DAMPAK KODE ETIK PADA PENGARUH FILOSOFI ETIS DAN INTENSITAS ETIS TERHDADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS AKUNTAN PUBLIK Suryadi Winata

DAMPAK KODE ETIK PADA PENGARUH FILOSOFI ETIS DAN INTENSITAS ETIS TERHDADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS AKUNTAN PUBLIK

Suryadi Winata

suryadiwinata@ymail.com

Universitas Buddhi Dharma, Tangerang

Khomsiyah

Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the role of ethical codes in strengthening the influence of ethical philosophy - idealism, relativism, and ethical intensity - magnitude of consequence, social consensus, temporal immediacy on ethical decision making (EDM). The research samples used are 138 public accountants. The hypotheses testing used is moderated regression analysis. The results shows that code of ethics reduce the influence of idealism to ethical awareness of public accountants. code of ethics and idealism are factors that are complementary, so the implications of the code of conduct is an importance tool for the implementation of idealistic thinking’s in EDM practice of public accountants. Ethical codes that have reduced the positive influence of idealism on ethical awareness means that code of ethics promote each public accountant to follow universal ethics rules in achieving the best business results. The fact of the idealistic thoughts have strong influence on ethical awareness describes the powerful idealism, and then the strength of ethical codes that can reduce the effect of idealism in EDM means that the superiority of relativism as EDM basis. The combination between powerful idealism and superiority of relativism would be situationist’s position in the taxonomy of ethical ideology.

Key words: code of ethic, ethical philosophy, ethical intensity, and public accountants.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur peran kode etik dalam memperkuat pengaruh filosofi etis yaitu idealisme, relativisme, dan intensitas etis yaitu magnitude of consequence, social consensus dan temporal immediacy pada pengambilan keputusan etis. Sampel penelitian ini menggunakan 138 akuntan publik. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi moderasi. Hasilnya mem- perlihatkan bahwa kode etik menurunkan pengaruh idealisme terhadap kesadaran etis akuntan publik. Kode etik dan idealisme merupakan faktor-faktor yang saling melengkapi, sehingga implikasi kode etik merupakan alat penting dalam rangka penerapan pemikiran kaum idealis pada praktik akuntan publik. Kode etik yang dapat menurunkan pengaruh positif idealisme terhadap kesadaran etis berarti bahwa kode etik mendorong setiap akuntan publik untuk mematuhi aturan etis universal dalam mencapai hasil usaha yang terbaik. Fakta yang menunjukkan pemikiran para idealis berpengaruh kuat terhadap kesadaran etis menggambarkan idealime yang kuat, dan adanya kode etik yang kuat yang dapat menurunkan pengaruh idealisme dalam pengambilan keputusan etis mengartikan kekuatan relativisme sebagai dasar pengambilan keputusan etis. Kombinasi antara idealisme dan relativisme kuat merupakan posisi situationis di dalam taxonomy of ethical ideology.

Kata kunci: kode etik, filosofi etis, intensitas etis, dan akuntan publik.

PENDAHULUAN

kembangan moral di perusahaan-perusaha- Perilaku etis akuntan profesional ada-

an akuntan sering berhadapan dengan lah penting terhadap status dan kredibilitas

dilema dalam memilih di antara nilai-nilai profesi akuntan karena sebagai agen per-

yang saling bertentangan (Leung dan

260 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Cooper, 2005; Chan dan Leung, 2006; dan akuntan praktisi pajak. Pengambilan Kareacer et al., 2009, dan Ionescu, 2010).

keputusan etis (ethical decision making) atau Pemilihan nilai-nilai tersebut membutuhkan

EDM, di dalam praktik akuntansi salah kemampuan melakukan pengambilan ke-

satunya didasarkan pada pertimbangan etis putusan etis, selain kompetensi di dalam

yang terjadi, sehingga pertimbangan etis pemilihan metode akuntansi yang sesuai

tersebut dapat mendukung kepercayaan untuk pengukuran dan pengungkapan ke-

dan keyakinan pada sistem pasar modal uangan tertentu, di bawah tekanan yang

dengan penyimpangan yang minimal pada berat dengan banyak keterbatasan (Leung

pelaporan keuangan (Barlaup et al., 2009). dan Cooper, 2005; Gaffikin dan Lindawati,

Pertimbangan dan perilaku etis yang 2012).

meningkatkan kepercayaan tentang pe- Leung dan Cooper (2005) mengungkap-

nyimpangan yang minim dalam pelaporan kan bahwa secara total terdapat 6.693 isu

keuangan dan menggambarkan bahwa etis yang berbeda-beda yang dihadapi oleh

pertimbangan moral berpengaruh pada ke- para anggota CPA di Australia pada 12

putusan investasi, menjadi alasan yang bulan terakhir tahun 2005. Akuntan publik

mendasar untuk melakukan penelitian di banyak menghadapi dilema etis yang berat

dalam implementasi pertimbangan etis terutama yang berhubungan dengan isu-isu

yang lebih rumit (Hofmann et al., 2007; adanya tekanan klien. Penelitian Leung dan

Pflugrath et al., 2007, dan Barlaup et al., Cooper (2005) menggambarkan bahwa

2009). Penerapan pertimbangan etis yang audit atas laporan keuangan perusahaan

dilakukan oleh individu-individu di- yang dilakukan oleh auditor independen

gambarkan oleh Forsyth (1980) dengan (CPA) yang terdidik yang hanya mendapat

mengembangkan taxonomy of ethical ideology pelatihan teknis saja, tidak cukup. Para

yang mencoba melakukan persilangan auditor independen harus mampu memper-

pengaruh antara filosofi etis dimensi idealis- tahankan pertimbangan etis yang merupa-

me dengan dimensi relativisme dan meng- kan intensinya (Leung dan Cooper, 2005).

ungkapkan filosofi etis dengan empat Selain menjaga kepercayaan publik dan

dimensi yaitu; situationists, exceptionists, mengembangkan profesi akuntansi di masa

absolutists dan subjectivists. Penelitian ini depan, juga dibutuhkan peran auditor yang

menggambarkan proses penerapan filosofi selalu memantau kualitas informasi keua-

etis pada praktik pengambilan keputusan ngan perusahaan dan memastikan imple-

etis oleh individu-individu. mentasi prinsip, standar, prosedur, konsep

Pertimbangan etis selain dipengaruhi serta metode-metode akuntansi yang sesuai

idealisme dan relativisme juga dipengaruhi dengan kebijakan akuntansi yang telah

oleh intensitas etis yang merupakan faktor ditetapkan, sehingga laporan keuangan

situasional individual. Intensitas etis men- yang dihasilkan memenuhi karakteristik

coba menjelaskan suatu isu etis yang sudah kualitatif agar informasinya dapat dipaha-

dipertimbangkan diterima di dalam situasi mi, relevan, handal, dapat diperbanding-

tertentu. Terdapat tiga dimensi yang paling kan, serta mengurangi asimetri informasi

berpengaruh yaitu; magnitude of consequence, (Wolk et al., 2008).

