MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK.

(1)

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik

Oleh

IRNI AFTRIANI 1001894

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)

Oleh Irni Aftriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik

©Irni Aftriani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

IRNI AFTRIANI

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”)

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

DR. Dewi Suryati Budiwati, S.Sen., M.Pd., NIP. 196204221986092001

Pembimbing II

Dody M. Kholid, S.Pd., M.Sn., NIP. 197406012001121003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Musik

DR. phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd., NIP. 197303262000031003


(4)

IRNI AFTRIANI, 2014

ABSTRAK

Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis Karya

Komposisi “Menuju Kesana”) adalah judul penelitian yang mengkaji sebuah hasil kreativitas yang lahir dan berkembang di masyarakat desa Jatisura.

Genteng yang dijadikan media musikal dapat dijadikan suatu gagasan yang

menarik dalam menciptakan karya musik. Penelitian ini membahas masalah penggarapan dan analisis bentuk komposisi musik genteng. Metode yang digunakan adalah deskriftif analisis melalui pendekatan kualitatif dengan bantuan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, literatur dan sistem analisis. Data yang terhimpun dianalisis melalui teknik reduksi, display dan verifikasi data. Hasil temuan yang diperoleh dari proses penggarapan musik

genteng diawali dengan pembuatan berbagai instrumen musiknya yang

terbuat dari tanah liat kemudian terwujud sebuah ide bermusik yang dinamakan dengan musik genteng. Dari proses penggarapan tersebut menghasilkan suatu karya musik hasil kreativitas grup Hanyaterra yang berjudul komposisi “Menuju Kesana” didalamnya terdapat ide garap mengandung unsur-unsur musikal yang estetik dan artistik.

Music genteng as a musical creativity Media (Study analizes of composition "Menuju Kesana") is the title of study that evaluate a result of the creativity which was born and developed in rural communities of Jatisura. Genteng can be used as a musical media an interesting idea in creating a piece of music. This study was addressed the issue of the compose process and forms composition analysis of music genteng. The method that used is descriptive analysis of qualitative approach with the help of observation, interviews, documentation, literature and analysis system. The data collected were analyzed through reduction techniques, display and data verification. The findings obtained from the compose process music genteng begins with making the various musical instruments made from clay and then realized a musical idea called the music genteng. From the compose process to produce a piece of music creativity, Hanyaterra grup made a composition entitled

"Menuju Kesana” within idea of working on containing the elements of musical aesthetic and artistic.

Kata kunci: Kreativitas, penggarapan, komposisi, musik genteng. Keyword: Creativity, compose, composition, music genteng.


(5)

IRNI AFTRIANI, 2014

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR DIAGRAM... ix

DAFTAR PARTITUR... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... .... 4

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kreativitas... 9

B. Komposisi Musik... 15

C. Proses Garap... 23

D. Genteng... 25

E. Analisis Musik... 35

F. Musik Minimalis... 42

G. Peneliti Terdahulu... 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 48

B. Desain Penelitian... 49

C. Metode Penelitian... 54

D. Definisi Operasional... 54

E. Instrumen Penelitian... 56

F. Teknik Pengumpulan Data... 57

G. Sistem Analisis... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 62

B. Pembahasan... 100

C. Kebermaknaan dan Implikasi Penelitian... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 121

B. Saran... 122

DAFTAR PUSTAKA .... ... .... 123

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... .... 125


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Musik genteng adalah sebutan musik yang lahir dari kawasan pembuat genting atau akrab disebut genteng dalam bahasa sunda yang berada di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi. Daerah ini merupakan daerah pedesaan yang terletak di kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Saat ini Jatiwangi masih dikenal sebagai penghasil genteng terbesar di Indonesia, hingga masyarakatnya tumbuh menjadi masyarakat industri. Dalam keseharian masyarakatnya sebagaian besar menggantungkan hidup pada pabrik genteng. Mulai dari pagi hingga sore hari kawasan ini sangat akrab dengan aktivitas industrinya yang padat dalam membuat ribuan genteng perharinya. Meskipun masyarakat desa Jatisura yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh pabrik pembuat genteng akan tetapi kepedulian mereka terhadap seni sangat tinggi, baik itu seni rupa, seni musik maupun seni tari. Salah satu contohnya dalam kreativitas bermusik, tidak lepas dari peranan

genteng sebagai instrumen musiknya, walaupun tidak semua instrumennya

menggunakan genteng akan tetapi tanah liat sebagai bahan utama pembuat instrumennya.

Di jatiwangi sendiri tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat berlimpah, tanah di sini sangat subur untuk menopang pertanian dan kuat untuk dijadikan bahan pembuat genteng ataupun kerajinan tangan dari tanah liat. Peranan tanah untuk warga Jatiwangi merupakan aspek yang sangat penting dalam mata pencaharian warganya. Tanah di sini juga tidak hanya dijadikan mata pencaharian yang dalam konteks dianggap pekerjaan berat seperti buruh pabrik genteng, pengrajin keramik ataupun petani namun dapat dijadikan sebuah kreativitas bermusik yang lahir dan berkembang di masyarakat Jatiwangi khususnya di desa Jatisura, sehingga melahirkan sebuah komunitas musik yang mereka buat dinamakan People Clay dan berada dalam naungan Jatiwangi Art Factory (JAF).


(7)

Jatiwangi Art Factory (JAF) adalah sebuah organisasi nirlaba yang

fokus terhadap kajian kehidupan lokal pedesaan lewat kegiatan seni dan budaya seperti: festival, pertunjukan, seni rupa, musik, tari, video, keramik, pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio dan pendidikan. JAF didirikan pada 27 September 2005 oleh warga lokalnya yang bernama Arief Yudi seorang seniman seni rupa lulusan ITB. Sejak tahun 2008 JAF bekerjasama dengan Pemerintahan Desa Jatisura melakukan riset dan penelitian dengan melibatkan kesenian yang kolaboratif dan saling berhubungan. JAF mempunyai Program Festival Video Residensi yang diadakan satu tahun sekali, Festival Seni Residensi dua tahun sekali dan Festival Musik Keramik tiga tahun sekali yang banyak mengundang seniman dari berbagai disiplin ilmu dan Negara untuk tinggal, berinteraksi, bekerjasama dengan warga desa, merasakan kehidupan masyarakat Jatiwangi, serta merumuskan dan membuat sesuatu yang kemudian dipresentasikan dan dikabarkan kepada semua orang.

