PERAN DINAS HUKUM TNI AU TERHADAP PRAJURIT DALAM PENDAMPINGAN KASUS PIDANA MILITER Peran Dinas Hukum Tni Au Terhadap Prajurit Dalam Pendampingan Kasus Pidana Militer (Studi Kasus Lanud Adi Soemarmo Surakarta) Disusun.

PERAN DINAS HUKUM TNI AU TERHADAP PRAJURIT DALAM
PENDAMPINGAN KASUS PIDANA MILITER
(Studi Kasus Lanud Adi Soemarmo Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Guna Mencapai
Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Oleh:
ANJUNG SETYA WIDYA NINGSIH
C100120236

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

HALAMAN PERSETUJUAN

PERAN DINAS HUKUM TNI AU TERHADAP PRAJURIT DALAM
PENDAMPINGAN KASUS PIDANA MILITER

(Studi Kasus Lanud Adi Soemarmo Surakarta)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

ANJUNG SETYA WIDYA NINGSIH
C100120236

Telah diperikasa dan disetujui untuk diuji oleh:

i

Pada
Hari

:

Tanggal


:

Pembimbing I

Pembimbing II

(Dr. Natangsa Surbakti, S.H., M.Hum.)

(Hartanto, S.H., M.Hum.)

Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum

(Dr. Natangsa Surbakti, S.H., M.Hum)

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 4 Mei 2016
Penulis

Anjung Setya Widya Ningsih
C100120236

iii

PERAN DINAS HUKUM TNI AU TERHADAP PRAJURIT DALAM
PENDAMPINGAN KASUS PIDANA MILITER
(Studi Kasus Lanud Adi Soemarmo Surakarta)
Anjung Setya Widya Ningsih
C100120236

Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Anjungsetya@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, terdapat tiga prinsip dasar
negara hukum yaitu: supremasi hukum, persamaan dihadapan hukum, dan
penegakan hukum. Persamaan dihadapan hukum bagi semua orang harus didasari
dengan persamaan perlakuan (equal treatment) bagi semua orang, mendapatkan
perlakuan yang sama oleh hakim (audi et alterampartem) dan memberikan
jaminan adanya akses memperoleh keadilan (acces to justice) bagi semua orang
tanpa memperdulikan latar belakangnya. Keadilan harus diberikan oleh negara
kepada semua orang, dan hukum mempunyai tugas untuk menjaganya agar
keadilan sampai kepada semua orang tanpa terkecuali seperti halnya Prajurit TNI.
Untuk kepentingan pembelaan perkara yang dihadapi oleh tersangka atau
terdakwanya yang merupakan prajurit TNI juga berhak mendapatkan bantuan
hukum disemua tingkat pemeriksaannya. Melalui Dinas Hukum TNI inilah
pemberian bantuan hukum terhadap prajurit TNI diberikan guna untuk mengawal
tercapainya keadilan dan persamaan dihadapan hukum.
Kata Kunci: Keadilan, Bantuan Hukum, Dinas Hukum TNI


ABSTRACT
Indonesia is a country which based on the law, there are three basics of principles
of the state laws which are: the rule of law,the equation in front of the law, and the
law enforcement. The equation in front of the law for everyone should be based
on the equation treatment (equal treatment) for everyone, get treatment by the
judge (audi et alterampartem) and give a guarantee the access to obtain justice
(acces tho justice) for everyone regardless of the background. Justice should be
given by the state to everyone, and the law has a duty to keep it for all without
exception as well as the soldiers military. For the sake of a defense case faced by
the the suspects or the defendants that are the soldiers military also entitled to get
the legal aid against the soldiers military given tho achieve justice and equality in
front of the law.
Keywords: Justice, Legal Aid, The Departement Of Justice Military

