Menjadi Melayu: perempuan jawa sebagai agen transformasi sosial dalam masyarakat Jawa di Semenanjung Malaya tahun 1900-2000.

Patrawidya merupakan seri penerbitan hasil penelitian Balai PelestarianNilai Budaya
Yogyakarta dan peneliti tamu, serta penulis undangan yang meliputi bidang sejarah dan
budaya. Patrawidya terbit secaraberkala tiga bulan sekali, yaitu pada bulan Maret, Juni,
September,dan Desember.Nama Patrawidya berasaldari gabungandua kata "patra'f dan
"widya", yang berasaldari bahasaSanskeqta,yang kemudian menjadi kata serapandalam
bahasaJawaKuna. Kata "patra" berasaldarikatattpattratt, dari akarkatapat:melayang,
yang kemudian diartikan sayap burung; bulu; daun; daun bunga; tanaman yang harum
semerbak;daun yang digunakanuntuk ditulisi; surat;dokumen; logam tipis ataudaun emas.
Adapun kata "widya" berasal dari kata "vidyd" , dari akar kata vid:tahu, yang kemudian
diartikan 'ilmu pengetahuan'."Patrawidya" diartikan sebagai'lembaran yang berisi ilmu
pengetahuan'.

DEWAN REDAKSI PATRAWIDYA
Pelindung

Direktur JenderalKebuday aan
KementerianPendidikandan Kebudayaan

PenanggungJawab

KepalaBalai PelestarianNilai Budaya Yogyakarta


Penasihat

Drs. Sumardi,MM

Mitra Bestari

Prof. Dr. Djoko Suryo (Sejarah)
Prof. Dr. Su Ritohardoyo, MA (Geografi)

PenyuntingAhli

Prof. Dr. SuhartonoWiryopranoto (Sejarah)
Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A.
(Antropologi)

Penyunting BahasaInggris

Drs. Edi Pursubaryanto,M.Hum


KetuaDewanRedaksi
Pemimpin Redaksi Pelaksana

Dra.Taryati (Geografi)
Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum. (Sejarah)

Dewan Redaksi

Dra. Sumintarsih,M.Hum. (Antropologi)
Dra. Suyami,M.Hum. (Sastra.Iawa)
Dra. Emiliana Sadilah(Geografi)
Drs. Hisbaron Muryantoro (Sejarah)
Drs. Sindu Galba (Antropologi)
YustinaHastrini Nurwanti, S.S.(Sejarah)
Dra. Isni Herawati (Antropologi)

PemeriksaNaskah

Dra. Sumintarsih,M.Hum (Antropologi)
Dra. Dwi RatnaNurhajarini,M.Hum. (Sejarah)

ErnawatiPurwaningsih,M.Sc. (Geografi)

Distributor

Drs. Sumardi,MM

Alamat Redaksi:
Balai PelestarianNilai BudayaYogyakarta
JalanBrigjen Katamso 139,Dalem JayadipuranYogyakarta55152
Telp.(0274)313241,379308Fax.(0274)381555
e-mail:patrawidya@bpnb-jogja.info
I Website:http://www.bpnb-jogja.info

Patrawidya,Vol. I 5, No. 3, September2014

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur kepadaTuhan Yang Maha Kuasa karenaperkenanNyaBalai Pelestarian
Nilai BudayaYogyakartadapat menerbitkanhasil penelitian yang dikemas dalam jumal
PatrawidyaSeri Sejarahdan BudayaVol. 15No.3, September2014.JurnalPatrawidyaedisi

ini memuat artikel tentang sejarah dan budaya, hasil penelitian Balai PelestarianNilai
BudayaYogyakarta,peneliti
tamudanpenelitiundangan.
JurnalPatrawidyatidak mungkinbisasampaidihadapanparapembacatanpakerja sama
dan bantuanberbagaipihak. Oleh karena itu dalam kesempatanbaik ini Dewan Redaksi
Patrawidyadengansegalakerendahanhati mengucapkanterima kasih kepadapara Mitra
Bestari yang telah meluangkan waktu untuk membaca semua artikel dan memberi
pertimbanganterhadapisi artikel. Ucapan terima kasih juga kami sampai kepada editor
bahasaInggris.
Edisi bulan Septemberini diawali dengan artikel dari Baha'Uddin tentang dampak
sosialbudayayang terjadi padakehidupanbangsawandi KadipatenPakualamanpadaakhir
abadke-19 awal abadke-20.Padaperiodetersebutmodal Baratbanyakmengalirke Hindia
BelandatermasukdaerahPakualaman.Modal dari parapengusaha
Eropatersebutditanamkan
untuk membukaperusahaanperkebunanyang menyewalahan-lahanmilik parabangsawan.
Fenomenatersebuttelah mengubahpola pendapatanpara bangsawandan kemudian hal
tersebutjuga berdampakterhadapkehidupandan gayahidup para bangsawanPakualaman.
PerubahanapayangterjadipadaparabangsawanPakualamandapatditemukandalamtulisan
tentangWesternisasi
danGayaHidup di KadipatenPakualamanpada

masaPakualamV.
Rekonstruksigerakankiri di Klaten ditulis denganlugasoleh H. Purwana.Menurut H.
Purwanta berdasarkanhasil kajiannya gerakan kiri di Klaten telah tumbuh pada awal
kemerdekaanyakni padagerakananti swapraja.Gerakankiri tersebuttumbuhkarenaadanya
masalahtanahdan kemiskinan.Padatahun 195Oangerakankiri mendapatresponpositif dan
dipandangmembela rakyat kecil. Pada tahun l960an gerakankiri semakin intensif dan
cenderungkeras. Hal itu antara lain didorong oleh sikap bupati yang tidak bersedia
melaksanakan
berbagaiundang-undang
danperafuranpemerintahpusat.
Heri Priyatmoko mengusungartikel tentangKedaulatanRakyat dan Solopos: Pilar
Kehidupan BahasaJawa dan KebudayaanLokal MasyarakatYogyakartadan Surakarta.
Kedua koran tersebutmemiliki halamansuplemenyang berbahasaJawa.Melalui suplemen
berbahasaJawa tersebutkedua harian itu turut membantumeningkatkanperanbahasadan
sastraJawa dalam menguatkanidentitas local masyarakatpembacanya.Media tersebut
memberdayakan
kebudayaanlokal.Dari hasilpenelitianHeri Priyatmokomenemukanbahwa
materiyangdisajikanseringdigunakanuntukbahanmengajarolehparaguru.
Artikel berikut dari Lucia Juningsihyangmembahastentangsejumlahperempuanetnis
Iawa yang beremigrasike SemenanjungMalaya untuk bekerja di perkebunankaret. Di