Berdasarkan temuan data di lapangan, tahun 2007 tiga pemuda asal desa Jatisura, Jatiwangi yakni Tedi Nurmanto, Ahmad Thian Vulthan, dan Wahidin Agustino memulai untuk mengeksplorasi tanah menjadi sebuah musik, mencoba mengeksplorasi genteng menjadi berbagai instrumen musik, diantaranya instrumen genteng atau gamelan genteng yakni genteng yang dibentuk menjadi sebuah nada namun masih belum jelas scale atau tangga nadanya, mereka hanya membuat nada sesuai kebutuhan lagu fungsinya sebagai alat perkusi bernada, alat perkusi lainnya yakni ada broke tile atau pecahan genteng dan ceramics bowl. Ceramics bowl yang dalam bahasa Indonesia adalah mangkok keramik merupakan alat perkusi bernada,

ceramics bowl ini ada yang berukuran besar ataupun kecil, untuk mangkok

yang berukuran kecil suaranya lebih tipis dan cenderung tinggi dan yang berukuran besar suaranya lebih tebal. Selain itu mereka juga membuat gitar

genteng dan bass genteng yakni sebuah genteng yang dipasang neck gitar

bersenar 12 dan bass genteng 4 senar, sada tanah yang berarti suara tanah yaitu sebuah alat musik yang bentuknya seperti kendi tempat air, dibunyikan


(8)

dengan cara dipukul oleh telapak tangan. Selain itu terdapat instrumen musik suling tanah atau okarina, alat musik ini mengadaptasi dari berbagai kebudayaan bangsa afrika, china, mexico. Menurut sejarah alat musik ini diyakini telah ada sejak zaman batu atau sekitar 12000 tahun lalu, dibunyikan dengan cara ditiup, di Jatiwangi sendiri okarina telah ada cukup lama digunakan untuk mengusir hama padi.

Dari berbagai instrumen yang diciptakan memang tidak semuanya berbentuk genteng, namun musik yang lahir dari desa Jatisura ini mempunyai sebutan tersendiri yakni musik genteng. Mereka menamai musik genteng dikarenakan mereka ingin membuat penandaan bahwa Jatiwangi yang terkenal dengan produksi gentengnya, dapat terkenal pula melalui musiknya tanpa menghilangkan ciri khas dari Jatiwangi itu sendiri. Dari segi kreativitas pula warga desa Jatisura dapat mengambil peluang yang unik dengan memanfaatkan apa yang dekat dengan lingkungan mereka, genteng yang fungsinya sebagai atap rumah, dapat beralih fungsi menjadi alat musik baru dan orisinil.

Hingga sekarang mereka selalu aktif dalam mencipta berbagai karya musik genteng dan banyak melibatkan warga desa dalam proses berkeseniannya. Sehingga, melahirkan sebuah grup musik atas naungan JAF musik yang bernama People Clay. People Clay adalah sebuah rumah atau wadah bermusik untuk warga desa Jatisura yang ingin berkesenian melalui musik, merupakan sebuah grup muara yang menyatukan berbagai elemen masyarakat melalui proses bermusik, siapa saja boleh ikut dalam grup ini. Dari People Clay ini banyak melahirkan grup-grup musik genteng lainnya seperti Hanyaterra, Tarling Padi, Sada Tanah Kids, Goodafternoon, Sadatanah Percusiont, Genteng-Genteng Ensemble dan lain – lain.

Dalam proses eksplorasi alat musik baru, peneliti tertarik dengan kegiatan berkesenian yang dilakukan oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra, grup tersebut mengolah berbagai macam instrumen musik dari segi bunyi atau bentuk alat musik yang berasal dari tanah dan digabungkan dengan instrumen musik elektrik seperti gitar dan


(9)

bass, sehingga memimbulkan kesan yang sangat unik terdengar pada hasil

karya musiknya salah satunya karya komposisi yang berjudul “Menuju

Kesana”. Komposisi tersebut dalam permainannya menggunakan teknik

minimalis prosesual yang berarti gaya musik dengan perubahan motif sedikit demi sedikit sehingga didapat sebuah komposisi musik secara utuh. Kelompok bunyi-bunyian dalam ruang waktu musik tersebut diolah dalam berbagai motif tabuhan minimal dengan perubahan-perubahan tekstur bunyi atau level pola ritmik dan sering terdapat pengulangan-pengulangan motif yang cenderung prosesual, sehingga mengghasilkan bunyi-bunyian yang terkesan unik dan berbeda yang dihasikan dari berbagai instrumen musik yang berasal dari tanah digabungkan dengan instrumen musik elektrik secara minimalis prosesual.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengungkapkan bagaimana proses kreativitas musik genteng lahir dan berkembang dikalangan masyarakatnya, sehingga terwujud sebuah karya komposisi musik berjudul

“Menuju Kesana” maka dari itu peneliti mengambil judul “Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis Karya Komposisi

“Menuju Kesana”)”. Dengan harapan hasil temuan penelitian dapat berdaya guna untuk dijadikan referensi bagi khasanah pendidik seni terutama dapat dijadikan inspirasi atau stimulus dalam berkreasi musik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data di lapangan sebagai sentral pembuat genteng, Jatiwangi pernah menapaki tangga kejayaan puncaknya periode 1980-1990an. Jatiwangi pernah memiliki 320 pabrik pembuat genteng dan krisis ekonomi 1998 telah menerjang kejayaan itu. Biaya dan ongkos produksi semakin melambung satu persatu pabrik genteng pun mengalami kebangkrutan dan kini tinggal separuhnya. Ditengah keterpurukannya, mereka masih tetap berekplorasi salah satunya dengan bermusik, karena menurut wawancara saya dengan salah satu warga yang aktif dalam bermusik genteng dan merupakan


(10)

anggota dari grup musik genteng Hanyaterra yakni Ahmad Thian Vultan,

beliau berkata “Inspirasi itu tidak jauh dari torehan kepala kita, kita tinggal di Jatiwangi, daerah kita kawasan industri genteng, kenapa tidak kita tidak berbuat sesuatu yang baru, salah satunya dalam bermusik”. Hal tersebut yang melatarbelakangi musik genteng terbentuk.

Genteng sebagai inspirasi musikal sangat menarik peneliti untuk lebih

menggali ide-ide kreatif warga dalam proses penggarapan musiknya sehingga terbentuknya musik yang mereka namakan dengan musik genteng. Warga desa yang sebagian besar menggantungkan hidupnya sebagai buruh pabrik, musik genteng inilah dapat menjadi alternatif kegiatan yang dapat menambah penghasilan serta media untuk bersiraturahmi dan berkumpul berbagai elemen masyarakat. Media genteng dan intrumen musik tanah lainnya yang dituangkan dalam bentuk musik ini tergolong unik dan menarik bagi peneliti. Warga desa Jatisura dapat mengambil peluang dengan menfaatkan atau berekplorasi dengan apa yang ada di sekitar mereka dan menjadikan sebagai kreativitas bermusik.

Genteng atau tanah yang dijadikan media untuk bermusik dalam

proses pembuatan alat musiknya dibutuhkan kepekaan atau sensitifitas nada seorang pembuatnya. Jika media tersebut sudah menjadi alat musik dibutuhkan konsep yang menjadi aspek musikalnya seperti komposisi dalam musiknya. Dalam pengggarapan musik genteng, salah satu grup musik

genteng Hanyaterra membuat komposisi musik terinspirasi dari kehidupan

kawasannya sendiri yakni kawasan industri genteng. Komposisi musik yang menghasilkan warna bunyi yang berbeda serta konsep visual yang terinspirasi dari sebuah pabrik genteng merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi peneliti untuk menganalisis bentuk komposisi musiknya dalam pengarapan musik genteng, salah satunya karya komposisi “Menuju Kesana”.


