah, dan berteriak. Beberapa studi juga mengindentifikasi merah sebagai warna yang sexy. Warna merah yang punya banyak arti, mulai dari cinta yang menggairahkan hingga kekerasan perang. Warna ini tak cuma memengaruhi psikologi tapi juga fisik. Penelitian menunjukkan menatap warna merah bisa meningkatkan detak jantung dan membuat kita bernapas lebih cepat.

Warna Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain: Merah dikombinakan dengan Hijau, maka akan menjadi simbol Natal. Merah jika dikombinasikan denga Putih, akan mempunyai arti ‘bahagia’ di budaya Oriental. Bisa berarti berani dan semangat yang berkobar-kobar. Singkatnya secara umum berhubungan dengan perasaan yang meledak-ledak. Warna merah mudah menarik perhatian dan meningkatkan nafsu. Pada bisnis makanan banyak menggunakan warna dominan merah karena ini dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan pembeli, contohnya lihat saja warna Pizza Hut, McD, KFC yang juga ada merahnya b) Warna Kuning

Asosiasi: Pada sinar matahari, bahkan pada mataharinya sendiri. Karakter: Terang, gembira, ramah, super, riang, cerah.

Respon Psikologis: Muda, kekayaan, gembira, imajinasi, kreativitas, optimis, harapan, filosofi, ketidak-jujuran, pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan, pencerahan, intelektualitas dan kekuasaan.

Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna ini bisa dipakai sedikit untuk pemberitahuan, seperti cahaya kedua lampu rem yang


(56)

berada dikendaraan. Warna kuning menstimulasi berbagai fungsi tubuh, seperti aliran empedu dan cara kerja hati. Kuning memiliki sifat pencahar dengan cara mempromosikan sekresi asam lambung dan membantu pembuangan usus. Kuning juga berhubungan dengan intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta membuat lebih waspada dan tegas.

Kuning adalah warna yang ceria, menyenangkan dan penuh energi. Tidak heran warna kuning identik dengan mainan anak-anak. Kuning juga biasanya di gunakan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang melihat desain logo. Karena begitu kuatnya warna kuning ini, seringkali di gunakan untuk mendapatkan perhatian orang. Ingat rambu lalu lintas yang memberikan tanda bahaya. Semua di dominasi warna kuning atau merah karena sifatnya menarik perhatian. Di beberapa negara, kuning juga melambangkan pemisahan. Kuning adalah warna keramat dalam agama Hindu dan warna yang hangat. Warna kuning akan meningkatkan konsentrasi, itu sebabnya warna ini dipakai untuk kertas legal atau post it. Kuning juga merupakan warna persahabatan. Warna ini cukup menarik perhatian dan sangat baik jika dijadikan background untuk teks hitam karena akan lebih mencolok terlihat.

c) Warna Orange Asosiasi: Awan jingga.

Karakter: Dorongan, merdeka, anugerah, bahaya, kehangatan.

Respon Psikologis: Energi, keseimbangan, kehangatan, kreatifitas, semangat, senang, periang, dan antusiasme.


(57)

Orange ialah kombinasi warna merah dan kuning. Merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sakral dan diyakini bermanfaat untuk ginjal, saluran kemih dan organ repoduksi. Warna ini juga meningkatkan metabolisme, memperkuat paru-paru, limpa dan pankreas. Orange adalah hasil peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang di hasilkan masih tetap sama, yaitu kuat dan hangat. Warna ini (selain merah dan biru) sering di gunakan pada tombol website yang penting, seperti buy now, register now dan lainnya yang sejenis, istilahnya adalah call to action button. Dari sisi psikologis sebenarnya warna oranye memberikan kesan tidak nyaman, dan sedikit gaduh. Mungkin karena sebab itulah warna ini paling banyak di pakai untuk menarik perhatian orang. Warna ini banyak sekali ditemukan dalam desain logo yang ingin menciptakan kesan bermain (playfulness) dan untuk menstimulasi sensori keriangan hingga selera makan dan menekankan sebuah produk yang tidak mahal.

d) Warna Biru

Asosiasi: Air, laut, langit, es.

Karakter: Dingin, pasif, melankolis, sayu, sedih, tenang, jauh.