perkebunankaret merekamenjadi buruh bersamadenganpara buruh dari India dan Cina.
Selesaibekerjasebagiandari merekapulang ke Jawanamun adajuga yang memmutuskan
untuk tetap tinggal di SemenanjungMalaya. Mereka yang menetapmelakukanberbagai
strategidalamupayamembangunmasadepan,salahsahrnyaadalahmenjadi etnis Melayu.
Persoalanmengapadan bagaimanaperempuanJawamengambilbagiandalam transformasi
sosialdari etnisJawamenjadietnisMelayu dapatdibacasecaralengkapdalamjudul Menjadi
Melayu: PerempuanJawa sebagaiAgen TransformasiSosial dalam MasyarakatJawa di
Semenanj
ung MalayaTahunI 900-2000.

Patrawidya,Vol. 15,No. 3, September2014

Devi Riskianingrummenyumbangartikel berjudul SelanjutnyaKami Memilih: KisahKisah Etnis TionghoaAsalIndonesiayang Kembali ke Taiwan 1950-1960an.Menurut hasil
penelitian Devi Riskianingrumpada periode transisi pergantiankekuasaansejak periode
akhir colonial sampai tahun 1965 telah memberikanpengaruhyang besar terhadapetnis
Tionghoa di lndonesia. Perasaantidak aman,tertindasserta masa depan yang suram
menyebabkanmereka harus mempertimbangkankembali keberadaannyadi Indonesia.
Setelahkemerdekaanpemerintahmembuatkebijakanasimilasidan integrasietnisTionghoa
yang cendenrngrepresif. Hal itu berakibatterjadinyatindak kekerasan,baik fisik maupun
properti yang mereka miliki. Hasilnya, banyak diantara mereka memilih meninggalkan

Indonesiademi keamanan.Kondisi tersebutterus berlanjut sampaiakhir periode 1960an.
Tulisan tersebutmengambil focus pada etnis Tionghoa yang kembali ke Taiwan, dengan
melihatalasanmeninggalkanIndonesia,strategibertahansertaformasiidentitasmereka.
Tulisanlain membahastentangstrategiyang dilakukanoleh parapetaniyang bergerak
bidang bidang budidayarumput laut dalam usahanyauntuk meningkatkanpendapatanrumah
tangga.Emiliana Sadilahmelakukanpenelitiantersebutdi KecamatanTalango,Sumenep.
Hasil penelitainnya menunjukkan bahwa budidaya rumput laut dapat meningkatkan
pendapatan
masyarakat.
Sumintarsihmengulassecararinci tentangusahagula kelapayangberadadi Kecamatan
Cilongok,sebagaisebuahunit usahaekonomirumah tangga.Dalamkegiatannyanira menjadi
faktor produksi yang penting, selain penderesdan pengindel.Dalam distribusi, pengepul
sebagaipelaku ekonomi dalam ranahusahagula kelapa.Sumintarsihmenunjukkanbahwa
jalinan kerjasamadalamusahagula kelapaadapembagiantugassecarajelas, suamisebagai
penderesdan istri sebagaipengindel.Jalinanpertukarantidak memperhitungkanuntungrugi.
penderesdenganpengepulsangattampakadanyaeksploitasi
Namunjalinan pertukaranantara
Pemberianpinjaman dan perhatianyang bersifat sosial kemasyarakatanmenjadi pengikat
antarapengepuldenganpenderes.Dan jalinan sepertiitu menjadikanmata rantai hubungan
kerja antarapengepuldenganpenderessulit diputus.

Edisi September ini ditutup dengan tulisan yang membahas tentang dampak
pembangunanSuramaduterhadapmobilitas dan kondisi sosialbudayamasyarakat.Tulisan
dari ErnawatiPurwaningsihtersebutmengambilsampellima keluargadari DesaPangpong,
Labang, Bangkalan.Hasil penelitian Enawati Purwaningsihmenunjukkan wilayah Desa
Pangpong mengalami perubahan pasca pembangunanJembatan Suramadu. Mobilitas
pendudukmenjadi lebih bervariasi.Jika tadinya pendudukmelakukanmobilitas perrnanen
atau seminggusekali kini merekabisa melakukanmobilitas ulang alik. Walaupundaerah
Pangpongmenjadi lebih terbuka,namun dalam kehidupansosialbudayatidak mengalami
banyak perubahan.Uraian secara lengkap dapat ditemukan dalam artikel yang ditulis
ErnawatiPurwaningsih.
Ibaratpepatah"tiada gadingyang tak retak",penerbitanjurnal PatrawidyaSeri Sejarah
danBudayaVol. I 5 No. 3, September2014 ini masihadakekurangannya.
Namunbegitukami
berharapsemogahasil terbitanini dapatbermanfaatbagi yang membutuhkan.Terima kasih
kepadasemuapihak yangtelahmembantupenerbitanbuku ini. Selamatmembaca.

