MEMPERKUAT UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING.

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini

oleh

Dianti Yunia Sari NIM 1201050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2014


(2)

Oleh Dianti Yunia Sari

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 2014

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Dasar

© Dianti Yunia Sari 2014

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Nopember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi ... 9

BAB II KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA DAN PROJECT BASED LEARNING A. Pendidikan Karakter ... ... 10

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 11

2. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini……... 11

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... ... 17

4. Kemandirian sebagai Karakter Dasar bagi Anak Usia Dini ... ... 19

B. Pengembangan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini ... 21

1. Pengertian Kemandirian ... ... 21


(5)

3. Jenis-jenis Kemandirian ... ... 25

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Usia Dini 27 5. Menumbuhkembangkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini ... 30

C. PBL sebagai Salah Satu Cara untuk Mengembangkan Karakter Kemandirian Siswa ... 33

1. Pengertian PBL ... ... 33

2. Karakteristik PBL……... ... 35

3. Tujuan dan Manfaat PBL... ... 36

4. Tahapan PBL ... 39

5. Hambatan, Kelebihan, dan Kelemahan PBL ... ... 41

6. Mengembangkan Karakter Kemandirian Siswa melalui PBL ... ... 43

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian ... 48

B. Partisipan dan Subjek Penelitian ... 49

C. Penjelasan Istilah ... 50

D. Instrumen Penelitian ... 51

E. Prosedur Penelitian ... 52

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 64

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... ... 66

1. Upaya Pengembangan Karakter Kemandirian Siswa Kelas Rendah... ... 66

2. Kesulitan yang dihadapi dalam Upaya Pengembangan Karakter Kemandirian Siswa Kelas Rendah……... .. 75

3. Proses pelaksanaan PBL untuk Memperkuat Upaya Pengembangan Karakter Kemandirian Siswa Kelas Rendah... 75


(6)

4. Hasil Model PBL dalam Upaya Memperkuat Karakter

Kemandirian Siswa Kelas Rendah ... ...129

B. Pembahasan... ... 132

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 142

B. Rekomendasi ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 145

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 149 RIWAYAT HIDUP PENULIS


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian melalui model Project Based Learning (PBL). Penerapan model PBL diharapkan akan menumbuhkan minat belajar siswa kelas rendah di SD Interaktif Gemilang Mutafannin dan dapat mengembangkan karakter kemandirian mereka. Untuk melakukan penelitian tentunya diperlukan suatu rancangan (desain) dan metode penelitian agar peneliti memperoleh data berdasarkan tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012, hlm. 3) bahwa metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Disamping metode penelitian rancangan penelitian (desain) menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis dan mencatat kondisi lapangan serta temuan-temuan kejadian yang muncul di lapangan. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memperoleh hasil dari proses dan dampak dari tindakan yang diberikan.

Penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk melihat perkembangan kemandirian siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model PBl yang dapat menumbuhkan kemandirian siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya secara berkelompok. Sehingga dalam setiap kegiatan yang dilakukan melalui model PBL diharapkan karakter kemandirian siswa dapat berkembang secara optimal. Setiap aktivitas yang dilakukan tentunya memerlukan tindakan atau perlakuan yang dapat mengembangkan kemandirian siswa.


(8)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas atau lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas. Penyelenggaraan PTK ini diselenggarakan secara kolaborasi dengan guru kelas rendah SD Interaktif Gemilang Mutafannin sebagai mitra dalam penelitian, dimana peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Kunandar (2012, hlm. 47) PTK adalah suatu penelitian yang berbasis kelas. Penelitian dapat dilakukan secara mandiri, tetapi alangkah baiknya kalau dilaksanakan secara kolaboratuf, baik dengan teman sejawat, kepala sekolah, pengawas, widyaiswara, dosen dan pihak lain yang relevan dengan PTK. Langkah pertama merencanakan penelitian tindakan kelas kolaboratif adalah mengidentifikasi dan menetapkan masalah. Selama mengajar guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat pengelolaan kelas maupun yang bersifat instruksional. Kemudian menganalisis dan merumuskan masalah yaitu dengan melakukan evaluasi, mengevaluasi hasil analisis dan bagaimana tindak lanjutnya. Terakhir adalah merencanakan perbaikan, setelah guru mengetahui permasalahan yang dihadapi dan merumuskan masalah tersebut langkah selanjutnya adalah guru mencari cara untuk mengatasi atau memperbaiki permasalahan tersebut.

Sesuai dengan rumusan di atas penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang bertujuan untuk memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian siswa melalui model PBL.

Desain penelitian yang dilakukan diadaptasi dari penelitian tindakan kelas (PTK) yang di kemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2008, hlm. 16) yang menyatakan bahwa terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.


(9)

Penelitian dilaksanakan di SD Interaktif Gemilang Mutafannin, Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Siswa SD Interaktif Gemilang Mutafannin terletak di Jl. Raya Gadobangkomh 167 b, desa Cimareme, kecamatan Ngamprah. Subjek penelitian adalah siswa SD kelas rendah, tepatnya kelas II Sekolah Dasar Interaktif Gemilang Mutafannin yang berjumlah 16 orang, terdiri dari 5 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Adapun kriteria pemilihan subjek didasarkan pada usia subjek, yaitu usia 7-8 tahun.