Respon Psikologis: Sesuatu yang luas dan tanpa batas, berwibawa, percaya diri, kepercayaan, konservatif, keamanan, kesetiaan, kesuksessan, tekhnologi, kebersihan, keteraturan, kedamaian, kesejukkan, keakraban, relaksasi, sensitif, spiritualitas, stabilitas, kontemplasi, misteri, dingin, kesabaran dan bisa diandalkan. Dari semua warna dalam spektrum, para ilmuwan telah menemukan bahwa warna ini dapat mengurangi nafsu makan. Kemungkinan bahwa seseorang akan


(58)

makan lebih sedikit makanan dari piring berwarna biru. Dengan demikian, seseorang dapat menggunakan piring biru ketika mencoba untuk menurunkan berat badan dan mengurangi porsi makan. Biru juga dapat memperlambat denyut nadi dan suhu tubuh lebih rendah. Ini adalah warna yang menenangkan dan diyakini mengatasi insomnia, kecemasan, masalah tenggorokan, tekanan darah tinggi, migrain dan iritasi kulit. Warna ini juga meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik dan kekuatan. Biru yang kuat (biru tua) akan merangsang pemikiran yang jernih dan biru muda akan menenangkan pikiran dan membantu konsentrasi.

Biru adalah warna favorit para pria dan termasuk warna yang dingin. Jika di dunia desain logo, biru sering di sebut warna corporate karena hampir semua perusahaan menggunakan warna biru sebagai warna utamanya. Tidak heran memang, karena biru merupakan warna yang termasuk tenang dan bersifat profesional. Efek lain warna biru adalah sering di anggap sebagai warna yang melambangkan kepercayaan dan trustfulness. Warna ini banyak digunakan sebagai warna pada logo Bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan tenang, terpercaya, ilmu dan wawasan. Warna ini sangat baik untuk menumbuhkan loyalitas konsumen. Bank-bank banyak menggunakan warna biru sebagai warna dominannya, demikian juga pendidikan. Contohnya Bank Mandiri, BCA, dll. Biru tua lebih cocok untuk acara formal atau seragam, sementara biru muda untuk yang sifatnya non formal. Untuk memberi kesan humor dan kreatifitas, cobalah campuran warna biru dan ungu.


(59)

Karakter: dingin, negative, diam, seperti biru namun lebih meriah.

Respon Psikologis: Rasa hormat, fantasi, kecerdasan, romantis otoritas, spiritual, intuisi, misteri, kebijaksanaan, kebangsawanan, kemewahan, transformasi, kekasaran, keangkuhan, ramah, romantis, penguasa, kekuatan mental, fokus dan mandiri.

Warna ini membawa perasaan damai dan saling memahami. Warna ini juga membantu tidur. Dari kelompok warna-warna lain radian warna violet ini dipercaya akan menghambat perkembangan tumor. Nafsu makan tidak terkendali bisa dikendalikan oleh warna ini. Ungu juga warna yang unik karena sangat jarang kita lihat di alam. Dengan menggunakan warna ungu kita bisa memberikan kesan unik pada desain logo kita, baik kita menggunakan secara dominan atau hanya sebagai aksen saja.

Ungu adalah capuran warna merah dan biru. Menggambarkan sikap ‘gempuran’ keras yang dilambangkan dengan warna biru. Perpaduan antara keintiman dan erotis atau menjurus ke pengertian yang dalam dan peka. Bersifat kurang teliti namun penuh harapan. Ungu dapat dengan mudah menarik perhatian orang. Untuk mengaplikasikan warna ini, sebaiknya padukan dengan warna lain sebagai aksen sehingga akan terlihat semakin indah.

f) Warna Indigo

Warna nila ini atau juga ungu lembayung dipercaya akan meningkatkan intuisi dan memperkuat sistem getah bening, kekebalan tubuh dan membantu memurnikan serta membersihkan tubuh.


(60)

Asosiasi: Hijaunya alam, tumbuh- tumbuhan, sesuatu yang hidup. Karakter: Segar, muda, hidup, tumbuh.

Respon Psikologis: Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan, pertumbuhan, kesuburan, harmoni, optimisme, kebebasan, dan keseimbangan.

Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna ini dapat membantu orang yang sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan antar orang. Warna ini juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Para peneliti juga menemukan warna hijau dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Para siswa yang membaca materi tulisan di atas lembaran hijau transparan akan meningkatkan kecepatan membaca dan pemahaman. Efek rileksasi dan menenangkan dari warna ini mungkin jadi penyebabnya.