social consensus, dan temporal immediacy Tugas akuntan yang selalu berhubu-

(Jones, 1991; Ng et al., 2009; dan Craft, 2013). ngan dengan permasalahan etis dan inte-

Pertimbangan etis juga dipengaruhi oleh gritas yang tinggi dalam setiap bidang dan

faktor situasional organisasional yang di- tugas akuntansi mengambarkan bahwa per-

dasarkan pada pertimbangan individu- masalahan etika pada bidang akuntansi

individu karena berada pada situasi ke- mempunyai kemiripan dengan masalah

pentingan masing-masing di dalam suatu pengambilan keputusan etis (ethical decision

organisasi yang melakukan pengambilan making) oleh auditor, akuntan manajemen,

keputusan etis (Ionescu, 2010). Faktor

Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah

situasional yang umumnya mempengaruhi keputusan etis adalah pemberian peng- hargaan dan sanksi, penerapan kode etik dan terciptanya iklim etis (Ford dan Richardson, 1994; Leung dan Cooper, 2005).

Implementasi kode etik di dalam konteks pengalaman pelaksanaan audit yang umum mempunyai pengaruh positif pada kualitas kebijakan yang dilakukan oleh para akuntan profesional (Pflugrath et al., 2007). Kebutuhan adanya kode etik yang terus dikembangkan adalah untuk memper- tahankan kepercayaan publik dalam inte- gritas profesi akuntan, yang sejalan dengan fakta terjadinya peningkatan minat dalam penelitian yang bertujuan menguji ke- mampuan pertimbangan moral akuntan publik.

Motivasi dilakukannya penelitian ten- tang faktor-faktor individual dan situasi- onal tertentu pada pengambilan keputusan etis dalam pengembangan ilmu dan implementasi praktik akuntansi adalah: pertama, penelitian tentang pengambilan keputusan etis selama ini telah banyak mengungkap arti penting faktor-faktor indi- vidual dan situasional terhadap pengambil- an keputusan etis (Leung dan Cooper, 2005; Musbah, 2010; Jin, 2012; dan Craft, 2013). Namun, penelitian tentang etik dan kajian praktik di Indonesia masih terbatas. Kedua, Indonesia sebagai negara dengan beragam nilai budaya, konsekuensinya semua indi- vidu di dalam organisasi dan profesi yang ada harus mempertimbangkan keputusan etis yang dipengaruhi oleh beragam faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan etis tersebut (Chan dan Leung, 2006 dan Musbah, 2010). Para akuntan berhadapan dengan suatu isu etis, akan melakukan investigasi untuk memahami jenis isu etis yang dihadapi tersebut, dan menentukan faktor-faktor individual atau situasional mana yang paling berpengaruh terhadap keputusan etis di dalam profesi- nya, sehingga dapat menghindarkan diri dari perilaku yang tidak etis. Tujuan

penelitian ini adalah menguji dampak kode etik terhadap pengaruh filosofi etis dan intensitas etis pada pengambilan keputusan etis akuntan publik.

TINJAUAN TEORETIS Pengambilan Keputusan Etis

Pengambilan keputusan merupakan aspek penting dalam akuntansi keperi- lakuan, karena aspek pengambilan keputus- an memfokuskan pada teori dan model tentang pengambilan keputusan. Teori pe- ngambilan keputusan adalah teori normatif yang menjelaskan bagaimana seharusnya individu-individu mengambil keputusan. Suartana (2010) menjelaskan bahwa model deskriptif pengambilan keputusan men- jelaskan fakta-fakta empirik yang terjadi sebagai dasar, ketika individu-individu ter- sebut melakukan pengambilan keputusan.

Proses pengambilan keputusan etis di- gambarkan dalam tahap-tahap yang serupa dengan proses pengambilan keputusan manajemen yang diungkap oleh Gilbert et al. (2009). Kesadaran etis serupa dengan identifikasi situasi, pertimbangan etis se- rupa dengan proses kreatif pengembangan alternatif-alternatif keputusan yang akan dievaluasi atau dipertimbangkan lebih lan- jut. Kemudian alternatif keputusan yang dikembangkan dievaluasi atau dikaji ulang untuk mendapat alternatif yang terbaik, sehingga proses ini dapat memilih alternatif untuk dilaksanakan suatu tindakan yaitu alternatif keputusan yang paling terbaik. Alternatif pengambilan keputusan yang sudah teruji mempunyai kekuatan pada tahap intensi etis. Lebih lanjut implementasi alternatif terbaik keputusan yang telah dipilih merupakan perilaku etis dalam pengambilan keputusan etis.

Keputusan etis didefinisi sebagai “suatu keputusan yang secara hukum dan etik dapat diterima di dalam masyarakat yang lebih luas. Kebalikannya adalah suatu keputusan yang dikatakan tidak etis adalah yang secara hukum atau etik tidak dapat

262 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

diterima di dalam masyarakat yang lebih etis dalam hal bahwa secara sistematik luas. Sementara definisi pengambilan ke-

berhubungan dengan karakteristik isu itu putusan etis yang lain menjelaskan bahwa

sendiri, kemudian menyatakan bahwa pengambilan keputusan etis sebagai “suatu

karakteristik tertentu dari isu etis itu sendiri proses dilakukan individu-individu yang

adalah penentu penting dari proses menggunakan dasar pemikirannya untuk

pengambilan keputusan etis. Model Jones menentukan apakah suatu isu tertentu

(1991) digunakan juga oleh Dickerson (2009) adalah benar atau salah” (Jones, 1991).

untuk menguji sensivitas etis dalam pe- ngambilan keputusan etis auditor (akuntan

Model Pengambilan Keputusan Etis

publik). Secara tradisional, empat tahap Model pengambilan keputusan etis

pengambilan keputusan etis yaitu pengaku- yang paling komprehensif adalah yang

an etis, pertimbangan etis, intensi etis dan dibuat oleh Jones (1991). Model tersebut

perilaku etis seolah-olah merupakan suatu mengintegrasi model keputusan etis se-

hasil temuan etik yang paling akhir, semen- belumnya dan merepresentasi secara me-

tara itu para peneliti juga telah meng- nyeluruh variabel-variabel yang sudah di

investigasi variabel individual (Lv dan sepakati berpengaruh terhadap pengambil-

Huang, 2012; dan Craft, 2013), variabel an keputusan etis dan memperkenalkan

organisasional dan karakteristik intensitas suatu konsep intensitas etis. Jones meyakini

etis sebagai variabel prediktor (Craft, 2013). bahwa studi sebelumnya masih terbatas

dalam membahas isu-isu etis sampai faktor

Kesadaran Etis

yang menjadi penyebab. Intensitas etis Kesadaran etis (ethical awareness) di- adalah “perluasan dari isu yang terkait

sebut juga dengan istilah pengakuan etis dengan perintah etis yang harus dilakukan

(ethical recognition) atau sensitivitas etis di dalam situasi tertentu.”

