Lekra dalam perkembangan Politik di Indonesia 1950 1965

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEKRA DALAM PERKEMBANGAN POLITIK
DI INDONESIA 1950-1965

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
THERESIA JABUT
NIM : 121314004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1.

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2.

Kedua orang tua saya tercinta, Ayahanda Silvester Nyandang dan Ibunda
Yasinta Inta yang menjadi kekuatan bagi saya.


3.

Adik saya terkasih, Teodorus Mambang yang telah menjadi penyemangat
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO
Mengenal diri sendiri membuat kita berlutut dengan rendah hati
(Bunda Teresa)
Jika anda jatuh ribuan kali, berdirilah jutaan kali karena anda tidak
tahu seberapa dekat anda dengan kesuksesan.
(Herman Ohoitimur)
Percaya, yakin pada diri sendiri, jangan takut, dan mencurahkan
tenaga serta pikiran melebihi orang lain.
(Theresia Jabut)


v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
LEKRA DALAM PERKEMBANGAN POLITIK
DI INDONESIA 1950-1965
Oleh:
Theresia Jabut
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga
permasalahan pokok yaitu (1) Latar belakang berdirinya Lekra (2) Proses Lekra
dalam mengembangkan kebudayaan (3) Dampak perkembangan Lekra di bidang
politik dan sosial.
Penelitian ini disusun berdasarkan metode penelitian historis faktual

dengan tahapan: pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi
(kritik sumber), interpretasi, dan historiografi (penulisan sejarah). Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan multidimensional yaitu ilmu politik.sosial, dan
budaya dengan model penelitian bersifat deskritif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) berdirinya Lekra merupakan
dampak dari budaya Kolonialisme, Feodalisme, dan Imperialisme di Indonesia.
(2) Lekra mengembangkan kebudayaannya dengan cara menghapus kebudayaan
Barat dan menggantikannya dengan kebudayaan nasional. Lekra menjalin
kerjasama dengan banyak pihak dalam memperjuangkan kemerdekaan, seperti
lembaga-lembaga kebudayaan lainnya dan partai politik. (3) Lekra memberikan
banyak sumbangan bagi pergerakan nasional Indonesia. Ia mengajarkan kepada
masyarakat Indonesia untuk mencintai kebudayaan Indonesia.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
LEKRA IN POLITICAL DEVELOPMENTS
IN INDONESIA 1950-1965

By:
Theresia Jabut
Sanata Dharma University
2017
This study aimed to describe and analyze three main issues, namely (1) The
background of establishing Lekra (2) The process of Lekra development in
culture, and (3) The impact of Lekra development in the political and social fields.
This study was conducted based on factual historical research methods
involving phases: topic selection, heuristics (sources collection), verification
(source criticism), interpretation and historiography (historical writing). The
approach used in this study was multidimensional approach, in terms of politic,
social, and cultur, using descriptive analytical model.
The results of this study showed that (1) the establishment of Lekra was due
to the impact of colonialism, feudalism and imperialism culture in Indonesia. (2)
Lekra developed its culture by removing the Western culture and replacing it with
the national culture. Lekra cooperated with many parties to strive for the
independence, such as other cultural institutions and political parties. (3) Lekra
have given many contributions to the Indonesian nationalist movement. Lekra
taught the Indonesian people to love Indonesian culture.


ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan anugerah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Lekra Dalam Perkembangan Politik di Indonesia 1950-1965”. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas
Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu
Pendidikan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan,
dukungan, dan peran serta pihak-pihak yang telah memberi bantuan langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2.


Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata
Dharna,

3.

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4.

Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah
sabar membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran
serta masukan selama penyusunan skripsi.

5.

Seluruh dosen dan sekretariat program studi Pendidikan Sejarah yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.


x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6.

Seluruh keluarga penulis, khusus kedua orang tua penulis, Ayahanda
Silvester Nyandang, Ibunda Yasinta Inta, dan adik tersayang Teo Dorus
Mambang yang telah banyak memberikan dorongan spiritual dan material
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

7.

Pacar saya, Herman Ohoitimur yang telah memberikan dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8.

Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Sejarah angkatan 2012 yang telah

memberikan dukungan, bantuan, serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi.

9.

Teman-teman Olivie, Epi, Devi, dan Dita yang telah memberikan dukungan
dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Serta semua pihak yang tidak bisa disebut satu per satu yang turut membantu
penulis untuk menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam hasil penelitian laporan ini masih jauh
dari sempurna. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Penulis

Theresia Jabut

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................

iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................


v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................

vii

ABSTRAK ...................................................................................................

viii

ABSTRACT .................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR .................................................................................

x

DAFTAR ISI ................................................................................................

xii

BAB I.

