KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS SIDOMUKTI MANTRIJERON YOGYAKARTA.

(1)

i

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS SIDOMUKTI

MANTRIJERON YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Alfu Laila NIM 11111241018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS SIDOMUKTI

MANTRIJERON YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Alfu Laila NIM 11111241018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v MOTTO

“Belajar membaca bagaikan menyalakan api. Setiap suku kata yang dieja akan menjadi percik yang menerangi”

(C. S. Lewis)

“Membaca buku untuk pertama kali seperti berkenalan dengan seorang teman baru. Membaca untuk kedua kali seperti bertemu dengan teman lama”


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Sesungguhnya segala sesuatu yang saya kerjakan ini tidak lepas dari pertolongan Mu “Yaa Rabbul ‘Alamin” seiring rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini kupersembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta, untuk setiap do’a dan motivasi yang telah diberikan demi membimbing anak-anaknya

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, Nusa dan Bangsa.


(8)

vii

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS SIDOMUKTI

MANTRIJERON YOGYAKARTA

Oleh: Alfu Laila NIM. 11111241018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta. Latar belakang mengambil penelitian ini yaitu karena adanya beberapa anak yang kemampuan membaca permulaan belum berkembang sesuai tahap pencapaian perkembangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif metode survei. Sampel penelitian ini adalah 188 anak kelompok B di TK Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta. Sub variabel penelitian ini yaitu mengenal huruf. Indikator yang diteliti yaitu mampu membedakan huruf, mampu menyebutkan nama-nama benda yang memiliki suara huruf awal yang sama, dan mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti terdapat 113 anak yang berada pada kriteria berkembang sangat baik dengan persentase 60,12%, pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 56 anak dengan persentase 29,78%, pada kriteria mulai berkembang terdapat 16 anak dengan persentase 8,51%, dan pada kriteria belum berkembang terdapat 3 anak dengan persentase 1,59%. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta sebesar 89.90% dan termasuk pada kriteria berkembang sangat baik.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapakan terima kasih kepada:

1. Dekan dan Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

2. Bapak Joko Pamungkas, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PG-PAUD dan Ibu Nur Cholimah, M. Pd. selaku Penasehat Akademik penulis, yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk tugas akhir skripsi.

3. Bapak Dr. Harun Rasyid, M. Pd. selaku pembimbing I dan Ibu Rina Wulandari, M. Pd. selaku pembimbing II, yang berkenan mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Martha Christianti, M. Pd. selaku validator yang turut membimbing penulis sehingga penyelesaian tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan.


(10)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu Pengetahuan.

6. Seluruh Kepala Sekolah dan Pendidik Kelompok B di TK Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.

7. Bapak (Marozim, S. Pd.), Ibu (Zahrotun), kakakku (Qurrotu ‘aini), dan adik -adikku (Thoha dan Barid) atas segala do’a, kesabaran, perhatian dan kasih sayang serta dukungannya.

8. Budi Susilaningsih, Citra, Yati, Rysha, Mbak Mona, Mbak Vivi, dan Mbak Nur atas segala motivasi, perhatian, informasi, keceriaan, dan kebersamaannya.

9. Teman-teman Prodi PG-PAUD angkatan 2011.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga keikhlasan dan amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT, serta skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama pendidikan anak usia dini dan bagi para pembaca umumnya.

Yogyakarta, Agustus 2015 Penulis


(11)

x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Pembatasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Taman Kanak-Kanak (TK)... B. Teori Perkembangan Bahasa Anak TK...

1. Teori Pemerolehan Bahasa Anak TK... 2. Kemampuan Berbahasa Anak TK... 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak TK... C. Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK... 1. Pengertian Membaca Permulaan Anak TK... 2. Proses Belajar Membaca... 3. Tahapan Membaca Permulaan... 4. Faktor yang Mempengaruhi Membaca Permulaan Anak TK... D. Kerangka Pikir... BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... B. Subjek dan Objek Penelitian... C. Tempat dan Waktu Penelitian... D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...

Hal i ii iii iv v vi vii viii x xii xiii xiv 1 5 5 6 6 6 7 8 8 9 11 15 15 17 19 23 26 29 29 30 30


(12)

xi

E. Teknik Pengumpulan Penelitian... F. Instrumen Penelitian... G. Validasi Instrumen... H. Teknik Analisis Data... BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 2. Data Hasil Penelitian... B. Pembahasan... C. Keterbatasan Penelitian... BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

31 32 34 35 37 37 39 53 58 59 59 60 63


(13)

xii DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6.

Daftar Sekolah dan Jumlah Anak TK di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta... Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK B... Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan... Kriteria Penilaian Menurut Zainal Aqib... Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK PKK Gedongkiwo... Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Gedongkiwo...

Hal 30 33 34 36 39 41 Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14.

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Pedagogia... Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Putra Surya... Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Suryowijayan... Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Dukuh... Kemampuan Membaca Permulaan pada Indikator Mampu Membedakan Huruf Anak TK Kelompok di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta... Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta pada Indikator Mampu Menyebutkan Kata dan Benda yang Suara Huruf Awalnya Sama... Kemampaun Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta pada Indikator Mampu Menghubungkan Gambar atau Benda dengan Kata... Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta...

42 43 44 46 47 49 50 52


(14)

xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Membaca Gambar... Membaca Gambar dan Huruf... Membaca Gambar dan Kata... Skema Kerangka Pikir... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B di TK PKK Gedongkiwo... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B di TK ABA Gedongkiwo... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B di TK Pedagogia... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B di TK Putra Surya... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B di TK ABA Suryowijayan... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok di TK ABA Dukuh... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Membedakan Huruf... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Menyebutkan Kata atau Benda yang Suara Huruf Awalnya Sama... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Menghubungkan Gambar atau Benda dengan Kata... Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta...

Hal 21 21 22 28 40 41 42 43 45 46 48 49 51 52


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.

Surat Keterangan Validasi... Surat Keterangan Penelitian... Lembar Observasi... Hasil Observasi... Hasil dan Rekapitulasi Olah Data... Dokumentasi Penelitian...

Hal 64 66 75 77 90 102


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini merupakan periode pada masa emas (the golden age) yang merupakan periode sensitif yang tepat untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan pada diri anak meliputi aspek kognitif, bahasa, fisik-motorik, sosial emosional, dan nilai agama dan moral. Pengembangan aspek-aspek tersebut dapat ditanamkan oleh pendidik dan orangtua di sekolah ataupun di rumah. Proses pengembangan pada anak dapat dilakukan melalui bermain. Menurut Masitoh dkk (2005: 4), kegiatan bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya. Penggunaan permainan akan memudahkan anak belajar sesuatu yang baru sehingga dapat menambah pengalaman anak. Pengalaman dan pengetahuan baru memudahkan anak mengenal hal yang ada di sekitarnya.

Penambahan pengalaman pada anak dapat menggunakan media konkrit. Hal ini dikarenakan pada anak usia dini belum mampu berpikir secara abstrak. Sesuai pendapat Piaget (dalam John W. Santrock, 2007: 49) bahwa anak usia 2-7 tahun masih berada pada tahap praoperasional yang pada tahapan ini anak menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar mencerminkan peningkatan pemikiran simbolis anak melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik. Penggunaan benda konkrit memudahkan anak untuk menggambarkan segala hal.


(17)

2

Pembelajaran pada anak usia dini dilakukan sesuai perkembangan anak agar sehingga anak mudah memahami penjelasan guru. Pembelajaran yang relevan dengan perkembangan akan menjadikan anak bertahan dalam kegiatan. Menumbuhkan motivasi anak dalam proses pembelajaran sangat diperlukan agar anak dapat menangkap informasi yang diterima. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang individu untuk berkomunikasi dengan orang di sekitarnya (Yudrik Jahja, 2011: 53). Penanaman aspek bahasa dapat dilakukan oleh siapapun, baik itu orangtua anak di rumah, guru di sekolah, dan orang-orang yang berada di sekitar anak (Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik, 2008: 324). Kemampuan membaca tulis hitung (calistung) perlu ditanamkan pada anak sejak dini. Kemampuan ini sangat diperlukan agar anak dapat mengetahui segala sesuatu, termasuk kemampuan baca tulis hitung permulaan.