DEWAN REDAKSI

Patrawidya,Vol. 15,No. 3, September2014


ISSN1411-s239

Vol. 15.No. 3, September20l4
Seri Sejarah dan Budaya

PATRAWIDYA
Seri PenerbitanPenelitianSejarah dan Budaya
PengantarRedaksi
DaftarIsi
Abstrak
Baha'Uddin- Westernisasidan Gaya Hidup Bangsawan di Kadipaten
PakualamanpadaMasa
Paku AlamV (hlm.341- 356).
H. Purwanta- GerakanKiridi Klaten:1950- 1965 (hlm.357- 372).
Heri Priyatmoko - Kedaulatan Ralryat dan Solopos:Pilar Kehidupan Bahasa
JawadanKebudayaanLokal Masyarakat(hlm. 373 - 384).
LuciaJuningsih- M e n j a d i M e l a y u : P e r e m p u a n J a w a s e b a g a i A g e n
Transformasi Sosial dalam Masyarakat Jawa di
(hlm.385- 398).
MalayaTahun1900-2000

Semenanjung
DeviRiskianinsrum- . . ..Selanjutnya
Kami Memilih Pergi. . .
Kisah-kisahEtnis TionghoaAsal Indonesiayang Kembali
ke Taiwan 1950-l960an (hlm. 399 - 428).
EmilianaSadilah- StrategiPeningkatanPendapatan
Melalui BudidayaRumput
Laut di KecamatanTalango,PulauPoteran,Sumenep(hlm.

429- 4s2).

Sumintarsih- Usaha Gula Kelapa : Pertukaran dalam Produksi dan
Distribusi(hlm.453- 480).
EmawatiPurwaningsih- Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap
Mobilitas dan Kondisi Sosial Budaya Penduduk (Kasus
Lima Keluarga di Desa Pangpong,Kecamatan Labang,
KabupatenBangkalan)(hlm.481 - 504).

l1l


Menjadi Melayu. PerempuanJawo SebagaiAgen TransJormasiSosialDalam Masyarakat Jawa (Lucia Juningsih)

MENJADI MELAYU: PERBMPUANJAWA SEBAGAI AGEN
TRANSFORMASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT JAWA DI
SEMENANJUNGMALAYA TAHUN 19OO.2OOO
Lucia Juningsih
Program Studi Sejarah,Fakultas Sastra,Universitas SanataDharma, Yogyakarta.
JalanAffandi, Mrican, Yogyakarta.Kontak 0816684441
e-mail:luciayuning@yahoo.com
Abstruk
Padatahun 1900-an,seiumlahetnisJawa bermigrasike Semenaniung
Malava, untukbekeriadi
perkebunankaret dan kemudianiueq di kebunkaret milik etnis Melavu.5i perkebunankaret, buruh
-Jawa
bekeria bersama-samadehsdn buruh Cina dan India. Mereka'dapat'berinteraksi namun sulit
melokukan"adaptasibudaya kareila perbedaan tradisi dctnbuday'a.Senientaroitu, buruh Jawa yang
bekeria di kebin karet milik etnis Melavu dapat berinteraksi denpan etnis Melavu karena kesainaa"n
budava,bahasadan agama.Di perkebilnan karet, merekabekerid selema dua tahun. Selesaibekerict
sebakian di antara meTekapuking ke Jawa, sebagianmemutusk'anmenetaDdi SemenaniunpMalaia.
Mereka yang menetqp melqkukdn berbagai slrdtegi
dalam upaya membanpun mas(; deban sa'lah
"membqhas'persoqlan
sqtunyq meiicdi etnis Melavu. Studi inl hendak
mehsopa dan liasaimana
pereitpuan lawa mengambil'bagiandalam transformasisosial dari etnisJawa ile'njadi etnis fr4elayu?
Kuta kunci: orongJawa, orang Melayu, adaptasi, transformasi

BECOMING A MALAY: JAVANESE WOMA]\\T
AS SOCIAL
TRANSFORMATIOI{ AGENTS O]VJAVANESE SOCIETY IN MALAY
PE]VINSULA 19OO- 2OOO
Abstract
In the 1900s,there were a number of Javaneseethnic migrated to the Malay Peninsula.Thev
u'orked in lhe rubber planlations and thei they also u'orked in ihe ruhber smallholdine owned by tfe
ethnicof Malavs. In the rubber plantations,tfteJavaneselaborersworkedtopetherwi-ththe lab'orers
Cfiineseand Indian. Thevtould establishsocial interaction, but it wasdifficult for them Io adapt
from
"because
of the differencesin [ultural and traditions. Meanwhile, theJavanese"laborerswho workefin
therubbeVsmal[[tolding that belongsto theMalayscould interactwith theelhnicof Malavsbecauseof
thesimilorities in cultuVe,languapdond religion.'ln the rubber plantations, they wiorkedfor tw'o,-eari.
After their work contract finiihed most of tEemwent back to Jdva, somedecidbdto sett[ein the Malay
Peninsula. Thosewho sdttled there crealed some different stratesies to build their future: one of tlie
slrategieswas to be Malay. Thisstudy to discussthepVoblens how-andwhyJavaness?wotnentoo( part
in soc'iqltransformation from ethnic:JavaIo Malavs'
Keyw o r ds: J av en ese, Ma I ay n ese, ad ap t at io n, t r an sfo rm at i on

I. PENDAHULUAN
Menurut sensuspenduduktahun 1891,jumlah pendudukHindia Belandadi Federoted
Malay States(meliputi wilayah Perak,Pahang,SelangordanNegeri Sembilan)dan di Straits
Settlements(meliputi wilayah Malaka, Singapore,Penang,Labuan di pantai utara Borneo,
Pulau Christmas dan Pulau Cocos-Keeling di selatan Sumatera)diperkirakan sebanyak
20.307orang.Di antarapendudukHindia Belanda,etnisJawayangpaling banyakjumlahnya
yakni 14.239orang,diikuti oleh etnis Boyan sebanyak3.161orang,etnisBugis sebanyak
2.168 orang,etnisAceh sebanyak62I orangdan etnisBatak sebanyak228 orung(Dun Jen,
1982: l; Bahrin, 1967:272) JumlahperempuanJawadiperkirakansebanyak20o/o-30Y,
dari
etnis Jawa, yakni antara2.848-4.272 orang, dan jumlah laki-laki sebanyaklI.39l-9.967
orang.Sebagianbesaretnis Jawa tersebutbekerja sebagaiburuh di sejumlahkebun seperti
kebunkopi, ketelapohondankelapa(Reportof the Commissioners
appointedto Enquireinto
Naskahmasuk:lJuli20l4,revisil:25Juli20l4,revisill:l9Agustus20l4revisiakhir:llScptcmber20l4