PENDAHULUAN .......................................................................

1

A.

Latar Belakang Masalah ...............................................................

1

B.

Rumusan Masalah ........................................................................

6

C.

Tujuan Penelitian ..........................................................................

7

D.

Manfaat Penulisan ........................................................................

7

E.

Kajian Pustaka ..............................................................................

7

F.

Landasan Teori .............................................................................

15

G.

Metode dan Pendekatan Penelitian ...............................................

22

H.

Sistematika Penulisan ...................................................................

27

BAB II. LATAR BELAKANG BERDIRINYA LEKRA ......................

29

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A.

Revolusi Pasca Kemerdekaan 1945 ...............................................

30

B.

Lahirnya Lembaga Kebudayaan Rakyat........................................

37

BAB III. PROSES LEKRA DALAM MENGEMBANGKAN
KEBUDAYAAN ..........................................................................................

43

A.

Struktur Organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat ......................

43

B.

Lembaga-Lembaga Kreatif Lekra ................................................

56

BAB IV. DAMPAK PERKEMBANGAN LEKRA DI BIDANG POLITIK
DAN SOSIAL ..............................................................................................

66

A.

Bidang Politik ...............................................................................

66

B.

Bidang Sosial ................................................................................

80

BAB V. KESIMPULAN ...........................................................................

87

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

90

LAMPIRAN .................................................................................................

94

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakakang Masalah
Jepang merupakan negara terakhir menjajah Indonesia setelah kekalahannya

terhadap sekutu. Kekalahan Jepang menyebabkan kekosongan kekuasaan di tanah
jajahan yaitu Indonesia. Kekosongan kekuasaan tersebut dimanfaatkan bangsa
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kemerdekaan Indonesia ini mendapatkan respon dari bangsa kolonial karena
sebulan setelah itu tentara Inggris mendarat di Jakarta. Kedatangan tentara Inggris
ini mewakili tentara Sekutu dan memberikan bantuan kepada pemerintah Belanda
untuk menyusun kembali administrasinya di Indonesia.1
Kemerdekaan Indonesia seakan-akan tidak memiliki arti apa-apa dengan
melihat keteguhan negara-negara kolonial yang masih berusaha kembali menjajah,
salah satunya ialah Belanda. Hal ini dibuktikan dengan berbagai cara yang
dilakukan oleh Belanda seperti Agresi Militer pertama, Agresi Militer kedua,
Konferensi Meja Bundar (KMB), membagi wilayah Indonesia menjadi Republik
Indonesia Serikat (RIS), dan masih banyak lagi.
Indonesia tidak seratus persen merdeka sebagai suatu negara yang berdaulat.
Tahun-tahun awal kemerdekaan merupakan masa rentan bagi negara yang baru
saja berdiri. Selain Belanda yang masih berusaha untuk kembali menduduki
Indonesia, pemerintah pula memikul beban berat dalam mengurus rakyatnya
sendiri. Berabad-abad rakyat hidup dalam masa penjajahan memberi dampak
1

Asnawi Murani, dkk, Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia, Bandung, Penerbit Alumni,
1984, hlm. 230.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

buruk pada mental bangsa seperti rasa tertinggal, rasa bodoh, kurang percaya diri
dan sebagainya. Oleh sebab itu, Soekarno dengan gencar menyuarakan kembali
revolusi. Menurut Soekarno, Revolusi Agustus 1945 dianggap gagal karena
Indonesia masih belum mampu keluar dari pengaruh Imperialisme, Kolonialisme,
dan Feodalisme.2
Mental lemah yang terjadi merupakan akibat dari berabad-abad lamanya
dibawah masa penjajahan kolonial. Dalam menyikapi hal tersebut, maka
diperlukan revolusi disegala bidang tidak terkecuali dibidang kebudayaan,
khususnya kesenian. Sebenarnya, dalam bidang kebudayaan para seniman telah
lama memperjuangkan suara rakyat. Seperti yang terjadi pada masa penjajahan
Jepang.