1

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD
1945). Terdapat tiga prinsip dasar negara hukum yaitu: supremasi hukum,

persamaan di hadapan hukum, dan penegakan hukum dengan tata cara yang tidak
bertentangan dengan aturan hukum.1 Di dalam negara hukum, semua orang
dipandang sama dihadapan hukum (equality before the law) dan semua orang
harus dapat menunjuk advokat atau penasihat hukum (access to legal counsel)
untuk dibela kepentingannya. Inilah yang dinamakan orang mempunyai hak
perlindungan hukum terhadap perbuatan penguasa yang melanggar hak asasi
manusia. Persamaan di hadapan hukum dijamin dalam Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 yang berbunyi “Setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya ”.2 Hal ini diperkuat lagi dengan adanya Pasal 28D

ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta pelakuan yang sama
di hadapan hukum.
Pemenuhan hak asasi manusia menjadi salah satu barometer dalam
menentukan maju atau tidaknya suatu negara dari aspek kesejahteraan sosial, yang
merupakan tujuan Negara Indonesia.3 Pemenuhan HAM ini termasuk didalamnya
terhadap warga negara yang terkena proses hukum, dan ini merupakan
1


A. Patra M. Zen dan Daniel Hutagalung, 2009, Panduan Bantuan Hukum Indonesia , Jakarta:
YLBHI dan PSHK, Hal. 34.
2
Frans Hendra Winarta, 2011, Bantuan Hukum Indonesia Di Indonesia, Hak Untuk Didampingi
Penasihat Hukum Bagi Semua Warga Negara , Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Hal. 52.
3
Preambule alinea ke-empat Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2

konsekuensi dari sebuah negara hukum.4 Kendatipun tidak secara eksplisit diatur
dan dinyatakan dalam UUD 1945, namun negara tetap wajib untuk memenuhinya
karena akses terhadap keadilan dalam rangka pemenuhan hak untuk diadili secara
adil merupakan salah satu ciri negara hukum. Artinya, negara berkewajiban
menjamin segala hak masyarakat yang berhubungan dengan hukum, termasuk
jaminan untuk mendapatkan bantuan hukum.5
Bantuan Hukum, merupakan salah satu perwujudan dari penjaminan dan
perlindungan hak asasi manusia khususnya bagi tersangka atau terdakwa untuk
mendapatkan perlakuan secara layak dari para penegak hukum sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai manusia.6 Dengan begitu eksistensi bantuan

hukum dalam mendampingi tersangka atau terdakwa dirasa sangat penting
sifatnya.7 Bantuan hukum sebagai salah satu subsistem dari sistem peradilan
pidana (criminal justice system) dapat memegang peran yang penting dalam
membela dan melindungi hak-hak tersangka. Untuk itu diperlukan suatu proses
hukum yang adil (due process of law) melalui suatu hukum acara pidana nasional
yang lebih manusiawi dan lebih memperhatikan hak-hak tersangka.8 Bantuan
hukum menjadi salah satu alat untuk mencapai pemenuhan hak asasi manusia
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang

4

Lihat pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945, lihat juga Undang-Undang
No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia . Jimlly Asshidiqie, 2005, Kekuasaan Kehakiman
di Indonesia(Aspek-aspek Perkembangan), Jakarta: UII Press, Hal.1 ciri-ciri Peradilan yang bebas
dan tidak memihak, Legalitas, Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
5
Frans Hendra Winarta, Op.Cit, Hal. 146
6
S. Tanusu Broto, 1983, Dasar-dasar Hukum Acara Pidana , Bandung : Amicom Bandung, Hal.
78.

7
Satjipto Rahardjo, 2008, Lapisan-lapisan dalam Studi Hukum, Malang: Bayu Media, Hal. 97.
8
Frans Hendra Winarta, Op.Cit, Hal. 72.