C. Penjelasan Istilah

Terdapat beberapa istilah dalam penelitian ini yang didefinisikan sebagai berikut:

a. Kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tindakan tanpa bergantung pada orang lain. Segala sesuatu yang dilakukannya berdasarkan keyakinan pada diri sendiri sehingga dapat mengambil suatu keputusan dengan berani, mempunyai inisiatif untuk mandiri yang berwujud dalam bentuk keinginan-keinginan untuk mengalami sendiri, memahami sendiri, dapat menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku dilingkungannya. serta dapat mempertanggungjawabkan segala tindakannya. Kemandirian pada penelitian ini di fokuskan pada aspek (1) percaya diri, (2) kemampuan menentukan pilihan, (3) memiliki inisiatif, (4) dapat menyesuaikan diri, (5) bertanggung jawab.

b. Model Project Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik dapat memecahkan permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari baik perseorangan maupun kelompok. PBL dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang berpusat pada anak yang membutuhkan adanya pastisipasi aktif dari anak dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemandiriannya melalui enam tahapan pembelajaran, yaitu yaitu: 1) dimulai dengan pertanyaan esensial (Start With Essential Question), 2) perencanaan aturan pengerjaan proyek (Design a Plan


(10)

Project), 3) membuat jadwal aktivitas (Create a Schedule), 4) memonitoring perkembangan proyek siswa (Monitor the Students and the Progress of the Project), 5) penilaian hasil kerja siswa (Asseess the Out Come) dan 6) evaluasi pengalaman belajar siswa (Evaluate the Experience).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yang digunakan untuk mengamati kemandirian siswa kelas rendah di SD Interaktif Gemilang Mutafannin melalui PBL. Instrumen penelitian pendukung yang digunakan adalah telaah dokumentasi terkait dengan program pembelajaran.

Berdasarkan kisi-kisi penelitian dikembangkan alat penelitian yang berkenaan dengan pengembangan kemandirian siswa. Adapun instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrument yang berupa pedoman observasi.

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengobservasi siswa dalam penelitian ini, berfungsi sebagai bahan untuk menemukan masalah yang terdapat dalam penelitian yang berhubungan kemandirian siswa dengan proses pembelajaran melalui PBL.

Tabel 3.1

Kisi –kisi Instrumen Karakter Kemandirian Siswa Kelas Rendah Aspek yang

diamati

Sub Indikator Tehnik pengumpulan

data

Responden

1. Percaya Diri a. Memiliki keyakinan terhadap diri sendiri

Observasi Dokumentasi


(11)

Aspek yang diamati

Sub Indikator Tehnik pengumpulan

data

Responden

b.Berani tampil 2. Kemampuan untuk menentukan pilihan Berani mengambil keputusan Observasi Dokumentasi Siswa

3. Inisiatif a. Rasa ingin tahu yang tinggi

Observasi Dokumentasi

Siswa

b. Memiliki prakarsa dalam memecahkan masalah 4. Menyesuaikan diri a. Memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik Observasi Dokumentasi Siswa

b. Mampu mengontrol diri sendiri

5. Bertanggung jawab

Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas atau

pekerjaannya

Observasi Dokumentasi

Siswa

E.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru kelas. Peneliti yang melakukan proses pembelajaran dan guru kelas bertindak sebagai observer yang melakukan pengamatan kemandirian


(12)

siswa dengan menggunakan pedoman observasi dan dokumentasi. Pada setiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam penelitian tindakan kelas, tahapan yang dimaksud menurut Arikunto (2008, hlm.16) yaitu 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) observasi (pengamatan), 4) analisis dan refleksi (reflecting). Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian dijelaskan dalam gambar berikut ini.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS III

Pengamatan Refleksi


(13)

Gambar 3.1

Prosedur Penelitian (Arikunto, 2008, hlm. 16)

1. Perencanaan

Pada tahapan pertama ini, peneliti melakukan observasi kepada sekolah yang telah ditentukan dan meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Interaktif Gemilang Mutafannin untuk melakukan observasi penelitian dan meminta bantuan kepada guru kelas sebagai pengajar dalam kegiatan penelitian. Ketika izin penelitian telah diberikan oleh Kepala Sekolah dan guru kelas bersedia untuk membantu, maka langkah selanjutnya peneliti melakukan observasi dengan maksud untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi siswa. Khususnya siswa kelas rendah di SD Interaktif Gemilang Mutafannin.

Adapun studi pendahuluan yang dilakukan peneliti adalah kurangnya kemandirian siswa dalam aspek percaya diri, menentukan pilihan, inisiatif, menyesuaikan diri serta bertanggungjawab. Kemandirian siswa pada aspek kemandirian tersebut masih belum berkembang secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan sikap siswa yang meminta bantuan guru atau temannya untuk mengerjakan tugas nya dan model pembelajaran yang dilaksanakan belum maksimal dalam mengembangkan kemandirian siswa tersebut.

Setelah menemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran mengenai perilaku kemandirian siswa di kelas rendah, selanjutnya, peneliti merencanakan solusi dalam pembelajaran berikutnya, yaitu dengan menerapkan model Project Based Learning (PBL). Model PBL merupakan model pembelajaran yang mempunyai tujuan agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya, mulai dari menemukan masalah,


(14)

merancang, memecahan masalah, membuat keputusan, serta dapat mengambil kesimpulan dari seluruh proses pembelajaran yang dialaminya.