(11)

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dikaji terkait dengan bagaimana musik genteng sebagai media kreativitas bermusik? yang fokus pengkajiannya lebih diarahkan pada (studi analisis karya komposisi “Menuju Kesana”). Secara operasional rumusan tersebut pembahasannya difokuskan pada hal-hal yang menjadi pertanyaan penelitian yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media kreativitas bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra?

2. Bagaimana bentuk komposisi musik “Menuju Kesana” hasil karya grup musik Hanyaterra yang digunakan sebagai media kreativitas bermusik?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus atau masalah yang telah diungkapkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan masalah tentang musik genteng sebagai media kreativitas

bermusik (studi analisis karya komposisi “Menuju Kesana”).

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua permasalahan yang ada pada penelitian. Berikut adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan: a. Proses penggarapan musik genteng yang dijadikan media kreativitas

bermusik oleh warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra.

b. Bentuk komposisi musik “Menuju Kesana” hasil karya grup musik Hanyaterra yang digunakan sebagai media kreativitas bermusik.


(12)

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini hasil yang akan tercapai dapat bermanfaat untuk beberapa kalangan, diantaranya:

a. Peneliti

Untuk meningkatkan ide-ide kreatif dalam bermusik serta dapat mengetahui proses dari suatu keativitas yang lahir dan berkembang di masyarakat.

b. Jurusan Pendidikan Seni Musik

Sebagai dokumentasi untuk menambah perbendaharaan data mengenai kreativitas musik baru yang lahir dan berkembang.

c. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan referensi kapada masyarakat dalam menciptakan peluang dari apa yang ada di lingkungan sekitar mereka yang dapat dijadikan suatu kreativitas.

d. Seniman

Untuk lebih mengasah kreativitas dalam berkarya musik baru. e. Grup Musik Genteng (Hanyaterra)

Supaya lebih menggali ide-ide kreatif lain dalam menggarap musiknya. Serta menjadikan bahan evaluasi dalam menciptakan karya musik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN merupakan bagian awal skripsi yang meliputi bahasan tentang: Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Struktur Organisasi Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA sebagai pisau bedah untuk mengungkapkan permasalahan tentang: Kreativitas, Komposisi Musik, Proses Garap, Genteng, Analisis Musik, Musik Minimalis serta Peneliti Terdahulu.

BAB III METODELOGI PENELITIAN sebagai pedoman atau teknis di lapangan dalam melakukan penelitian yakini meliputi: Lokasi dan Subjek


(13)

Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN untuk mendeskripsikan terkait rumusan penelitian, meliputi: Grup Musik Hanyaterra, Pengarapan Musik Genteng, Bentuk Komposisi “Menuju

Kesana”, serta Kebermaknaan dan Implikasi Penelitian.


(14)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Jalan Makmur No 604 RT/RW 01/08 Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Majalengka, Jawa Barat.

2. Subjek

Penelitian ini lebih difokuskan kepada grup musik Hanyaterra, yang beranggotakan yakni Tedi Nurmanto sebagai lead guitar, Ahmad Thian Vulthan sebagai percusionist, dan Bayu Edmada sebagai bassis. Serta masyarakat sekitar yang juga terlibat dalam proses berkesenian musik

genteng dengan mendeskipsikan tentang penggarapan musik genteng serta

analisis karya musik yang dihasilkan salah satunya terwujud pada komposisi

“Menuju Kesana”.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


(15)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian dibuat agar proses penelitian lebih terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan serta prosedur yang jelas. Dalam proses penelitian ini, ada beberapa langkah dalam melakukan proses penelitian berdasarkan prosedur yang dilaksanakan di lapangan yang membentuk suatu desain penelitian, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Langkah awal sebelum pelaksanaan, diantaranya yaitu: Observasi awal, merumuskan masalah dan menentukan paradigma penelitian.

2. Langkah dalam pelaksanaan penelitian, diantaranya: Observasi, wawancara, dokumentasi, literatur dan sistem analisis.

3. Langkah akhir, tentang kegiatan: Reduksi data, display data, verifikasi dan kesimpulan.

Gambar 3.2

Grup Hanyaterra dan warga Jatisura (Dokumentasi Irni, 2014)


(16)

Bagan di atas dijelaskan secara rinci sesuai dengan langkah-langkahnya, sebagai berikut :

1. Langkah Awal

a. Observasi Lapangan

Awalnya peneliti tertarik dengan siaran televisi yang menyiarkan tentang “sosok inspiratif minggu ini” yang disiarkan disalah satu stasiun TV nasional. Sosok inspiratif itu merupakan tiga pemuda asal Jatiwangi yang bermusik melalui sebuah genteng. Peneliti tertarik dengan alat musiknya yang berasal dari tanah atau genteng, mulai dari gamelan dari genteng, gitar dan bass ber-body genteng dan alat tiupnya yang dibuat dari tanah liat. Sosok

Langkah Akhir Langkah

Awal

 Aplikasi Instrumen

 Teknik Pengumpulan Data

Pertunjukan Musik genteng

 Observasi Lapangan

 Kajian Teori

 Merumuskan Masalah

 Menentukan Paradigma

 Menyusun Instrumen

Analisis Data :

 Reduksi data

Display Data

 Verifikasi Data

Hasil Penelitian berupa Draf Skripsi tentang :

 Deskripsi

Penggarapan Musik Genteng

 Analisis Komposisi

Diagram 3.1 Desain Penelitian  Kreativitas  Komposisisi  Genteng  Analisis

 Observasi

 Wawancara

 Dokumentasi

 Literatur

 Sistem Analisis  Penggarapan

Musik  Analisis Musik Pelaksanaan

Penelitian

Hasil Akhir

Kajian Empirik


(17)

inspiratif itu datang dari daerah kelahiran peneliti yakni di Kabupaten Majalengka, tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, sosok inspiratif itu ada di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, maka dari itu peneliti langsung melakukan observasi awal dengan mendatangi lokasi penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki keyakinan tentang keberadaan kelompok musik genteng, serta keingintahuan peneliti mengenai instrumen musiknya dan melihat langsung gambaran umum mengenai kreativitas musik yang lahir pada masyarakat desa Jatisura tersebut.

b. Kajian Teori

Setelah melakukan observasi awal, peneliti menentukan pokok permasalahan dengan mencari literatur dari skripsi yang sudah ada tentang kreativitas yang lahir dari masyarakat serta penggarapannya. Serta berbagai kajian teori tentang kreativitas, komposisi musik, analisis musik dan genteng. Dalam tahap ini peneliti berhasil menentukan judul penelitian dan mencari gambaran masalah yang akan diteliti, selain itu dilakukan pengumpulan data melalui kajian empirik yang diperoleh dari grup Hanyaterra dalam berkarya musik.