3

Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 56 ayat (1) yang berbunyi “setiap orang yang
tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”.
Pemberian bantuan hukum diberikan guna untuk mengawal tercapainya
keadilan dan persamaan dihadapan hukum yang harus diberikan oleh negara
kepada semua orang, dan hukum mempunyai tugas untuk menjaganya agar
keadilan sampai kepada semua orang tanpa terkecuali seperti halnya Prajurit TNI.
Anggota militer dalam kedudukannya juga berhak mendapatkan perlindungan
hukum apabila menjadi tersangka maupun terdakwa demi mempertahankan
haknya dalam rangka pembelaan diri atas perkara yang dihadapinya khususnya
TNI AU. Pemberian bantuan hukum didalam militer diatur melalui Pasal 215 UU
No. 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Untuk kepentingan pembelaan perkaranya, Tersangka atau Terdakwa
berhak mendapat bantuan hukum disemua tingkat pemeriksaan.

(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan dari
dinas bantuan hukum yang ada di lingkungan Angkatan Bersenjata.
(3) Tata cara pemberian bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Panglima.

Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 50 ayat (2) huruf f UU No. 34 Tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia yang berbunyi sebagai berikut:
“Prajurit dan prajurit siswa memperoleh rawatan dan layanan kedinasan,
yang meliputi:
a. penghasilan yang layak;
b. tunjangan keluarga;
c. perumahan/asrama/mess;
d. rawatan kesehatan;
e. pembinaan mental dan pelayanan keagamaan;
f. bantuan hukum;
g. asuransi kesehatan dan jiwa;
h. tunjangan hari tua;
i. asuransi penugasan operasi militer.”

4


Untuk mewujudkan keberhasilan pelaksanaan tugas TNI AU yang semakin
kompleks dan dinamis, diperlukan peran bantuan hukum yang memadai. Oleh
karena itu, bantuan hukum perlu dibina dan dikembangkan secara terencana,
terarah, terpadu, dan berkelanjutan agar bantuan hukum dapat dilaksanakan secara
akuntabel, profesional, efektif, dan efisien yang pada gilirannya akan dapat
memacu dan meningkatkan kreativitas serta produktivitas kerja secara optimal9
sehingga dalam pelaksaan pemberian bantuan hukum terhadap anggota militer
dilingkungan TNI AU dapat dilakukan secara baik khususnya dalam kasus pidana
militer.
Implikasinya diharapkan agar anggota militer juga mendapatkan bantuan
hukum sesuai dengan semestinya apabila terlibat dalam suatu kasus pidana
militer. Tersangka atau terdakwa yang merupakan anggota militer yang terlibat
kasus pidana militer dapat memperoleh bantuan hukum dan pembelaan dari
penasehat hukum yang profesional dalam proses peradilannya. Bantuan hukum
dalam hal kepentingan pembelaan terhadap anggota militer khususnya TNI AU
diutamakan dari Dinas Hukum yang ada di lingkungan TNI AU.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: Pertama , bagaimana prosedur pelaksanaan pemberian bantuan
hukum yang dilakukan oleh Dinas Hukum TNI AU terhadap anggota militer
menurut regulasi; Kedua , bagaimana peran Dinas Hukum TNI AU terhadap
anggota militer dalam pendampingan kasus pidana militer; Ketiga, kendala apa

9

Lihat Bab 1 Nomor 2 huruf b Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor
Perkasau/139/XII/2011 Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI AU Tentang Bantuan Hukum

5

saja yang dihadapi oleh Dinas Hukum TNI AU dalam penanganan kasus pidana
militer bagi anggota militer.
Metode pendekatan, yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian normatif dan empiris. Dengan metode penelitian yang dilakukan
dengan studi normatif dan empiris yaitu dengan tinjauan pustaka dan studi
lapangan maka dapat diketahui bagaimana penanganan kasus pidana militer dan
pemberian bantuan hukum terhadap anggota militer yang dilakukan oleh Dinas
Hukum TNI AU.
Metode analisis data, yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini
dilakukan secara kualitatif. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan
metode analisis data deskriptif kualitatif yaitu suatu analisis yang terkait dengan
pelaksanaan pemberian bantuan hukum awal dilakukan dengan deskripsi
kemudian dilakukan pencocokan peran normatif dengan peran empiris yang
dilakukan oleh Dinas Hukum TNI AU terhadap anggota militer.
Adapun pengambilan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif
dimana berangkat dari data-data yang bersifat khusus untuk membuat kesimpulan
yang bersifat umum tentang peran Dinas Hukum TNI AU terhadap Prajurit dalam
pendampingan kasus pidana militer. Bantuan hukum dalam hal ini bertujuan
untuk membantu menyelesaikan permasalahan hukum yang dihadapi oleh
pemohon hukum atau prajurit TNI.