Kemampuan membaca dan menulis pada anak dilakukan secara bertahap. Membaca pada anak usia dini tidak dapat dilakukan secara langsung seperti cara belajar orang dewasa. Pendidik harus memberikan stimulus kepada anak melalui strategi yang bervariasi di sekolah sehingga minat anak untuk membaca, menulis, dan kemampuan anak dalam mengungkapkan bahasa meningkat (Bromley, 1992: 216, dalam Nurbiana Dhieni, 2005: 5.16). Menurut Nurbiana Dhieni (2005: 5.2) mengajarkan membaca dan menulis pada anak TK menjadi perdebatan pihak tertentu. Terdapat pihak yang memperbolehkan dan terdapat pihak yang berpendapat bahwa membaca, menulis, dan berhitung (calistung) tidak diperbolehkan diajarkan di Taman Kanak-kanak karena merupakan kewajiban guru SD. Menurut Moleong (2003: 25, dalam Nurbiana Dhieni, 2005: 5.16) pada


(18)

3

era globalisasi seperti ini terdapat fenomena yang terjadi di lapangan bahwa apabila ingin memasukkan anak ke SD terdapat persyaratan atau tes masuk dengan menggunakan konsep akademik terutama tes membaca dan menulis. Dengan adanya persyaratan tersebut orangtua/wali murid meminta kepada guru untuk mengajarkan membaca pada anak. Hal ini akan mengakibatkan Taman Kanak-Kanak tidak lagi menjadi taman bermain (Moleong, 2003: 25, Nurbiana Dhieni, 2005: 5.16). Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan strategi yang tepat dan sesuai dengan perkembangan anak.

Sesuai surat edaran yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2009) bahwa tidak diperkenankan materi calistung diberikan secara langsung pada anak-anak. Konteks belajar calistung dilakukan dalam kerangka pengembangan seluruh aspek perkembangan anak. Pengajaran membaca tulis hitung pada anak menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran anak di sekolah yakni melalui bermain yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak.

Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa, termasuk kemampuan membaca permulaan. Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan harus secara langsung dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Aktivitas permainan digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menyenangkan. Menurut Dewey (dalam Septia Sugiarsih. tt: 2) bahwa interaksi antara permainan dan pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang sangat penting bagi anak (Septia Sugiarsih. tt: 2).


(19)

4

Dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 dalam aspek perkembangan bahasa aspek keaksaraan bahwa anak usia 5-6 tahun diuraikan bahwa anak mampu mengenal simbol-simbol huruf untuk persiapan membaca, mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata, dan mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama. Pada kenyataannya saat peneliti melakukan observasi pada tanggal 7 dan 8 Januari 2015 di TK ABA Gedongkiwo dan TK PKK Gedongkiwo, peneliti mendapatkan fakta bahwa terdapat delapan anak yang belum optimal dalam menjawab pertanyaan tentang huruf, misalnya membedakan huruf ‘b dan d’ dan ‘huruf v dan f’. Peneliti menemukan sebanyak sembilan anak yang belum optimal dalam menyebutkan nama-nama benda yang memiliki suara huruf awal yang sama. Indikator mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata, peneliti menemukan enam anak yang belum optimal.

Berdasarkan wawancara singkat yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas B di TK ABA Gedongkiwo menunjukkan bahwa anak-anak TK kelompok B di TK ABA Gedongkiwo memiliki kemampuan membaca yang berbeda-beda. Pendidik mengemukakan bahwa terdapat beberapa anak yang dapat membedakan huruf dan beberapa anak belum optimal dalam membedakan huruf.

TK ABA Gedongkiwo dan TK PKK Gedongkiwo merupakan TK yang termasuk dalam Gugus Sidomukti Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti merasa perlu untuk melakukan


(20)

5

penelitian dengan judul kemampuan membaca permulaan anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang maka dapat diketahui beberapa masalah yang akan muncul, yaitu:

1. Terdapat delapan anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta belum optimal dalam membedakan huruf.

2. Terdapat sembilan anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta belum optimal menyebutkan nama-nama benda yang memiliki suara huruf awal yang sama.

3. Terdapat enam anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta belum optimal dalam menghubungkan gambar atau benda dengan kata.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah nomor 1, 2, dan 3 di atas, serta mengingat luasnya masalah maka dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang “kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta”.


(21)

6 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka dapat ditarik rumusan masalah, yaitu: “Bagaimana kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Matrijeron Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti dan pembacanya. Menjadi bahan referensi dan pembanding bagi penelitian yang sama dalam bidang pendidikan.

2. Secara Praktis

Memberikan gambaran data tentang kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta.


(22)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Taman Kanak-Kanak (TK)

Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal bagi anak usia 4-6 tahun. Masa prasekolah merupakan masa untuk meletakkan dasar-dasar dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Taman Kanak-Kanak merupakan awal pendidikan sekolah, oleh karena itu Taman Kanak-Kanak perlu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan (Dwi Yuliati, 2010: 3).

Anak taman kanak-kanak adalah anak usia 4-6 tahun, yang merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya (Ernawulan Syaodih, tt: 1).

Anak Taman Kanak-Kanak merupakan anak yang berada pada rentang usia 4-6 tahun yang merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalah masa terjadinya fungsi fisik dan psikis yang siap


(23)

8

merespons stimulus lingkungan. Masa peka merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, konitif, bahasa, sosial emosional, kemandirian, seni, konsep diri, disiplin, moral dan nilai-nilai agama (Depdiknas, 2007 :1).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak Taman Kanak-Kanak merupakan anak yang berada pada rentang usia 4-6 tahun yang berada pada masa peka. Masa peka merupakan masa anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. Masa Taman Kanak-Kanak merupakan masa untuk meletakkan dasar-dasar dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Pembelajaran pada masa kanak-kanak diberikan dengan nyaman dan menyenangkan.

B. Teori Perkembangan Bahasa Anak TK 1. Teori Pemerolehan Bahasa Anak TK

Bahasa adalah bentuk komunikasi berbentuk lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 177), bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Chomsky (dalam Siti Rahayu dkk, 2002: 152) menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak ditentukan secara biologis atau telah berkembang sejak anak lahir. Chomsky memandang bahwa produksi kata dan aspek-aspek yang terkait dalam penguasaan bahasa berkembang sesuai dengan jadwal biologis.


(24)

9

Menurut Skinner dan Bandura (dalam Siti Rahayu dkk, 2002: 156) bahasa diperoleh dari lingkungan yang berdasar imitasi dari orang dewasa. Perkembangan bahasa bergantung pada interaksi dengan orang lain. Sesuai dengan pendapat Muhammad Nur Mustakim (2005: 123) bahasa anak sangat bergantung pada interaksi dengan model pengguna bahasa dan penyediaan fasilitas-fasilitas di sekitar anak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pemerolehan bahasa diperoleh sejak lahir dan dioptimalkan dengan interaksi orang lain. Penyediaan fasilitas-fasilitas yang mendukung sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan berbahasa anak.

2. Kemampuan Berbahasa Anak TK

Perkembangan bahasa pada anak usia sekolah berkembang sangat pesat selama masa pra sekolah. Kosakata dan jumlah kata yang diketahui anak terus berkembang. Panjang kalimat anak juga terus-menerus mengalami peningkatan. Pada usia tiga sampai lima tahun perkembangan bahasa anak tumbuh sangat pesat. Anak usia tiga tahun memiliki sekitar 900-1000 kata (Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik, 2008:73). Pada usia tiga tahun anak dapat mengungkapkan tiga kata. Anak di usia tiga tahun juga mulai memahami dan mampu merespons banyak pertanyaan yang diajukan orang disekitar anak, misalnya pertanyaan ‘apa yang sedang kamu lakukan?’ dan ‘kenapa kamu lakukan itu?’. Di usia tiga tahun anak-anak mampu mengajukan pertanyaan sederhana pada orang disekitarnya, anak mulai menggunakan kalimat yang tersusun dengan baik, dan mulai


(25)

10

menggunakan kata ganti orang secara benar (Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik, 2008: 73-74).

Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis, anak senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya (Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik, 2008: 75-76).

Menurut Muhammad Nur Mustakim (2005: 129), pada usia taman kanan-kanak 4-6 tahun anak sudah memahami bahasa berdasarkan tematik yang telah diberikan oleh guru. Kalimat anak sudah mulai sempurna dari tiga kata menjadi empat kata atau lebih. Anak sudah dapat mengoreksi kalimat yang struktur katanya kurang tepat. Anak sudah kritis menggunakan kata benda, kata kerja, dan kata ganti serta dapat memberikan alasan yang tepat. Pada anak usia TK, anak mampu memahami dan menggunakan 1500-2000 kata (Reni Akbar Hawadi, 2001: 10). Jumlah kosa kata yang dikuasai anak sangat bergantung pada orang yang paling sering berinteraksi dengan anak, baik itu teman sebaya, guru, ataupun orangtua di rumah.

Menurut Nurbiana Dhieni dkk (2005: 9.4), kemampuan berbahasa anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:


(26)

11

2. Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, ukuran bentuk, ukuran bentuk dan warna, rasa, bau, kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbangingan jarak, permukaan (kasar-halus)

3. Sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar baik

4. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicaara dan menanaggapi pembicaraan tersebut

5. Percapakan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentar terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sdendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya. Anak usia ini sudah dapat melakuakan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan berpuisi. Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada usia kanak-kanak perbendaharaan kata anak mencapai 900-2500 kata, anak mampu menjawab dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana pada orang lain, anak mulai mampu menyusun kalimat dengan baik, anak mampu menggunakan kata ganti orang, dan anak mulai tertarik pada bahasa tulis.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak TK Menurut Yudrik Jahja (2011: 55-56) terdapat lima faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, antara lain:

a. Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada masa awal perkembangan anak. Ketika anak berada pada usia dua tahun pertama mengalami sakit terus-menerus maka anak cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Oleh karena itu, orangtua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak untuk mengembangkan dan mengoptimalkan perkembangan bahasa anak.


(27)

12 b. Inteligensi

Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat inteligensinya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai inteligensi normal atau di atas normal. Namun tidak semua anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan berbahasa pada usia awal dikategorikan sebagai anak yang bodoh (Lindgren, dalam Elizabeth B. Hurlock, 1956). Selanjutnya, Hurlock mengemukakan bahwa anak yang memiliki kecerdasan tinggi akan belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul. Kelancaran berbicara pada anak yang memiliki kecerdasan yang baik pada umumnya tidak mengalami hambatan dalam berbahasa (Syamsu Yunus LN, 2009: 121).

c. Status Sosial-Ekonomi Keluarga

Anak yang secara sosial budaya berasal dari kalangan atas dan menengah lebih cepat perkembangan bahasanya daripada anak yang berasal dari kalangan bawah. Fasilitas untuk menstimulasi perkembangan bahasa anak sangat beragam berdasar pada kemampuan finansial orangtua. Orangtua dengan sosial ekonomi kebawah cenderung menyediakan fasilitas seadanya saja, namun pada orangtua dengan sosial ekonomi menengah dan ke atas penyediaan permainan sangat beragam.

d. Jenis Kelamin

Anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam aspek bahasa. Anak perempuan lebih dahulu mampu berbicara daripada anak laki-laki dan kamus kosakatanya lebih banyak daripada anak laki-laki. Namun perbedaan jenis


(28)

13

kelamin ini akan berkurang secara tajam selaras dengan berguliranya fase perkembangan dan bertambahnya usia.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sigit Purnomo dkk (2013) dalam penelitian yang berjudul perbedaan morfologis anak laki-laki dan perempuan usia 3-5 tahun PAUD Rindu Satria. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan morfologi anak perempuan dan laki-laki. Latar belakang dari penelitian yang dilakukan oleh Sigit Purnomo yaitu adanya pendapat bahwa ragam kosakata bahasa yang dikuasai anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara otak laki-laki dengan otak perempuan dalam hal bentuknya, yakni, hemisfir kiri pada otak perempuan lebih tebal daripada hemisfir kanan. Dalam perkembangannya anak laki-laki lebih lambat dalam belajar berbicara jika dibandingakan dengan anak perempuan). Selain itu, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit daripada anak perempuan. Selama proses penelitian anak perempuan lebih dominan dalam hal berbicara dan berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sigit Purnomo dkk (2013) menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak menguasai kosakata daripada anak laki-laki dalam kemampuan verbal anak perempuan lebih unggul daripada anak laki-laki. Santrock menjelaskan bahwa anak perempuan lebih unggul dalam beberapa area verbal seperti kemampuan menemukan sinonim kata-kata dan


(29)

14

memori verbal sedangkan anak laki-laki melebihi anak perempuan dalam visual spasial. Anak perempuan dalam kemampuan berbahasa sedikit lebih baik dari anak laki-laki. Dibandingkan dengan anak perempuan, dalam perkembangannya anak laki lebih lambat dalam belajar berbicara. Selain itu, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit daripada anak perempuan. Selama proses penelitian anak perempuan lebih dominan dalam hal berbicara dan berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki.

e. Hubungan Keluarga

Pada faktor ini hubungan ini dimaknai sebagai pengalaman interaksi dan komunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama orangtua yang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa pada anak. Hubungan yang sehat antara anak dan orangtua akan memfasilitasi perkembangan berbahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat akan mengakibatkan anak untuk mengalami kesulitan atau mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. Hubungan yang tidak sehat misalnya sikap orangtua yang kasar, kurang kasih sayang yang diberikan orangtua pada anak, kurangnya perhatian orangtua pada anak untuk memberikan latihan dan contoh dalam berbahasa yang baik pada anak (Syamsu Yunus LN, 2009: 122).

Berdasar faktor yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (dari dalam diri) dan faktor eksternal (dari luar atau lingkungan). Faktor eksternal


(30)

15

meliputi: status sosial-ekonomi keluarga dan hubungan keluarga. Faktor internal meliputi: jenis kelamin, kesehatan, dan inteligensi.

C. Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK 1. Pengertian Membaca Permulaan Anak TK

Menurut Farida Rahim (2011: 25) membaca merupakan sebuah proses berpikir. Untuk memahami sebuah bacaan, seorang individu terlebih dahulu memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan ekperimental. Membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan. Anak-anak belajar membedakan secara visual di antara simbol-simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk merepresentasikan bahasa lisan.

Menurut Burns (1985, dalam Haryadi dan Zamzami, 1996: 32), membaca merupakan suatu kegiatan yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan tertentu melalui tahap-tahap tertentu. Kegiatan membaca dimulai dari kegiatan mengenal huruf, kata, ungkapan, dan kalimat, serta menghubungkan dengan bunyi dan maknanya. Kemampuan membaca menjadi pedoman untuk belajar segala hal.

Reni Akbar Hawadi (2001: 36) mengungkapkan membaca permulaan adalah kemampuan anak mengenal huruf. Dengan dasar mengenal huruf akan menambah wawasan anak tentang huruf kemudian anak akan belajar menyusun huruf menjadi kata yang berarti. Sampai pada akhirnya anak menyusun kalimat dan memahami kalimat secara keseluruhan.