c. Merumuskan Masalah

Setelah peneliti melakukan observasi awal dan mencari gambaran dari judul skripsi yang akan dibuat, peneliti menentukan permasalahan yang akan diteliti dan menjadi suatu rumusan masalah. Adapun masalah yang dikaji yakni merujuk kepada proses kreativitas warga desa Jatisura dalam penggarapan musik genteng dan analisis karya musik hasil dari kreativitas bermusik tersebut.

d. Menentukan Paradigma Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif, karena penelitian ini meneliti tentang sebuah kreativitas yang lahir di masyarakat dan merupakan sesuatu yang nyata yang ada di lapangan, sehingga paradigma kualitatif sering disebut paradigma naturalistik. Paradigma ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang asli dan ada dilapangan artinya data yang ril dan dapat dibuktikan kenyataanya. Hasil tersebut didapat dengan teknik


(18)

pengumpulan data diantaranya observasi, wawancara, literatur dan dokumentasi.

e. Menyusun Instrumen

Dalam tahap ini peneliti menyusun berbagai instrumen penelitian berupa observasi, pedoman wawancara dan pendokumentasian terkait hal yang akan diteliti.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian langkah-langkah yang diambil sebagai berikut:

a. Aplikasi Instrumen

Pada tahap ini peneliti mengaplikasikan berbagai instrumen yang akan dilaksanakan pada penelitian diantaranya menggunakan pedoman observasi, wawancara dan pendokumentasian.

b. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Dilakukannya observasi dilapangan, untuk mencari informasi terkait penelitian.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada narasumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan data-data hasil penelitian terkait berbagai foto, video, maupun audio terkait penelitian. 4. Studi literatur

Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan teori-teori yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian. Studi literatur ini sangat besar manfaatnya yaitu untuk mengetahui lebih rinci dan memberikan gambaran serta kerangka berfikir, khususnya menjadi referensi relevan yang berasal dari teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas.


(19)

5. Sistem Analisis

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis sebuah karya musik.

c. Proses Pertunjukan Musik Genteng

Pada proses ini dilakukan pengkajian tentang penggarapan musik yang dilakukan oleh warga Jatisura yang tergabung dalam grup hanyatera serta meminta data dokumentasi berupa video rekaman karya musik genteng yang telah dihasilkan salah satunya karya komposisi yang berjudul “Menuju

Kesana” untuk dianalisis musiknya, sehingga mendapatkan data-data yang diinginkan terkait penelitian.

3. Langkah Akhir

Data yang diperoleh dari lapangan diolah melalui kegiatan analisis dengan tahapan reduksi data, display data, verifikasi data. Setelah mendapatkan data-data dari lapangan, data tersebut dikumpulkan selanjutnya dilakukan proses reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dicari tema dan polanya. Reduksi data disini merupakan cara agar data-data yang masuk menjadi laporan merupakan data yang terpilih yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian. Dalam reduksi data, dilakukan proses pengelompokan data sesuai dengan jenis data yang didapatkan. Pengelompokan data bertujuan agar data yang didapat lebih mudah untuk dipelajari sesuai dengan jenisnya. Setelah kegiatan mereduksi data langkah selanjutnya adalah proses display data agar mempermudah pehaman terhadap hasil penelitian. Proses terakhir dari kegiatan analisis data yaitu proses verifikasi data, kegiatan ini merupakan proses melihat kembali apakah hasil penelitian sudah sesuai dengan topik penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan agar mempermudah penarikan kesimpulan.

Setelah semua hasil penelitian dilapangan selesai, langkah selanjutnya adalah tahap pelaporan dengan mendeskripsikan apa yang telah didapat dari penelitian sehingga menjadi sebuah skripsi.


(20)

C. Metode Penelitian

Untuk mengkaji sebuah penelitian, metode merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan hasil yang akurat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif dan merupakan data yang bisa dideskripsikan sesuai keadaan sesungguhnya atau fakta dilapangan. Metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan data-data penelitian di lapangan mengenai informasi dari hasil Musik Genteng Sebagai Media Kreativitas Bermusik (Studi Analisis

Karya Komposisi “Menuju Kesana”). Semua data yang terkumpul dilakukan

proses analisis terperinci. Metode deskriptif analisis tidak hanya memaparkan atau menggambarkan objek penelitian, tetapi juga disertai penafsiran data yang terkumpul mengenai proses dari sebuah kreativitas yang lahir yakni musik genteng.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti menjelaskan istilah-istilah dalam penelitian skripsi ini, yaitu:

1. Kreativitas

Kreativitas adalah adalah proses pengungkapan yang akan melahirkan satu inovasi. Inovasi itu karena ditemukan oleh manusia yang hidup bermasyarakat, berorientasi kepada kepentingan masyarakat. (Kayam, Umar 1981, hlm 47).

2. Komposisi

Kata komposisi yang berasal dari kata kerja bahasa Jerman komponieren (latin componere, Itali comporre, inggris to compose) pertama kali digunakan oleh pujangga besar Jerman, Jojann Wolfgang Goethe,


(21)

(1749-1832) untuk menandai cara-cara mengubah (komponier-ern) musik pada abad-abad sebelumnya (abad ke-15 sampai 17), dimana suara atau lagu utama akan diikuti oleh susunan suara-suara atau lagu lainnya yang dikoordinasikan, ditata, atau dirangakai dibawah (berdasarkan) lagu utama yang disebut cantus. Komponieren dengan demikian adalah pekerjaan mengatur, menyusun, menata, merangkai (bahasa awam: ngotak-atik) berbagai suara atau nada-nada yang mengacu kepada lagu atau melodi utama yang disebut cantus (para pembuat ilustrasi musik distudio rekaman sering mengatakan ‘musik dasar’). Dari musik dasar itu kemudian kita kenali sebagai motif, tema, lagu, melodi utama, dan sebagainya. Hardjana (2003, hlm. 79).

3. Genteng

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, genteng atau dalam bahasa indonesia disebut genting adalah benda yang dipakai sebagai atap rumah (terbuat dari tanah liat dicetak sedemikian rupa kemudian dibakar). (Kamisa 1997, hlm. 200).

4. Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. (Sadiman, Arif 2005, hlm. 6).

5. Analisis

Analisis adalah the study of the form and structure of music.

Dijelaskan bahwa analisis adalah kajian tentang bentuk dan struktur musik. Hal Leonard’s Poket Music Dictionary, (1993, hlm 12).

6. Komposisi “Menuju Kesana”

“Menuju Kesana” adalah salah satu karya musik yang diciptakan oleh grup Hanyaterra melalui kegiatan bermusik genteng, yakni sebuah komposisi musik yang menghadirkan warna suara yang berbeda dengan karya musik lainnya, perbedaan warna suara tersebut terletak pada instrumen musiknya yang terbuat dari tanah liat. (wawancara grup Hanyaterra, 2014).