6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Prosedur Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Yang Dilakukan oleh Dinas
Hukum TNI AU Terhadap Anggota Militer
Bantuan hukum diberikan atas dasar perintah kedinasan atau permohonan
dari pemohon bantuan hukum atau anggota militer yang diberikan oleh Dinas
Hukum Lanud Adi Soemarmo dengan harapan akan terpenuhinya hak-hak
pemohon bantuan hukum, yang dalam pelaksanaannya berpedoman kepada
tujuan, sasaran, kebijakan dasar, asas-asas, dan prinsip-prinsip yang telah
ditentukan sesuai dalam Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor
Perkasau/139/XII/2011 Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI AU Tentang Bantuan
Hukum. Bantuan hukum dalam hal ini bertujuan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan hukum yang dihadapi oleh pemohon hukum atau anggota militer.
Pelaksanaan bantuan hukum diberikan kepada pemohon bantuan hukum
dilakukan oleh Dinas Hukum TNI AU dengan tata cara sebagai berikut: (1)
Pengajuan permohonan bantuan hukum, permohonan bantuan hukum diajukan
oleh Prajurit atau PNS TNI Angkatan Udara dengan diketahui oleh Kasatker,
permohonan bantuan hukum oleh keluarga diajukan atas nama Prajurit atau PNS
TNI Angkatan Udara, dan permohonan bantuan hukum oleh Purrnawirawan atau
wredatama atau warakawuri atau duda TNI Angkatan Udara serta yayasan,
koperasi dan badan-badan hukum di lingkungan TNI Angkatan Udara diajukan
langsung oleh pemohon bantuan hukum; (2) Penelitian permohonan bantuan
hukum, permohonan bantuan hukum yang diajukan oleh pemohon bantuan
hukum, diteliti dan dipelajari terlebih dahulu oleh pelaksana bantuan hukum; (3)

7

Pelaksanaan bantuan hukum, permohonan bantuan hukum yang telah disetujui
ditindak lanjuti dengan surat perintah dan surat kuasa kepada personel yang
ditunjuk untuk melaksanakan tugas sebagai pelaksana bantuan hukum; (4)
Laporan pelaksanaan bantuan hukum, bantuan hukum yang telah sesuai
dilaksanakan dilaporkan secara tertulis sesuai dengan hierarkis.10

Peran Dinas Hukum TNI AU Terhadap Anggota Militer Dalam
Pendampingan Kasus Pidana Militer
Peran Dinas Hukum dilihat dari Pasal 215 No. 31 Tahun 1997 sebenarnya
sama dengan peran pengacara atau penasihat hukum atau advokat pada umumnya.
Bisa dikatakan Dinas Hukum berperan sebagai pengacara atau penasihat hukum
bagi anggota militer. Dalam hal ini dikarenakan penasihat hukum yang diberikan
kepada anggota militer yang terlibat suatu kasus diutamakan dari Dinas Hukum
itu sendiri yang ada di lingkungan TNI, sedangkan advokat atau pengacara yang
ada pada umumnya biasanya sebagai penasihat hukum pada golongan masyarakat
sipil.11 Pendampingan yang dilakukan oleh Dinas Hukum Lanud Adi Soemarmo
terhadap anggota militer yang terlibat kasus pidana militer ada beberapa tahap
yakni sebagai berikut: (1) Pemeriksaan penyidikan; (2) Pemeriksaan oditur; (3)
Pemeriksaan persidangan.