(31)

16

I.G.A.K. Wardani (1995: 57) mengemukakan bahwa membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam membedakan huruf, kemampuan dalam mengucapkan bunyi huruf dan kata dengan benar, mampu menggerakkan mata dengan cepat dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yang dibaca, menyuarakan tulisan yang sedang dibaca dengan benar, mampu mengenal arti tanda-tanda baca, dan mampu mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata yang diucapkan, serta tanda baca.

Kegiatan membaca untuk anak usia dini masuk dalam lingkup perkembangan bahasa keaksaraan (Permendiknas No. 58 Tahun 2009). Indikator yang sesuai termasuk dalam lingkup keakasaraan meliputi: mengenal simbol-simbol huruf, menyebutkan benda yang suara huruf awalnya sama, menyebutkan kata yang mempunyai huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf dengan membaca gambar atau menghubungkan tulisan dengan simbol, serta membaca dan menulis namanya sendiri. Kemampuan membaca anak akan muncul apabila setiap individu telah memiliki kesiapan untuk membaca. Tanda-tanda anak memiliki kesiapan membaca menurut Nurbiana Dhieni (2005: 9.3) yaitu anak mampu memahami bahasa lisan, dapat mengucapkan kata dengan jelas, dapat mengingat kata, dapat mengucapkan bunyi huruf, dapat membedakan suara atau bunyi dan objek dengan baik. Menurut Suhartono (2005: 176) tidak semua huruf konsonan dapat diperkenalkan kepada anak usia dini, diantaranya huruf f, q, v, dan z.

Berdasar uraian beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan sebuah proses berfikir yang dimulai


(32)

17

dengan mengenal huruf, kemudian berlanjut pada kemampuan menyusun huruf menjadi kata yang berarti, dan menyusun kalimat serta memahami kalimat secara keseluruhan, mampu menggerakkan mata dengan cepat dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yang dibaca, menyuarakan tulisan yang sedang dibaca dengan benar, mampu mengenal arti tanda-tanda baca, dan mampu mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata yang diucapkan, serta tanda baca. Kemampuan membaca anak akan muncul ketika anak memiliki kesiapan untuk membaca. Tidak semua huruf dapat diperkenalkan untuk anak usia dini. 2. Proses Belajar Membaca

Proses membaca melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns dkk (1977: 7, dalam Farida Rahim, 2008: 12-14), proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan. Dari beberapa aspek tersebut berikut rinciannya:

a. Aspek asosiasi yaitu proses membaca dimulai dengan sensori visual atau yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan (kegiatan melihat). Anak belajar membedakan secara visual mengenai simbol-simbol (huruf atau kata).

b. Aspek perseptual yaitu melalui aktivitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang telah diperoleh. Kegiatan persepsi melibatkan kesan sensori yang akan diterima oleh otak sehingga akan memiliki gambaran mengenai objek, gagasan, simbol, kata, frasa, dan kalimat. Seorang individu yang membaca akan memiliki gambaran tentang kata kemudian akan


(33)

18

mengungkapkannya. Setiap pembaca memiliki persepsi yang berbeda sehingga pendapat antara pembaca satu dengan yang lainnya berbeda,

c. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan memiliki kesempatan yang luas dalam mengembangkan kosakata dan konsep yang dihadapi. Pengalaman langsung atau yang bersifat konkrit akan lebih bermakna dan lebih mudah diserap oleh anak.

d. Membaca sebagai sebuah proses berfikir. Pembaca pemula harus terlebih dahulu memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan eksperimental kemudian membuat sebuah simpulan dalam suatu bahan bacaan. Oleh karena itu, seorang pembaca harus mampu berfikir secara sistematis, logis, kritis, dan kreatif. Mengenal hubungan simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca.

e. Aspek afektif yaitu proses yang berkaitan dengan kegiatan memusatkan perhatian, meningkatkan kegemaran membaca, dan menumbuhkan motivasi membaca ketika sedang membaca. Hal ini diperlukan agar anak dapat berlatih untuk terbiasa dalam memusatkan perhatiaanya dengan memberikan bacaan yang menjadi minat.

f. Aspek pemberian gagasan. Aspek gagasan ini dimulai dengan menggunakan sensori dan persepsi dengan latar belakang pengalaman dan tanggapan afektif untuk membangun makna teks yang sedang dibacanya. Pembaca dengan latar belakanag pengalaman dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan makan teks yang berbeda meskipun membaca teks yang sama.


(34)

19

Berdasarkan beberapa aspek di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pemerolehan kemampuan membaca anak yaitu dimulai dengan kegiatan melihat kemudian mempersepsikan pengalaman baru yang diperoleh di dalam otak. Pengalaman yang luas akan memberikan kesepatan pada anak untuk memiliki kosa kata yang banyak untuk anak. Proses membaca dilakukan dengan logis, sistematis, kritis, dan kreatif untuk menghubungkan simbol menjadi kata atau menjadi kalimat. Proses membaca berkaitan dengan kegiatan pemusatan perhatian sehingga akan muncul sebuah gagasan dari setiap individu sesuai apa yang telah dibaca dan dipersepsikan di dalam otak. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda meskipun sama-sama membaca buku yang sama.

3. Tahapan Membaca Permulaan

Menurut Nurbiana Dhieni (2005: 3.15), perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan, sebagai berikut:

a. Tahap Fantasi (Magical Stage)

Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah sesuatu yang penting. Anak sering melihat dan membawa buku, dan anak sudah memiliki buku favorit.

b. Tahapan Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage)

Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.


(35)

20

c. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)

Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad. d. Tahap Pengenalan Bahasa (Take Off Reader Stage)

Anak mulai menggunakan tiga system isyarat. Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda seperti pada papan iklan, kotak susu, pasta gigi, dan lainnya.

e. Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)

Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri, mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya dan isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi bacaan. Materi berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling mudah untuk dibaca, tetapi anak-anak dapat memahami struktur dan genre yang dikenal, serta materi ekpositoris yang umum.


(36)

21

Menurut Ika Budi Maryatun (tt: 2-3) terdapat beberapa tahapan membaca untuk anak usia dini, diantaranya:

Tahap Pertama: Membaca Gambar

Pada tahap ini anak diberikan gambar yang dalam satu halaman hanya terdapat satu jenis gambar saja, misalnya jika pada halaman tersebut terdapat gambar ayam, maka gambar tidak diperbolehkan dihias dengan gambar lain. Apabila gambar tersebut terdapat dalam sebuah buku, maka buku tersebut hanya berisikan gambar, belum tulisan. Misalnya:

Gambar 1. Membaca Gambar. Tahapan Kedua: Membaca Gambar dan Huruf

Keterampilan anak pada tahapan kedua ini adalah dengan memperlihatkan gambar dan tulisan makna gambar. Misalnya:


(37)

22

Tahapan Ketiga: Membaca Gambar dan Kata

Keterampilan membaca pada tahap selanjutnya adalah dengan memperlihatkan gambar dan tulisan makna gambar.

Gambar 3. Membaca Gambar dan Kata. Tahapan Keempat: Membaca Kalimat

Tahap membaca kalimat merupakan tahap paling matang dari keterampilan membaca anak. Penguasaan kosakata anak sudah banyak dan anak telah dapat merangkai kata menjadi sebuah kalimat. Pada tahapan ini anak sudah mampu membaca buku dan surat kabar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran membaca harus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Perkembangan anak berbeda-beda walaupun anak memiliki usia yang sama. Hal ini dikarenakan dalam membaca permulaan sangat bergantung pada kesiapan anak untuk membaca. Pendidik dan guru harus mampu mengenali dimana tahapan membaca anak dan peserta didiknya.


