HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA SISWI SMA N 1 WONOSARI

(1)

commit to user

HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI TERHADAP

KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA

SISWI SMA N 1 WONOSARI

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh :

DEWI ANDANG PRASTIKA

R 0107020

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user IV DAFTAR ISI

Halaman Judul... I Halaman Persetujuan... II Halaman Pengesahan... III Daftar Isi... IV Daftar Gambar... VI Daftar Tabel ... VII Daftar Lampiran... VIII

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 2

C. Tujuan... 2

D. Manfaat... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Menstruasi ... 4

B. Kadar Hemoglobin ... 5

C. Anemia ... 8

D. Remaja ... 9

E. Status Gizi ... ... 10

F. Hubungan Lama Menstruasi terhadap Kadar Hemoglobin ... 13

G. Kerangka konsep... 15


(3)

commit to user V

I. Metodologi Penelitian... 16

A. Desain Penelitian... 16

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 16

C. Populasi penelitian... 16

D. Sampling dan teknik sampling... 16

E. Besar sampel... 17

F. Kriteria retriksi... 17

G. Definisi operasional variabel... 17

H. Cara Kerja... 18

I. Analisis Data... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN... 20

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 20

B. Data Lama Menstruasi... 20

C. Data Kadar Hemoglobin... 20

D. Perbandingan Lama Menstruasi terhadap Kadar Hemoglobin ... 23

E. Analisa Hubungan Lama Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin...……… 24

BAB V PEMBAHASAN... 26

BAB VI PENUTUP... 30 DAFTAR PUSTAKA


(4)

commit to user VI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus Menstruasi 5

Gambar 2 Kerangka Konsep 12

Gambar 3 Histogram Rata-rata Lama Menstruasi 19


(5)

commit to user VII

DAFTARTABEL


(6)

commit to user VIII

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penyusunan laporan karya tulis ilmiah

Lampiran 2 Permohonan sebagai responden

Lampiran 3 Persetujuan sebagai responden

Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 6 Hasil product-moment dari pearson

Lampiran 7 Data Penelitian

Lampiran 8 Data Berat Badan dan Tinggi Badan

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing Utama

Lampiran 10 Lembar Konsultasi pembimbing Pendamping

Lampiran 11 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 12 Surat keterangan Telah melaksanakan penelitian dari SMA

Lampiran 13 Surat keterangan Telah melaksanakan penelitian dari Rumah Sakit

Lampiran 14 Profil SMA


(7)

commit to user

ABSTRAK

Dewi Andang Prastika. R0107020. HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI TERHADAP KADAR HEMOGLOBINPADA REMAJA SISWI SMA N 1 WONOSARI. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen di dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal. Jika tidak segera ditangani anemia gizi besi bisa menyebabkan ganguan kesehatan serius. Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%, kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara lama menstruasi dan kadar hemoglobin pada remaja putri.

Penelitian ini merupaka penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional, sampel diambil sebanyak 30 siswi SMA Negeri 1 Wonosari kelas X menggunakan teknik quota sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan alat bantu kuesioner dan pemeriksaan hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin. Analisis uji statistik Hasil Kali Product Momen dari Pearson dengan menggunakan predictive Analytics SoftWare (PASW) statistics 18.

Berdasarkan analisis menggunakan Hasil Kali Product-Momen dari Pearson didapatkan nilai p sebesar 0,000 ( < 0,05) dan r -0,624 (>0,361). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada remaja siswi SMA Negeri 1 Wonosari.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan negatif dan signifikan antara lama menstruasi terhadap kadar hemoglobin pada remaja siswi SMA Negeri 1 Wonosari.


(8)

(9)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen di dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja masih cukup tinggi terutama pada kasus anemia gizi besi. Jika tidak segera ditangani anemia gizi besi bisa menyebabkan ganguan kesehatan serius. Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%, kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%( Sutaryo, 2005).