385

Patrawidya,Vol. 15,No. 3, September2014: 385 - 398

and ProtectedNativeStates,l89l: evid. 30, I I 1).
theStateof Labour in theStraitsSettlements
Pada dekade pertama abad ke-20, jumlah etnis Jawa menunjukkan kecenderungan
meningkat. Pada tahun 1901, jumlah etnis Jawa sebanyak 17.578 orang, terdiri dari
perempuansebanyak5.025 orangdan laki-laki sebanyak12.557orang(Bahrin, 1967:272).
kecil) melainkansebagaiburuh
Etnis Jawa tersebutbukan smallhoders(pekebun-pekebun
perkebunan(Bahrin, 1967: 272). Menurut sensus penduduk tahun 1947, etnis Jawa di
Malaya (Federated Malay States, Unfederated Malay States dan Straits Settlements)
sebanyak187.755orang (Del Tufo :74) ata:usekitar 60oh darijumlah penduduk Hindia
danlakiBelandadi Malaya,lebih dari separonyaadalahperempuan.Rasioantaraperempuan
(Del
perempuan
perempuan
per
Tufo
:
Jawaitu
1
000
laki-laki
74)
Jumlah
laki Jawaadalah792
lebih kecil dibandingkanjumlah perempuandari etnis lainnyayakni Boyan (864 perempuan
per 1000laki-laki),Banjar(989perempuanper 1000laki-laki) dan Bugis (876perempuanper
1000 laki-laki) (Del Tufo : 74).
JumlahpendudukHindia Belandadi Malaya (wilayah yang meliputi FederatedMalay
States, Unfederated Malay States dan Straits Settlements) pada tahun 1911, sebanyak
280.600orang,dan
117.800orang,tahun1921sebanyak170.200orang,tahun1931 sebanyak
jumlah penduduk
(Bahrin,
1957,
1967:275)
Pada
tahun
orang
tahun 1947sebanyak309.100
Hindia Belandadi Malaya sebanyak342.600orang (Bahrin, 1967:272) Pascaproklamasi
kemerdekaanMalaysia tahun 1957, sejumlah laki-laki dan perempuanJawa memutuskan
menetapdi Malaysia, menjadi penduduk bumiputera (Juningsih, 2014: 17) Berdasarkan
angkatersebutdapatdikatakan,jumlah pendudukHindia Belandadi Malaya menunjukkan
kecenderunganmeningkat dari waktu ke waktu. Peningkatanini karenabertambahnyaetnis
denganhal
Jawayangdatangke Malayadanlahirnyaanak-anakketurunanJawa.Sehubungan
ini, menurutdokumenpemerintahkolonial lnggris,padadekadepertamaabadke-20terdapat
sejumlahanakketurunanJawalahir di perkebunankaret(Proceedingsof the Federal Council
ofthe FederatedMalay Statesfor the YearI 909-I 0, 19I I : appendixc).
Setidaknyahingga akhir abad ke-20, terdapat sejumlah perempuanketurunan Jawa di
Malaysia, namun demikian aktivitas mereka belum banyak dibahas.Ada sejumlahkajian
mengenaietnisJawadi SemenanjungMalaya,namuntidakmembahasperempuan.Kajian itu
antaralainyangdilakukanolehKhazin Mohd. TamrindanT. ShamsulBahrin.Dalam studinya
mengenai Orang Jawa di Selangor (1984), Khazin membahaslatar belakang migrasi,
penempatandanasimilasiorangJawadi Teluk Pulai,Selangor( Tamrin, 1984)Sementaraitu,
Bahrin dalam beberapakajiannya yakni the Pattern of Indonesian Migration and Settlement
in Malaya (Bahrin, August 1967), Indonesian Labour in Malaya (Bahrin, J:une1965), the
Growth and Distribution on the Indonesia Population in Malaya (Bahrin, 1967) the
Indonesian Immigrants and the Malays of West Malaysia: a Study in Assimilation and
Integration (Bahrin, 1970)membahasaktivitas orang Indonesia.Dalam berbagaikajian itu,
etnis Jawa dibicarakandalam kaitannyadenganorang Indonesialainnya. Selain itu, etnis
Jawa yang dibahas adalah laki-laki, sedangkanperempuantidak dibahas. Seolah-olah
perempuanJawaitu pasif,apatis,tidak kreatif dantidak memiliki perandalamsejarahmaupun
dalamtransformasisosial.Oleh karenaitu, perlu dikaji peranperempuanJawasebagaiagen
transformasisosialdalamkelurgadankomunitasnya.

II. MENJADI MELAYU
A. DiPerkebunan Karet
Pada dekade pertama abad ke-20, sejumlah pengusahaasing seperti orang Eropa
(Inggris, Perancis),Amerika Serikat,dan sejumlahorang Cina dan India membuka usaha