(38)

23

4. Faktor yang Mempengaruhi Membaca Permulaan Anak TK

Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold (Farida Rahim, 2011: 16) adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fisiologis

Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca anak. Gangguan pada alat bicara, pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak, misalnya kemampuan menganalisis bunyi, anak akan mengalami kesulitan apabila anak memiliki hambatan pada alat bicara dan alat pendengaran. Anak juga seringkali memiliki gangguan yang lain sehingga membuat anak mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum bekembangnya kemampuan anak untuk membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka-angka, dan kata-kata. Perbedaan pendengaran adalah kemampuan mendengarkan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak (Lamb dan Rnold, dalam Farida Rahim, 2011: 16).

b. Faktor Intelektual

Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrel yang dikutip oleh Harris dan Sipay (dalam Farida Rahim, 2011: 17) menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin (dalam Farida Rahim, 2011: 17) bahwa banyak


(39)

24

hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang memiliki kemampuan inteligensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Secara umum inteligensi tidak sepenuhnya mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca permulaan. Faktor yang lainnya juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca anak, diantaranya metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan sosial ekonomi keluarga siswa.

1) Latar Belakang dan Pengalaman Anak di Rumah

Kondisi di rumah akan mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi di rumah dapat membantu anak untuk belajar membaca. Dengan penyediaan fasilitas yang memadai akan meningkatkan kemampuan membaca anak. Anak yang tinggal dalam rumah tangga yang harmonis, penuh dengan cinta kasih dan orangtua mampu memahami anak-anaknya dengan rasa harga diri yang tinggi maka tidak akan ditemukan kendala yang berarti dalam membaca. Orangtua yang hangat dan demokratis dapat mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, kegiatan yang menantang, mengajarkan anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orangtua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah (Rubin, dalam Farida Rahim, 2011: 18). Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak-anak akan menghasilkan anak yang suka membaca. Kualitas dan luasnya


(40)

25

pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan membaca anak. pengalaman masa lalu akan memungkinkan anak untuk memahami apa yang sedang dibaca.

2) Faktor Sosial Ekonomi

Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat menyediakan permainan edukatif yang akan mengoptimalkan kemampuan membaca anak. Anak yang berasal dari keluarga yang memberikan kesempatan membaca dan menyediakan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi (Crawley & Mountain, dalam Farida Rahim, 2011: 19). Selain dengan penyediaan alat permainan edukatif pengaruh sosial juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Anak yang mendapatkan contoh bahasa yang baik dari orang dewasa maka akan mendukung perkembangan bahasa anak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ibu yang memiliki wawasan luas akan memiliki keterampilan membaca lebih cepat (John W. Santrock, 2011: 68).

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini mencakup motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

1) Motivasi

Motivasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca anak. motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Instrinsik bersumber dari anak, sedangkan motivasi ekstrinsik bersumber dari luar seperti guru ataupun orangtua.


(41)

26 2) Minat

Minat merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaan untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kemauannya sendiri.

3) Kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

Terdapat tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Anak yang mudah emosi (menangis, mudah marah, menarik diri) akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Kepercayaan diri sangat dibutuhkan di dalam kelas. anak yang memiliki kepercaya dirian yang kurang tidak akan bisa mengerjakan tugas walaupun tugas tersebut sesuai dengan kemampuannya.

C. Kerangka Pikir

Kemampuan membaca permulaan merupakan membaca yang diajarkan pada awal-awal usia anak. Membaca permulaan akan menjadikan anak untuk mengenal huruf. Kemampuan mengenal huruf akan mengembangkan kemampuan anak ke tahap selanjutnya misalnya, menyusun huruf menjadi kata, menyusun kata menjadi kalimat, dan mampu memahami kalimat yang berarti. Dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 dalam aspek perkembangan bahasa aspek keaksaraan bahwa anak usia 5-6 tahun diuraikan bahwa anak mampu mengenal simbol-simbol huruf untuk persiapan membaca, mampu


(42)

27

menghubungkan gambar atau benda dengan kata, dan mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama.

Pada kenyataannya peneliti mendapatkan fakta bahwa anak belum optimal dalam menjawab pertanyaan tentang huruf, misalnya membedakan huruf ‘b dan d’ dan ‘huruf v dan f’. Terdapat beberapa anak yang belum optimal menyebutkan nama-nama benda yang memiliki suara huruf awal yang sama dan terdapat beberapa anak yang belum optimal menghubungkan gambar atau benda dengan kata. Berdasarkan wawancara singkat yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas B menunjukkan bahwa anak-anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti memiliki kemampuan membaca yang berbeda-beda. Pendidik mengemukakan bahwa terdapat beberapa anak yang dapat membedakan huruf dan beberapa anak belum optimal dalam membedakan huruf.

Oleh karena itu, maka penelitian ini untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta.


(43)

28

Gambar 4. Skema Kerangka Pikir Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta.

1. Anak mampu

mengenal simbol-simbol huruf

2. Mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama

3. Mampu

menghubungkan

gambar atau benda dengan kata.

1. Anak masih mengalami kesalahan dalam membedakan bentuk huruf

2. Beberapa anak belum optimal dalam menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama

3. Beberapa anak belum optimal dalam menghubungkan gambar atau benda dengan kata.

Kemampuan Membaca Permulaan

Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009


(44)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Pemilihan metode ini didasarkan pada tujuan penelitian yang hendak penulis lakukan, yaitu untuk menggambarkan mengenai variabel, gejala, dan keadaan (Suharsimi Arikunto, 2005: 234).Penelitian ini akan menggambarkan kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B di TK Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan anak. Ditinjau dari jenis datanya, maka penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif karena proses pengumpulan data, pengolahan, dan penyajian data menggunakan angka.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di TK Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta. TK di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta terdiri dari 6 TK yaitu TK PKK Gedongkiwo, TK ABA Gedongkiwo, TK Pedagogia, TK Putrasurya, TK ABA Suryowijayan, dan TK ABA Dukuh. Objek penelitian pada penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan. Berikut ini ditampilkan data anak kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta:


(45)

30

Tabel 1. Daftar Sekolah dan Jumlah Anak TK di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta

No. Nama Sekolah Jumlah Anak Kelompok B

1. TK ABA Gedongkiwo 52

2. TK Pedagogia 38

3. TK ABA Dukuh 29

4. TK PKK Gedongkiwo 26

5. TK ABA Suryowijayan 30

6. TK Putra Surya 13

TOTAL 188

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di TK yang berada di Gugus Sidomukti, di antaranya TK ABA Gedongkiwo, TK Pedagogia, TK PKK Gedongkiwo, TK Pedagogia, TK ABA Suryowijayan dan TK ABA Dukuh. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Menurut Muhammad Idrus (2009: 77) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sering pula variabel penelitian dinyatakan sebagai gejala yang akan diteliti. Sementara menurut Cholid Narbuko dkk (2007: 118), variabel penelitian adalah kondisi-kondisi yang dimanipulasi, dikontrol atau diobservasi oleh peneliti. Variabel dalam penelitian ini yaitu kemampuan membaca permulaan.

2. Definisi Operasional

Agar tidak menjadi salah penafsiran dalam penelitian ini, maka berikut ini adalah definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:


(46)

31

1. Kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan mengenal huruf. Indikator kemampuan membaca permulaan pada penelitian ini adalah kemampuan membedakan huruf, kemampuan menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama, dan kemampuan menghubungkan gambar atau benda dengan kata.

2. Anak TK kelompok B adalah anak usia 5-6 tahun yang merupakan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur formal untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak dan pertumbuhan anak dalam mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai tahapan perkembangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2007: 308) adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi dengan menggunakan

checklist dan dokumentasi. 1. Observasi

Dalam penelitin ini, observasi digunakan untuk mengambil sejumlah data yang diperlukan peneliti. Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sesuatu dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumi, 2004: 69). Sejalan dengan pendapat Sukandarrumi, Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar 2006: 54) berpendapat bahwa observasi atau pengamatan itu mengandalkan pengamatan dan ingatan dari peneliti. Terdapat dua indera yang terlibat dalam melakukan pengamatan, yaitu mata dan telinga. Observasi


(47)

32

dilakukan untuk mengamati kemampuan membaca anak. Peneliti bermaksud untuk mengamati kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B di TK Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta. Observasi dilakukan dengan mengisi

checklist yang diisi oleh peneliti terhadap perilaku belajar anak, tidak diisi oleh anak itu sendiri.