(ethical sensitivity) adalah suatu tahap yang Fondasi model Jones tersebut meng-

mendasar dan penting di dalam proses gambarkan empat tahap proses; pengakuan

pengambilan keputusan etis. Mengakui isu-isu etis (ethical awarness/recognizing),

suatu isu menjadi isu etis secara moral pembentukan pertimbangan etis (ethical

dapat membantu dalam mempertimbang- judgment development), penetapan intensi etis

kan pengambilan keputusan etis. Jones (establishing ethical intent), dan keterlibatan

(1991) mengungkapkan bahwa pengakuan di dalam perilaku etis (engaged in ethical

adanya isu-isu etis meliputi dua komponen behavior) . Model empat tahap tersebut

penting dalam mengidentifikasi isu-isu etis: menghubungkan model pengambilan ke-

1) individu harus merealisasi bahwa tinda- putusan etis yang positif dan mengasumsi-

kannya akan mempengaruhi kesejahteraan kan bahwa pilihan etis adalah bukan hanya

orang lain dan 2) individu mempunyai keputusan individual, namun ditentukan

kemauan sendiri di dalam isu tersebut. oleh pembelajaran sosial di dalam suatu

Selanjutnya, ketika individu-individu gagal organisasi. Lin dan Ho (2008) menggunakan

mengidentifikasi isu etis tersebut, mereka model Jones dengan membagi 4 tahap

tidak punya lagi kesempatan untuk me- pengambilan keputusan etis yaitu kesadar-

lanjutkan pada tahap berikutnya dalam an etis, pertimbangan etis, intensi etis, dan

suatu proses pengambilan keputusan etis, perilaku etis.

sehingga keputusan mereka akan dibuat Selanjutnya, Jones (1991) telah me-

sesuai pada aspek lain misalnya motivasi ngembangkan berbagai faktor terkait etis

ekonomi.

menjadi komponen tertentu intensitas etis Studi empirik Chan dan Leung (2006) ke dalam model proses pengambilan ke-

dan Croxford (2010) mengungkapkan bah- putusan etis. Jones mengungkap bahwa

wa pengakuan etis adalah bersyarat di atas orang akan bereaksi berbeda pada isu-isu

variabel-variabel individual (umur, jender,

Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah

tingkat pendidikan dan yang lainnya), tertentu yang ditujukan pada realisasi suatu variabel-variabel organisasi (kode etis, iklim

tujuan akhir.

etis, pengaruh manajemen puncak, dan Namun demikian, terdapat argumen- sebagainya) dan konten-konten tertentu

tasi yang mendukung bahwa intensi di- dari isu intensitas etis (besarnya konse-

asumsikan untuk melihat faktor-faktor kuensi, konsensus sosial, kemungkinan

motivasi yang mempengaruhi suatu peri- pengaruh dan sebagainya).

laku, sehingga hal tersebut merupakan indikasi sebagaimana kerasnya seorang

Pertimbangan Etis

akan berusaha mencoba, atau berapa ba- Tahap kedua dari proses pengambilan

nyak upaya tertentu yang mereka rencana- keputusan etis adalah tahap pertimbangan

kan untuk mendesak dalam rangka men- etis atau ethical judgement. Tahap ini mem-

capai perilaku tersebut. Intensi etis sebagai punyai dasar utama pada tahap perkemba-

suatu teori dapat dihipotesiskan lebih kuat ngan moral kognitif (cognitive moral develop-

suatu intensi untuk terlibat di dalam ment) yang dikembangkan oleh Kohlberg.

perilaku, maka cenderung akan lebih kuat Teori perkembangan moral kognitif dari

mencapai kinerja perilaku etis tersebut Kohlberg telah dijadikan landasan teoretis

(Ajzen, 1991).

untuk berbagai versi teori pengambilan keputusan etis (Haines dan Leonard, 2007;

Perilaku Etis

Lv dan Huang, 2012). Model tersebut Tahap terakhir dari proses peng- mencoba menghubungkan pertimbangan

ambilan keputusan etis adalah perilaku etis. etis pada perilaku etis dan mengusulkan

Dalam hal ini individu terlibat dalam suatu bahwa faktor-faktor individual mempe-

tindakan yang paling baik sebagai hasil dari ngaruhi hubungan menyeluruh pada proses

intensi etis mereka. Perilaku etis didefinisi- pengambilan keputusan yang lebih terpadu,

kan sebagai satu dari kedua hal yaitu secara daripada hanya sekedar pertimbangan

hukum atau etis adalah perilaku yang dapat apakah suatu isu dapat diterima atau tidak

diterima oleh suatu masyarakat (community) secara etis (Haines dan Leonard, 2007).

yang lebih besar (Jones, 1991). Perilaku etis adalah hasil dari proses yang beragam dan

Intensi Etis

rumit. Ruang lingkup penelitian etis umum- Tahap ketiga dari proses pengambilan

nya tidak sampai pada perilaku etis, karena keputusan etis di dalam model yang di-

perilaku etis meliputi pemantauan tindakan kembangkan oleh Jones (1991) adalah inten-

yang dilakukan secara nyata dalam jangka si etis. Jones (1991) memperkuat definisi

waktu panjang.

sebelumnya bahwa intensi etis adalah Alasan secara teoretis dapat mengambil “tingkatan tertentu dari komitmen untuk

referensi pada teori tindakan yang diper- mengambil serangkaian tindakan, pe-

timbangkan (Theory of Reasoned Action nempatan nilai-nilai moral di atas nilai-nilai

(TRA) ) dan teori perilaku yang terencana lain, dan mengambil tanggung jawab

(Theory of Planned Behaviour (TPB)) (Ajzen, personal untuk hasil-hasil yang etis.” Jones

1991). Dalam pembahasan tentang intensi (1991) juga mengatakan bahwa intensi etis

etis, ditemukan bukti yang menyarankan: adalah motivasi etis, meskipun Shaw (2006)