Hijau adalah warna yang tenang karena biasanya di kaitkan dengan lingkungan dan alam. Di dalam desain, kita bisa menggunakan warna hijau untuk memberikan kesan segar. Dan dengan mudah kita bisa memberikan nuansa membumi dengan kombinasi warna hijau dan coklat gelap. Di Cina dan Perancis, kemasan dengan warna Hijau tidak begitu mendapat sambutan. Tetapi di Timur Tengah, warna Hijau sangat disukai. Banyak produk yang menekankan kealamian produk menggunakan warna ini sebagai pilihan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan eksplorasi alam, warna hijau banyak dipakai untuk menegaskan bahwa perusahannya berwawasan lingkungan. Warna ini termasuk


(61)

yang banyak dipakai khususnya dengan kampanye yang berhubungan dengan lingkungan. Kemasan deterjen juga tidak sedikit yang menggunakan warna hijau. h) Warna Coklat

Asosiasi: Tanah, warna natural.

Karakter: Kedekatan hati, sopan, arif, bijaksana, hemat, hormat.

Respon Psikologis: Tanah, kesederhanaan, membumi, rendah hati, terpercaya, serius hangat, nyaman, aman, mewah,elegan, bijaksana, kesenangan, daya tahan (kuat), stabilitas, bobot, dan keanggunan.

Coklat adalah warna bumi, memberikan kesan hangat, nyaman dan aman. Namun selain itu, coklat juga memberikan kesan sophisticated karena dekat dengan warna emas. Bisa di bayangkan kesan mahal dan ekslusif pada desain logo dengan kombinasi warna hitam dan coklat muda. Dan tidak lupa, coklat juga bisa memberikan nuansa dapat di andalkan dan kuat. Warna coklat ini biasanya di gunakan di firma hukum sebagai warna utama dalam desain logo perusahaan mereka. Salah satu logo terkenal yang memakai warna coklat adalah UPS sebuah perusahaan pengiriman barang ekspedisi karena warna ini juga melambangkan daya tahan. Penggunaan warna coklat yang berlebihan pada interior akan menimbulkan efek kesedihan.

i) Warna Pink

Respon Psikologis: feminim, romantis, cinta, kasih sayang, kelembutan, keceriaan, kemurnian, manja, lembut, kurang semangat, dan kekanak-kanakan.

Warna ini di kenal juga dengan nama merah muda ialah warna yang feminin, kalau menggunakan warna ini pasti anda berurusan dengan sesuatu yang


(62)

bersifat kewanitaan. Efek cinta romantis juga bisa timbul dari warna pink ini, agak sedikit berbeda dengan warna merah yang lebih menggambarkan berani. Tetapi banyak juga desain logo perusahaan yang berani menggunakan warna pink ini dengan terang-terangan. Misalnya dengan kombinasi hitam dan pink sebuah desain bisa menjadi terlihat unik. Hal lain kini warna ini sudah mulai terasosiasi dengan kanker payudara. Warna yang disukai banyak wanita ini menyiratkan sesuatu yang lembut dan menenangkan, tapi kurang bersemangat dan membuat energi melemah. j) Warna Abu-Abu

Asosiasi: Suasana suram, mendung, kelabu.

Respon Psikologis: Netral, serius, bisa diandalkan, stabil, intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, dan kebimbangan.

Warna abu-abu adalah warna alam. Di luar sana warna abu-abu merupakan warna yang permanen, misalnya batu atau karang. Sering di pakai untuk latar warna gambar semen atau dinding kusam.

k) Warna Putih

Asosiasi: Di Barat pada Salju, di Indonesia pada kafan. Karakter: Positif, merangsang, cerah, tegas, mengalah.

Respon Psikologi: Bersih, natural, kosong, netral, awal baru, ketulusan, kemurnian dan kesucian.

Pilihlah warna putih untuk meredakan rasa nyeri. Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan. Rumah sakit dan pekerja rumah sakit menggunakan warna putih untuk menciptakan kesan steril. Namun, terlalu banyak warna putih


(63)

dapat memberikan rasa sakit kepala dan kelelahan mata karena cahaya yang dipantulkan.

Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun. Putih sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih. Ketika kita ingin membuat desain yang simple dan minimalis, menggunakan warna putih adalah langkah yang tepat (walaupun bukan cara satu-satunya). Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna apapun. Warna putih digunakan untuk ruang dengan area yang sempit dan kurang pencahayaan sehingga dapat memunculkan suasana yang cerah dan luas pada interior. Putih merupakan warna netral kita dapat menambah aksen dengan berbagai warna. Munculkan warna putih dengan aksen warna-warna cerah yang mampu memberi kesan lebih lembut pada sebuah ruang atau interior. Warna putih juga dapat menambah kejernihan mental, mendorong kita untuk membersihkan kekacauan, membersihkan pikiran dan tindakan.

l) Warna Hitam

Asosiasi: Kegelapan malam, kesengsaraan, bencana, perkabungan, keburukan. Karakter: Menekan, tegas, dalam, depresi.