2. Dokumentasi

Menurut Sukandarrumi (2004: 101), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan pribadi, transkip, buku pribadi, surat, agenda, video, foto dan lain-lain.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen (Suharsimi Arikunto, 2005: 101) merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik pengamatan atau observasi dan dokumentasi, sehingga instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan dokumentasi. Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan membaca permulaan pada anak kelas B di TK di Gugus Sidomukti Mantrijeron, Yogyakarta.

1. Lembar Pengamatan

Observasi dilaksanakan ketika proses pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanaan observasi ini, hanya terdapat satu lembar observasi (terlampir) yang


(48)

33

digunakan peneliti, yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta. Sebelum menyusun lembar pengamatan, peneliti hendaknya menyusun kisi-kisi instrumen terlebih dahulu agar memudahkan dalam menyusun lembar pengamatan. Berikut instrumen yang digunakan peneliti untu mengambil data: Tabel 2. Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan

pada Anak TK B

Variabel Sub Variabel Indikator

Kemampuan

Membaca Permulaan

Mengenal huruf Mampu membedakan huruf Mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama

Mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata.

Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan

Sub Variabel Indikator Skor Deskripsi

Kemampuan Mengenal Huruf

Mampu membedakan huruf

4 Anak mampu menyebutkan dan membedakan huruf dengan jelas dan cepat

3 Anak mampu menyebutkan dan membedakan huruf

2 Anak mampu menyebutkan dan membedakan huruf dengan bantuan guru

1 Anak tidak mampu atau salah menyebutkan dan membedakan huruf.

Mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama

4 Anak mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama dengan jelas dan cepat 3 Anak mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama

2 Anak mampu menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama dengan bantuan guru 1 Anak tidak mampu atau salah

menyebutkan nama-nama benda yang suara huruf awalnya sama dengan bantuan guru.

Menghubungkan gambar atau benda

4 Anak mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata


(49)

34

dengan kata. dengan tepat dan cepat

3 Anak mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata 2 Anak mampu menghubungkan

gambar atau benda dengan kata dengan bantuan guru

1 Anak tidak mampu atau salah menghubungkan gambar atau benda dengan kata.

Keterangan: 4 : BSB 3: BSH 2: MB 1: BB 2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil observasi peneliti. Dokumentasi yang digunakan adalah berupa foto penelitian.

G. Validasi Instrumen

Jenis validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu validitas yang disusun atas pertanyaan yang diajukan telah menggambarkan sesuatu yang telah diukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2007: 173).

Dalam penelitian ini validitas isi diuji melalui expert judgement, oleh ibu Martha Christianti, M. Pd. yaitu dosen PG-PAUD. Expert judgement merupakan teknik validasi instrumen dengan cara mengkonsultasikan isi instrumen kepada ahli di bidangnya, sehingga dimungkinkan nanti para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin diganti (Sugiyono, 2007: 177).


(50)

35 H. Teknik Analisis Data

Untuk melaporkan hasil penelitian, maka data yang diperoleh harus dianalisis terlebih dahulu agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ditetapkan. Dalam penelitian ini data penelitian yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif dimana hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam bentuk uraian (Iqbal Hasan, 2004: 30).

Menurut Burhan Bungin (2011: 181), salah satu teknik statistik deskriptif yaitu dengan menghitung persentase. Penyajian data dalam penelitian ini mengggunakan diagram batang dengan menggunakan persentase. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 102) rumus mencari persentase kemampuan membaca permulaan masing-masing anak yaitu sebagai berikut:

NP = R / SM x 100 % Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100% = Bilangan tetap

Kemudian data diinterpretasikan menjadi empat tingkatan menurut Zainal Aqib (2007: 41) sebagai berikut:


(51)

36 Tabel 4. Kriteria Penilaian Menurut Zainal Aqib

No. Kriteria Menurut Zainal Aqib

Nilai Kriteria Kemampuan Membaca Permulaan

1. Sangat Baik 76,00%-100% Berkembang Sangat Baik (BSB) 2. Baik 56%-75% Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

3. Cukup 45%-55% Mulai Berkembang (MB)

4. Kurang 0%-44% Belum Berkembang (BB)

Selanjutnya, setelah skor kemampuan masing-masing anak dipersentasekan dan telah disesuaikan dengan kriteria Zainal Aqib (2007: 41), kemudian kriteria yang diperoleh seluruh anak dipilih dan dikelompokkan sesuai kriteria (BSB, BSH, MB, dan BB) kemudian setiap kriteria ditotal. Setelah itu setiap kriteria dipersentasekan dengan rumus: jumlah anak/total anak (sampel)x100%.


(52)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta. Data diperoleh melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian yang akan disajikan oleh peneliti meliputi deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi data hasil penelitian.

1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. TK PKK Gedongkiwo

TK PKK Gedongkiwo terletak di antara rumah penduduk. TK ini memiliki tiga kelas, yaitu kelompok A, kelompok B1 dan B2. Jumlah siswa kelompok B adalah 26 siswa. TK PKK Gedongkiwo ini memiliki empat orang guru. Visi berdirinya sekolah ini yaitu terwujudnya peserta didikyang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.

b. TK ABA Gedongkiwo

TK ABA Gedongkiwo terletak di tengah tempat tinggal penduduk di daerah gedongkiwo. TK ini terdiri dari empat kelas yaitu kelompok A, kelompok B1, kelompok B2, dan kelompok B3. Jumlah anak di kelompok B sebanyak 52 anak. jumlah guru di TK ABA Gedongkiwo adalah enam guru. Ruang kelas terdiri dari area keagamaan, area bahasa, dan area balok.


(53)

38 c. TK ABA Pedagogia

TK ABA Pedagogia berlokasi di dalam kampus III UPP2 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta jalan Bantul. Di TK ini terdapat empat kelas, yaitu kelas A1, A2, B1, dan B2 dengan dua orang guru di masing-masing kelas. Kelompok B pada sekolah ini terdiri atas 36 siswa. TK Pedagogia juga memfasilitasi program Kelompok Bermain dan program After School. d. TK Putra Surya

TK Putra Surya merupakan TK yang tercakup dalam yayasan PKK yang beralamatkan di Suryowijayan MJ.1/340. TK ini memiliki 1 guru kelas dan satu guru TU. Jumlah siswa di TK ini yaitu 13 anak yang berada pada kelompok B. e. TK ABA Suryowijayan

TK ABA Suryowijayan beralamatkan di Komplek Masjid Al-Azhar, RW 06 Suryowijayan Yogyakarta. “Terbentuknya generasi yang berakhlak mulia, cerdas, dan trampil” merupakan visi dari TK ABA Suryowijayan. Jumlah pendidik di TK ABA Suryowijayan ada 6 pendidik (termasuk kepala sekolah). TK Suryowijayan memiliki tiga kelas, meliputi Kelompok A dengan jumlah 18 anak, Kelompok B1 berjumlah 15 anak dan Kelompok B2 berjumlah 15 anak. f. TK ABA Dukuh

TK ABA Dukuh berada di pinggir jalan Bantul dengan kondisi sekolah yang merupakan bagian dari sebuah masjid dan bersampingan dengan rumah-rumah penduduk sekitar. TK ABA Dukuh terdiri dari empat kelompok, yaitu kelompok A, kelompok B1 dan kelompok B2. Jumlah anak di kelompok B adalah 29 anak. Jumlah guru yang ada di sekolah ini adalah tujuh guru.