Pertama; TPB memberikan suatu perkiraan mempunyai argumentasi berbeda yang

determinan-determinan tertentu perilaku mengatakan bahwa intensi etis bukan

etis, bilamana ada keduanya yaitu motivasi motivasi etis, karena motivasi etis adalah

dan kesempatan yang tinggi untuk proses suatu motivasi untuk melakukan sesuatu

informasi yang jelas, kedua; perluasan TPB yang merupakan tujuan dari tindakan

dalam rangka menjelaskan hubungan inten-

264 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

si dengan perilaku lebih lanjut dapat yang sudah harus diusahakan sendiri dan memberikan cara untuk mengembangkan

bersaing untuk mendapatkannya. Berdasar- TPB dalam hubungannya dengan bagai-

kan pada pemikiran kaum relativistis, setiap mana memahami suatu sikap atau pendapat

orang selalu dengan sendirinya dituntun umum tentang moral (moral norms) dapat

oleh kepentingannya sendiri. Hasil peneliti- berdampak pada pencapaian perilaku etis

an memperlihatkan suatu hubungan negatif (Buchan, 2005).

antara pemikiran relativistik dan pe- ngambilan keputusan etis. Jadi, suatu ke-

Filosofi Etis

yakinan bahwa semua tindakan adalah Ferrell et al. (2011), menjelaskan definisi

disebabkan oleh motivasinya sendiri yang dari faktor tersebut sebagai berikut ini

pada akhirnya cenderung menuju pe- “filosofi etis adalah perspektif etis ideal

ngambilan keputusan etis yang negatif yang memberi kepada individu-individu,

(Callanan et al., 2010 dan Ferrell et al., 2011). suatu dasar yang abstrak untuk menuntun

Individu-individu yang memperlihat- keberadaan sosial mereka.” Banyak teori

kan tingkat idealisme yang lebih tinggi dihubungkan dengan filosofi etis yang

lebih memilih opsi yang lebih etis di- terkait pada suatu orientasi nilai dan setiap

bandingkan mereka yang memperlihatkan nilai-nilai seperti ekonomi, idealisme, dan

idealisme yang lebih rendah. Terdapat juga relativisme . Suatu konsep orientasi nilai eko-

hubungan yang signifikan antara orientasi nomi tertentu yang dihubungkan dengan

etis, komitmen organisasi, dan benefit nilai yang dapat dikuantifikasi dalam

perorangan dengan pengambilan keputus- pengertian uang; jadi berdasarkan pada

an, termasuk juga intensi manajemen laba teori ini, apabila suatu tindakan yang

(Greenfield et al., 2007; Callanan et al., 2010). mempunyai nilai lebih dari pada upaya yang dilakukan, selanjutnya hal tersebut

Intensitas Etis

dapat diakui sebagai suatu yang etis. Definisi intensitas etis menurut (Jones, Idealisme, disatu sisi adalah suatu

1991; Craft, 2013) adalah “suatu kontruks filosofi etis yang menempatkan nilai khusus

yang dapat menjelaskan suatu isu yang luas pada ide-ide dan idealnya sebagai suatu

yang berhubungan dengan suatu penjelasan produk pemikirannya, dalam perbandingan

etis di dalam situasi tertentu.” Terdapat dengan apa yang menjadi pandangan yang

enam dimensi yang membentuk intensitas ada di dunia. Terminologi tersebut merujuk

etis (ethical intensity) sesuai dengan definisi pada upaya-upaya untuk dapat meng-

di atas yaitu; (1) besarnya konsekuensi hitung semua obyek dari alam dan pe-

(magnitude of consequences) , (2) konsensus ngalaman serta bertujuan untuk menghasil-

sosial (social consensus), (3) dampak yang kan sesuatu yang lebih tinggi manfaatnya.

mungkin terjadi (probability of effect), (4) Beberapa penelitian telah mengungkap

kedekatan waktu (temporal immediacy), (5) bahwa terdapat suatu hubungan positif

kemiripan (proximity), serta (6) luasnya antara pemikiran idealistik dan pengambil-

dampak yang diakibatkan (concentration of an keputusan etis (Chan dan Leung, 2006;

effect) (Ng et al., 2009; Craft, 2013). Callanan et al., 2010; dan Craft, 2013).

Dimensi besarnya konsekuensi di- Relativisme adalah suatu pandangan

definisikan sebagai berapa besarnya kerugi- bahwa dunia luar yang ada tidak terikat

an atau keuntungan yang dapat diper- dengan persepsi individu tentang dunia

hitungkan pada pihak-pihak yang dirugi- luar tersebut. Relativisme bekerja berdasar-

kan atau yang diuntungkan dalam kan pada asumsi tertentu bahwa kebaikan

hubungannya dengan suatu tindakan etis manusia adalah bukan suatu sifat kebajikan

(Musbah, 2010). Dimensi konsensus sosial dan kebaikan hati yang sudah ada dari

didefinisikan sebagai tingkatan besarnya asalnya tetapi sebaliknya merupakan suatu

persetujuan sosial masyarakat pada tindak-

Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah

an yang diusulkan adalah baik atau buruk dan Musbah (2010); mengungkap “bahwa di dalam praktiknya (Ng et al., 2009 dan

besarnya konsekuensi dan konsensus sosial Musbah, 2010). Hal tersebut mengindikasi

(magnitude of consequences and social con- kesadaran individu atas diterima atau

sensus) adalah faktor-faktor yang paling tidaknya suatu tindakan hukum tertentu.

signifikan di dalam menjelaskan kesadaran Dimensi ketiga dari intensitas etis

etis serta pertimbangan etis individu- adalah kemungkian dampak yang terjadi

individu.” Sweeney dan Costello (2009) dan (probability of effect) yaitu kemungkinan

Musbah (2010) mengungkapkan bahwa dampak yang terjadi dari suatu tindakan

temporal immediacy mempunyai hubungan etis yang berfungsi menghubungkan ke-

signifikan dengan pengambilan keputusan mungkinan bahwa fakta tertentu yang

etis. Sedangkan Nguyen dan Biderman masih dipertanyakan akan sesungguhnya

(2008) dan Musbah (2010) menemukan terjadi dan tindakan yang dipertanyakan

bahwa intensitas etis pada tiga dimensi tersebut akan sungguh-sungguh menyebab-

pertama berhubungan secara positif dengan kan kerugian atau keuntungan yang dapat

pengambilan keputusan etis. diperkirakan (Ng et al., 2009). Dimensi berikutnya kedekatan waktu