Respon Psikologi: Elegan, kuat, sophisticated, ketakutan, power, kecanggihan, kematian, misteri, seksualitas, kesedihan, keanggunan, independen, berwibawa, penyendiri, disiplin, dan berkemauan keras.

Hitam adalah warna yang gelap, suram, menakutkan. Hitam punya reputasi buruk. Warna ini dipakai oleh para penjahat di komik atau film. Hitam juga melambangkan duka dan murung. Tapi, hitam juga punya sisi lain, misalnya saja untuk menyatakan sesuatu yang abadi, klasik, dan secara universal dianggap


(64)

sebagai warna yang melangsingkan dan juga elegan. Karena itu elemen apapun jika di taruh di atas background hitam akan terasa lebih bagus (misalnya, pada waktu menampilkan foto, portfolio atau produk). Pada budaya barat warna ini melambangkan kematian dan kesedihan. Dicampur dengan warna keemasan, hitam melambangakan Keanggunan (Elegance), Kemakmuran (Wealth) dan Kecanggihan

(Sopiscated). Warna ini juga bisa berarti menunjukkan hal yang tegas, elegan, dan eksklusif, juga bisa mengandung makna rahasia. Dengan pemahaman efek dari berbagai macam-macam warna ini, maka akan mampu menerapkannya dalam dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi (brosur, undangan, x banner, leaflet),

corporate identity (kop surat, kartu nama, amplop) hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil.

D. Emosi Anak Usia Dini 1. Pengertian Emosi AUD

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi, Goleman (2005: 7). Akar kata emosi adalah movere, kata kerja dalam Bahasa Latin adalah menggerakkan atau bergerak. Kecenderungan bergerak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi memancing tindakan, emosi menjadi akar dorongan untuk bertindak terpisah dari reaksi-reaksi yang tampak di mata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia emosi di definisikan sebagai (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat (2) keadaan dan reaksi


(65)

psikologis dan fisiologis. J.P Du Preez, Anthony Dio Martin (2003: 91) emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik. Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak, Agus Efendi (2005: 176). Dari beberapa pendapat para ahli dapat diperoleh kesimpulan bahwa emosi adalah suatu keadaan gejolak jiwa yang berhubungan dengan pikiran dan perasaan yang meliputi rasa senang, cinta, terharu, sedih, marah, cemburu, cemas, takut, panik dan sebagainya.

2. Jenis Emosi AUD

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ekspresi dan pola sistem saraf otonom, Lazarus (1991) mengategorikan emosi menjadu dua kategori, yaitu emosi primer atau dasar (basic) dan emosi sekunder (derived). Emosi primer merupakan emosi yang ada pada spesies mamalia, sedangkan emosi sekunder merupakan kombinasi dari beberapa emosi primer.

Terdapat beberapa perbedaan antar- ahli emosi dalam mengategorikan emosi primer. Mengacu pada pendapat Darwin, karakteristik yang biasa terdapat pada emosi primer: pertama, emosi primer berakar dari evolusi warisan, yang telah dimiliki sejak awal masa bayi dan muncul dengan cepat dan otomatis dalam interaksinya dengan lingkungan; kedua, emosi primer memiliki karakteristik sebagai ekspresi wajah yang universal dan dapat dikenali pada berbagai budaya yang berbeda; ketiga, emosi primer berkaitan dengan sistem sirkuit saraf di otak


(66)

dan berkolerasi dengan aktivitas sistem otonom, namun Lazarus (1991) memberi empat perbedaan utama dalam menyimpulkan emosi- emosi yang masuk dalam kategori emosi primer, yaitu:

a) Emosi primer merupakan emosi asli dan elemen dari fisiologis.

b) Emosi primer ditemukan secara konsisten pada berbagai budaya dan beberapa spesies binatang.

c) Emosi primer ada sejak lahir atau pada tahun pertama kehidupan.

d) Emosi primer merupakan dorongan dan ekspresi yang lebih ditujukan sebagai tugas penyesuaian yang paling penting dalam mempertahankan diri dari bahaya, reproduksi, orientasi, dan eksplorasi (atau disebut juga sebagai universalitas biologis).