Para

seniman

pelukis

membentuk

sanggar-sanggar

untuk

mengekspresikan realitas kehidupan pada saat itu. Tema seni lukis secara
sosiologis bersumber pada unsur sosial, ekonomi, dan politik yang kondisinya
semakin berat.
Pengembangan paradigma kerakyatan makin menguat seiring dengan
munculnya sanggar-sanggar. Sanggar dengan visi kerakyatan yang paling besar
dan menonjol ialah sanggar Seniman Indonesia Muda (SIM) yang berdiri pada
tahun 1946 dan sanggar Pelukis Rakyat yang berdiri pada tahun 1947. Secara
eksplisit sanggar Pelukis Rakyat mempunyai slogan “seni untuk rakyat” dan
dalam aktivitas keseniannya mendorong kehidupan komunal serta kerja kooperatif
para anggotanya.

2

Dalam Budaya, Yogyakarta, diterbitkan Djawatan Kebudayaan Pusat Departemen P.D.K. Urusan
Kesenian Jogyakarta, 1962, hlm. 90.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

Dalam perkembangannya, seni lukis yang semula berempati pada kehidupan
masyarakat yang menderita berubah menjadi ungkapan para pejuang ideologi
sosialisme untuk menyuarakan rakyat bawah. Pada tahun 1950-an, benih
pandangan ini menggerakkan para seniman membentuk sebuah Lembaga
Kebudayaan Rakyat atau yang lebih dikenal dengan

Lekra. 3 Secara definitif

Lekra berdiri pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan diluncurkannya Mukadimah
Lekra.4 Lembaga ini menjadi wadah aspirasi dari setiap ide kreatif para seniman
dan rakyat kecil. Lekra berkerja khususnya di bidang kebudayaan. Tujuan
dibentuk Lekra adalah untuk mendukungrevolusi dengan cara membangun
kebudayaan nasional.5
Usaha yang dilakukan Lekra di atas merupakan langkah untuk menghapus
kebudayaan kolonial dan menggantikannya dengan kebudayaan asli Indonesia.
Konsepsi Kebudayaan Nasional memberikan kebebasan yang besar kepada setiap
pandangan hidup dan keyakinan seni dengan syarat mendahulukan kepentingan
nasional dan kepentingan rakyat.6 Para seniman diberi kebebasan dalam
mengekspresikan diri melalui karya-karya yang dibuat olehnya.
Bidang kebudayaan memiliki peran penting dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia melalui berbagai karya seni yang dihasilkan. Karya-karya
seni tersebut menceritakan kesengsaraan masyarakat pada masa itu. Karya seni
haruslah sejalan dengan semangat revolusi. Para seniman penyendiri dan sibuk
3

M. Agus Burhan, Seni Lukis Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra, Surakarta, UNS PRESS,
2013, hlm. 4-5.
4
Ibid, hlm.15.
5
Tempo, Lekra dan Geger 65, Cetakan Pertama, Jakarta, Kepustakaan Gramedia, Januari 2014,
hlm. Xvi.
6
Rhoma Dwi Aria Yuliantri, Lekra Tak Membakar Buku, Yogyakarta, Mekarasumba, 2008, hlm.
22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

memikirkan imajinasi personal serta tidak perduli pada politik dianggap sebagai
musuh revolusi.7 Oleh karena itu, seni memiliki peran besar dalam usaha
mendukung jalannya revolusi. Ini berarti bahwa revolusi tidak hanya menjadi
tanggungan pemerintah tetapi juga tanggung jawab para pekerja seni.
Lembaga Kebudayaan Rakyat berusaha berjuang untuk menghancurkan
sisa-sisa imperialisme, feodalisme, dan budaya Barat yang masih ada di
Indonesia. Kebudayaan Barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
diusahakan untuk dihapusdan digantikan dengan kebudayaan asli Indonesia. Hal
yang terpenting bagi Lekra ialah menghidupkan kembali kebudayaan-kebudayaan
asli dari berbagai daerah. Oleh sebab itu, karya-karya dari para seniman Lekra
lebih banyak bertemakan semangat revolusi untuk melakukan perubahan dalam
bidang kebudayaan dengan mengusung kesenian dari berbagai daerah.
Lekra mempunyai program yang biasa dikenal dengan turun ke bawah
(turba) bersama dengan buruh dan tani. Dalam menjalankan program ini, Lekra
menjalin relasi dengan banyak kalangan dan lembaga-lembaga lainnya. Salah satu
contohnya ialah di bidang seni rupa.Dalam usaha untuk mempererat kehadiran
karya seni di tengah massa, para pelukis mempertunjukkan karya-karyanya pada
kaum buruh, tani, pemuda, dan wanita berkerja samadengan SOBSI, BTI, Pemuda
Rakyat, dan Gerwani.8
Pemikiran dasar Lekra ialah memerdekakan kehidupan rakyat dalam bidang
kebudayaan. Hal ini lebih menekankan pada terpenuhi hak-hak rakyat, seperti hak
atas kehidupan yang layak, hak atas pendidikan, dan hak kebebasan berekpresi.
7
8