10

Sulastri S.H. Kepala Urusan Bantuan Hukum Lanud Adi Soemarmo. Wawancara Pribadi.
Surakarta. 10 Februari 2016. Pukul 09.00 WIB, lihat juga Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara
Nomor Perkasau/139/XII/2011 Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI AU Tentang Bantuan Hukum.
11
Mayor Soni Sonjaya, S.H, M.H. Kepala Hukum Lanud Adi Soemarmo. Wawancara Pribadi.
Surakarta. 17 Februari 2016. Pukul 10.00 WIB.

8

Kendala Pemberian Bantuan Hukum Yang Dihadapi Oleh Dinas Hukum
TNI AU
Kendala yang dihadapi oleh Dinas Hukum TNI AU Lanud Adi Soemarmo
dalam penanganan kasus pidana militer bagi anggota militer yakni sebagai
berikut:12
a. Keterbatasan SDM
Dalam hal ini disebabkan banyaknya kinerja pada Dinas Hukum Lanud
Adi Soemarmo dikaitkan dengan pokok-pokok tugas bantuan hukum misalkan
saja salah satu dari anggota atau pengurus Dinas Hukum Lanud Adi Soemarmo
sedang tugas keluar untuk mendampingi tersangka atau bersidang di
Pengadilan Militer Jogyakarta maka kinerja dikantor jadi ikut tersendat. Selain
itu banyaknya jumlah kasus yang harus ditangani tidak seimbang dengan
jumlah pengurus Dinas Hukum Lanud Adi Soemarmo. Bisa dikatakan bahwa
jumlah anggota atau pengurus yang ada di dalamnya itu masih kurang.
b. Masalah transportasi
Seperti kita ketahui bahwa di setiap Lanud pasti ada transportasi yang
disediakan untuk menunjang kinerja TNI AU dalam menjalankan tugas setiap
harinya, tetapi transportasi yang ada di dalam Lanud Adi Soemarmo bisa
dikatakan terbatas, jadi apabila ada transportasi yang tidak terpakai oleh
anggota yang lainnya maka pengurus atau anggota Dinas Hukum Lanud Adi
Soemarmo bisa mempergunakan transportasi tersebut dalam menjalankan
tugasnya keluar kantor untuk bersidang dan lain lain. Akan tetapi apabila

12

Mayor Soni Sonjaya, S.H, M.H. Kepala Hukum Lanud Adi Soemarmo. Wawancara Pribadi.
Surakarta. 17 Februari 2016. Pukul 10.00 WIB.

9

semua transportasi yang ada di Lanud digunakan oleh anggota-anggota Lanud
dalam hal kepentingan untuk kinerja yang lainnya maka tidak ada transportasi
yang bisa digunakan oleh pengurus atau anggota Dinas Hukum Lanud Adi
Soemarmo apabila mau keluar kantor untuk bersidang dipengadilan dan
sebagainya. Seringkali anggota atau pengurus Dinas Hukum Lanud Adi
Soemarmo menggunakan kendaraan pribadi (transportasi) untuk melaksanakan
kinerja di luar kantor seperti sidang di pengadilan dan lain sebagainya. Dalam
hal ini transportasi sangatlah penting bagi pelaksana bantuan hukum akan
tetapi pada kenyataannya tidak ada transportasi khusus tersendiri untuk Dinas
Hukum Lanud Adi Soemarmo.

PENUTUP
Kesimpulan
Pertama, Pelaksanaan bantuan hukum diberikan kepada pemohon bantuan

hukum dilakukan oleh Dinas Hukum TNI AU dengan tata cara sebagai berikut:
(1) Pengajuan permohonan bantuan hukum, permohonan bantuan hukum diajukan
oleh Prajurit atau PNS TNI Angkatan Udara dengan diketahui oleh Kasatker,
permohonan bantuan hukum oleh keluarga diajukan atas nama Prajurit atau PNS
TNI Angkatan Udara, dan permohonan bantuan hukum oleh Purrnawirawan atau
wredatama atau warakawuri atau duda TNI Angkatan Udara serta yayasan,
koperasi dan badan-badan hukum di lingkungan TNI Angkatan Udara diajukan
langsung oleh pemohon bantuan hukum; (2) Penelitian permohonan bantuan
hukum, permohonan bantuan hukum yang diajukan oleh pemohon bantuan
hukum, diteliti dan dipelajari terlebih dahulu oleh pelaksana bantuan hukum; (3)