Langkah-langkah pembelajaran dalam PBL sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (Aziz dan Hermahawan, 2013, hlm. 751) terdiri dari enam tahapan pembelajaran, yaitu: 1) dimulai dengan pertanyaan esensial (Start With Essential Question), 2) Perencanaan aturan pengerjaan proyek (Design a Plan Project), 3) Membuat jadwal aktivitas (Create a Schedule), 4) Memonitoring perkembangan proyek siswa (Monitor the Students and the Progress of the Project), 5) Penilaian hasil kerja siswa (Asseess the Out Come) dan 6) Evaluasi pengalaman belajar siswa (Evaluate the Experience).

Setelah melakukan observasi aktivitas pembelajaran berlangsung, peneliti mulai mengindentifikasi permasalahan dengan melakukan pengkajian pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik integrated kelas rendah SD, Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar serta indikator, menelaah buku-buku yang dipergunakan selama pembelajaran dan materi pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.

2. Tindakan

Adapun prosedur penelitian tindakan kelas di SD Interaktif Gemilang Mutafannin adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

1) Perencanaan I

Berdasarkan hasil temuan awal, peneliti merancang rencana tindakan mulai dari menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan, merancang RPP dan membuat pedoman observasi. Tema yang akan diajarkan adalah tentang hidup rukun yang diuraikan lagi menjadi sub tema yaitu hidup rukun di rumah yang dilaksanakan secara tematik integrated.


(15)

Untuk mendukung pembelajaran dalam siklus I, guru menyediakan media video yang menampilkan hidup rukun di rumah. Di samping itu, pada tahap ini, guru dan siswa melaksanakan model PBL sesuai RPP yang telah dibuat dan permasalahan yang ditemukan. Diawali dengan kegiatan pendahuluan dimana guru membimbing siswa untuk berdo’a sebelum belajar. Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan permainan bermain tepuk dan guru mengajukan pertanyaan “anak-anak siapa yang mempunyai adik atau kakak di rumah?”, siapa yang suka bermain dengan adik atau kakak?”, kemudian dengan bimbingan guru, anak menjelaskan apa saja yang mereka lakukan bersama anggota keluarga.

Setelah pendahuluan, dilanjutkan dengan kegiatan inti, dimana setelah menjelaskan tentang hidup rukun di rumah, kemudian guru masuk pada tahapan model PBL. Dalam Model PBL ada enam tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial (Start With Essential Question), pada tahap ini guru menampilkan video yang berjudul berebut mainan dan video sayang adik dan kakak. Setelah video yang di tampilkan, guru meminta pendapat, komentar, tanggapan serta kritik dari siswa mengenai isi video tersebut. Guru memotivasi siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan terkait topik hidup rukun di rumah, serta mengarahkan pertanyaan siswa kepada hal yang lebih spesifik. Misalnya: “di dalam hidup rukun kita harus berperilaku bagaimana?”. Dari pendapat, komentar, tanggapan serta kritik yang disampaikan siswa maka guru meminta siswa untuk menyebutkan kata-kata yang berhubungan dengan hidup rukun dan tidak rukun.

2. Perencanaan aturan pengerjaan proyek (Design a Plan Project), pada tahap ini guru bersama siswa secara kolaboratif memilih kegiatan sesuai dengan keinginan siswa, menentukan sendiri alat dan bahan yang diperlukan serta menetapkan aturan main. Setelah siswa dapat


(16)

memunculkan kata-kata yang berhubungan dengan hidup rukun dan tidak rukun. Kemudian Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dengan jumlah 3 orang. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan adalah bermain kata. Setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan proyek apa yang akan dibuat dari kata-kata yang tersedia di papan tulis. Selanjutnya setiap kelompok mengusulkan proyeknya dan guru membimbing siswa dalam menentukan kegiatan yang mereka inginkan. Contoh: menggambar, puisi, bercerita. Langkah selanjutnya siswa dapat menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan dan menetapkan aturan main. Seperti: kata-kata hidup rukun dan tidak rukun dapat ditambahkan, boleh diulang.

3. Membuat jadwal aktivitas (Create a Schedule), pada tahap ini Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: setiap kelompok memberikan usul mengenai waktu yang dibutuhkan selama mengerjakan proyek.

4. Memonitoring perkembangan proyek siswa (Monitor the Students and the Progress of the Project). Pada tahap ini guru melakukan monitor terhadap kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap prosesnya di antaranya: guru melakukan pengecekan kembali pada setiap kelompok mengenai kesesuaian perencanaan kegiatan proyek yang akan dilakukan, guru memastikan siswa dapat melakukan kegiatan proyek sesuai dengan keinginan dan mengarahkan siswa apabila siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan proyek.

5. Penilaian hasil kerja siswa (Assess the Outcome), pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa yang meliputi: kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. Kemudian menilai kemampuan siswa


(17)

dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat dan teknik serta melakukan pengecekan kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan kegiatan proyek.