(22)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada observasi, pedoman wawancara serta dokumentasi yang merujuk pada rumusan masalah tentang materi penelitian, metode dan langkah-langkah proses penggarapan musik genteng. Ketiga permasalahan ini bisa berkembang disesuaikan dengan kondisi dan situasi, sifat dari instrumen penelitian ini bersifat fleksible dan secara rinci permasalahannya disusun dalam bentuk draf pertanyaan penelitian yang dipaparkan pada pedoman wawancara. Wawancara adalah kegiatan interaksi yang dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari narasumber yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Alat bantu yang digunakan berupa lembar pertanyaan yang digunakan untuk mengungkap data secara kualitatif.

Selain wawancara, observasi dilakukan oleh peneliti yaitu mengamati secara langsung proses penggarapan musiknya. Peneliti melakukan observasi awal pada tanggal 28 maret 2014 dengan mendatangi lokasi penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran umum mengenai kreativitas musik yang lahir pada masyarakat desa Jatisura, tentang keberadaan grup musik genteng ataupun instrumen musiknya. Subjek dalam observasi ini adalah grup musik genteng Hanyaterra.

Serta dilakukan pula kegiatan pengambilan dokumentasi, yang bertujuan untuk membantu melengkapi data penelitian. Adapun kegiatan pengambilan dokumentasi yang dilakukan ialah melakukan pengambilan gambar berupa foto, video dan audio saat penelitian berlangsung. Pengambilan dokumentasi bertujuan untuk menganalisis data yang telah didapatkan. Kegiatan ini dilakukan pada saat wawancara dan observasi Hari Jumat 28 Maret 2014 Pukul 13.00 WIB.


(23)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu: 1. Observasi

Observasi yang dilakukan merupakan observasi dimana peneliti berperan sebagai pangamat dan pencari data atau melakukan observasi mengenai proses penggarapan musik genteng. Peneliti datang ke lokasi penelitian kemudian mengamati terkait penggarapan musik genteng dan mencatat data yang diperoleh dilapangan kemudian diidentifikasi. Peneliti melakukan observasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses kreativitas yang lahir dan berkembang dimasyarakat Jatisura tersebut. Obervasi awal dilakukan pada hari Jumat, 28 Maret 2014 di sebuah studio yang mereka buat sendiri untuk latihan bermusik. Data yang didapat adalah mengenai gambaran tentang keberadaan pelaku kesenian bermusik genteng serta informasi mengenai awal mula terbentuknya musik yang mereka namakan dengan musik genteng, dengan mengumpulkan data dari grup musik

genteng Hanyaterra selaku grup yang jadi subjek penelitian serta Arief Yudi

pendiri Jaf.

Adapun Observasi dilakukan dengan menyesuaikan jawdal yang narasumber buat, diantaranya:

a. Observasi awal dilakukan pada hari Jumat, 28 Maret 2014. Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui gambaran tentang keberadaan pelaku berkesenian musik genteng untuk dijadikan bahan untuk penelitian.

b. Observasi kedua dilakukan pada hari Sabtu, 26 Juli 2014. Peneliti melakukan observasi langsung kepada narasumber terkait penggarapan musik genteng dan berbagai informasi mengenai grup musik Hanyaterra. c. Observasi ketiga dilakukan pada hari Selasa, 5 Agustus 2014. Peneliti

melakukan observasi untuk mengetahui proses pembuatan alat musik

genteng dengan ditunjukannya berbagai video dokumentasi narasumber


(24)

kreativitas warga Jatisura yang tergabung dalam grup Hanyaterra yakni

berupa karya musik “Menuju Kesana”.

d. Observasi keempat dilakukan pada hari sabtu, 27 september 2014. Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui berbagai informasi

terkait cara penggarapan karya “Menuju Kesana” dengan menafsirkan flashback tentang penggarap karyanya, di sini narasumber memberikan

gambar-gambaran yang dilakukan pada karya tersebut.

Observasi dilakukan hanya empat kali dikarenakan peneliti rasa, data-data yang terkumpul sudah memenuhi kebutuhan terkait penelitian serta dapat menjawab berbagai rumusan masalah terkait penelitian.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ingin diteliti, tetapi juga untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Peneliti mewawancarai orang yang terlibat langsung dalam proses penggarapan musik genteng, diantaranya grup musik hanyaterra dan pendiri Jaf. Wawancara dilakukan dengan konteks pertanyaan dan jawaban, pertanyaan disiapkan oleh peneliti berupa pertanyaan yang jawabannya akan menjadi data deskriptif. Hasil dari wawancara akan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Wawancara ini dilakukan pada waktu dan tempat yang sama dengan kegiatan observasi. Adapun kegiatan wawancara ini yaitu mengajukan beberapa pertanyaan mengenai awal mula atau latar belakang terbentuknya grup musik genteng, proses penggarapan musiknya, latarbelakang

penggarapan karya “Menuju Kesana” proses pembuatan instrumen yang


(25)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti fisik dari hasil pengamatan peneliti yang berbentuk foto, video dan audio. Dari semua data yang didapat, dipergunakan sebagai keterangan yang nyata untuk diolah oleh peneliti. Dokumentasi berupa foto dilakukan pada saat observasi dan wawancara, diantaranya mengambil gambar alat musik yang digunakan dalam penggarapan musik genteng, merekam wawancara dengan narasumber berbentuk audio rekaman, mengambil dokumentasi narasumber berupa video hasil karya musik mereka salah satunya karya yang berjudul “Menuju

Kesana” untuk dianalisis peneliti dalam menjawab rumusan masalah

penelitian. Dokumentasi video tersebut didapat langsung dari grup musik hanyaterra. Dalam pendokumentasian peneliti menggunakan kamera digital untuk mendapatkan data berupa foto–foto, video dan audio sebagai bahan penelitian.

Gambar 3.3

Peneliti sedang melakukan wawancara dengan kang Tedi “ Lead Guitar

Hanyaterra” dan kang Ismal “wakil dari pendiri JaF”. (Sumber: Dokumentasi Irni, 2014)


(26)

4. Studi literatur

Studi literatur digunakan hanya untuk mendukung teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian diantaranya buku komposisi musik yakni Corat-Coret Musik Komtemporer oleh Suka Hardjana tahun 2003, dalam buku ini peneliti mengambil literatur tentang komposisi musik. Buku Ilmu Bentuk Musik oleh Karl Edmund Prier SJ. Tahun 2004, peneliti mengambil literatur dalam buku ini tentang ilmu bentuk musik dan analisis musik. Buku Ilmu Melodi oleh Dieter Mack. Tahun 1995, peneliti mengambil literatur tentang pengertian melodi dan komponen-komponen pendukung unsur-unsur musik. Buku Harmoni 1 oleh Sugeng Syukur tahun 2009 dan pengantar harmoni Pono Banoe tahun 2003, peneliti mengambil literatur tentang komponen-komponen dasar pembentuk harmoni musik. Buku ilmu Bangunan gedung oleh Supribadi tahun 1993, peneliti mengambil literatur tentang pengertian genteng serta jenis-jenis genteng. Buku Seni, Tradisi, Masyarakat oleh Umar Kayam tahun 1981, peneliti mengambil literatur tentang kreativitas dan dari berbagai pakar dalam skripsinya Dimas). Supanggah dalam buku Bothekan Karawitan II tahun 2003 peneliti mengambil literatur garap. Buku Sejarah Musik Barat Jilid 2 dan 4 oleh McNeill (1998) dan Mack (2004). Peneliti mengambil literatur tentang musik minimalis.