Dampak Kode Etik pada Pengaruh Filosofi

dan kemiripan (temporal immediacy and

Etis dan Intensitas Etis terhadap

proximity) merupakan panjangnya waktu

Kesadaran Etis Akuntan Publik

untuk konsekuensi suatu tindakan etis dari Kode etik (code of ethics) berisi per- mulai dipertanyakan saat ini sampai

nyataan-pernyataan umum, selalu me- dengan terjadinya konsekwensi yang nyata

mentingkan kepentingan orang lain atau (Ng et al., 2009 dan Musbah, 2010). Dimensi

bersifat mendatangkan ilham, yang mem- kemiripan (proximity) dari isu etis tertentu

beri prinsip-prinsip dan dasar pada aturan- adalah suatu perasaan sosial, budaya,

aturan pelaksanaan (rules of conduct). Kode psikologis, atau fisik di mana seorang agen

etik biasanya menspesifikasi cara-cara me- moral dipertanyakan mendapatkan sanksi

laporkan pelanggaran, tindakan pen- atau penghargaan baik (victims or benefici-

disiplinan untuk setiap pelanggaran, dan aries) dari tindakan pihak yang jahat atau

suatu struktur untuk proses-proses. Walau- yang baik (evils or beneficial) (Ng et al., 2009).

pun ada perbedaan di dalam teori antara Dimensi terakhir adalah luasnya dam-

suatu kode etik, aturan pelaksanaan, dan pak dari suatu tindakan etis yang di-

pernyataan nilai-nilai, namun penting di- terjemahkan dari (concentration of effect of the

ketahui bahwa kedua terminologi tersebut moral act) adalah kebalikan fungsi dari

seringkali digunakan untuk suatu maksud banyaknya orang yang terpengaruh oleh

yang sama (interchangeably) (Ferrell et al., dampak tindakan etis tertentu yang sudah

terjadi (Ng et al., 2009). Sebagai contoh, Keberadaan kode etik profesional mem- pencurian uang atau korupsi senilai se-

perlihatkan bagaimana pertimbangan etis puluh juta rupiah yang dilakukan oleh

dilakukan di dalam akuntansi, sebagai- seorang karyawan di perusahaan perorang-

mana informasi akuntansi juga dikembang- an atau usaha kecil dan menengah pasti

kan berdasarkan konflik etis. Penelitian lebih berdampak luas dibandingkan dengan

tersebut memperlihatkan beberapa dilema pencurian atau korupsi senilai ratusan juta

etis yang dihadapi oleh para akuntan di rupiah di perusahaan besar.

dalam lingkungan di mana keputusan Penelitian tentang intensitas etis yang

akuntansi dibuat dengan pendekatan teori dilakukan McMahon dan Harvey (2007); Ng

kognitif bersyarat (cognitive-contingency et al. (2009); Sweeney dan Costello (2009);

theory) (Ferrell et al., 2011).

266 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Teori kognitif bersyarat tersebut, dapat ditetapkan secara tertulis dan mengikat digunakan untuk menjelaskan dan mem-

semua anggota untuk mematuhinya. prediksi perilaku etis oleh para akuntan,

McKinney et al. (2010) mengungkapkan dengan cara mengganti faktor-faktor yang

bahwa “professional business yang bekerja di mempengaruhi perilaku yang telah dike-

perusahaan dengan kode etik tertulis tahui dengan faktor-faktor individual,

cenderung mendapatkan situasi adanya situasional dan organisasi dalam meng-

masalah yang dipertanyakan secara etis hasilkan keputusan-keputusan yang paling

menjadi kurang dapat diterima dibanding- etis.

kan dengan perusahaan-perusahaan yang Kode etik mempunyai dampak positif

tanpa kode etik tertulis”. Demikian juga pada kualitas pertimbangan etis yang di-

dengan para manajer sampai pada keputus- buat oleh akuntan profesional dan meng-

an yang etis dengan pengalaman dan nilai- argumentasi bahwa kode etik di dalam

nilai yang mereka miliki sendiri, dan konteks pengalaman yang lebih umum akan

ditambah dengan adanya standar etis dan mengakibatkan kualitas pertimbangan etis

praktiknya di tempat kerja mereka, (Pflu- yang lebih tinggi (Croxford, 2010). Hal

grath et al., 2007 dan Elango et al., 2010). tersebut mendasari usulan Internasional

Hasil penelitian tersebut memperkuat hasil Standard on Quality Control 1 (ISQC 1) dan

penelitian yang dilakukan oleh Maree dan relevan terhadap pengendalian mutu kantor

Radloff (2007) yang menunjukkan bahwa akuntan publik yang berpotensi mempe-

kode etik berpengaruh terhadap pertimba- ngaruhi secara positif terhadap kinerja audit

ngan etis akuntan.

yang berkualitas. Kantor akuntan publik Penelitian yang dilakukan oleh Ross disarankan menyelenggarakan pelatihan

dan Robertson (2003) menguji pengaruh dan mengedarkan kepada karyawan kode

moderasi yang terjadi di antara ke empat etik dan prinsip etika organisasi (Pflugrath

variabel dependen (ethical recognition, ethical et al., 2007).

judgments, ethical intention dan ethical beha- Kode etik dapat digunakan pada ber-

vior). Hasil penelitian tersebut meng- bagai situasi, dari mulai operasi internal

ungkapkan bahwa moderasi antara per- presentasi bagian penjualan sampai praktik

timbangan etis dengan iklim etis pada pengungkapan keuangan. Penelitian me-

intensi etis didukung oleh tanggungjawab nemukan bahwa kode etik perusahaan

sosial dan aturan-aturan, kode etik serta umumnya berisi kurang lebih enam nilai

iklim etis. Berdasarkan argumentasi pe- atau prinsip-prinsip penting sebagai tam-

nelitian tersebut, maka dapat dikembang- bahan penjelasan lebih terinci dan contoh-

kan hipotesis berikut ini: contoh pelaksanaan yang dianjurkan. Enam

H .1a : Kode etik memperkuat pengaruh nilai yang diusulkan di dalam suatu kode

positif filosofi etis – idealisme ter- etik termasuk: (1) bersifat dapat dipercaya,

hadap kesadaran etis akuntan (2) rasa hormat, (3) pertanggungan jawab,

publik.