6. Evaluasi pengalaman belajar siswa (Evaluate the Experience), kegiatan pembelajaran pada tahap ini meliputi: siswa menampilkan dan menceritakan hasil proyek yang telah dibuat, kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan komentar, tanggapan, maupun pertanyaan mengenai hasil proyek kelompok yang tampil dan siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama mengerjakan proyek.

3) Observasi I

Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam tahapan ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pedoman untuk mengetahui sejauh mana kemandirian siswa dalam proses pembelajaran pada setiap tahapan PBL.

4) Refleksi I

Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengkaji dan menganalisis apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan cara mengidentifikasi kemajuan-kemanjuan serta kekurangan-kekurangan atau hambatan yang dihadapi.

Hasil reflleksi ini memberikan gambaran bagaimana kemandirian siswa apabila menggunakan model PBL. Selanjutnya, hasil refleksi ini dapat dijadikan masukan bagi peneliti dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya.

2. Siklus II

1) Perencanaan II

Perencanaan tindakan pada siklus II ini merupakan hasil dari refleksi yang dilakukan pada akhir refleksi I. Perencanaan yang dilakukan


(18)

pada siklus II ini yaitu menetapkan/merumuskan keunggulan dan kelemahan yang dicapai pada siklus I, meninjau kembali skenario pembelajaran berupa RPP pada topik hidup rukun di rumah untuk diterapkan pada siklus II, menyusun lembar observasi kemandirian siswa, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

2) Tindakan II

Tindakan II merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan yang telah disepakati untuk mengatasi masalah pada siklus I yang belum tuntas. Pada siklus II ini juga dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, sama seperti siklus I. Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, guru membimbing siswa untuk berdo’a, selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Di akhir kegiatan ini, guru memberikan apersepsi dengan melakukan permainan lingkaran besar lingkaran kecil.

Memasuki kegiatan inti, setelah guru menjelaskan tentang hidup rukun di rumah, kemudian proses pembelajaran dilangsungkan dengan menggunakan model PBL. Model PBL dilaksanakan melalui enam tahapan pembelajaran yaitu:

1. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial (Start With Essential Question), pada tahap ini guru membacakan buku cerita yang berjudul Hiu yang suka tersenyum. Kemudian guru meminta pendapat, komentar, tanggapan serta kritik dari siswa mengenai isi buku tersebut tersebut. Guru memotivasi siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan terkait topik hidup rukun dengan teman, serta mengarahkan pertanyaan siswa kepada hal yang lebih spesifik. Misalnya: “siapa yang mempunyai teman bermain di sekitar rumah?”, “Biasanya suka bermain


(19)

apa ya?”. Kemudian guru menampung pendapat, pertanyaan serta jawaban siswa.

2. Perencanaan aturan pengerjaan proyek (Design a Plan Project), pada tahap ini guru bersama siswa secara kolaboratif memilih kegiatan sesuai dengan keinginan siswa, menentukan sendiri alat dan bahan yang diperlukan serta menetapkan aturan main. Guru meminta siswa untuk menyebutkan jenis permainan yang sering dilakukan bersama teman bermainnya. Kemudian Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dengan jumlah 3 orang. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan adalah membuat jenis permainan. Guru membebaskan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan jenis permainan apa yang akan dibuat sesuai dengan bahan yang tersedia. Setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan alat permainan yang akan dibuat dan menentukan bahan yang dibutuhkan. Selanjutnya setiap kelompok mengusulkan jenis permainan dan guru membimbing siswa dalam menentukan kegiatan yang mereka inginkan serta menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan dan menetapkan aturan main. Seperti: alat permainan yang dibuat berbeda setiap kelompoknya, bahan yang dibutuhkan boleh sama, setiap kelompok bertanggungjawab atas alat dan bahan belajarnya.

3. Membuat jadwal aktivitas (Create a Schedule), pada tahap ini Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: setiap kelompok memberikan usul mengenai waktu yang dibutuhkan selama mengerjakan proyek.

4. Memonitoring perkembangan proyek siswa (Monitor the Students and the Progress of the Project). Pada tahap ini guru melakukan monitor terhadap kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses di antaranya: guru melakukan


(20)

pengecekan kembali pada setiap kelompok mengenai kesesuaian perencanaan kegiatan proyek yang akan dilakukan, guru memastikan siswa dapat melakukan kegiatan proyek sesuai dengan keinginan dan mengarahkan siswa apabila siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan proyek.

5. Penilaian hasil kerja siswa (Assess the Outcome), pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa yang meliputi: kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. Kemudian menilai kemampuan siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat dan teknik.

6. Evaluasi pengalaman belajar siswa (Evaluate the Experience), kegiatan pembelajaran pada tahap ini meliputi: siswa menampilkan dan menceritakan hasil proyek yang telah dibuat, kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan komentar, tanggapan, maupun pertanyaan mengenai hasil proyek kelompok yang tampil dan siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama mengerjakan proyek.

3) Observasi II

Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam tahapan ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana kemandirian siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL.

4) Refleksi II

Data yang terkumpul sebagai hasil observasi dalam setiap pembelajaran kemudian diolah dan dideskripsikan maknanya. Data yang telah tersaji dianalisis, dikaji dan didiskusikan bersama observer yang


(21)

difokuskan pada hal yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan pada dan setelah pembelajaran yang hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana tindakan berikutnya untuk dilaksanakan, di observasi dan direfleksi seperti dalam pembelajaran sebelumnya.