386

Menjodi Melayu: PerempuanJawa SebagaiAgen TransformasiSosial Dalam Masyarakat Jawa (Lucia Juningsih)

perkebunankaretdi SemenanjungMalaya (Dun Jen, 1982:85-86).Kebanyakanperkebunan
karet itu dibuka di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk. Padahal dalam
penyelenggaraannya,
perkebunankaret memerlukantenagakerja dalamjumlah yang besar,
selainlahanyang luas dan modal yangjuga besar.Kebutuhantanahdapatdipenuhidengan
caramembukahutanbelantara.Sementaraitu, kebutuhantenagakerja sulit dipenuhikarena
penduduksetempatjumlahnya kecil dan kebanyakandari merekatidak mau bekerjasebagai
buruh kasarupahan,karenaalasanekonomi dan kultural yakni malu dan gengsi(Juningsih,
2014 4) Dalam upayamemperolehtenagakerja,perkebunankaretmendatangkan
buruh dari
padat
penduduknya
yang
yakni
prosesnya,
wilayah
dari
India,
Dalam
berbagai
Cina danJawa.
mendatangkanburuh dari Jawa tidak mudah karena beberapa alasan. Pertama, harus
melibatkandua pemerintahyang berbedayakni pemerintahHindia Belandadan pemerintah
kolonial Inggris,yangmasing-masingmempunyaikepentinganekonomidan politik. Kedua,
pemerintahHindia Belandamelalui OrdonansiNo. 8 Tahun1887melarangpengirimanburuh
pribumi ke luar wilayah Hindia Belanda.Hal ini dilakukanoleh pemerintahHindia Belanda,
yang sedangberkembang
buruh bagi perkebunan-perkebunan
untuk menjaminketersediaan
pesat, baik di Jawa maupun Sumatera.Oleh karena larangan itu, kemudian dilakukan
serangkaianlobi-lobi dan pembicaraanantar dua pemerintahtersebut.Pembicaraandua
pemerintah itu menghasilkankesepakatanberupa dua peraturan yakni Netherlonds Indian
Labourer's Protection Ordinance 1908 (NILPO) yang berlaku untuk wilayah Straits
Settlementsdan NetherlandsIndian Labourer's Protection Enactments1909 (NILPE) yang
berlaku unfuk wilayah Federated Malay States.BerdasarkanNILPE itu perkebunankaret
melakukanrekrutmenburuhJawasecaralangsung( Juningsih,2014:95-98).
Pada awal kedatangan,kebanyakanetnis Jawa bekerja sebagai buruh kontrak di
perkebunankaret (Proceedingsof the Federal Council of the FederatedMalay Statesfor the
Year1909-10, 1.911:appendixc) Selainburuh Jawa,perkebunankaretjuga menggunakan
buruh India danburuh Cina (Del Tufo : 76-79) Padamasaawal penanamankaret,perkebunan
memperolehburuh Jawadan India yang sebelumnyabekerjadi lahanpertanianekspor,dan
buruh Cina yang sebelumnyabekerja di pertambangantimah. Buruh Cina itu tidak lagi
bekerja di pertambangantimah, karenaada pengurangantenagakerja sebagaiakibat dari
mekanisasidalam penambangantimah (Reportof the Commissionersappointedto Enquire
intotheStateofLabourintheStraitsSettlementsandProtectedNativeStates,l89l;
Jackson,
196l l4l-146 dalam Juningsih,2014:96) Jumlahburuh Cina dan India yang bekerjadi
perkebunankaret lebih besardibandingkanjumlah buruh Jawa,walaupundemikian buruh
Jawatetapdiminatikarenadapatdiupahmurah.
Berdasarkansejumlahetnis yang bekerja itu, dapatdikatakanmasyarakatperkebunan
karet bersifat multietnis. Setiapetnis memiliki tradisi dan budayanyasendiriyang berbeda
denganetnislainnya.Persoalannyaadalahapakah
di perkebunankaretterjalin interaksisosial
antarburuh dari berbagaietnis yang berbeda?Di perkebunankaret terjalin interaksisosial
antaraburuh Jawa denganburuh India dan buruh Cina. Akan tetap dalam prosesinteraksi
sosialitu tidak terjadiadaptasibudaya,sebabperbedaanyang begitu tajamantaraburuhJawa
tradisi,budaya,bahkan
denganburuh India danburuh Cina,sepertiperbedaanagama,bahasa,
fisik dan warnakulit (Labor conditionin British Malaya", dalamJuningsih,2014: 197)Oleh
karena tidak terjadi adaptasibudaya,transformasisosialjuga sulit terjadi. Hal ini karena
adaptasimenrpakanprasyaratbagi terjadinyatransformasisosial.Dengan demikian dapat
dikatakan,di kalangan buruh Jawa di perkebunankaret sulit terjadi transformasisosial
(Juningsih,2014:201)Lalu apaperanburuhperempuanJawadalamkeluargadi perkebunan
karet?
Sebelummenjelaskanpersoalanini, perlu dipahamistatusburuhperempuanJawadalam
keluarga, sebab status menentukanperan mereka. Status buruh perempuanJawa di