10

Pelaksanaan bantuan hukum, permohonan bantuan hukum yang telah disetujui
ditindak lanjuti dengan surat perintah dan surat kuasa kepada personel yang
ditunjuk untuk melaksanakan tugas sebagai pelaksana bantuan hukum; (4)
Laporan pelaksanaan bantuan hukum, bantuan hukum yang telah sesuai
dilaksanakan dilaporkan secara tertulis sesuai dengan hierarkis.
Kedua, peran Dinas Hukum dilihat dari Pasal 215 No. 31 Tahun 1997

sebenarnya sama dengan peran pengacara atau penasihat hukum atau advokat
pada umumnya. Bisa dikatakan Dinas Hukum berperan sebagai pengacara atau
penasihat hukum bagi anggota militer. Dalam hal ini dikarenakan penasihat
hukum yang diberikan kepada anggota militer yang terlibat suatu kasus
diutamakan dari Dinas Hukum itu sendiri yang ada di lingkungan TNI, sedangkan
advokat atau pengacara yang ada pada umumnya biasanya sebagai penasihat
hukum pada golongan masyarakat sipil. Pendampingan yang dilakukan oleh Dinas
Hukum Lanud Adi Soemarmo terhadap anggota militer yang terlibat kasus pidana
militer ada beberapa tahap sebagai berikut: (1) Pemeriksaan penyidikan; (2)
Pemeriksaan oditur; (3) Pemeriksaan persidangan.
Ketiga, kendala yang dihadapi oleh Dinas Hukum TNI AU Lanud Adi

Soemarmo dalam penanganan kasus pidana militer bagi anggota militer yakni
sebagai berikut: (1) keterbatasan SDM, hal ini disebabkan karena banyaknya
jumlah kasus yang harus ditangani tidak seimbang dengan jumlah pengurus Dinas
Hukum Lanud Adi Soemarmo. Bisa dikatakan bahwa jumlah anggota atau
pengurus yang ada di dalamnya itu masih kurang; (2) masalah transportasi,
seperti kita ketahui bahwa di setiap Lanud pasti ada transportasi yang disediakan

11

untuk menunjang kinerja TNI AU dalam menjalankan tugas setiap harinya, tetapi
transportasi yang ada di dalam Lanud Adi Soemarmo bisa dikatakan terbatas.
Seringkali anggota atau pengurus Dinas Hukum Lanud Adi Soemarmo
menggunakan kendaraan pribadi (transportasi) untuk melaksanakan kinerja di luar
kantor seperti sidang di pengadilan dan lain sebagainya. Dalam hal ini transportasi
sangatlah penting bagi pelaksana bantuan hukum akan tetapi pada kenyataannya
tidak ada transportasi khusus tersendiri untuk Dinas Hukum Lanud Adi
Soemarmo.

Saran
Pertama, Kepala Staf Angkatan Udara dan jajarannya yang berwenang

dalam pembuatan peraturan mengenai bantuan hukum yang dilakukan Dinas
Hukum TNI AU sebaiknya memasukkan peraturan-peraturan baru mengenai
penambahan anggota di dalam Dinas Hukum dikaitkan dengan pokok-pokok
tugas bantuan hukum yang seringkali tersendat disebabkan karena banyaknya
jumlah kasus yang harus ditangani tidak seimbang dengan jumlah pengurus yang
ada di dalam Dinas Hukum agar pelaksanaan bantuan hukum yang diberikan oleh
Dinas Hukum dapat berjalan lancar dan tanpa ada kendala apapun.
Kedua,