3. Siklus III

1) Perencanaan III

Perencanaan tindakan pada siklus III ini merupakan hasil dari refleksi yang dilakukan pada akhir refleksi II. Perencanaan yang dilakukan pada siklus III ini yaitu menetapkan/merumuskan keunggulan dan kelamahan yang dicapai pada siklus II, meninjau kembali skenario pembelajaran berupa RPP pada topik hidup rukun dengan teman bermain untuk diterapkan pada siklus III, menyusun lembar observasi kemandirian siswa, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Materi pokok dari tindakan ini adalah mengenai hidup rukun di sekolah.

2) Tindakan III

Tindakan III merupakan implementasi dari serangkaian kegiatan yang telah disepakati untuk mengatasi masalah pada siklus II yang belum tuntas. Pada siklus III ini juga dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, sama seperti siklus II. Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat. Kegiatan diawali dengan pendahuluan, dimana guru membimbing siswa untuk berdo’a, selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Di akhir kegiatan ini, guru memberikan apersepsi dengan mengulas pertemuan sebelumnya tentang pendeskripsian hidup rukun dengan teman bermain.


(22)

Memasuki kegiatan inti guru menjelaskan tentang hidup rukun di sekolah, kemudian guru masuk pada tahapan model PBL. Pada Model PBL ada enam tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial (Start With Essential Question), pada tahap ini guru bersama siswa menyanyikan lagu hidup rukun. Lirik lagu yang dimunculkan kata-kata seperti permintaan maaf, ucapan terima kasih. Setelah itu, guru meminta pendapat, komentar, tanggapan serta kritik dari siswa mengenai lirik lagu tersebut. Setelah itu guru memancing siswa untuk menyebutkan perilaku hidup rukun dan tidak rukun di sekolah dan guru meminta setiap siswa untuk mencari kata yang menunjukkan perilaku hidup rukun dan tidak rukun di sekolah pada lirik lagu tersebut.

2. Perencanaan aturan pengerjaan proyek (Design a Plan Project), pada tahap ini guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dengan jumlah 3 orang. Guru memberikan contoh kegiatan proyek yaitu membuat puisi yang menggambarkan perilaku hidup rukun di sekolah. Selanjutnya guru memberi kebebasan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan kegiatan proyek yang akan dilaksanakan. Setelah itu setiap kelompok mengusulkan kegiatan proyek yang akan dilakukan, menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan serta siswa menetapkan aturan main.

3. Membuat jadwal aktivitas (Create a Schedule), pada tahap ini Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: setiap kelompok memberikan usul mengenai waktu yang dibutuhkan selama mengerjakan proyek.

4. Memonitoring perkembangan proyek siswa (Monitor the Students and the Progress of the Project). Pada tahap ini guru melakukan monitor terhadap kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek dengan cara


(23)

menfasilitasi siswa pada setiap prosesnya di antaranya: guru melakukan pengecekan kembali pada setiap kelompok mengenai kesesuaian perencanaan kegiatan proyek yang akan dilakukan, guru memastikan siswa dapat melakukan kegiatan proyek sesuai dengan keinginan dan mengarahkan siswa apabila siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan proyek.

5. Penilaian hasil kerja siswa (Assess the Outcome), pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa yang meliputi: kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. Kemudian menilai kemampuan siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat dan teknik.

6. Evaluasi pengalaman belajar siswa (Evaluate the Experience), kegiatan pembelajaran pada tahap ini meliputi: siswa menampilkan dan menceritakan hasil proyek yang telah dibuat, kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan komentar, tanggapan, maupun pertanyaan mengenai hasil proyek kelompok yang tampil dan siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama mengerjakan proyek.

3) Observasi III

Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada tahapan ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana kemandirian siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL.

4) Releksi III

Dalam melakukan refleksi III, peneliti mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus III dengan cara mengidentifikasi sejauhmana kemajuan-kemajuan yang telah dicapai maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan apa yang masih dihadapi. Hasil dari refleksi III


(24)

dapat disimpulkan guru harus lebih banyak mengeksplor pengetahuan siswa sehingga siswa termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran; pemerataan aktivitas kelompok dapat diatasi guru dengan memonitoring lebih intensif dan merata kepada setiap kelompok; dan guru sebaiknya memberikan pujian saat melalukan kegiatannya. Hasil refleksi II Idapat dijadikan masukan atau acuan untuk melakukan perencanaan dalam tindakan perbaikan berikutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu. 1. Observasi

Observasi adalah cara yang digunakan untuk melakukan penilaian melalui pengamatan secara langsung dan sistematis. Pemantauan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi yang berupa alat bantu yang hasilnya digunakan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi yang dilakukan adalah untuk mengamati kemandirian siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi kemandirian siswa dan catatan lapangan. Pada kegiatan proses pembelajaran dalam pelaksanaan observasi diperlukan observer, dalam hal ini obsever adalah guru kelas. Pedoman observasi kemandirian siswa digunakan untuk melihat kemandirian siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan PBL dan apabila dalam observasi ada hal-hal yang tidak tercakup dalam lembar pengamatan maka dibuat pada catatan lapangan. Observasi kemandirian siswa kelas rendah dilakukan dalam waktu dua kali dalam seminggu sesuai dengan rancangan perencanaan pembelajaran.