387

Patrawidya,Vol. 15,No. 3, September2014: 385 - 398

perkebunankaret di SemenanjungMalaya dalam keluargasamadenganstatusperempuan
Jawa dalam komunitasaslinyayakni Jawa (WawancaradenganBunyamin Ramlan) Status
dan peran perempuan Jawa tersebut sangat ditentukan oleh budaya yang dianut
masyarakatnyayakni budaya patriarkat. Sejumlah etnis Jawa melakukan migrasi ke
SemenanjungMalaya bukan dengan tangan kosong, melainkan membawa serta seluruh
sistemsosialdan budayatermasukbudayapatriarkat.Dalam budayapatriarkat,perempuan
berstatusmenikahberperansebagaiibu rumahtangga,pendampingsuami,mendidikanakdan
mencari nafkah, sedangkanperempuan lajang membantu keluarga dalam menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga dan mencari nafkah (Onderzoek naar de Mindere Welvaart der
InlandscheBevolkingop Java en Madoera.IXb',l9l4): l) Dalam budayaini, perempuan
dipandangmemiliki fisik yag lemah, emosional,irasional,pasif dan apatis.Sementaraitu,
laki-laki dipandangkuat, perkasadan rasional.Pandanganini membawaimplikasi yang luas
pada statusdan peran perempuandalam keluargadan masyarakat.Perempuanmendapat
bagian pekerjaan yang sifatnya domestik atau kerumahtanggaan,sedangkanlaki-laki
mendapat bagian pekerjaan yang sifatnya publik. Dalam masyarakatpatriarkat status
perempuandipandanglebih rendahdari laki-laki, karenaitu laki-laki dibenarkanmenguasai
ataumendominasiperempuan.
Salahsatuperanperempuanberstatusmenikahdalamkeluargayakni sebagaiibu. Tugas
sebagaiibu yakni mengasuhdanmendidikanaknya.Akan tetapibagaimanaperansebagaiibu
dapat drjalankan,karena sepanjanghari mereka bekerja di lahan karet? Perempuantidak
membawaanaknyayang baru lahir atau yang berusiadi bawah 7 tahun bekerja di lahan,
melainkanmenitipkananaknyadi tempatpenitipanyang disediakanoleh perkebunankaret.
Hal ini merekalakukansupayaanaknyaadayang mengumssehinggamerekadapatbekerja,
sebabjika tidak bekerja mereka dianggap melanggar kontrakdanmendapatsanksiseperti
pemotonganupah atau upah tidak dibayarkan(Juningsih,2014: 207; Ahearne, 1932: 17)
Dapat dikatakan, selama bekerja buruh perempuanJawa menyerahkanpengasuhandan
pendidikananaknyapadapengasuh,yang disediakanoleh perkebunankaret. Setelahselesai
bekerja,buruhperempuanJawamengambilanaknyakembaliuntuk diasuhdandididik sendiri
(Juningsih,2014:207) Sementaraitu, anak-anakyang berusia di atas 7 tahun dikirim ke
sekolah yang juga disediakan oleh perkebunan karet. Penyelenggaraansekolah ini
berdasarkankebijakanwajib sekolahbagi anak-anakusia 7-14 tahun,yang ditetapkanoleh
pemerintahkolonial Inggris (Ahearne,1932:17)Berdasarkandata,tidak banyak anakyang
masuk sekolahkarenamereka lebih senangbekerja di lahan sebabmendapatupah, yang
sekaligusmembantuorang tua dalam memenuhikebutuhansehari-hari(Salleh, 1985: 142;
Thompson,1947:84).
Di perkebunankaretyang bersifatmultietnis,secarasosialdanbudayaburuh Jawatetap
sebagaiorang Jawa, sama sepertidalam komunitas aslinya. Hal ini terjadi karenajumlah
buruh Jawa di perkebunan karet relatif banyak, sehingga memungkinkan mereka
menyelenggarakan
tradisi dan budayanyasendiri.Selainitu, merekatinggal di perkebunan
karet yang bersifatmultietnis yang masing-asingetnis menjagadan memeliharatradisi dan
budayanyasendiri. Buruh Jawa merasatradisi dan budayanyalebih unggul dibandingkan
tradisidanbudayadari etnislain. Oleh karenaitu, merekamenutupdiri terhadapbudayaluar.
Bahkan untuk menjaga kemurnian darah Jawa, mereka menolak perkawinan campur.
Berdasarkancatatanpemerintahkolonial Inggris, di perkebunankaret terjadi perkawinan
antarburuh Jawa(Proceedingsof the Federal Council of the Federated Malay Statesfor the
Year 1909-10, l9ll: c72) Dapat dikatakanburuh Jawa di perkebunankaret hidup secara
eksklusif.Hal ini dapatdilihat dari perilaku,sikapdan simbol-simbolJawayang digunakan,
sepertimenggunakannamaJawa,berbahasaJawahalus (Jawa krama) dan Jawakasar(Jawa
ngoko),menikmatimakananbercitarasaJawadan berbusanaJawa.Buruh perempuanJawa

388

Menjadi Melayu. PerempuanJawa SebagaiAgen Transformasi Sosiol Dalam Masyarakat Jawa (Lucia Juningsih)

memakai kebaya danjarik (kain panjang) dan laki-laki memakaijqrik dansurjan. Laki-laki
yang berasaldari daerahPonorogomisalnyabiasamemakaicelanapanjangkomprang,baju
tanpakerahdandipadudenganikatpinggangbesar.
Apa peran buruh perempuanJawa dalam keluargadan komunitasnyadi perkebunan
karet? Peranburuh perempuanJawa yakni menjagaetnis, memeliharatradisi dan budaya
Jawa.Dalam konteksini, buruh perempuanJawaberperansebagai"penjagagawang"tradisi
dan budayaJawa.Selainperanitu, buruh perempuanJawaberperansebagaipewaristradisi
danbudayaJawa.Buruh perempuanJawamewariskannilai-nilai budayaJawapadagenerasi
penerus,baik nilai-nilai yang membentuksikap dan watak sosialsepertirewang,nyumbang
dangotongroyong(Juningsih,2014:209).
Padadekadekedua abadke-20, banyak etnis Melayu, orang Cina dan sejumlahkecil
orangIndia menanampohonkaret, karenamelihattanamankaretmemiliki masadepanyang
cerah. Kebanyakanetnis Melayu menanampohon karet di kebun yang menyatu dengan
pemukimannyadalam skalakecil, karenatidak memiliki banyakmodal (Salleh, 1985: 101
dalam Juningsih,2014:86) Sementaraitu, orang Cina menanampohon karet di atas lahan
yang disewa dari pendudukMelayu, kebanyakanjuga dalam skala kecil, namun terdapat
sejumlahkecil orangCina menanamkaretdalamskalabesar(Dun Jen, 1982:85-86)Dalam
penyelenggaraannya,
kebun karet milik etnis Melayu memerlukantenagakerja, meskipun
tidak sebanyakperkebunankaret.
Kebanyakankebun karet milik etnis Melayu menggunakanburuh lawa, karenaalasan
kesamaanagama,bahasa,
budaya,fisik danwarnakulit, danyangpaling pentingdapatdiupah
murah.Berbagaikesamaanini menyebabkaninteraksisosialantaraburuh Jawadenganetnis
Melayu dapatterjalin cukup akrab dan harmonis.Oleh karenaitu, dalam prosesinteraksi
sosial terladi pula proses adaptasibudaya. Buruh Jawa mengadaptasisejumlah budaya
Melayu seperti,nama,bahasa,makanandan busana(Juningsih,2014:201). Demikian pula,
etnis Melayu juga mengadaptasibudaya Jawa sepertikeseniandan makananJawa yakni
tempe (Juningsih,2014:284) Setidaknyaada tiga alasanburuh Jawa melakukan adaptasi
budaya.Pertama,merekamelakukanadaptasiagarditerima sebagaibagiandari masyarakat
Melayu. Kedua, dari segi kuantitas buruh Jawa jumlahnya relatif kecil, sehinggatidak
memungkinkan dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara merdeka. Ketiga, mereka
membufuhkantemandi tempatyang baru, apalagihubungandengandaerahasalsudahpufus
(Bahrin, 1970:5;Mtyazak|2000: 79-83;Graham,1977: 19) Dalam upaya itu, mereka
membukadiri terhadapbudayaMelayu danmau melakukanperkawinancampurdenganetnis
Melayu.
Sehubungandenganhal itu, apa peran buruh perempuanJawa dalam prosesmenjadi
Melayu di lingkungan kebun karet? Buruh perempuanJawa berstatusmenikah berperan
sebagaiagentransformasisosial dalam keluarga,selainperan sebagaipendampingsuami.
mengurusrumah tan1ga,memeliharaanak dan mencarinafkah.Demikian pula, perempuan
Jawaberstatuslajangjuga berperansebagaiagentransformasisosial,selainmembantuorang
fua mencari nafkah dan mengurus rumah. Dalam proses menjadi Melayu, sejumlah
perempuanJawa itu baik berstatusmenikah maupun lajang, melakukan adaptasi dan
mempraktekkanbudayaMelayu dalamkeluarga.BudayaMelayu yang diadaptasiantaralain
bahasa,nama,busanadanmakananMelayu.
Selain sebagaiagen transformasisosial,paling tidak hingga pertengahanabadke-20,
buruhperempuanJawayangbekerjadi kebunkaretmilik etnisMelayujuga berperansebagai
pewaris tradisi dan budaya Jawa.Buruh perempuanJawa tersebutberperanmemelihara
sekaligusmentransfertradisi dan budayaJawapadagenerasipenerus.Sejumlahtradisi dan
budayaJawayangdipeliharadandiwariskanpadagenerasipenemsantaralain kenduri,sesaji,
389