(54)

39 2. Hasil dan Deskripsi Penelitian

Data pada penelitian ini berasal dari observasi dengan menggunakan checklist lembar observasi. Indikator yang diobservasi pada penelitian ini adalah anak mampu membedakan huruf, mampu menghubungkan kata/benda dengan kata yang sesuai, dan mampu menyebutkan kata/benda dengan suara huruf awal yang sama. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

a. Analisis Data Kemampuan Membaca Permulaan Berdasarkan Masing-Masing TK di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta

Berikut adalah analisis data hasil observasi kemampuan membaca permulaan pada anak TK Kelompok B dari masing-masing sekolah di Gugus Sidomukti:

1) TK PKK Gedongkiwo

Dari observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK kelompok B di TK PKK Gedongkiwo

Kriteria Jumlah Anak Persentese

BSB 17 65,39%

BSH 4 15,39%

MB 3 11,53%

BB 2 7,69%

Total 26 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.


(55)

40

Gambar 5. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak TK di TK PKK Gedongkiwo.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kelompok B di TK PKK Gedongkiwo terdapat 17 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 65,39%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 4 anak dengan persentase 15,39%. Pada kriteria mulai berkembang diperoleh 3 anak dengan persentase 11,53%, dan pada kriteria belum berkembang terdapat 2 anak dengan persentase 7,69%. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (80,78% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di TK PKK Gedongkiwo berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

65,39%

15,39%

11,53%

7,69%

BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK PKK


(56)

41 2) TK ABA Gedongkiwo

Dari observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Gedongkiwo

Kriteria Jumlah Anak Persentase

BSB 22 42,32%

BSH 25 48,07%

MB 4 7,69%

BB 1 1,92%

Total 52 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.

Gambar 5. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Gedongkiwo.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kelompok B di TK ABA Gedongkiwo terdapat 22 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 42,32%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 25 anak dengan persentase 48,07%. Pada kriteria mulai berkembang diperoleh 4 anak dengan persentase 7,69%, dan pada kriteria belum berkembang terdapat 1 anak dengan persentase 1,92%. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa

42,32% 48,07%

7,69%

1,92% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA


(57)

42

sebagian besar (90,39% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di TK ABA Gedongkiwo berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

3) TK Pedagogia

Dari hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut:

Tabel 7. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Pedagogia

Kriteria Jumlah Anak Persentase

BSB 26 68,43%

BSH 10 26,31%

MB 2 5,26%

BB 0 0%

Total 38 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.

Gambar 6. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Pedagogia.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kelompok B di TK Pedagogia terdapat 26 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 68,43%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 10

68,43%

26,31%

5,26%

0% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Pedagogia


(58)

43

anak dengan persentase 26,31%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 2 anak dengan persentase 5,26%, dan berdasarkan di atas dapat dilihat bahwa tidak ada anak yang berada dalam kriteria belum berkembang. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (94,74% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di TK Pedagogia berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

4) TK Putrasurya

Dari hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut:

Tabel 8. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Putrasurya

Kiteria Jumlah Anak Persentase

BSB 8 61,54%

BSH 4 30,77%

MB 1 7,69%

BB 0 0%

Total 13 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.

Gambar 7. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Putrasurya.

61,54%

30,77%

7,69%

0% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK Putrasurya


(59)

44

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kelompok B di TK Putrasurya terdapat 8 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 61,54%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 4 anak dengan persentase 30,77%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 1 anak dengan persentase 7,69%, dan gambar di atas menunjukkan bahwa tidak ada anak yang berada dalam kriteria belum berkembang. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (92,31% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di TK Putrasurya berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

5) TK ABA Suryowijayan

Dari hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut:

Tabel 9. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Suryowijayan

Kiteria Jumlah Anak Persentase

BSB 21 70,00%

BSH 7 23,34%

MB 2 6,66%

BB 0 0%

Total 30 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.


(60)

45

Gambar 8. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Suryowijayan.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kelompok B di TK Suryowijayan terdapat 21 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 70,00%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 7 anak dengan persentase 23,34%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 2 anak dengan persentase 6,66%, dan gambar di atas menunjukkan bahwa tidak ada anak yang berada dalam kriteria belum berkembang. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (93,34% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di TK ABA Suryowijayan berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

70,00%

23,34%

6,66%

0% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA


(61)

46 6) TK ABA Dukuh

Dari hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut:

Tabel 10.. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Dukuh

Kiteria Jumlah Anak Persentase

BSB 19 65,52%

BSH 6 20,69%

MB 4 13,79%

BB 0 0%

Total 29 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.

Gambar 9. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Dukuh.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kelompok B di TK ABA Dukuh terdapat 19 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 65,52%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 6 anak dengan persentase 20,69%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 4 anak dengan persentase 13,79%, dan berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa tidak ada anak yang berada dalam kriteria belum berkembang. Berdasarkan

65,52%

20,69%

13,79%

0% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Dukuh


(62)

47

gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (86,21% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di TK ABA Dukuh berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

2. Analisis Data Berdasarkan Indikator

Berikut adalah analisis data hasil observasi dilihat dari setiap indikator kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantijeron Yogyakarta.

a. Analisis Data Indikator Mampu Membedakan Huruf

Dari hasil observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut:

Tabel 11. Kemampuan Membaca Permulaan pada Indikator Mampu Membedakan Huruf Anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron Yogyakarta.

Kriteria Jumlah Anak Persentase

BSB 71 37,76%

BSH 73 38,82%

MB 43 22,88%

BB 1 0,54%

Total 188 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.


(63)

48

Gambar 10. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti Mantrijeron

Yogyakarta pada Indikator Mampu Membedakan Huruf.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa TK kelompok B di Gugus Sidomukti pada indikator kemampuan membedakan huruf terdapat 71 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 37,76%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 73 anak dengan persentase 38,82%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 43 anak dengan persentase 22,88%, dan pada kriteria belum berkembang 1 anak dengan persentase 0,54%. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (76,58% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti pada indikator mampu membedakan huruf berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

37,76% 38,82%

22,88%

0,54% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti


(64)

49

b. Mampu Menyebutkan Kata atau Benda yang Suara Huruf Awalnya Sama Dari observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut ini:

Tabel 12. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Menyebutkan Kata atau Benda yang Suara Huruf Awalnya Sama.

Kriteria Jumlah Anak Persentase

BSB 78 41,50%

BSH 67 35,63%

MB 37 19,68%

BB 6 3,19%

Total 188 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.

Gambar 11. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator

Mampu Menyebutkan Kata atau Benda yang Suara Huruf Awalnya Sama.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa TK kelompok B di Gugus Sidomukti pada indikator mampu menyebutkan kata atau benda yang memiliki suara huruf awal yang sama terdapat 78 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 41,50%. Pada kriteria

41,50%

35,63%

19,68%

3,19% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Menyebutkan Kata atau Benda yang Memiliki Suara Huruf Awal yang


(65)

50

berkembang sesuai harapan terdapat 67 anak dengan persentase 35,63%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 37 anak dengan persentase 19,68%, dan pada kriteria belum berkembang 6 anak dengan persentase 3,19%. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (77,13% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti pada indikator mampu menyebutkan kata atau benda yang memiliki suara huruf awal yang sama berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

c. Mampu Menghubungkan Gambar atau Benda dengan Kata

Dari observasi yang telah dilakukan maka dapat dilihat hasil pada tabel berikut ini:

Tabel 13. Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Menghubungkan Gambar atau Benda dengan Kata.

Kriteria Jumlah Anak Persentase

BSB 100 53,20%

BSH 53 28,19%

MB 33 17,55%

BB 2 1,06%

Total 188 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.


(66)

51

Gambar 12. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Menghubungkan

Gambar atau Benda dengan Kata.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa TK kelompok B di Gugus Sidomukti pada indikator mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata.di Gugus Sidomukti terdapat 100 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 53,20%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 53 anak dengan persentase 28,19%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 33 anak dengan persentase 17,55%, dan pada kriteria belum berkembang 2 anak dengan persentase 1,06%. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (81,39% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti pada indikator mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

Selain dilihat satu persatu sekolah dan juga indikator kemampuan membaca permulaan anak TK B, maka dapat dilihat pula secara keseluruhan persentase kemampuan membaca permulaan anak kelompok B di Gugus Sidomukti.