(4) kejujuran, (5) kepedulian, dan (6)

H. 1b : Kode etik memperkuat pengaruh kewarganegaraan (citizenship).

negatif filosofi etis – relativisme ter- Kode etik di dalam suatu ikatan atau

hadap kesadaran etis akuntan asosiasi profesi menggambarkan suatu

publik.

konsensus bersama yang dibuat untuk

H. 1c : Kode etik memperkuat pengaruh dipatuhi oleh semua anggotanya. Setiap

positif intensitas etis – magnitude pelanggaran yang dapat terdeteksi akan

consequence terhadap kesadaran etis mendapatkan tindakan pendisiplinan yang

akuntan publik.

ditentukan oleh komite etika atau dewan

H. 1d : Kode etik memperkuat pengaruh kehormatan profesinya. Kode etik harus

positif intensitas etis – social

Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah

consensus terhadap kesadaran etis

H. 2a : Kode etik memperkuat pengaruh akuntan publik.

positif filosofi etis – idealisme ter-

H. 1e : Kode etik memperkuat pengaruh hadap pertimbangan etis akuntan positif intensitas etis–temporal imme-

publik.

diacy terhadap kesadaran etis akun-

H. 2b : Kode etik memperkuat pengaruh tan publik.

negatif filosofi etis – relativisme ter- hadap pertimbangan etis akuntan

Dampak Kode etik pada Pengaruh Filosofi

publik

Etis dan Intensitas Etis terhadap Per-

H. 2c : Kode etik memperkuat pengaruh

timbangan Etis Akuntan Publik

positif intensitas etis – magnitude Hasil penelitian Pflugrath et al. (2007)

consequence terhadap pertimbangan mendukung keberadaan kode etik yang

etis akuntan publik. diungkapkan mempunyai dampak positif

H. 2d : Kode etik memperkuat pengaruh pada peningkatan kualitas pertimbangan

positif intensitas etis – social consen- etis yang dilakukan oleh akuntan profesi-

sus terhadap pertimbangan etis onal. Selain itu suatu kode etik yang di

akuntan publik.

terapkan di suatu KAP profesional juga

H. 2e : Kode etik memperkuat pengaruh terlihat mempunyai pengaruh signifikan

positif intensitas etis – temporal imme- pada pertimbangan audit oleh akuntan

diacy terhadap pertimbangan etis profesional tertentu di dalamnya di-

akuntan publik.

bandingkan mahasiswa akuntansi (Pflu- grath et al., 2007 dan Elango et al., 2010).

Dampak Kode etik pada Pengaruh Filosofi

Kode etik mempengaruhi pertimba-

Etis dan Intensitas Etis terhadap Intensi

ngan etis pada situasi adanya intensitas etis

Etis Akuntan Publik

yang tinggi. Demikian juga budaya etis Terdapat suatu hubungan yang signi- secara tidak langsung berhubungan dengan

fikan antara anggota asosiasi akuntan pertimbangan etis pada situasi intensitas

profesional yang sudah senior dalam per- etis yang tinggi, sebagaimana pengaruh

kembangan etis dengan pilihan untuk idealisme yang mempengaruhi pertimba-

melakukan suatu tindakan etis atau tinda- ngan etis. Orientasi dan pertimbangan etis

kan tidak etis. Akuntan profesional senior hanya dapat berhubungan pada situasi

yang telah mendapatkan pelatihan auditing intensitas etis yang tinggi. Selanjutnya

dengan penekanan pada semangat kepatuh- individu di perusahaan dengan komitmen

an pada kode etik lebih berintensi untuk organisasi yang lebih tinggi kurang ber-

melakukan suatu perilaku etis. Kode etik minat untuk terlibat perilaku tidak etis yang

mempengaruhi persepsi para manajer dapat meningkatkan keuntungan organisasi

untuk memperluas analisis dalam mem- yang berdampak menyusahkan masyarakat,

perluas permasalahan etis tertentu. Demi- dibandingkan individu dengan komitmen

kian juga penegakan suatu kode etik organisasi lebih rendah pada perusahaan

tertentu berhubungan dengan perilaku etis yang sama (Cullinan et al., 2008 dan Craft,

berdasarkan data dari sub-kontraktor dan 2013).

bagian riset perusahaan. Kode etik dan Berdasarkan argumentasi penelitian

sanksi-sanksinya yang telah dikomunikasi- tersebut, maka dapat dikembangkan hipo-

kan dengan baik akan memicu individu- tesis kode etik yang memperkuat pengaruh

individu untuk lebih berperilaku secara etis, filosofi etis dan intensitas etis terhadap

dan berhubungan dengan kemampuan pertimbangan etis berikut ini:

perilaku etis dalam penjualan (Ford dan Richardson, 1994).

268 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

Berdasarkan argumentasi penelitian lisme dan yang kedua untuk relativisme. tersebut, maka dapat dikembangkan hipo-

Duapuluh butir ini dilengkapi skala jawab- tesis kode etik yang memperkuat pengaruh

an yang didasarkan pada lima peringkat filosofi etis dan intensitas etis terhadap

berdasarkan tingkat kesetujuannya (angka 1 intensi etis berikut ini:

untuk skor sangat tidak setuju sampai

H. 3a : Kode etik memperkuat pengaruh dengan 5 untuk skor sangat setuju). positif filosofi etis – idealisme ter- hadap intensi etis akuntan publik.

Intensitas Etis

H. 3b : Kode etik memperkuat pengaruh Instrumen intensitas etis diadopsi dari negatif filosofi etis – relativisme ter-

Musbah (2010) yang mengukur tiga elemen hadap intensi etis akuntan publik.

pada intensi etik yaitu: Besarnya konse-

H. 3c : Kode etik memperkuat pengaruh kuensi (magnitude consequence) diukur de- positif intensitas etis – magnitude

ngan “besarnya kerugian (jika ada) sebagai consequence terhadap intensi etis

akibat dari suatu tindakan adalah sangat akuntan publik.

kecil atau sebaliknya”; konsensus sosial

H. 3d : Kode etik memperkuat pengaruh (social concensus) diukur dengan “kebanya- positif intensitas etis – social consen-

kan orang setuju bahwa tindakan itu salah”; sus terhadap intensi etis akuntan

dan kedekatan waktu sementara (temporal publik.

immediacy) diukur dengan “tindakan pem-

H. 3e : Kode etik memperkuat pengaruh buat keputusan tidak akan segera me- positif intensitas etis – temporal imme-

nyebabkan kerugian apapun di masa yang diacy terhadap intensi etis akuntan

akan datang”. Pengukuran ini didasarkan publik.

pada Jones (1991).