Patrawidya,Vol. 15,No.3, September2014: 385 - 398

gotongroyong, rewang,nyumbang,etika, bahasa,makanandan busana.Setidaknyasampai
pertengahanabad ke-20, buruh Jawa di kebun karet milik etnis Melayu cenderung
bertransformasimenjadi etnis Jawa Melayu, belum menjadi etnis Melayu dalam arti
(Juningsth, 2014: 20 | -202, 209-210)Mereka memerlukanwaktu yang cukup
sesungguhnya
panjanguntuk menjadietnisMelayu.
B. Di PemukimanBaru
Buruh Jawadi perkebunankaret,berdasarkankontrak kerja bekerjaselamadua tahun.
Setelahkontrak kerja berakhir,sebagiandari merekakembali ke Pulau Jawa,karenaingin
berkumpul lagi dengan keluarga dan teman. Selain itu, uang yang mereka kumpulkan
dianggap cukup untuk modal usaha atau membeli tanah di Jawa. Sebagiandari mereka
memutuskanmenetapdi SemenanjungMalaya,karenadi Jawamerekatidak memiliki tanah,
dan upah bekerja sebagaiburuh cukup rendah, sehinggatidak cukup untuk memenuhi
kebufuhanhidup sehari-hari.Selain itu, sejumlahkeluargamigrasi dan menetaptinggal di
SemenanjungMalaya. Mereka kemudian mendirikan pemukiman dengan cara membuka
hutan yang dianggaptidak bertuan atau membeli sebidanglahan dari penduduk Melayu
(Bahrin,August1967:239-240;Tamrin,
1984:88-89dalamJuningsih,20l4:229-230).
Di pemukimanbaru, etnis Jawa yang sebelumnyabekerja di perkebunankaret dapat
dibedakandalam dua kelompok yakni etnis Jawa yang fanatik dan etnis Jawa yang tidak
fanatikterhadapbudayasendiri.Etnis Jawayangbersifatfanatikcenderungmenutupdiri dari
kemumian darah
budayaluar, memeliharatradisi dan budayaJawa,sertamempertahankan
Jawa.Mereka menganggapetnis dan budayaJawa lebih unggul dari etnis dan budayaetnis
lain. Olehkarenaitu, merekamerasaterpanggiluntuk menjagakemumiandarahJawa.Dalam
upaya itu, mereka hanya menikah dengan sesama etnis Jawa (Juningsih, 2014: 199;
wawancaradenganBunyaminRamlan;denganAhmadSidiq dan MohammadZimYunusbin
Ahmad Sidiq) Sikapfanatikitu nampakpadaperilakudanpenggunaansimbol-simbolbudaya
Jawa dalam kehidupansehari-hari,sepertimenggunakannama, bahasadan busanaJawa,
mengolah makanan Jawa, menyelenggarakanupacara tradisional dan berkesenianJawa
(Juningsih,2014:198;Tamrin,1984:106;
wawancaradenganAhmadSidiqdanMohammad
Zim Yunus bin Ahmad Sidiq) Kelompok Jawa fanatik ini kebanyakantinggal di sekitar
perkebunankaret tempat mereka dahulu bekerja antara lain, di Kampong Jawa, Perak;
KampongSelabak,Perak;KampongSabakBernam,Selangor;KampongTampak
Semenang,
pemukiman
Perak;
Jawa di Kuala SelangoqSelangor;Kuala Lumpur, Selangor;Kelang,
Serendah,Kalumpangdi Selangor;sekitarTelokAnson,Perak(Juningsih,2014:275;Tamrin,
I 984 : 106 ; wawancaradenganMursi d ; wawancaradengan AzizbinMat lza).
Bagaimana peran perempuan kelompok etnis Jawa yang fanatik dalam keluarga
sehubungandengantransformasisosial?Padasaatitu, perempuanJawa tidak memainkan
perannya sebagaiagen transformasisosial karena sikap fanatik komunitasnya. Dalam
kelompok ini, perempuanJawaberstatusmenikah dan lajang berperansebagaipemelihara
SejumlahbudayaJawayangdipeliharadan
danpewarisbudayaJawa(Juningsih,2014:320)
diwariskanpadagenerasipenerusantaralain, makanan,kenduri, sesaji,rewang,nyumbang,
gotongroyong, etika,bahasa,busana,tembangJawa,menumbukpadi denganmenggunakan
lesungyang dilakukan secaraberkelompok,dan menuaipadi denganmenggunakanani-ani
(WawancaradenganA zizbinMat Iza).
sikap fanatik itu tidak dapatdipertahankanlagi. Etnis Jawa
Dalam perkembangannya,
dari kelompok fanatik itu secaraperlahan-lahanmulai membuka diri terhadapbudaya
Melayu. Hal serupajuga dilakukan oleh para perempuanJawa,merekajuga membukadiri
terhadapbudaya Melayu. Mengapamereka mau membukadiri terhadapbudaya Melayu?
Pertama,merekamemutuskanuntuk tinggal menetapdi SemenanjungMalaya. Lebih-lebih