Peraturan

Kepala

Staf

Angkatan

Udara

Nomor

Perkasau/139/XII/2011 Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI AU Tentang Bantuan
Hukum di dalam Bab III mengenai Pokok-pokok Bantuan Hukum nomer 17 huruf
d menyatakan bahwa “Kendaraan Operasional. Untuk dapat terlaksananya tugas
bantuan hukum dilengkapi dengan kendaraan operasional sesuai dengan

kemampuan satuan.” Dalam hal ini alangkah baiknya kalau Kepala Staf Angkatan

12

Udara dan jajarannya yang berwenang memberikan transportasi khusus tersendiri
untuk Dinas Hukum TNI AU agar kinerja Dinas Hukum tidak tersendat karena
tidak adanya transportasi khusus tersendiri saat pelaksanaan tugas bantuan hukum
yang ada di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Asshidiqie, Jimlly, 2005, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia(Aspek-aspek
Perkembangan), Jakarta: UII Press.
Broto, S. Tanusu, 1983, Dasar-dasar Hukum Acara Pidana , Bandung : Amicom
Bandung.
M. Zen, A. Patra, dkk, 2009, Panduan Bantuan Hukum Indonesia , Jakarta:
YLBHI dan PSHK.
Rahardjo, Satjipto, 2008, Lapisan-lapisan dalam Studi Hukum, Malang: Bayu
Media.
Winarta, Frans Hendra. 2011, Bantuan Hukum Indonesia Di Indonesia, Hak
Untuk Didampingi Penasihat Hukum Bagi Semua Warga Negara ,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasca Amandemen.
Undang-undang No. 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Perkasau/139/XII/2011 Buku
Petunjuk Pelaksanaan TNI AU Tentang Bantuan Hukum.

13

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PRAJURIT TNI-AU LANUD ABDULRACHMAN SALEH MALANG

0 5 94

SKRIPSI Peran Dinas Hukum Tni Au Terhadap Prajurit Dalam Pendampingan Kasus Pidana Militer (Studi Kasus Lanud Adi Soemarmo Surakarta) Disusun.

0 3 13

PENDAHULUAN Peran Dinas Hukum Tni Au Terhadap Prajurit Dalam Pendampingan Kasus Pidana Militer (Studi Kasus Lanud Adi Soemarmo Surakarta) Disusun.

0 2 16

PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN NASIONALISME PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN KELUARGA TNI AU Pendidikan Karakter Disiplin Dan Nasionalisme Pada Anak Dalam Lingkungan Keluarga TNI AU (Studi Kasus pada Anak di Komplek Lanud Adi Soemarmo Colomadu, Kabupaten Kar

0 0 15

PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN NASIONALISME PADA ANAK DALAM LINGKUNGAN KELUARGA TNI AU Pendidikan Karakter Disiplin Dan Nasionalisme Pada Anak Dalam Lingkungan Keluarga TNI AU (Studi Kasus pada Anak di Komplek Lanud Adi Soemarmo Colomadu, Kabupaten Kar

0 1 13

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI KALANGAN MILITER (Studi Terhadap Peran POM AD Dalam Penyelidikan Tindak Pidana di Kalangan TNI AD, Studi Kasus di DEN POM AD Kota Surakarta).

0 0 14

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PERZINAHAN YANG DILAKUKAN PRAJURIT TNI DI WILAYAH HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PERZINAHAN YANG DILAKUKAN PRAJURIT TNI DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II-10 SEMARANG DAN PENGADILAN MILITER II-11 YOGYAKARTA.

0 0 12

PERANAN POLISI MILITER TNI-AD D4 DALAM MENEGAKAN HUKUM PIDANA MILITER.

0 2 5

PERAN DAN FUNGSI POLISI MILITER DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH PRAJURIT TNI-AD DI WILAYAH DENPOM 1/4 PADANG.

0 0 6

PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN FISIK BERBASIS KAJIAN SISTEM ENERGI UNTUK PEMBENTUKAN KESEGARAN JASMANI PRAJURIT TNI AU (Studi Pengembangan pada Prajurit Siswa Tamtama Skadron Pendidikan 404 Lanud Adi Soemarmo Surakarta).

0 0 17