METODE PENELITIAN

Kode etik

Variabel dan Pengukuran

Pengukuran variabel situasional kode

Filosofi Etis

etik adalah dengan menggunakan daftar Filosofi etis – idealisme dan relativisme

pertanyaan sebanyak 25 pertanyaan tentang adalah variabel independen yang merupa-

pemahaman responden pada penerapan kan perspektif ideal yang memberi dasar-

kode etik (Musbah, 2010). dasar yang abstrak kepada individu- individu untuk menuntun pada keberadaan

Sampel dan Metode Pengumpulan Data

sosial mereka. Pembagian filosofi etis ke

Sampel

dalam dua dimensi (idealisme dan relativis- Populasi penelitian ini adalah akuntan me) didasarkan pada taxonomy ideologi etis

publik yang bekerja sebagai auditor di yang utama menurut Forsyth (1980).

kantor akuntan publik. Teknik pengambilan Referensi kuesioner menggunakan format

sampel dilakukan dengan judgment sampling Ethics Position Questionnaire (EPQ) dari

yaitu pengambilan sampel berdasarkan Musbah (2010). EPQ ini bertujuan meng-

pertimbangan tertentu atas responden yang ukur filosofi etis pribadi auditor kantor

diinginkan. Selain itu responden yang akuntan publik yang terdiri dari idealisme

dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan dan relativisme. Instrumen ini telah banyak

pengalaman yang cukup tentang profesinya digunakan dan divalidasi oleh banyak

yaitu akuntansi, yang bekerja sebagai peneliti (Chan dan Leung, 2006; Marques

auditor di kantor akuntan publik. dan Azevedo-Pereira, 2009; dan Shafer,

Penentuan ukuran sampel dengan per- 2008).

timbangan atas kualifikasi keahlian respon- EPQ terdiri atas dua skala, masing-

den yang disesuaikan dengan tujuan dan masing terdiri atas 10 butir pertanyaan.

masalah penelitian (purposive sampling). Pertama digunakan untuk mengukur idea-

Elemen populasi yang dipilih sebagai

Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah

sampel dibatasi pada elemen-elemen yang rasi kode etik (hasil uji hipotesis H. 1a ) dapat memberikan informasi berdasarkan

menunjukkan bahwa kode etik tidak mam- pertimbangan-pertimbangan yang relevan.

pu memperkuat pengaruh positif filosofi etis–idealisme terhadap kesadaran etis

Metode Pengumpulan Data

akuntan publik. Pengaruh kode etik ini Distribusi kuesioner dilakukan dalam

memiliki pengaruh negatif yang berarti dua tahap, pertama merupakan riset lapang-

bersifat memperlemah pengaruh idealisme an pendahuluan yang bertujuan melakukan

dengan nilai pengaruh sebelum faktor uji coba kuesioner apakah dapat dengan

situasional kode etik menjadi negatif (- efektif menangkap data variabel yang di-

0,318). Individu-individu akuntan publik perlukan untuk pengolahan, dan apakah

dengan filosofi etis dimensi idealisme yang kuesioner yang disebarkan tidak menjadi-

tinggi mempunyai kecenderungan tidak kan responden merasa terbebani dan

memperhatikan kode etik, atau implemen- akhirnya enggan untuk menjawab kuesio-

tasi kode etik akan banyak menurunkan ner tersebut. Kedua adalah penyebaran

individu-individu akuntan publik dengan kuesioner akhir untuk mendapatkan data.

idealisme tinggi di dalam meningkatkan Penyebaran kuesioner penelitian di-

kesadaran etis karena turunnya kesempatan usahakan dengan beberapa ketentuan

untuk memikirkan kesadaran etis ber- untuk menghindari jawaban responden

dasarkan filosofi pemikiran. yang bersifat normatif. Adapun ketentuan

Hasil pengujian variabel filosofi etis- tersebut adalah (1) penyebaran kuesioner di

idealisme terhadap pertimbangan etis me- kantor akuntan publik dilakukan secara

nunjukkan pengaruh yang tidak signifikan simultan dan berurutan waktu sesuai

filosofi etis-idealisme terhadap pertimba- dengan kecukupan waktu responden, (2)

ngan etis (p-value 0,365). Demikian juga penyebaran kuesioner di tempat seminar

hasil uji hipotesis H.2a menunjukkan bahwa dan lokakarya dilakukan dengan pendistri-

kode etik memperkuat pengaruh positif busian di tempat dan kemudian peng

filosofi etis–idealisme terhadap pertimba- ambilan di kantor Akuntan Publik yang

ngan etis akuntan publik tidak mendapat bersedia mengisi kuesioner.

dukungan empirik. Uji tersebut dapat dilihat pada nilai signifikansi p-value sebesar

Metoda Analisis Data

0,259>0,05. Pernyataan ini mengungkap Uji hipotesis dilaksanakan dengan

bahwa kode etik tidak memperkuat pe- Moderated Regresion Analysis (MRA) yang

ngaruh positif filosofi etis dimensi idealisme merupakan aplikasi khusus regresi ber-

terhadap pertimbangan etis akuntan publik. ganda linear dengan persamaan regresinya

Hasil pengujian variabel filosofi etis- mengandung unsur (perkalian dua atau

idealisme terhadap intensi etis menunjuk- lebih variabel bebas).

kan pengaruh yang tidak signifikan filosofi etis-idealisme terhadap intensi etis (p-value

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

sebesar 0,095). Hasil yang sama pada

Hasil Uji Regresi

pengujian hipotesis H. 3a menunjukkan bah-

Variabel Idealisme

wa kode etik memperkuat pengaruh positif Hasil pengujian menunjukkan bahwa

filosofi etis–idealisme terhadap intensi etis terdapat pengaruh positif filosofi etis–

akuntan publik tidak mendapat dukungan idealisme terhadap kesadaran etis akuntan

empirik. Uji tersebut dapat dilihat pada publik, hal ini ditunjukkan dengan nilai p-

nilai signifikansi P-value sebesar 0,359>0,05. value sebesar 0,040 dengan arah positif.

Pernyataan ini mengungkap bahwa kode Namun dengan pengujian variabel pemode-

etik tidak mempunyai pengaruh yang

270 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 2, Juni 2017 : 259 – 278

memperkuat pengaruh positif filosofi etis Namun dengan pengujian variabel pemode- dimensi idealisme terhadap intensi etis

rasi kode etik (hasil uji hipotesis H. 3b ) akuntan publik.

menunjukkan bahwa kode etik tidak mam- pu memperkuat pengaruh positif filosofi

Variabel Relativisme

etis–relativisme terhadap intensi etis akun- Hasil pengujian variabel filosofi etis–

tan publik (p-value sebesar 0,226>0,05). relativisme terhadap kesadaran etis akuntan

Pernyataan ini mengungkap kode etik tidak publik menunjukkan bahwa terdapat pe-

mampu memperkuat pengaruh filosofi etis ngaruh positif filosofi etis–relativisme ter-

dimensi relativisme terhadap intensi etis hadap kesadaran etis akuntan publik, hal ini

akuntan publik.

ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0,007 dengan arah positif. Namun demikian

Variabel magnitude consequence

pengujian variabel pemoderasi kode etik Hasil pengujian variabel magnitude

consequence terhadap dimensi-dimensi pe- bahwa kode etik tidak mampu memperkuat

(hasil uji hipotesis H. 1b ) menunjukkan

ngambilan keputusan etis yaitu kesadaran pengaruh positif filosofi etis–relativisme

etis, pertimbangan etis, dan intensi etis terhadap kesadaran etis akuntan publik (p-

menunjukkan bahwa variabel magnitude value sebesar 0,389>0,05). Pernyataan ini

consequence tidak berpengaruh terhadap mengungkap kode etik tidak mampu mem-

satupun dimensi pengambilan keputusan perkuat pengaruh filosofi etis dimensi

etis. Hasil pengujian hipotesis yang me- relativisme terhadap kesadaran etis akuntan

masukkan variabel kode etik sebagai varia- publik.

bel moderasi tidak mendapat dukungan Hasil pengujian variabel filosofi etis–

secara empirik (hipotesis H.1c memiliki p- relativisme terhadap dimensi kedua dari

value sebesar 0,825>0,05, H. 2c memiliki p- pengambilan keputusan etis yaitu per-

value sebesar 0,173>0,05; H.3c memiliki p- timbangan etis akuntan publik menunjuk-

value sebesar 0,996>0,05). Dengan demikian kan bahwa terdapat pengaruh positif

kode etik tidak memperkuat pengaruh filosofi etis–relativisme terhadap pertimba-

intensitas etis dimensi magnitude consequence ngan etis akuntan publik, hal ini ditunjuk-

terhadap kesadaran etis, pertimbangan etis, kan dengan nilai p-value sebesar 0,001

dan intensi etis akuntan publik. dengan arah positif. Namun dengan peng- ujian variabel pemoderasi kode etik (hasil

Variabel Social Consensus

uji hipotesis H. 2b ) menunjukkan bahwa Hasil pengujian variabel social consensus kode etik tidak mampu memperkuat pe-

terhadap kesadaran etis akuntan publik ngaruh positif filosofi etis–relativisme ter-

menunjukkan koefisien beta sebesar 0.571 hadap pertimbangan etis akuntan publik (p-

dengan arah positif dan p-value 0.000. value sebesar 0,130>0,05). Pernyataan ini

Dengan demikian hasil pengujian me- mengungkap kode etik tidak mampu mem-

nunjukkan adanya pengaruh positif varia- perkuat pengaruh filosofi etis dimensi

bel social consensus terhadap kesadaran etis relativisme terhadap pertimbangan etis

akuntan publik. Demikian juga dengan hasil akuntan publik.

pengujian social consensus terhadap per- Hasil pengujian variabel filosofi etis–

timbangan etis akuntan publik menunjuk- relativisme terhadap dimensi ketiga dari

kan koefisien beta sebesar 0,647 dengan pengambilan keputusan etis yaitu intensi

arah positif dan p-value 0,000. Dengan etis akuntan publik menunjukkan bahwa

demikian hasil pengujian menunjukkan terdapat pengaruh positif filosofi etis–

adanya pengaruh positif variabel social relativisme terhadap intensi etis akuntan

consensus terhadap pertimbangan etis akun- publik, hal ini ditunjukkan dengan nilai p-

tan publik. Namun hasil pengujian variabel value sebesar 0,000 dengan arah positif.

social consensus terhadap intensi etis akuntan

Dampak Kode Etik ...– Winata, Khomsiyah

publik menunjukkan koefisien beta sebesar Uji tersebut dapat dilihat pada nilai signi- -0,017 dengan arah negatif dan p-value 0797.

fikansi p-value sebesar 0,865 >0,05 (signi- Dengan demikian hasil pengujian me-

fikansi 5%). Pernyataan ini mengungkap- nunjukkan bahwa variabel social consensus

kan bahwa kode etik tidak memperkuat tidak berpengaruh terhadap intensi etis

pengaruh positif intensitas etis dimensi akuntan publik.

social consensus terhadap intensi etis akuntan Hasil pengujian hipotesis yang me-

publik.

masukkan variabel kode etik sebagai varia-

bel moderasi pada uji hipotesis H. 1d me-

Variabel Temporal Immediacy

nunjukkan bahwa kode etik memperkuat Hasil pengujian variabel temporal imme- pengaruh positif intensitas etis–social con-

diacy terhadap dimensi-dimensi pengambil- sensus terhadap kesadaran etis akuntan

an keputusan etis yaitu kesadaran etis, publik tidak mendapat dukungan secara

pertimbangan etis, dan intensi etis me- empirik. Uji tersebut dapat dilihat pada beta

nunjukkan bahwa variabel temporal imme- coefficient yang bersifat negatif sebesar (-

diacy tidak berpengaruh terhadap dimensi 0,054) dengan nilai signifikansi p-value

kesadaran etis dan pertimbangan etis akun- sebesar 0,003>0,05 (signifikansi 5%). Hasil

tan publik, namun berpengaruh terhadap pengujian ini mengungkap bahwa kode etik

dimensi intensi etis. Hasil pengujian hipo- memperlemah pengaruh positif intensitas

tesis yang memasukkan variabel kode etik etis dimensi social consensus terhadap

sebagai variabel moderasi tidak mendapat kesadaran etis akuntan publik.

dukungan secara empirik (hipotesis H.1e :

p-value sebesar 0,376 > 0,05, H. 2e: p-value bahwa kode etik memperkuat pengaruh

Hasil uji hipotesis H. 2d menunjukkan

sebesar 0,181 > 0,05; H.3e: p-value sebesar positif intensitas etis–social consensus ter-

0,254 > 0,05 > 0,05). Dengan demikian kode hadap pertimbangan etis akuntan publik

etik tidak memperkuat pengaruh intensitas tidak mendapat dukungan secara empirik.

etis dimensi temporal immediacy terhadap Uji tersebut dapat dilihat pada nilai signi-

kesadaran etis, pertimbangan etis, dan fikansi p-value sebesar 0,069<0,05 (signi-

intensi etis akuntan publik. Ringkasan hasil fikansi 5%). Kode etik tersebut tidak mem-

uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 1. perkuat pengaruh positif social consensus pada pertimbangan etis akuntan publik.

Pembahasan

Namun jika diuji dengan tingkat signi- Hasil pengujian hipotesis menunjukkan fikansi 10%, maka kode etik dapat mem-

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25