2. Format Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan informasi tentang aspek-aspek perkembangan kemandirian siswa yang muncul pada saat pembelajaran yang terkait dengan tindakan. Catatan lapangan ini diharapkan menjadi data yang


(25)

lengkap dalam memotret ketercapaian karakter kemandirian siswa. Format catatan lapangan yang digunakan peneliti sebagai berikut:

Tabel 3.3

Format Catatan Lapangan

Siklus : Hari/Tanggal : Sub Tema :

Waktu Aspek

Perkembangan Kemandirian

Deskripsi Interpretasi

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk menjaring informasi yang tersedia dalam bentuk dokumen. Informasi tersebut berupa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku sumber yang digunakan serta pengumpulan data berupa foto dan lain-lain yang diperlukan sebagai dokumentasi yang menggambarkan upaya pengembangan kemandirian siswa melalui PBL.


(26)

Tahapan sesudah pengumpulan data adalah analisis data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap data-data yang terkumpul melalui pedoman observasi dan catatan lapangan. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, analisis data yang dipergunakan adalah analisis data kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pengembangan kemandirian siswa.


(27)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan pengembangan karakter kemandirian siswa melalui Project Based Learning sebagai berikut.

Sekolah memerlukan suatu program pengembangan karakter kemandirian yang lebih spesifik berupa indikator-indikator yang dapat memperjelas karakter kemandirian yang diharapkan. Kesulitan yang dihadapi sekolah dalam mengembangkan karakter kemandirian siswa kelas rendah dapat diatasi apabila semua pihak yang terkait memahami karakteristik siswa kelas rendah.

Pengembangan kemandirian siswa melalui Project Based Learning secara umum membuat siswa lebih aktif dan kreatif selama pembelajaran berlangsung, siswa mendapatkan kesempatan yang lebih banyak dalam mengeksplor pengetahuan berdasarkan tema bersama teman-temannya dan guru. Selama pembelajaran dengan menggunakan PBL siswa terlihat antusias, senang, tertarik, dan termotivasi untuk belajar. Keterlibatan siswa secara penuh membuat siswa bebas untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam berfikir dan bertindak. Kebebasan siswa dalam berekspresi tetap mendapatkan pengarahan dan bimbingan guru agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan Project Based Learning di SD Interaktif Gemilang Mutafannin berfokus pada pengembangan karakter kemandirian siswa kelas II SD, isi PBJ terdiri dari enam tahapan yaitu (1) dimulai dengan pertanyaan yang esensial, (2) perencanaan aturan pengerjaan proyek, (3) membuat jadwal aktivitas proyek, (4) monitoring perkembangan proyek, (5) penilaian hasil kerja siswa dan (6) evaluasi pengalaman belajar siswa. Melalui setiap tahapan PBL pengembangan karakter kemandirian siswa lebih dioptimalkan.


(28)

Hasil PBL dalam memperkuat upaya pengembangan Karakter kemandirian siswa mengalami perubahan, Perubahan terjadi dalam seluruh aspek kemandirian yaitu percaya diri, menentukan pilihan, insiatif, menyesuaikan diri dan bertanggung jawab. Guru memiliki tanggapan positif terhadap pelaksanaan PBL dalam memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian siswa. Guru sependapat bahwa karakter kemandirian siswa dengan menggunakan model PBL sangat baik dan berpeluang besar untuk diterapkan sebagai salah satu cara pembelajaran yang dapat diterapkan pada sekolah dasar. Namun ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa PBL memerlukan persiapan yang matang dan keleluasaan waktu dalam mengimplementasikannya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan penelitian, terdapat beberapa rekomendasi dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun saran ini ditujukan untuk.

1. Sekolah

a. Pihak sekolah perlu mempunyai pedoman yang utuh dalam mengembangkan karakter kemandirian siswa berupa program pengembangan indikator-indikator kemandirian yang secara spesifik membahas pengembangan karakter kemandirian siswa.

b. Mensoasialisasikan kepada orangtua tentang perlunya kemandirian anak dilatih sejak dini, untuk menanamkan keterampilan hidup, sehingga anak dapat menolong dirinya sendiri.

2. Guru

a. Pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning, dapat dijadikan salah satu cara untuk memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian siswa. dan dapat dibuktikan melalui PBL karakter kemandirian siswa mengalami perubahan.


(29)

b. Guru diharapkan untuk memperluasan wawasan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan mengajar melalui berbagai sumber serta dapat menggunakan teknologi informasi (IT) untuk mengembangkan karakter kemandirian siswa.

c. Dalam upaya untuk melakukan perubahan kemandirian siswa, hendaklah guru lebih sabar untuk melatih siswa, jangan tergesa-gesa untuk membantunya atau mengambil alih tugasnya, hal ini dapat membuat kemandirian siswa rendah.

3. Peneliti Lebih Lanjut

a. Penelitian yang telah dilakukan mengenai karakter kemandirian siswa kelas melalui PBL fokus pada siswa SD kelas 2, bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas aspek kemandirian siswa pada jenjang yang lebih rendah pada pendidikan anak usia dini.

b. Kemandirian siswa khususnya kelas rendah tidak hanya dapat dilatih di sekolah namun juga peranan orangtua sangatlah penting, bagi peneliti yang tertarik dengan karakter kemandirian, penelitian selanjutnya dapat melibatkan orangtua dalam mengembangkan karakter kemandirian anak.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, K.E dan Marotz, L. (2010). Profil Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Refika Aditama

Aziz, S dan Hermawan, D. (2013). Model Project Based Learning dalam Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Bandung.