5. Sistem Analisis

Dari analisis video rekaman hasil dari kreativitas warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra, peneliti mengambil sample

karya komposisi musik yang berjudul “Menuju Kesana”. Karya tersebut dapat

dilihat dari struktur dan bentuk komposisinya, terdapat unsur-unsur musik yang dapat dianalisis, yang terdiri dari ritmik, melodi, birama, tempo, dinamika, timbre, motif, dan sebagainya. Untuk membedah kesemuanya itu peneliti mengacu pada sistem analisis yang bersifat parametris dan non parametris dalam menganalisis komposisi tersebut, hal tersebut dijadikan


(27)

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang terkumpul dari hasil penelitian sudah disederhanakan. Kemudian disesuaikan dengan buku literatur serta hasil dokumentasi yang menunjang, sehingga dapat mendapatkan kesimpulan dari pokok permasalahan penelitian yang sedang diteliti. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengklasifikasian analisis data baik itu sebelum, selama dilapangan dan setelah dilapangan. Data dikategorikan sesuai dengan pola data dari hasil penelitian, kemudian dilakukan tahap pengambilan kesimpulan data untuk memastikan kembali dan menyimpulkan data yang telah terkumpul. Analisis data yang dilakukan berupa:

a. Reduksi Data

Kegiatan ini merupakan langkah awal dari kegiatan menganalisis data hasil penelitian. Kegiatan reduksi data merupakan kegiatan merangkum data dari berbagai aspek permasalahan yang diteliti. Data yang diambil peneliti adalah data dari proses penggarapan musik genteng dan mengambil video rekaman hasil karya musik dari grup Hanyaterra untuk dianalisis bentuk komposisi musiknya.

b. Display Data

Langkah selanjutnya yaitu display data dari hasil kegiatan mereduksi data dari seluruh data-data yang terkumpul secara jelas dan singkat. Data yang terkumpul dan telah melewati proses reduksi, baik berupa foto, audio, video dan literatur yang mendukung tekait rumusan masalah, semuanya disajikan dalam bentuk deskripsi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah terkumpul dan mengambil kesimpulan.

c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data

Setelah penelitian selesai maka dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian, data-data yang diperoleh peneliti dipelajari kembali. Setelah data tersebut dipelajari kembali maka dilakukan pengolahan data untuk memverifikasi data yang sudah ditentukan peneliti.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Musik genteng sebagai media kreativitas bermusik (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”) merupakan sebuah kreativitas yang lahir dan berkembang di masyarakat desa Jatisura terwujud dengan adanya musik yang mereka namakan dengan musik genteng, dalam penggarapan musik

genteng tidak lepas dari mengekplor bunyi-bunyian dari instrumen yang

terbuat dari tanah liat seperti genteng, kramik dan kerajinan tangan lainnya, proses penggarapan instrumennya lebih kepada mengolah tanah untuk dijadikan berbagai instrumen musik, sedangkan dalam proses penggarapan karya musik, salah satu warga yang tergabung dalam grup Hanyaterra menciptakan ide bermusiknya dari suatu konsep visual yakni sebuah genteng dan kawasannya sendiri, sehingga dari proses penggarapan musik genteng tersebut menghasilkan sebuah karya komposisi yang berjudul “Menuju

Kesana”.

Komposisi “Menuju Kesana” merupakan sebuah karya yang

menghadirkan warna suara atau timbre yang berbeda dengan karya musik lainnya, perbedaan warna suara tersebut terletak pada instrumen musiknya yang terbuat dari tanah liat. Instrumen musik dari tanah liat berupa gamelan

genteng, ceramics bowl, broke tile, sada tanah dan okarina mempunyai kesan

yang unik dalam permainan warna bunyi yang dihasilkan setiap instrumennya yang digabung dengan instrumen musik elektrik seperti gitar dan bass. Pada karya ini di bagian awal merupakan sebuah tema yang diusung untuk menandakan musik mereka memang musik yang hadir dari tabuhan-tabuhan

genteng dan kramik namun setelah gitar dan bass bermain tema tersebut

menjadi hilang didominasi oleh suara instrumen elektrik. Pada karya ini lebih kepada pengolahan motif yang diulang-ulang pada setiap bar ataupun frase pada setiap bagian.


(29)

Secara keseluruhan komposisi “Menuju Kesana” terbagi atas III

bagian pada struktur dan bentuk komposisinya. Pada bagian pertama instrumen ceramics bowl merupakan sebuah motif dasar pada karya tersebut, dan instrumen lainnya menambahkan bunyi dengan perubahan pola tabuhan sedikit demi sedikit secara konsep minimalis prosesual dalam permainannya. Bagian II lebih didominasi oleh suara gitar hingga intrumen gamelan genteng tidak terdengar dan Bagian III lebih kepada membuat harmonisasi bunyi yang dimainkan berbagai instrumennya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Warga Desa Jatisura yang merupakan daerah penghasil kreativitas ini agar terus menciptakan ide-ide dari apa yang ada di sekitar lingkungannya, terus menggali berbagai ide atau alternatif lain dalam menciptakan peluang berkreasi menuju lebih baik lagi.

2. Jatiwangi Art Factory (JAF) yang merupakan komunitas penampung

berbagai kegiatan warganya agar terus aktif melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi daerahnya dan warganya.

3. Grup Musik Hanyaterra agar terus aktif menciptakan berbagai karya musik yang tidak melupakan ciri dari musik genteng tersebut, lebih mengekplorasi berbagai instrumen genteng yang dibuat untuk penggarapan musik bergenre apapun atau memperkaya musik yang digarap dari berbagai jenis musik tradisi ataupun barat.

4. Kepada pembaca, peneliti menyarankan dalam membaca atau menginterpretasikan isi penelitian agar tidak menutup kemungkinan untuk lebih mengembangkan interpretasinya terhadap kreativitas khususnya dalam bermusik.

5. Untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian selanjutnya diharapkan ada tidak lanjut dari penilaian hasil penelitian sehingga dapat menyempurnakan tulisan pada kajian skripsi ini.


(30)

IRNI AFTRIANI, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Cetakan ke-1. Yogyakarta: PT. Kanisius. Banoe, Pono. (2003). Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta: PT.

Kanisius.

Fitrikasari, Melsya. (2012). Analisis Lagu “Hai Becak” karya ibu Soed. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firdaus Rejki, Yudistitra. (2011). Analisis Komposisi Musik “Two Pages”

Karya Philip Glass. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Hardjana, Suka. (2003). Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cetakan pertama. Surabaya: PT. Kartika.

Kayam, Umar. (1981). Seni,Ttradisi , Masyarakat. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Sinar Harapan.

Mack, Dieter. (1995). Ilmu Melodi. Cetakan pertama. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.

Mack, Dieter. (2004). Sejarah Musik Jilid 4. Cetakan keempat. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.

McNeill, J, Rhoderick. 1998. Sejarah Musik Jilid 2: Musik 1760 sampai

dengan Akhir Abad ke-20. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Gunung

Mulia.

Munandar, S.C utami (e.d). (1988). Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Paz Reza, Farhan. (2013). Analisis Musik “Medley The Phantom Of The

Opera” Karya Andrew Lloyd Webber Aransemen Ed Lojeskk. Skripsi

S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Prier, Karl-Edmund. (2004). Ilmu Bentuk Musik. Cetakan ke-2. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.

Rohidi, Tjetjep. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Cetakan pertama. Bandung: PT. Accent Graphic Communication.

Rasyid, Fathur. (2010). Cerdaskan Anakmu Dengan Musik!. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Diva Press.

Sadiaman, arif. (2005). Media Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Supribadi, IK. (1993). Ilmu Bangunan Gedung. Bandung : PT. CV. Armico. Sugiharti, Susi. (2011). Kreativitas Ahmad Greg Dalam Karya Musik

“Rantung Raeg” Di Singaparna Tasikmalaya. Skripsi S1 pada FPBS


(31)

IRNI AFTRIANI, 2014

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta.

Supanggah, Rahayu.(2009). Bothekan Karawitan II. Surkarta: PT. Isi Press Surakarta.

Syukur, Sugeng dkk. 2009. Harmoni 1. Cetakan pertama. Bandung: PT. CV. Bintang WarliArtika.

Wijoyo Indro, Dimas. (2013). Kreativitas Musik Dodog Kodir Dalam

mengolah Ide-ide Musikal melalui Pemanfaatan Barang Bekas Dalam Upaya Menciptakan Alat Musik Baru. Skripsi S1 pada FPBS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Website (Internet)

Akusmatik [online] Tersedia:http://de.wikipedia.org/wiki/Akusmatik [12 September 2014].

Genteng [online] Tersedia:http://genteng-abadi.blogspost.com [26 Juli 2014]

Interloking [online] Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Hocket [1 Sepetember 2014]

Minimalism Music [online]

Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Minimal_music [12 September 2014]


(1)

IRNI AFTRIANI, 2014

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4. Studi literatur

Studi literatur digunakan hanya untuk mendukung teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian diantaranya buku komposisi musik yakni Corat-Coret Musik Komtemporer oleh Suka Hardjana tahun 2003, dalam buku ini peneliti mengambil literatur tentang komposisi musik. Buku Ilmu Bentuk Musik oleh Karl Edmund Prier SJ. Tahun 2004, peneliti mengambil literatur dalam buku ini tentang ilmu bentuk musik dan analisis musik. Buku Ilmu Melodi oleh Dieter Mack. Tahun 1995, peneliti mengambil literatur tentang pengertian melodi dan komponen-komponen pendukung unsur-unsur musik. Buku Harmoni 1 oleh Sugeng Syukur tahun 2009 dan pengantar harmoni Pono Banoe tahun 2003, peneliti mengambil literatur tentang komponen-komponen dasar pembentuk harmoni musik. Buku ilmu Bangunan gedung oleh Supribadi tahun 1993, peneliti mengambil literatur tentang pengertian genteng serta jenis-jenis genteng. Buku Seni, Tradisi, Masyarakat oleh Umar Kayam tahun 1981, peneliti mengambil literatur tentang kreativitas dan dari berbagai pakar dalam skripsinya Dimas). Supanggah dalam buku Bothekan Karawitan II tahun 2003 peneliti mengambil literatur garap. Buku Sejarah Musik Barat Jilid 2 dan 4 oleh McNeill (1998) dan Mack (2004). Peneliti mengambil literatur tentang musik minimalis.

5. Sistem Analisis

Dari analisis video rekaman hasil dari kreativitas warga desa Jatisura yang tergabung dalam grup musik Hanyaterra, peneliti mengambil sample

karya komposisi musik yang berjudul “Menuju Kesana”. Karya tersebut dapat

dilihat dari struktur dan bentuk komposisinya, terdapat unsur-unsur musik yang dapat dianalisis, yang terdiri dari ritmik, melodi, birama, tempo, dinamika, timbre, motif, dan sebagainya. Untuk membedah kesemuanya itu peneliti mengacu pada sistem analisis yang bersifat parametris dan non parametris dalam menganalisis komposisi tersebut, hal tersebut dijadikan


(2)

IRNI AFTRIANI, 2014

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu G. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang terkumpul dari hasil penelitian sudah disederhanakan. Kemudian disesuaikan dengan buku literatur serta hasil dokumentasi yang menunjang, sehingga dapat mendapatkan kesimpulan dari pokok permasalahan penelitian yang sedang diteliti. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengklasifikasian analisis data baik itu sebelum, selama dilapangan dan setelah dilapangan. Data dikategorikan sesuai dengan pola data dari hasil penelitian, kemudian dilakukan tahap pengambilan kesimpulan data untuk memastikan kembali dan menyimpulkan data yang telah terkumpul. Analisis data yang dilakukan berupa:

a. Reduksi Data

Kegiatan ini merupakan langkah awal dari kegiatan menganalisis data hasil penelitian. Kegiatan reduksi data merupakan kegiatan merangkum data dari berbagai aspek permasalahan yang diteliti. Data yang diambil peneliti adalah data dari proses penggarapan musik genteng dan mengambil video rekaman hasil karya musik dari grup Hanyaterra untuk dianalisis bentuk komposisi musiknya.

b. Display Data

Langkah selanjutnya yaitu display data dari hasil kegiatan mereduksi data dari seluruh data-data yang terkumpul secara jelas dan singkat. Data yang terkumpul dan telah melewati proses reduksi, baik berupa foto, audio, video dan literatur yang mendukung tekait rumusan masalah, semuanya disajikan dalam bentuk deskripsi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah terkumpul dan mengambil kesimpulan.

c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data

Setelah penelitian selesai maka dapat diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian, data-data yang diperoleh peneliti dipelajari kembali. Setelah data tersebut dipelajari kembali maka dilakukan pengolahan data untuk memverifikasi data yang sudah ditentukan peneliti.


(3)

IRNI AFTRIANI, 2014

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Musik genteng sebagai media kreativitas bermusik (Studi Analisis Karya Komposisi “Menuju Kesana”) merupakan sebuah kreativitas yang lahir dan berkembang di masyarakat desa Jatisura terwujud dengan adanya musik yang mereka namakan dengan musik genteng, dalam penggarapan musik

genteng tidak lepas dari mengekplor bunyi-bunyian dari instrumen yang

terbuat dari tanah liat seperti genteng, kramik dan kerajinan tangan lainnya, proses penggarapan instrumennya lebih kepada mengolah tanah untuk dijadikan berbagai instrumen musik, sedangkan dalam proses penggarapan karya musik, salah satu warga yang tergabung dalam grup Hanyaterra menciptakan ide bermusiknya dari suatu konsep visual yakni sebuah genteng dan kawasannya sendiri, sehingga dari proses penggarapan musik genteng tersebut menghasilkan sebuah karya komposisi yang berjudul “Menuju

Kesana”.

Komposisi “Menuju Kesana” merupakan sebuah karya yang menghadirkan warna suara atau timbre yang berbeda dengan karya musik lainnya, perbedaan warna suara tersebut terletak pada instrumen musiknya yang terbuat dari tanah liat. Instrumen musik dari tanah liat berupa gamelan

genteng, ceramics bowl, broke tile, sada tanah dan okarina mempunyai kesan

yang unik dalam permainan warna bunyi yang dihasilkan setiap instrumennya yang digabung dengan instrumen musik elektrik seperti gitar dan bass. Pada karya ini di bagian awal merupakan sebuah tema yang diusung untuk menandakan musik mereka memang musik yang hadir dari tabuhan-tabuhan

genteng dan kramik namun setelah gitar dan bass bermain tema tersebut

menjadi hilang didominasi oleh suara instrumen elektrik. Pada karya ini lebih kepada pengolahan motif yang diulang-ulang pada setiap bar ataupun frase pada setiap bagian.


(4)

IRNI AFTRIANI, 2014

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Secara keseluruhan komposisi “Menuju Kesana” terbagi atas III

bagian pada struktur dan bentuk komposisinya. Pada bagian pertama instrumen ceramics bowl merupakan sebuah motif dasar pada karya tersebut, dan instrumen lainnya menambahkan bunyi dengan perubahan pola tabuhan sedikit demi sedikit secara konsep minimalis prosesual dalam permainannya. Bagian II lebih didominasi oleh suara gitar hingga intrumen gamelan genteng tidak terdengar dan Bagian III lebih kepada membuat harmonisasi bunyi yang dimainkan berbagai instrumennya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Warga Desa Jatisura yang merupakan daerah penghasil kreativitas ini agar terus menciptakan ide-ide dari apa yang ada di sekitar lingkungannya, terus menggali berbagai ide atau alternatif lain dalam menciptakan peluang berkreasi menuju lebih baik lagi.

2. Jatiwangi Art Factory (JAF) yang merupakan komunitas penampung

berbagai kegiatan warganya agar terus aktif melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi daerahnya dan warganya.

3. Grup Musik Hanyaterra agar terus aktif menciptakan berbagai karya musik yang tidak melupakan ciri dari musik genteng tersebut, lebih mengekplorasi berbagai instrumen genteng yang dibuat untuk penggarapan musik bergenre apapun atau memperkaya musik yang digarap dari berbagai jenis musik tradisi ataupun barat.

4. Kepada pembaca, peneliti menyarankan dalam membaca atau menginterpretasikan isi penelitian agar tidak menutup kemungkinan untuk lebih mengembangkan interpretasinya terhadap kreativitas khususnya dalam bermusik.

5. Untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian selanjutnya diharapkan ada tidak lanjut dari penilaian hasil penelitian sehingga dapat menyempurnakan tulisan pada kajian skripsi ini.


(5)

IRNI AFTRIANI, 2014

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Cetakan ke-1. Yogyakarta: PT. Kanisius. Banoe, Pono. (2003). Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta: PT.

Kanisius.

Fitrikasari, Melsya. (2012). Analisis Lagu “Hai Becak” karya ibu Soed. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Firdaus Rejki, Yudistitra. (2011). Analisis Komposisi Musik “Two Pages”

Karya Philip Glass. Skripsi S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Hardjana, Suka. (2003). Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Cetakan pertama. Surabaya: PT. Kartika.

Kayam, Umar. (1981). Seni,Ttradisi , Masyarakat. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Sinar Harapan.

Mack, Dieter. (1995). Ilmu Melodi. Cetakan pertama. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.

Mack, Dieter. (2004). Sejarah Musik Jilid 4. Cetakan keempat. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.

McNeill, J, Rhoderick. 1998. Sejarah Musik Jilid 2: Musik 1760 sampai

dengan Akhir Abad ke-20. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Gunung

Mulia.

Munandar, S.C utami (e.d). (1988). Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Paz Reza, Farhan. (2013). Analisis Musik “Medley The Phantom Of The

Opera” Karya Andrew Lloyd Webber Aransemen Ed Lojeskk. Skripsi

S1 pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Prier, Karl-Edmund. (2004). Ilmu Bentuk Musik. Cetakan ke-2. Yogyakarta: PT. Pusat Musik Liturgi.

Rohidi, Tjetjep. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Cetakan pertama. Bandung: PT. Accent Graphic Communication.

Rasyid, Fathur. (2010). Cerdaskan Anakmu Dengan Musik!. Cetakan pertama. Jakarta: PT. Diva Press.

Sadiaman, arif. (2005). Media Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Supribadi, IK. (1993). Ilmu Bangunan Gedung. Bandung : PT. CV. Armico. Sugiharti, Susi. (2011). Kreativitas Ahmad Greg Dalam Karya Musik

“Rantung Raeg” Di Singaparna Tasikmalaya. Skripsi S1 pada FPBS


(6)

IRNI AFTRIANI, 2014

MUSIK GENTENG SEBAGAI MEDIA KREATIVITAS BERMUSIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-18. Bandung: Alfabeta.

Supanggah, Rahayu.(2009). Bothekan Karawitan II. Surkarta: PT. Isi Press Surakarta.

Syukur, Sugeng dkk. 2009. Harmoni 1. Cetakan pertama. Bandung: PT. CV. Bintang WarliArtika.

Wijoyo Indro, Dimas. (2013). Kreativitas Musik Dodog Kodir Dalam

mengolah Ide-ide Musikal melalui Pemanfaatan Barang Bekas Dalam Upaya Menciptakan Alat Musik Baru. Skripsi S1 pada FPBS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Website (Internet)

Akusmatik [online] Tersedia:http://de.wikipedia.org/wiki/Akusmatik [12 September 2014].

Genteng [online] Tersedia:http://genteng-abadi.blogspost.com [26 Juli 2014]

Interloking [online] Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Hocket [1 Sepetember 2014]

Minimalism Music [online]

Tersedia:http://en.wikipedia.org/wiki/Minimal_music [12 September 2014]