Menurut Roda Emosi Plutchik (2003) emosi dasar/ primer terdiri dari:

1. Kegembiraan; 2. Kepasrahan; 3. Ketakutan; 4. Keterkejutan; 5. Kesedihan; 6. Kemuakkan; 7. Kemarahan; 8. Antisipasi

Lalu, emosi lanjut/ sekunder terdiri dari:

1. Kecintaan; 2. Ketundukkan; 3. Ketakjuban; 4. Kekecewaan; 5. Penyesalan; 6. Pelecehan; 7. Keagresifan; 8. Optimisme

3. Perkembangan Emosi AUD

Tahun-tahun awal kehidupan seorang anak ditandai dengan peristiwa yang bersifat fisik, misalnya kehausan dan kelaparan serta peristiwa-peristiwa yang bersifat interpersonal, seperti ditinggalkan di rumah dengan pengasuh atau babysitter, yang dapat menyebabkan timbulnya emosi negatif. Kemampuan dalam mengelola emosi negatif ini sangat penting bagi pencapaian


(67)

tugas-tugas perkembangan dan berkaitan dengan kemampuan kognitif dan kompetensi sosial (Garner dan Landry, 1994; Lewis, Alessandri dan Sullivan, 1994 dalam Pamela W., 1995:417). Perilaku awal emosi dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan kemampuan afektif (Cicchetti, Ganiban dan Barnet, 1991 dalam Pamela W., 1995:417). Keluarga dengan orang tua yang memiliki emosi positif cenderung memiliki anak dengan perkembangan emosi yang juga positif, demikian pula sebaliknya (Pamela W., 1995:422).

Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak.

Woolfson (2005: 8) menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu:

a) Dicintai b) Dihargai c) Merasa aman d) Merasa kompeten

e) Mengoptimalkan kompetensi

Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi maka akan meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.


(68)

Menurut Hurlock (1978:211), emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Pengaruh tersebut antara lain tampak dari peranan emosi sebagai berikut:

a) Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk emosi adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan ataupun kecemasan.

b) Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh, terutama emosi yang muncul sangat kuat, sebagai contoh kemarahan yang cukup besar. Hal ini memunculkan aktivitas persiapan bagi tubuh untuk bertindak, yaitu hal-hal yang akan dilakukan ketika tibul amarah. Apabila persiapan ini ternyata tidak berguna, akan dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman, atau amarah yang justru terpendam dalam diri anak.

c) Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik. Emosi yang memuncak mengganggu kemampuan motorik anak.

d) Emosi merupakan bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal).

e) Emosi mengganggu aktivitas mental. Kegiatan mental, seperti berpikir, berkonsentrasi, belajar, sangat dipengaruhi oleh kestabilan emosi.

f) Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Pengelolaan emosi oleh anak sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa terhadap anak, dan ini menjadi dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri.


(1)

Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Diriku Sendiri


(2)

Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Diriku Sendiri


(3)

Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Lingkungan Sub Tema Rumah


(4)

Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Lingkungan Sub Tema Rumah


(5)

Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Binatang


(6)

Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Binatang


Dokumen yang terkait

MEWARNAI GAMBAR DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUANMOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mewarnai Gambar Pada Anak Didik Kelompok A Semester 1 TK Pertiwi Bergolo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

0 3 16

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KREATIFITAS MELALUI MEDIA MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI I Pengembangan Kemampuan Kreatifitas Melalui Media Mewarnai Gambar Pada Anak Kelompok A TK Pertiwi I Metuk, Mojosongo, Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 0 15

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE MEWARNAI GAMBAR KELOMPOK B Upaya meningkatkan Motorik Halus Melalui Metode Mewarnai Gambar Di TK Pertiwi gayamprit Kelompok B.

0 1 13

PENDAHULUAN Upaya meningkatkan Motorik Halus Melalui Metode Mewarnai Gambar Di TK Pertiwi gayamprit Kelompok B.

0 2 5

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS MELALUI PERMAINAN PENCAMPURAN WARNA PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kemampuan Sains Melalui Permainan Pencampuran Warna Pada Anak Kelompok B TK ABA I Gedung Sierad Klaten.

0 2 15

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DENGAN MEWARNAI GAMBAR MELALUI MEDIA KRAYON PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kreativitas Anak Dengan Mewarnai Gambar Melalui Media Krayon Pada Anak Kelompok B Di Tk Aba Buntalan Ii Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun Pelaja

0 1 11

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS 1 KECAMATAN SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA.

1 8 191

KETERAMPILAN MERONCE ANAK KELOMPOK B TK GUGUS 2 KECAMATAN KOKAP.

2 108 123

KETERAMPILAN MENGANYAM PADA ANAK TK KELOMPOK B GUGUS II KECAMATAN PENGASIH KULON PROGO.

7 115 147

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS SIDOMUKTI MANTRIJERON YOGYAKARTA.

1 2 118