Basri, H. (2000). Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset –

Buchori, M. (2006). Pendidikan Untuk Membentuk Sikap Mandiri: Beberapa Catatan. Fasilitator Wahana Informasi dan Komunikasi Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, Edisi IV, hlm. 20-24.

Bredekamp, S. dan Copple, C. (2009). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs. Washington: NAEYC

Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Dahar , R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Djamarah. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fitri, A. Z. (2012). Pendidikan Karakter berbasis Nilai & Etika Di sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Fadillah, M dan Khorida, L.M (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media


(31)

Gea, A. (2002). Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo

Global SchoolNet. (2000). Introduction to Networked Project-Based Learning. [Online]. Tersedia: http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm. Diakses 20 Maret 2014

Gunawan, H. (2004). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta

Hurlock, B. E.1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo.2004. Jakarta: Erlangga.

Intisari. (2014). Intisari Smart and Inspiring. Jakarta: Gramedia

Katz, L.G. dan Chard, S.C. (1991). Engaging Children’s Minds: The Project Approach. New Jersey: Ablex

Katz, L.G. dan Chard, S.C. (1989). Engaging Children’s Minds: The Project Approach. New Jersey: Norwood

Katz, L.G. dan Chard, S.C. in Roopnarine, J.L. dan Johnson, J.E. (1993). The Project Approach dalam Approach to Early Childhood Education. New York: Macmillan.

Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur.

Kemendiknas. (2011). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Usia dini, Kemdiknas.

Knoll, M. (1997). The Project Method: Its vocational origin and internasional development. Journal of Industrial Teacher Education, 34 (3), 59-80. Lickona, T. (1991). Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk

Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara

Lickona, T. (1991). Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books


(32)

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada remaja.[Online]. Tersedia di:http://www.e-psikologi.com/remaja/250602. htm [Diakses 6 Maret 2014].

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. (halnya belum)

Mulyasa, E. H. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Purnamaningsih, M. (2011). Efektivitas Penggunaan Metode Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini. (Tesis).

Parker,D.K. (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta: Prestasi Pustakarya

Roopnarine, J dan Johnson, J. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Rosniati, N. (2012). Pengaruh Metode Proyek Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Menulis Pada Anak Usia Dini. (Tesis).

Reber, A. S dan Emily S. R (2010). Kamus Psikologi. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Jakarta; Pustaka Pelajar

Santrock, J. (2011). Educational Psychology. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Semiawan, dkk (1985). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia

Setiasih, O. (2010). Model Pembelajaran Proyek Berbasis Lingkungan Perkembangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah. (Disertasi).

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sapari, A. (2006). Berbagai Strategi Memupuk Kemandirian dalam Usia Dini. Fasilitator Wahana informasi dan Komunikasi Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Edisi-IV tahun 2006. Hal:89


(33)

Tim Pustaka Familia. (2006). Membuat Prioritas Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius

The George Lucas Educational Foundation. (2007). Instructional Module Project Based Learning. [Online]. Tersedia di:

http//www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses 12 Juni 2014

Wiyani, N.A (2013). Bina Karakter Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama

Wiyani, N.A dan Barnawi (2012). Format PAUD. Jojakarta: Ar-ruzz Media

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional). Jakarta: PT Bumi Aksara

Yamin, M. & Jamilah, J.S. (2013). Panduan PAUD. Jakarta: Gaung Persada Press Group

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(1)

Dianti Yunia Sari, 2014

MEMPERKUAT UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil PBL dalam memperkuat upaya pengembangan Karakter kemandirian siswa mengalami perubahan, Perubahan terjadi dalam seluruh aspek kemandirian yaitu percaya diri, menentukan pilihan, insiatif, menyesuaikan diri dan bertanggung jawab. Guru memiliki tanggapan positif terhadap pelaksanaan PBL dalam memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian siswa. Guru sependapat bahwa karakter kemandirian siswa dengan menggunakan model PBL sangat baik dan berpeluang besar untuk diterapkan sebagai salah satu cara pembelajaran yang dapat diterapkan pada sekolah dasar. Namun ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa PBL memerlukan persiapan yang matang dan keleluasaan waktu dalam mengimplementasikannya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan penelitian, terdapat beberapa rekomendasi dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun saran ini ditujukan untuk.

1. Sekolah

a. Pihak sekolah perlu mempunyai pedoman yang utuh dalam mengembangkan karakter kemandirian siswa berupa program pengembangan indikator-indikator kemandirian yang secara spesifik membahas pengembangan karakter kemandirian siswa.

b. Mensoasialisasikan kepada orangtua tentang perlunya kemandirian anak dilatih sejak dini, untuk menanamkan keterampilan hidup, sehingga anak dapat menolong dirinya sendiri.

2. Guru

a. Pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning, dapat dijadikan salah satu cara untuk memperkuat upaya pengembangan karakter kemandirian siswa. dan dapat dibuktikan melalui PBL karakter kemandirian siswa mengalami perubahan.