Volume darah yang keluar selama periode menstruasi normal telah dipelajari oleh beberapa kelompok peneliti yang menemukan bahwa jumlah berkisar antara 25 ml sampai dengan 60 ml. Pada konsentrasi hemoglobin (Hb) normal yaitu 14gr/dl dan konsentrasi besi Hb 3,4 mg/gr, volume darah ini mengandung besi sekitar 12 sampai 29 mg dan mencerminkan pengeluaran darah ekuivalen dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi setiap hari selama siklus. Jumlah zat besi yang diserap dari makanan biasanya cukup terbatas, maka pengeluaran besi yang tampaknya tdak


(10)

commit to user

berarti ini menjadi penting karena ikut menurunkan cadangan besi yang pada sebagian besar wanita sudah rendah (Cunningham, 2006)

Batas kadar Hb remaja putri menurut WHO untuk mendiagnosis anemia adalah apabila kadar Hb kurang dari 12 gr/dl. Akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menururn, prestasi berkurang dan terjadi perubahan perilaku (Sutaryo, 2005)

B. Rumusan Masalah

“Apakah ada hubungan antara lama menstuasi dan kadar hemoglobin pada remaja putri SMA N 1 Wonosari ?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menentukan hubungan antara lama menstruasi dan kadar hemoglobin pada remaja putri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kadar hemoglobin remaja putri SMA N 1 Wonosari. b. Mengetahui lama menstruasi rata-rata per siklus dalam setengah


(11)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Manfaat Aplikatif :

Sebagai dasar pemberian tablet Fe pada remaja putri yang sedang mengalami menstruasi.


(12)

commit to user

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi

Menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu tanpa adanya kehamilan (Dorland, 2002).

Pada tiap siklus menstruasi dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut :

1. Masa haid selama dua sampai delapan hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum).

2. Masa proliferasi sampai hari kedelapan belas. Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari kedua belas dan keempat belas dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi. 3. Sesudahnya disebut masa sekresi. Pada ketika itu korpus rubrum

menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan


(13)

commit to user

adanya nidasi ( Winjkosastro, 2007). Pembagian siklus menstruasi dapat dilihat lebih jelas pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus menstruasi

B. Kadar Hemoglobin

Hemoglobin adalah pigmen protein yang mengandung zat besi, terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam pengangkutan oksigen dari paru-paru ke semua sel jaringan tubuh (Irianto, 2010).

Hemoglobin adalah protein yang kaya zat besi yang memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu


(14)

commit to user

membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah sehingga oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce, 2009).

Ada beberapa cara pemeriksaan kadar Hb :

a. Cara tallquist : membandingkan warna merah darah dengan menggunakan standart warna dari kertas tallquist.

b. Kalorimetris

1)Visual metode sahli (pembentukan hematin asam) 2)Fotoelektris (pembentukan cyanmet oxyhaemoglobin) c. Berdasarkan berat jenis dengan metode CuSO4.

d. Cara kimia : menentukan kadar Fe yang diikat sejumlah gas yang tertentu pula.

e. Gasometrik : bahwa pada suhu dan tekanan udara teretentu Hb dapat mengikat sejumlah gas yang tertentu pula.

Prosedur pemeriksaan dengan metode cyanmethemoglobin :

Hemoglobin darah diubah menjadi cyanmethemoglobin

(hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbsi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi cyanmethemoglobin.


(15)

commit to user Cara pengukuran :

1. Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin. 2. Dengan pipet hemoglobin diambil 20 µl darah kapiler, sebelah luar

ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter.

3. Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali. 4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm.

5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya dengan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera.

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard

cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai ± 2 %.

Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1 g, kaliumsianida 50 mg, kaliumferrisianida 200 mg, aqua dest 1000 ml. Kadang-kadang ditambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan perbaruilah tiap bulan. Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan


(16)

commit to user

ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini (Supariasa, Fajar, Bakri, 2001).

C. Anemia a. Pengertian

Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah dibawah normal, diukur per mm kubik atau melalui volume sel darah merah (packed red cells) dalam 100 ml darah; terjadi ketika keseimbangan antara kehilangan darah (melalui perdarahan atau perusakan) dan produksi darah terganggu (Dorland, 2002)

Anemia gizi merupakan salah satu penyebab masalah gizi di Indonesia. Sebagian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi terutama pada makanan yang dimakan kurang mengandung besi, terutama dalam bentuk besi-hem. Di samping itu pada wanita karena kehilangan darah karena haid dan persalinan ( Almatsier, 2002)

b. Tanda-tanda Anemia

Tanda-tanda anemia dapat dibedakan menjadi tanda umum dan khusus. Tanda umum meliputi kepucatan membran mukosa yang timbul bila kadar hemoglobin kurang dari 9-10 g/dl. Sebaliknya, warna kulit bukan tanda yang dapat diandalkan. Sirkulasi yang hiperdinamik dapat menunjukkan takikardi, nadi kuat, kardiomegali, dan bising jantung sistolik khususnya pada apeks. Tanda yang spesifik


(17)

commit to user

dikaitkan dengan jenis anemia tertentu, misalnya koilonikia dengan defisiensi besi, ikterus dengan anemia hemolitik atau megaloblastik, ulkus tungkai dengan anemia sel sabit dan anemia hemolitik lain, deformitas tulang dengan talasemia mayor dan anemia hemolitik kongenital lain yang berat ( Hoffbrand, 2005).

Anemia gizi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai hemoglobin rendah (hipokromia). Oleh sebab itu anemia gizi dinamakan anemia hipokromik mikrositik. Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak-anak kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, munurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar (Almatsier, 2002)

D. Remaja

Remaja didefinisikan sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa belasan tahun, atau jika seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaan dan sebagainya (Sarwono, 2001)

Masa remaja (adolescence) merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional.


(18)

commit to user Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Masa remaja awal (early adolescence), kurang lebih berlangsung dimasa sekolah menengah pertama ata sekoah menengah akhir dan perubahan pubertas terjadi dimasa ini.

2. Masa remaja akhir (late adolescence), kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di masa remaja akhir dibanding dimasa remaja awal (Santrock, 2007)

E. Status gizi

Status gizi adalan eksperimen dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Penilaian status gizi menurut Supariasa (2002), antara lain :

a) Secara langsung 1) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk


(19)

commit to user

melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat dari jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja, juga beberapa jaringan tubuh


(20)

commit to user

seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk sesuatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b) Secara tidak langsung

1) Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.


(21)

commit to user 2) Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 3) Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

F. Hubungan Lama Menstruasi terhadap Kadar Hemoglobin

Hasil dari penelitian Arey (1939), yang menganalisis temuan dari 12 studi berbeda yang meneliti sekitar 20.000 catatan kalender dari 1500 wanita, menyimpulkan bahwa tidak terbukti adanya keteraturan siklus menstruasi yang sempurna. Dalam suatu studi terhadap 479 wanita normal Inggris, mendapatkan bahwa perbedaan tipikal antara siklus terpendek dan terpanjang adalah antara 8 atau 9 hari. Pada 30% wanita, perbedaan


(22)

commit to user

tersebut dapat mencapai lebih dari 13 hari, tetapi tidak pernah kurang dari 2 hari pada wanita manapun (Cunningham et. al, 2006).

Pengeluaran besi dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan, atau urine, berjumlah 1 mg setiap harinya. Sedangkan pengeluaran darah selama menstruasi menunjukkan kehilangan simpanan zar besi secara cepat sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Sedangkan semakin lama wanita mengalami menstruasi maka semakin banyak pula darah yang keluar dan semkain banyak kehilangan timbunan zat besi. Oleh karena itu wanita menstruasi merupakan golongan yang lebih cenderung mengalami defisiensi besi. Wanita yang kehilangan darah sebesar 60 ml atau lebih akan mengalami penurunan dalam hal jumlah simpanan zat besi. Sepuluh dari 137 wanita menderita anemia defisiensi zat besi (kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl) dan hilangnya darah selama menstruasi rata-rata kelompok wanita anemis ini adalah 58 ml, dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata dari keseluruhan kelompok (Hughes, 1995).


(23)

commit to user A. Kerangka Konsep

Gambar 2 Kerangka konsep penelitian

Keterangan :

: diteliti : tidak diteliti

B. Hipotesis

Makin lama menstruasi makin rendah kadar hemoglobin. Lama Menstruasi (hari)

Perdarahan semakin banyak

Status gizi

Transferin menurun

Kadar Hemoglobin menurun Besi (Fe) menurun


(24)

commit to user

16 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional

B. Tempat danWaktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Wonosari pada bulan Juni 2011.

C. Populasi Penelitian

1. Populasi target : remaja putri SMA yang sedang mengalami menstruasi hari terakhir.

2. Populasi aktual : remaja putri SMA N 1 Wonosari kelas X yang sedang mengalami menstruasi hari terakhir pada bulan Juni 2011.

D. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan


(25)

commit to user E. Besar Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel minimal sebanyak 30 siswi karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya (Arikunto, 2006) .

F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria inklusi

a. Remaja putri kelas X yang tercatat sebagai siswi di SMA N 1 Wonosari.

b. Bersedia untuk diperiksa darahnya. c. Bersedia menjadi responden. d. Sedang menstruasi hari terakhir. e. Status gizi normal.

2. Kriteria eksklusi

a. Sedang sakit TBC, Paru-paru, Cacing Usus, Malaria, DB, Payah Jantung.

G. Definisi Operasional

1. Lama menstruasi adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan (hari) untuk mengalami pedarahan pada satu siklus menstruasi yang dialami oleh remaja putri selama 6 bulan terakhir.

Alat ukur : kuesioner Skala : kontinu


(26)

commit to user

2. Kadar hemoglobin adalah nilai hemoglobin (gr/dl) dalam darah remaja putri yang ditentukan dengan pemeriksaan menggunakan metode cyanmethemoglobin di ukur pada hari terakhir menstruasi. Alat ukur : metode cyanmethemoglobin

Skala : kontinu

3. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dihitung dengan menggunakan perbandingan antara berat badan dan tinggi badan dengan rumus berat badan dibagi dengan tinggi badan dikalikan 100%.

Alat ukur : kuesioner Skala : kontinu

Parameter : Gizi baik : >90% Gizi kurang : 81-90% Gizi buruk :<80%

H. Cara Kerja

Pertama mengajukan izin penelitian ke instansi yang berwenang. Langkah selanjutnya mencari data primer. Pencarian data primer yaitu kadar hemoglobin dengan cara mengukur kadar hemoglobin dengan bantuan petugas kesehatan menggunakan metode cyanmethemoglobin


(27)

commit to user

lama menstruasi secara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden, kemudian semua data yang terkumpul dilakukan pengolahan, analisis, penyimpulan dan pembuatan laporan.

I. Analisis Data

a. Analisis univariat

Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah variabel lama menstruasi dan kadar hemoglobin.

b. Analisis bivariat

Analisis data menggunakan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin. Data yang telah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisa korelasi Hasil Kali Product Momen dari Pearson (simbol “r”). Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel numerik. Hubungan antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin dapat diukur dengan menggunakan rumus korelasi product-moment

(Arikunto, 2006).

Keterangan :


(28)

commit to user N : jumlah sampel X : lama menstruasi Y : kadar hemoglobin

Dengan menggunakan derajat kemaknaan 5%, hasil perhitungan rxy hitung dibandingkan dengan rxy tabel adalah:

r hitung sama atau lebih besar dari r tabel maka Ho ditolak, Ha diterima.

r hitung lebih kecil dari r tabel maka Ho diterima, Ha ditolak.


(29)

commit to user 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Wonosari berdiri dengan nomor statistik sekolah 301031017035 dengan nama SMA N 1 Delanggu dan dipimpin oleh Drs. Gatot Sarjono (Alm) sebagai kepala sekolah pertama di SMA N 1 Wonosari.

Lokasi SMA N 1 Wonosari adalah di Jalan Yogya-Solo, Pakis, Wonosari, Klaten. Kepala sekolah SMA N 1 Wonosari adalah Bapak Drs. H. Supardi, SH. SMA N 1 Wonosari memiliki 62 orang guru pengajar tetap dan memiliki 21 guru dan karyawan tidak tetap.

SMA N 1 Wonosari mempunyai 24 ruang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang guru, 2 ruang guru BK, 1 ruang perpustakaan, 5 ruang laboratorium, 2 ruang UKS, 1 ruang OSIS, 1 Mushola, 1 toko koperasi sekolah, 4 kamar mandi guru, dan 12 kamar mandi siswa. Dalam penelitian ini responden yang diambil adalah 30 siswi kelas X dari 316 siswa.

B. Data Lama Menstruasi

Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data rata-rata lama menstruasi dengan menggunakan kuesioner dan wawancara pada


(30)

commit to user

siswi SMAN 1 Wonosari, dan didapat hasil distribusi frekuensi rata-rata lama menstruasi selama 6 bulan seperti ditunjukkan dengan histogram berikut ini :

Gambar 3. Histogram rata-rata lama menstruasi

Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh data dari penelitian bahwa lama rata-rata menstruasi terendah adalah 4 hari , menstruasi terlama adalah 12 hari , dengan rata-rata lama menstruasi adalah selama 6,67 hari dengan standar deviasi 1,561.


(31)

commit to user C. Data Kadar Hemoglobin

Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin oleh petugas laboratorium dari Rumah Sakit Rejosari Husada. Distribusi frekuensi kadar hemoglobin ditunjukkan dengan dan histogram berikut ini :

Gambar 3. Histogram kadar hemoglobin

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diperoleh data kadar hemoglobin yang terendah adalah 9,3 gr/dl, tertinggi adalah 13,8 gr/dl, rata-rata kadar hemoglobin adalah 12,06 gr/dl dengan standar deviasi 1,215.


(32)

commit to user

D. Perbandingan Lama Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin

Dari data primer dapat dilihat perbandingan lama menstruasi terhadap kadar hemoglobin dari crosstabulation dibawah ini :

HB * Hari Crosstabulation Count

Hari

Total

4 5 6 7 8 9 12

HB 9.3 0 0 0 0 0 0 1 1

9.6 0 1 0 0 0 0 0 1

9.8 0 0 0 0 0 1 0 1

10.1 0 0 0 0 1 0 0 1

10.7 0 0 0 1 0 0 0 1

11.0 0 0 0 0 1 0 0 1

11.1 0 0 0 0 1 0 0 1

11.5 0 0 0 1 0 0 0 1

11.8 0 1 1 2 0 0 0 4

11.9 0 0 1 1 0 0 0 2

12.1 0 0 1 0 0 0 0 1

12.3 0 0 0 0 1 0 0 1

12.4 0 0 1 1 0 0 0 2

12.6 0 1 2 0 0 0 0 3

12.8 0 0 0 1 0 0 0 1

13.0 0 0 1 0 0 0 0 1

13.1 0 0 0 1 0 0 0 1

13.2 0 1 1 0 0 0 0 2

13.4 0 1 0 0 0 0 0 1

13.5 0 1 0 0 0 0 0 1

13.6 1 0 0 0 0 0 0 1

13.8 0 0 0 1 0 0 0 1

Total 1 6 8 9 4 1 1 30


(33)

commit to user

E. Analisis Hubungan Lama Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin 1.Pengujian Prasyarat Analisis

Analisis data dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment dari Pearson memiliki prasyarat dalam statistik parametrik yaitu data terdistribusi normal. Oleh karena itu perlu dilakukan uji normalitas data.

Hasil uji normalitas data setelah dilakukan pemeriksaan lama menstruasi menggunakan Kolmogorov-Smirnova dengan p (0,191) > 0,05 maka disimpulkan data terdistribusi normal. Hasil uji normalitas data kadar hemoglobin menggunakan Kolmogorov-Smirnova dengan p (0,497) > 0,05 maka disimpulkan data terdistribusi normal.

2.Analisis Data

Setelah prasyarat dalam statistika parametrik yaitu data berdistribusi normal terpenuhi, maka data dapat dianalisis dengan uji Korelasi Product Moment dari Pearson karena data yang dianalisis pada tiap variabel merupakan data ratio dan interval. Peneliti melakukan analisis data dengan komputer program Predictive Analytics SoftWare (PASW) statistics 18. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara rata-rata lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada remaja siswi kelas X.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program komputer PASW versi 18 diperoleh r hitung= 0,624 kemudian nilai ini dibandingkan dengan nilai r tabel dengan taraf signifikansi 5% yaitu


(34)

commit to user

0,361. Karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,624>0,361) dan p=0,000 (p<0,05), maka HO ditolak yang berarti bahwa ada hubungan

antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin. Karena nilai koefisien korelasi yang diperoleh bertanda negatif, berarti ada hubungan negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin. Artinya semakin lama menstruasi maka akan semakin rendah kadar hemoglobin.


(35)

commit to user 26

BAB V

PEMBAHASAN

Dari data primer yang dihasilkan selama penelitian dapat dilihat adanya data yang menyebutkan rata-rata dari lama menstruasi adalah sekitar 6 hari (6,67 hari) dengan nilai terendah yaitu 4 hari dan nilai tertinggi yaitu 12 hari sedangkan rata-rata dari kadar hemoglobin remaja siswi adalah sebesar 12,06 gr/dl dengan nilai terendah sebesar 9,3 gr/dl dan nilai tertinggi sebesar 13,8 gr/dl. berdasarkan rentang data yang didapat selama penelitian dapat dilihat siswi dengan lama menstruasi terendah memiliki kadar hemoglobin sebesar 13,6 gr/dl sedangkan siswi dengan lama menstruasi sepanjang 12 hari memiliki kadar hemoglobin sebesar 9,3 gr/dl. Keseluruhan responden rata-rata memiliki riwayat ganti pembalut sebanyak 2-3 kali setiap harinya.

Siswi dengan lama menstruasi dibawah rata-rata memiliki kadar hemoglobin yang cenderung diatas rata-rata sedangkan pada siswi dengan lama menstruasi lebih dari rata-rata lama menstruasi memiliki kadar hemoglobin yang cenderung di bawah rata-rata, sehingga dapat diperkirakan adanya hubungan lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada remaja putri. Keadaan ini dibuktikan dengan analisis data didapatkan r sebesar -0,624 (>0,361) dan p sebesar 0,000 (<0,05) hubungan yang negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin artinya semakin lama menstruasi seorang remaja siswi akan semakin rendah kadar hemoglobinnya. Hal ini disebabkan karena pada remaja siswi dengan lama


(36)

commit to user

menstruasi yang lebih panjang pengeluaran darah yang dialami cenderung lebih banyak dan pengeluaran zat besi karena perdarahan pun akan semakin banyak. Keadaan ini sesuai dengan teori yang disebutkan Hudges (1995) yaitu tentang pengeluaran zat besi. Dalam diet sehari-hari, rata-rata terkandung 10-20 mg zat besi perhari. Seseorang dengan simpanan zat besi dalam jumlah normal akan mengabsorbsi besi kira-kira 5-10% dari jumlah total masukan, yaitu sekitar 0,5-2 mg setiap harinya. Sedangkan untuk seseorang dengan defisiensi zat besi akan mampu menyerap sampai dengan 50% dari total masukan zat besi atau sekitar 5-10 mg. Tidak ada mekanisme spesifik untuk ekskresi zat besi, namun tidak dapat dihindari hilangnya zat besi sehari-hari sebagai akibat eksfoliasi usus halus dan sel-sel epitel kulit dimana pada semua sel ini terdapat enzim-enzim yang mengandung zat besi. Rata-rata kehilangan zat besi setiap hari pada orang normal adalah sekitar 0,6-1 mg. Sedangkan pada wanita menstruasi kehilangan zat besi bisa mencapai 42 mg setiap siklus. Dengan demikian maka zat besi dalam darah akan menjadi sangat rendah sehingga kadar hemoglobin dalam darah pun akan menurun.

Menurut penelitian Shams, dkk pada tahun 2010 menyatakan bahwa wanita yang sedang mengalami menstruasi adalah populasi yang sangat penting untuk diperhatikan kesehatannya. Pada populasi wanita yang sedang menstruasi, anemia defisiensi besi terjadi sebanyak 5% sampai dengan 10%. Wanita yang sedang menstruasi, hamil, dan menyusui sangat rentan terhadap terjadinya anemia defisiensi besi.


(37)

commit to user

Menurut penelitian Al-sayes pada tahun 2011, kehilangan darah yang banyak pada wanita merupakan faktor resiko penting yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi pada wanita. Zat besi akan keluar sebanyak kurang lebih 42 mg setiap siklus menstruasi. Sedangkan pada laki-laki atau wanita yang tidak sedang menstruasi akan kehilangan zat besi sebesar 1 mg per harinya. Wanita dengan lama menstruasi diatas 8 hari dengan riwayat perdarahan dan gumpalan pada saat menstruasi memiliki resiko yang lebih besar mengalami anemia defisiensi besi. Dari data primer dapat dilihat bahwa remaja dengan menstruasi 8 hari memiliki kadar hemoglobin rata-rata sebesar 11,1 gr/dl sedangkan remaja dengan lama menstruasi 9 hari memiliki kadar hemoglobin 9,8 gr/dl. Sehingga dapat disimpulkan kehilangan zat besi yang berkelanjutan pada wanita menstruasi akan memperbesar faktor resiko wanita tersebut mengalami anemia.

Menstruasi menyebabkan remaja membutuhkan lebih banyak zat besi, karena zat besi yang hilang dari tubuh saat menstruasi lebih banyak. Oleh karena itu apabila kebutuhan yang tinggi ini tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan terjadinya anemia defisiensi besi cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survey Rumah Tangga (1995), dalam Depkes (2000) prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri sebesar 57,1 %. Berdasarkan penelitian yang serupa yang dilaksanakan oleh Handayani (2007), diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat bermakna antara lama menstruasi dengan anemia pada remaja putri di SMK Negeri 1 Metro Lampung dengan taraf signifikansi p=0,001.

Pada hasil penelitian ini terdapat beberapa data yang berbeda yang tidak sesuai dengan hipotesis yaitu adanya beberapa remaja siswi yang mengalami


(38)

commit to user

anemia pada golongan remaja putri dengan lama menstruasi yang pendek, dan ada pula remaja siswi dengan kadar hemoglobin yang tinggi pada golongan remaja siswi dengan lama menstruasi yang panjang. Hal ini disebabkan adanya banyak faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yang tidak dapat di kontrol oleh peneliti seperti pola aktivitas dan pola istirahat remaja ataupun pola makan remaja siswi. Selain itu, pada penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yaitu belum bisa diungkapkan semua faktor luar tersebut secara mendetail karena terbatasnya instrumen pengukuran, dana, tenaga dan alokasi waktu penelitian, dimana kekurangan ini sangat diharapkan untuk dapat dilengkapi pada penelitian selanjutnya.


(39)

commit to user 30

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Ada hubungan negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin. Artinya semakin lama menstruasi maka akan semakin rendah kadar hemoglobin, diperoleh r hitung= 0,624 dan p=0,000 (p<0,05).

B. SARAN

1.Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan hendaknya lebih memperhatikan kondisi remaja putri yang sedang mengalami menstruasi untuk mngantisipasi terjadinya anemia dengan pemberian tablet Fe.

2.Bagi Sekolah

Pihak sekolah hendaknya memberikan tambahan pengetahuan kepada siswi-siswi tentang anemia melalui program sekolah bisa melalui UKS (Unit Kesehatan Sekolah) atau pada mata pelajaran tertentu.

3.Bagi Penelitian Selanjutnya

Pada Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat lebih memperhatikan dan lebih mengontrol faktor luar yang belum dapat di terapkan dan diteliti dalam penelitian ini untuk mendapat data penelitian yang lebih baik.


(1)

commit to user

0,361. Karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,624>0,361) dan

p=0,000 (p<0,05), maka HO ditolak yang berarti bahwa ada hubungan

antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin. Karena nilai koefisien korelasi yang diperoleh bertanda negatif, berarti ada hubungan negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin. Artinya semakin lama menstruasi maka akan semakin rendah kadar hemoglobin.


(2)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Dari data primer yang dihasilkan selama penelitian dapat dilihat adanya data yang menyebutkan rata-rata dari lama menstruasi adalah sekitar 6 hari (6,67 hari) dengan nilai terendah yaitu 4 hari dan nilai tertinggi yaitu 12 hari sedangkan rata-rata dari kadar hemoglobin remaja siswi adalah sebesar 12,06 gr/dl dengan nilai terendah sebesar 9,3 gr/dl dan nilai tertinggi sebesar 13,8 gr/dl. berdasarkan rentang data yang didapat selama penelitian dapat dilihat siswi dengan lama menstruasi terendah memiliki kadar hemoglobin sebesar 13,6 gr/dl sedangkan siswi dengan lama menstruasi sepanjang 12 hari memiliki kadar hemoglobin sebesar 9,3 gr/dl. Keseluruhan responden rata-rata memiliki riwayat ganti pembalut sebanyak 2-3 kali setiap harinya.

Siswi dengan lama menstruasi dibawah rata-rata memiliki kadar hemoglobin yang cenderung diatas rata-rata sedangkan pada siswi dengan lama menstruasi lebih dari rata-rata lama menstruasi memiliki kadar hemoglobin yang cenderung di bawah rata-rata, sehingga dapat diperkirakan adanya hubungan lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada remaja putri. Keadaan ini dibuktikan dengan analisis data didapatkan r sebesar -0,624 (>0,361) dan p sebesar 0,000 (<0,05) hubungan yang negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin artinya semakin lama menstruasi seorang remaja siswi akan semakin rendah kadar hemoglobinnya. Hal ini disebabkan karena pada remaja siswi dengan lama


(3)

commit to user

menstruasi yang lebih panjang pengeluaran darah yang dialami cenderung lebih banyak dan pengeluaran zat besi karena perdarahan pun akan semakin banyak. Keadaan ini sesuai dengan teori yang disebutkan Hudges (1995) yaitu tentang pengeluaran zat besi. Dalam diet sehari-hari, rata-rata terkandung 10-20 mg zat besi perhari. Seseorang dengan simpanan zat besi dalam jumlah normal akan mengabsorbsi besi kira-kira 5-10% dari jumlah total masukan, yaitu sekitar 0,5-2 mg setiap harinya. Sedangkan untuk seseorang dengan defisiensi zat besi akan mampu menyerap sampai dengan 50% dari total masukan zat besi atau sekitar 5-10 mg. Tidak ada mekanisme spesifik untuk ekskresi zat besi, namun tidak dapat dihindari hilangnya zat besi sehari-hari sebagai akibat eksfoliasi usus halus dan sel-sel epitel kulit dimana pada semua sel ini terdapat enzim-enzim yang mengandung zat besi. Rata-rata kehilangan zat besi setiap hari pada orang normal adalah sekitar 0,6-1 mg. Sedangkan pada wanita menstruasi kehilangan zat besi bisa mencapai 42 mg setiap siklus. Dengan demikian maka zat besi dalam darah akan menjadi sangat rendah sehingga kadar hemoglobin dalam darah pun akan menurun.

Menurut penelitian Shams, dkk pada tahun 2010 menyatakan bahwa wanita yang sedang mengalami menstruasi adalah populasi yang sangat penting untuk diperhatikan kesehatannya. Pada populasi wanita yang sedang menstruasi, anemia defisiensi besi terjadi sebanyak 5% sampai dengan 10%. Wanita yang sedang menstruasi, hamil, dan menyusui sangat rentan terhadap terjadinya anemia defisiensi besi.


(4)

Menurut penelitian Al-sayes pada tahun 2011, kehilangan darah yang banyak pada wanita merupakan faktor resiko penting yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi pada wanita. Zat besi akan keluar sebanyak kurang lebih 42 mg setiap siklus menstruasi. Sedangkan pada laki-laki atau wanita yang tidak sedang menstruasi akan kehilangan zat besi sebesar 1 mg per harinya. Wanita dengan lama menstruasi diatas 8 hari dengan riwayat perdarahan dan gumpalan pada saat menstruasi memiliki resiko yang lebih besar mengalami anemia defisiensi besi. Dari data primer dapat dilihat bahwa remaja dengan menstruasi 8 hari memiliki kadar hemoglobin rata-rata sebesar 11,1 gr/dl sedangkan remaja dengan lama menstruasi 9 hari memiliki kadar hemoglobin 9,8 gr/dl. Sehingga dapat disimpulkan kehilangan zat besi yang berkelanjutan pada wanita menstruasi akan memperbesar faktor resiko wanita tersebut mengalami anemia.

Menstruasi menyebabkan remaja membutuhkan lebih banyak zat besi, karena zat besi yang hilang dari tubuh saat menstruasi lebih banyak. Oleh karena itu apabila kebutuhan yang tinggi ini tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan terjadinya anemia defisiensi besi cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survey Rumah Tangga (1995), dalam Depkes (2000) prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri sebesar 57,1 %. Berdasarkan penelitian yang serupa yang dilaksanakan oleh Handayani (2007), diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat bermakna antara lama menstruasi dengan anemia pada remaja putri di SMK Negeri 1 Metro Lampung dengan taraf signifikansi p=0,001.


(5)

commit to user

anemia pada golongan remaja putri dengan lama menstruasi yang pendek, dan ada pula remaja siswi dengan kadar hemoglobin yang tinggi pada golongan remaja siswi dengan lama menstruasi yang panjang. Hal ini disebabkan adanya banyak faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yang tidak dapat di kontrol oleh peneliti seperti pola aktivitas dan pola istirahat remaja ataupun pola makan remaja siswi. Selain itu, pada penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yaitu belum bisa diungkapkan semua faktor luar tersebut secara mendetail karena terbatasnya instrumen pengukuran, dana, tenaga dan alokasi waktu penelitian, dimana kekurangan ini sangat diharapkan untuk dapat dilengkapi pada penelitian selanjutnya.


(6)

commit to user

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Ada hubungan negatif antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin. Artinya semakin lama menstruasi maka akan semakin rendah kadar hemoglobin, diperoleh r hitung= 0,624 dan p=0,000 (p<0,05).

B. SARAN

1.Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan hendaknya lebih memperhatikan kondisi remaja putri yang sedang mengalami menstruasi untuk mngantisipasi terjadinya anemia dengan pemberian tablet Fe.

2.Bagi Sekolah

Pihak sekolah hendaknya memberikan tambahan pengetahuan kepada siswi-siswi tentang anemia melalui program sekolah bisa melalui UKS (Unit Kesehatan Sekolah) atau pada mata pelajaran tertentu.

3.Bagi Penelitian Selanjutnya

Pada Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat lebih memperhatikan dan lebih mengontrol faktor luar yang belum dapat di terapkan dan diteliti dalam penelitian ini untuk mendapat data penelitian yang lebih baik.