390

Jawa (Lucia Juningsih)
)vtenjacliMela-vu;perempuan Ja*'a SebagaiAgen Transformasi SosialDalam Masyarakat

padatahun 1957,secarapolitik terbentukpemerintahanb1ruyakni Malaysia.Negarabaruini
jumlah
memasukkanetnis Jawa ke dalam kelompok etnis Melayu, untuk mengimbangi
memilih
harus
Jawa
pendudukIndia dan Cina yang jumlahnya sangatbesar.Kedua, etnis
harta
menjadi warga bumiputraltau iemtali ke Jawa. Jika menjadi warga ne}ara seluruh
harus
mereka
negara
jika
warga
menjadi
menolak
bendanyatetapmenjadimiliknya, namun
pulangLe Jawa,denganmeninggalkansellruh hartabendanyayang diperolehdengansusah
*i*ititr menetapdan menjadi warga negaraMalaysia karena
puyufr]Kebanyakan-mereka
Jawa
uturunekonomi (Juningsih,2014:17) Oleh karenaitu, sebagaikonsekuensinyaetnis
mengikuti
harus
harusmelakukan adaptisi d.ngun lingkunganny ayangbaru. Ketiga, mereka
jaman agartetip eksii di tempatyang baru. Perubahansikap dari fanatik ke
perkembangan
perempuan
iiduk fu.tutik,.nembawaperubahanpada peranperempuanJawa' Semulaperan
agen
sebagai
Jawa sebagaipemelihurudun pewaris tradisi dan budaya Jawa, kemudian
transformasisosial.
Telahdisebutkandi pemukimanJawaterdapatkelompok etnis Jawayang tidak fanatik
yang
terhadapbudaya Jawa. Kelompok ini sangatberbedadengankelompok_etnisJawa
membuka
mau
fanatik,
fanatikierhadapbudayanyasendiri.Kelompok etnisJawayang tidak
melakukan
diri terhadapbudayailur, -.nyesuaikan diri denganlingkungansekitarnyadan
karena
diri,
membuka
mau
mereka
perkawinancampur(Juningsih,2014:319) Kebanyakan
terputus
asal
daerah
iiduk bunyukmemiliki penJukung,tidak memiliki teman,ikatandengan
teman
dan merasatidak dapathidup r.nliri di luar komunitasaslinya.Mereka memerlukan
kemudian
agar eksis dan dapat -..nbangrrn masa depannya(Bahrin, 1970: 5)' Mereka
merekayang
dari
terdiri
bertransformasimenjadi JawaMelayu. Kelompok JawaMelayu ini
pernahbekerjasebagaiburuhdi kebunkaret.Kebanyakandari merekatinggaldi sekitarkebun
Kampong
taret sepertikampJng Culik, Gopeng,Kinta, di Perak(Bakar, 197611977:52-53)
Parit
lapis,
Parit
Parit
Sulong,
Jawadi Teluk pulai, S-elangoi(Tamrin, 1984:106)Parit Jawa,
Tegak,ParitGantongdanParitPulaidi Johor(Jahis,2001:125-126).
Kelompok etnis JawaMelayu menjalanihidup dengandua budayayakni budayaJawa
kegiatan
dan budayaMelayu. Dalam berbagaikesempatansepertimisalnya dalamberbagai
simbol-simbol
menggunakan
yang diselenggurukunoleh etnis Melayu, etnis Jawi Melayu
etnis
iuf.fuyu. Sementaraitu, dalam berbagai acarayang diselenggarakanoleh etnis Jawa,
Jawadalam
JawaMelayu menggunakansimbol-ti*Uot Jawa.Bagaimanaperanperempuan
dan
menikah
berstatus
Melayu
kelompok Lttlr fu#u yang tidak fanatik? PerempuanJawa
ifu,
perannya
lajang berperan sebagai-agen transformasi sosial. Dalam menjalankan
perempuanmengadaptisibuiaya Melayu,mengenalkandanmempraktekkanbudayaMelayu
keluarga
ialam^keluarga. Meieka juga mempelopori, memberi tauladan dan memonitor
simbol-simbolMelayu(Juningsih,2014 310-311) Selainitu, merekajuga
dalampenggunaun
masih mencari nafkah dan mengurusrumah. Etnis Jawa Melayu meskipun mengadaptasi
Jawa
budayaMelayu, namuntetapmemeliharabudayaJawa.Dalam konteksini' perempuan
sampai
Melayu berperan sebagai pemelihara dan pewaris budaya Jawa' Paling tidak
menjadiJawaMelalu.
abadke-20,etnii Jawatersebutbertransformasi
pertengahan
Apa saja budaya Melayu yang diadaptasiperempuanJawa Melayu dalam kaitannya
ke-20,
dengantransformasisosial?Teiah disebuti