(2)

Dianti Yunia Sari, 2014

MEMPERKUAT UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Guru diharapkan untuk memperluasan wawasan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan mengajar melalui berbagai sumber serta dapat menggunakan teknologi informasi (IT) untuk mengembangkan karakter kemandirian siswa.

c. Dalam upaya untuk melakukan perubahan kemandirian siswa, hendaklah guru lebih sabar untuk melatih siswa, jangan tergesa-gesa untuk membantunya atau mengambil alih tugasnya, hal ini dapat membuat kemandirian siswa rendah.

3. Peneliti Lebih Lanjut

a. Penelitian yang telah dilakukan mengenai karakter kemandirian siswa kelas melalui PBL fokus pada siswa SD kelas 2, bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas aspek kemandirian siswa pada jenjang yang lebih rendah pada pendidikan anak usia dini.

b. Kemandirian siswa khususnya kelas rendah tidak hanya dapat dilatih di sekolah namun juga peranan orangtua sangatlah penting, bagi peneliti yang tertarik dengan karakter kemandirian, penelitian selanjutnya dapat melibatkan orangtua dalam mengembangkan karakter kemandirian anak.


(3)

Dianti Yunia Sari, 2014

MEMPERKUAT UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Allen, K.E dan Marotz, L. (2010). Profil Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.

Jakarta: PT. Refika Aditama

Aziz, S dan Hermawan, D. (2013). Model Project Based Learning dalam Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Bandung.

Basri, H. (2000). Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset –

Buchori, M. (2006). Pendidikan Untuk Membentuk Sikap Mandiri: Beberapa Catatan. Fasilitator Wahana Informasi dan Komunikasi Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, Edisi IV, hlm. 20-24.

Bredekamp, S. dan Copple, C. (2009). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs. Washington: NAEYC

Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Dahar , R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Djamarah. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fitri, A. Z. (2012). Pendidikan Karakter berbasis Nilai & Etika Di sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Fadillah, M dan Khorida, L.M (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media


(4)

Dianti Yunia Sari, 2014

MEMPERKUAT UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gea, A. (2002). Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo Global SchoolNet. (2000). Introduction to Networked Project-Based Learning.

[Online]. Tersedia: http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm. Diakses 20 Maret 2014

Gunawan, H. (2004). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta

Hurlock, B. E.1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo.2004. Jakarta: Erlangga.

Intisari. (2014). Intisari Smart and Inspiring. Jakarta: Gramedia

Katz, L.G. dan Chard, S.C. (1991). Engaging Children’s Minds: The Project Approach. New Jersey: Ablex

Katz, L.G. dan Chard, S.C. (1989). Engaging Children’s Minds: The Project Approach. New Jersey: Norwood

Katz, L.G. dan Chard, S.C. in Roopnarine, J.L. dan Johnson, J.E. (1993). The Project Approach dalam Approach to Early Childhood Education. New York: Macmillan.

Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur.

Kemendiknas. (2011). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Usia dini, Kemdiknas.

Knoll, M. (1997). The Project Method: Its vocational origin and internasional development. Journal of Industrial Teacher Education, 34 (3), 59-80. Lickona, T. (1991). Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk

Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara

Lickona, T. (1991). Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books


(5)

Dianti Yunia Sari, 2014

MEMPERKUAT UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian sebagai kebutuhan psikologis pada

remaja.[Online]. Tersedia di:http://www.e-psikologi.com/remaja/250602. htm [Diakses 6 Maret 2014].

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. (halnya belum)

Mulyasa, E. H. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Purnamaningsih, M. (2011). Efektivitas Penggunaan Metode Proyek Dalam

Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini. (Tesis).

Parker,D.K. (2005). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta: Prestasi Pustakarya

Roopnarine, J dan Johnson, J. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Rosniati, N. (2012). Pengaruh Metode Proyek Untuk Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Menulis Pada Anak Usia Dini. (Tesis).

Reber, A. S dan Emily S. R (2010). Kamus Psikologi. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Jakarta; Pustaka Pelajar

Santrock, J. (2011). Educational Psychology. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Semiawan, dkk (1985). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia Setiasih, O. (2010). Model Pembelajaran Proyek Berbasis Lingkungan

Perkembangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah. (Disertasi).

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sapari, A. (2006). Berbagai Strategi Memupuk Kemandirian dalam Usia Dini. Fasilitator Wahana informasi dan Komunikasi Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Edisi-IV tahun 2006. Hal:89


(6)

Dianti Yunia Sari, 2014

MEMPERKUAT UPAYA PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN SISWA MELALUI PROJECT BASED LEARNING

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tim Pustaka Familia. (2006). Membuat Prioritas Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius

The George Lucas Educational Foundation. (2007). Instructional Module Project Based Learning. [Online]. Tersedia di:

http//www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses 12 Juni 2014 Wiyani, N.A (2013). Bina Karakter Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika

Aditama

Wiyani, N.A dan Barnawi (2012). Format PAUD. Jojakarta: Ar-ruzz Media Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan

Konseptual Operasional). Jakarta: PT Bumi Aksara

Yamin, M. & Jamilah, J.S. (2013). Panduan PAUD. Jakarta: Gaung Persada Press Group

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya