Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Level Perkembangan Moral Kognitif Akuntan dalam Pengambilan Keputusan Etis pada Saat Menghadapi Dilema Etis T2 932011002 BAB V

V. PENUTUP

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mencari perbedaan level
perkembangan moral kognitif akuntan yaitu auditor internal
dan auditor eksternal. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori perkembangan moral Kohlberg dengan alat
scoring perkembangan moral DIT yang dikembangkan oleh
Rest. Penelitian ini menguji apakah auditor internal memiliki
perkembangan moral kognitif yang lebih tinggi daripada
auditor eksternal. Selain itu juga menguji faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi level perkembangan moral kognitif
seseorang antara lain gender, umur, pengalaman kerja dan
tingkat pendidikan.
Hasil pengujian hipotesis dapat membuktikan bahwa
auditor internal dapat mencapai level perkembangan moral
yang lebih tinggi daripada auditor eksternal. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor internal dalam mengambil
keputusan etis pada saat menghadapi dilema etis tidak hanya
berpedoman pada peraturan dan kode etik yang berlaku
namun juga melibatkan pertimbangan yang mendalam yang

berasal dari hati nurani. Auditor internal yang merupakan
bagian integral dalam perusahaan akan berusaha untuk
membantu dalam pencapaian visi dan misi perusahaan.

Sehingga menyebabkan munculnya rasa toleransi saat konflik
audit terjadi.
Selain menjadi bagian integral dalam perusahaan,
perbedaan tanggung jawab dan karakteristik pekerjaan auditor
internal dan auditor eksternal dapat menyebabkan adanya
perbedaan level perkembangan moral kognitif tersebut.
Namun bukan berarti dalam menghadapi konflik audit untuk
mengambil

keputusan

menggunakan

hati

etis,


auditor

nuraninya.

Auditor

eksternal
eksternal

tidak
yang

merupakan pihak ketiga lebih mengacu pada prinsip-prinsip
aturan yang berlaku untuk menjunjung tinggi profesionalnya
daripada nurani di dalam dirinya. Nilai P-Score auditor
internal yang lebih tinggi

menunjukkan kemungkinan


pertimbangan yang dipilih merupakan pertimbangan yang
berada pada tahap postconventional (tahapan 5 dan 6),
sedangkan auditor eksternal lebih menekankan pertimbangan
tahap

conventional

postcoventional

(tahapan

inilah

hati

3

dan

nurani


4).

Pada

tahap

ditempatkan

dalam

pertimbangan pengambilan keputusan etis.
Faktor-faktor yang ditemukan dapat mempengaruhi
level perkembangan moral kognitif dalam penelitian ini adalah
umur dan pengalaman kerja. Sedangkan gender dan tingkat
pendidikan tidak ditemukan adanya pengaruh. Kemungkinan
masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi level

perkembangan moral kognitif seperti faktor-faktor individual
antara lain ego strengh (Trevino, 1986), locus of control

(Trevino, 1986) dan tipe kepribadian (McMahon,1992),
kemudian faktor-faktor di luar individu antara lain latar
belakang keluarga, komunitas sosial yang dimiliki, dan budaya
organisasi. Sehingga faktor-faktor seperti gender, umur,
pengalaman kerja dan tingkat pendidikan tidak dapat dijadikan
patokan bahwa semakin tinggi faktor-faktor tersebut maka
semakin tinggi pula perkembangan moral kognitif seseorang.

Keterbatasan
Perlu disadari bahwa penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan yang tidak dapat dihindari dan dikontrol.
Kesulitan

dalam

membutuhkan

pengumpulan

pendekatan


data

personal.

auditor
Penggunaan

yang
alat

penelitian dan pemahaman terhadap DIT oleh subyek juga
menjadi kendala tersendiri dalam melakukan pengumpulan
data

untuk

pengujian

hipotesis.


Faisal

(2007),

DIT

menggunakan hubungan antara perkembangan dan alasan
moral untuk menghitung P-Score tunggal untuk mengukur
perkembangan moral. Meskipun hal ini telah banyak memberi
kontribusi yang bemilai bagi pemahaman etika dalam profesi
akuntansi, namun DIT hanya memberi penjelasan sebagian
(partial) mengenai pembuatan keputusan etika akuntan.

Saran
Sehingga yang menjadi saran dalam penelitian ini
adalah pemilihan subyek (auditor internal) yang lebih berfokus
pada karakteristik perusahaan tertentu. Kedua, Defining Issues
Test (DIT) bukanlah satu-satunya instrumen yang dapat
digunakan untuk mengukur perkembangan moral, sehingga

dapat menggunakan instrumen pengukuran lainnya seperti
Multidimensional Ethics Scale (MES) yang lebih mudah
diterapkan dan lebih dapat memberikan ukuran langsung atas
orientasi etika seperti yang disarankan oleh Faisal (2007).