53,20%

28,19%

17,55%

1,06% BSB BSH MB BB

Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti pada Indikator Mampu Menghubungkan Gambar


(67)

52

Tabel 14. Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti

Kriteria Jumlah Anak Persentase

BSB 113 60,12%

BSH 56 29,78%

MB 16 8,51%

BB 3 1,59%

Total 188 100,00%

Keterangan: BSB: Berkembang Sangat Baik, BSH: Berkembang Sesuai Harapan, MB: Mulai Berkembang, BB: Belum Berkembang.

Gambar 13. Histogram Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti.

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak TK Kelompok B di Gugus Sidomukti menunjukkan bahwa terdapat 113 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 60,12%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 56 anak dengan persentase 29,78%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 16 anak dengan persentase 8,51%, dan pada kriteria belum berkembang 3 anak dengan persentase 1,59%. Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (89,90% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak

60,12%

29,78%

8,51%

1,59% BSB BSH MB BB

Keamapuan Membaca Permulaan pada Anak TK Kelompok B Di Gugus Sidomukti.


(68)

53

TK kelompok B di Gugus Sidomukti berada dalam kriteria berkembang sangat baik.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis deskriptif kuantitatif yang diperoleh dari lembar observasi menunjukkan bahwa kemampuan membaca peemulaan pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti berada pada kategori BSB (Berkembang Sangat Baik). Terdapat tiga indikator yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mampu membedakan huruf, mampu menyebutkan kata atau benda yang suara huruf awalnya sama, dan mampu menghubungkan gambar atau benda dengan kata. Dari indikator yang diteliti setiap anak memiliki penguasaan yang berbeda-beda karena anak merupakan individu yang unik sehingga memiliki pencapaian perkembangan yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 188 Anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti menunjukkan bahwa terdapat 113 anak berada pada kriteria berkembang sangat baik yaitu dengan persentase 60,12%. Pada kriteria berkembang sesuai harapan terdapat 56 anak dengan persentase 29,78%, pada kriteria mulai berkembang diperoleh 16 anak dengan persentase 8,51%, dan pada kriteria belum berkembang 3 anak dengan persentase 1,59%. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (89,90% dari total keseluruhan) kemampuan membaca permulaan pada anak TK kelompok B di gugus Sidomukti berada dalam kriteria berkembang sangat baik. Presentase tersebut dihasilkan dari rekapitulasi seluruh indikator yang telah diteliti. Untuk


(69)

54

lebih jelasnya akan dipaparkan deskripsinya berdasar indikator yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan membedakan huruf

Kemampuan anak dalam membedakan huruf pada anak TK kelompok B di Gugus Sidomukti tergolong berkembang sangat baik. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa anak mampu mengambil sendiri benda yang memiliki tulisan misalnya mengambil lembar kerja di rak buku, anak telah mampu menuliskan namanya sendiri pada lembar kerja anak yang telah disediakan guru, dan anak mampu membedakan huruf konsonan dan huruf vokal. Hal ini sesuai dengan pendapat I.G.A.K Wardani (1995: 57) bahwa membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam membedakan huruf. Melalui membedakan huruf anak akan dapat merangkai kata dengan benar dan tepat sehingga kata yang dirangkai dapat dipahami oleh pembaca. Namun tidak semua anak menunjukkan hal serupa, terdapat beberapa anak yang masih mengalami kesulitan dalam membedakan nama buku yang telah disediakan. Ketika anak diberikan tugas untuk menulis benda yang memiliki suara huruf awal yang sama beberapa anak masih belum optimal dalam membedakan huruf, misalnya ketika anak akan menulis kata burung, anak akan bertanya pada guru atau temannya bentuk huruf yang tidak anak ketahui.

2. Kemampuan menyebutkan benda atau kata yang suara huruf awalnya sama Berdasar observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa indikator ini berada pada kriteria berkembang sangat baik. Indikator ini dilakukan pada kegiatan awal atau di kegiatan akhir. Pendidik melakukan kegiatan ini melalui


(1)

98

164 An 3 4 3 10 83,33% BSB

165 Pt 2 4 3 9 75,00% BSH

166 Rf 3 4 3 10 83,33% BSB

167 Rz 4 3 4 11 91,67% BSB

168 Bl 2 4 4 10 83,33% BSB

169 Yv 4 2 2 8 66,67% BSH

170 Mw 3 1 2 6 50,00% MB

171 Ft 2 1 2 5 41,67% MB

172 Hf 4 4 4 12 100.00% BSB

173 Kh 4 4 4 12 100.00% BSB

174 Dm 4 3 4 11 91,67% BSB

175 Er 3 4 4 11 91,67% BSB

176 Kh 3 3 4 10 83,33% BSB

177 Sk 3 3 3 9 75,00% BSH

178 Ar 4 3 4 11 91,67% BSB

179 Nl 3 3 4 10 83,33% BSB

180 Zh 4 4 3 11 91,67% BSB

181 Rd 4 3 4 11 91,67% BSB

182 Sl 3 3 3 9 75,00% BSH

183 Wf 3 3 4 10 83,33% BSB

184 Wd 4 4 4 12 100.00% BSB

185 Vrt 4 4 3 11 91,67% BSB

186 Zh 2 2 2 6 50,00% MB


(2)

99

188 Au 4 3 4 11 91,67% BSB

Total Skor 284 219 86 1 312 201 74 6 400 159 66 2 1803

Skor Ideal 752 564 376 188 752 564 376 188 752 564 376 188


(3)

102

LAMPIRAN 6.


(4)

103

Gambar 1. Kegiatan Anak Terkait Membaca Pemulaan pada saat

Menghubungkan Gambar dengan Kata.

Gambar 2. Kegiatan Terkait Membaca Permulaan saat Anak Menyebutkan

Nama-Nama Benda yang Suara Huruf Awalnya Sama.


(5)

104

Gambar 3. Kegiatan Terkait Membaca Permulaan saat Anak-Anak

Membedakan Huruf.

Gambar 4. Hasil Karya Anak Terkait Membaca Permulaan pada Indikator

Menyebutkan Atau Menyusun Gambar Atau Nama

Benda yang Memiliki Suara

Huruf Awal yang Sama.


(6)

105

Gambar 5. Lembar Kerja Anak Terkait Membaca Permulaan pada Indikator

Mampu Menghubungkan Gambar atau Benda dengan Kata.

Gambar 6. Lembar Kerja Anak Terkait Membaca Permulaan pada Indikator

Mampu Membedakan Huruf.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK KELOMPOK B DI TK Pengaruh Penggunaan Media Flashcard Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Keprabon Polanharjo Klaten Tahun Ajaran 2015/2016.

0 4 14

PENGARUH MEDIA KOTAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK Pengaruh Media Kotak Kata Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Kelompok B di TK Al-Islam 10 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI KEGIATAN MEMBACA ‘AISM’ PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Kegiatan Membaca ‘Aism’ Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi II Canden Sambi Boyolali Tahun Ajaran 2013-2014.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI KEGIATAN MEMBACA ‘AISM’ PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Kegiatan Membaca ‘Aism’ Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi II Canden Sambi Boyolali Tahun Ajaran 2013-2014.

0 2 10

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE SINTESA PADA ANAK KELOMPOK B TK Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Sintesa Pada Anak Kelompok B TK Jatirejo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Tahun 2012-2013.

0 1 14

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS 1 KECAMATAN SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA.

1 8 191

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DI KELOMPOK B1 TK PEDAGOGIA GUGUS III KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA.

0 0 228

STUDI KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK TK KELOMPOK B SE-KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA.

1 7 146

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN PERMAINAN KARTU KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK MASYITHOH NGASEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 168

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK DI GUGUS SIDO MULYO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA.

0 0 123