Tempo, op.cit., hlm. xi.
Rhoma Dwi Aria Yulianti, op.cit.,hlm.44.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

Hak-hak ini tidak pernah diperoleh pada masa kolonial. Pada masa penjajahan,
kehidupan rakyat merasa tertekan karena dipaksa untuk berkerja dengan upah
yang kecil. Kemerdekaan yang diusung Lekra ialah memperjuangkan kehidupan
rakyat secara layak melalui seni dan kebudayaan-kebudayaan nasional.
Lembaga Kebudayaan Rakyat merupakan laskar kebudayaan yang
memagari moralitas keluarga dan anak-anak Indonesia dengan intensif dari
amukan bacaan-bacaan cabul, komik bandit-banditan, film-film Hollywood yang
mempertontonkan kevulgaran, dan musik ngak-ngik-ngok.9 Menurut Lekra,
budaya ini tidaklah sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang
berkebudayaan timur. Oleh sebab itu, kebudayaan yang diusung oleh Lekra
haruslah sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang telah mulai tergusur oleh
kebudayaan asing. Kebudayaan asing akan diambil dan diterima dengan sikap
yang lebih kristis serta disaring atas kepentingan praktis dari Rakyat Indonesia
sendiri.
Tidak hanya Lekra, lembaga kebudayaan lainnya ialah Manifes Kebudayaan
yang didirikan oleh para penyair dan pengarang pada tanggal 17 Agustus 1963.
Dalam perkembangannya, kedua lembaga kebudayaan ini terlibat dalam berbagai
perselisihan. Perselisihan ini merupakan dampak dari kondisi pergolakan politik
di Indonesia pada masa itu.
Pada masa itu, seni dan politik selalu beriringan serta saling melengkapi
satu sama lain. Seni menjadi pendukung jalan politik dan begitu pula sebaliknya.
Seiring perkembangannya, Lekra menjadi sangat dekat dengan salah satu partai

9

Ibid.., hlm.486.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

besar saat itu yaitu PKI (Partai Komunis Indonesia). Kedekatan ini dikarenakan
sebagian dari para pendiri Lekra merupakan petinggi-petinggi PKI, seperti Njoto
dan D.N. Aidit.Selain itu, banyaknya kesamaan prinsip dan paham membuat
keduanya saling membutuhkan. Lembaga kebudayaan ini memiliki banyak
anggota dengan berbagai kegiatan merakyat sehingga mendapat simpati dari
rakyat-rakyat kecil. Kedekatan antara Lekra dan PKI akhirnya memberi dampak
buruk bagi Lekra, terlebih pasca meletusnya Peristiwa 65.
Seiring dengan tumbangnya ideologi Komunis di Indonesia dan bergantinya
penguasa politik, akhirnya Lekra dibubarkan berdasarkan Tap MPRS Nomor
XXV/MPRS/ tahun 1966 tentang pelaranggan Komunisme, Leninisme, dan
pembubaran organisasi PKI beserta organisasi massanya.10 Para seniman Lekra
kemudian ikut diburu dan ditangkap oleh pemerintah pada masa itu dan Lekra
dinyatakan sebagai lembaga terlarang.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yang hendak diteliti dalam skripsi berjudul Lekra dalam Perkembangan Politik di
Indonesia 1950-1965 ini. Rumusan permasalahan tersebut sebagai berikut:
1.

Apakah latar belakang berdirinya Lekra ?

2.

Bagaimana proses Lekra dalam mengembangkan kebudayaan ?

3.

Apa dampak perkembangan Lekra di bidang politik dan sosial ?

10

Tempo,op.cit., hlm.71.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

C.

Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan dari skripsi ini yang ingin dicapai antara lain adalah:

1.

Untuk menjelaskan latar belakang berdirinya Lekra.

2.

Untuk mendeskripsikan proses Lekra dalam mengembangkan kebudayaan.

3.

Untuk menjelaskan dampak perkembangan Lekra di bidang politik dan
sosial.

D.

Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan dapat
menambah ilmu, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam memahami
sumbangan Lembaga Kebudayaan Rakyat untuk Bangsa Indonesia. Penelitian
skripsi ini juga memberi pengalaman tersendiri bagi penulis. Skripsi ini pun dapat
digunakan sebagai kajian lebih lanjut bagi institusi atau lembaga terkait,
mahasiswa, dan pihak lain yang membutuhkan.
E.

Kajian Pustaka
Sebelum masuk pada pembahasan mengenai permasalahan tersebut di atas,

maka penulis berusaha mencari sumber-sumber yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan tersebut di atas. Sumber-sumber sejarah yang digunakan dalam
menyusun skripsi ini antara lain buku karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan
Muhidin M Dahlan berjudul Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar
Kebudayaan Harian rakyat 1950-1965 diterbitkan oleh Merakesumba pada tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

2008. Buku ini memberikan gambaran tentang perjuangan Lekra dalam
membangkitkan kembali kebudayaan-kebudayaan daerah dan semangat revolusi
dalam melenyapkan kebudayaan kolonialis dan imperialis. Menurut Rhoma Dwi
Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan, Lembaga Kebudayaan Rakyat menjadikan
dirinya sebagai generator bangkitnya kebudayaan rakyat sekaligus memfasilitasi
tumbuh-kembangnya organisasi-organisasi kebudayaan yang sudah hidup dalam
masyarakat.11 Gerakan kebudayaan ini menjadi salah satu aksi nyata dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari amukan budaya luar yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa.
Buku lainnya adalah buku yang diterbitkan oleh Lentera Dipantara pada
tahun 2003, berjudul Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia karya Pramoedya
Ananta Toer. Buku ini membahas paham realisme-sosialis yang disebut-sebut
sebagai ideologi dari Lembaga Kebudayaan Rakyat dalam menjalankan programprogram kebudayaannya. Menurut Pramoedya Ananta Toer, realisme merupakan
istilah dalam kesenian dan kesusasteraan yang berbeda dari istilah yang dikenal
oleh dunia Barat selama ini.
Lekra menggunakan paham realisme-sosialis hanyalah sebagai penamaan
satu metode di bidang sastra dan hubungan filsafat dalam metode penggarapan
dengan estetiknya sendiri. Istilah Realisme-sosialis mencakup persoalan taktik
dan strategi mengembangkan sastra seperti dalam mengemukakan plot, gaya

11

Rhoma Dwi Aria Yulianti, op.cit., hlm. 337.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

bahasa, perbendaharaan kata, pilihan kata, metode penyampaian, kontras, dan
sebagainya yang sifatnya sama sekali telah akademik.12
Paham realisme sosialis juga diceritakan pada buku Laporan Dari Bawah:
Sehimpunan Cerita Pendek Lekra: Harian Rakyat 1950-1965, karya Muhidin M

Dahlan dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri yang diterbitkan oleh Merakesumba. Buku
ini merupakan kumpulan cerpen yang ditulis oleh para seniman Lekra dalam
koran Harian Rakyat pada tahun 1961, menghimpun 97 cerpen dari 111 penyair
Lekra dalam menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu. Tulisan para
eksponen Lekra merupakan contoh gaya realisme sosialis yang ditemukan, di
dalam dan dipraktikkan di lapangan kesustraan Indonesia.13
Buku berikutnya berjudul Tuan Tanah Kawin Muda: Hubungan Seni RupaLekra 1950-1965, karya Antariksa yang diterbitkan oleh Yayasan Seni Cerneti

pada tahun 2005. Buku ini menceritakan hubungan sosial politik Lekra dengan
seni rupa. Antariksa memaparkan kemunculan sanggar-sanggar kesenian pada era
1950-1960an yang termotivasi akan kesadaran rakyat tentang kebudayaan asli
Indonesia pada saat itu. Keprihatinan Lekra terhadap budaya Barat yang
berkembang dan merusak citra serta budaya asli. Lekra berkerja dengan
menggarap ladang-ladang kebudayaan yang berasal dari kehidupan rakyat seharihari. Kehidupan rakyat yang diekspresikan oleh para seniman Lekra tidak lepas
dari seni rupa, tari, drama, lundruk, puisi dan sebagainya.

12

Pramoedya Ananta Toer, Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia , Jakarta, Lentera Dipantara,
2003, hlm. 18-22.
13
Realisme sosialis merupakan realisme yang didasarkan pada tujuan sosialisme. Watak realisme
adalah militansi sebagai ciri yang tidak kenal kompromi terhadap lawan. Realisme sosialisme
terbuka akan hal yang baru namun dengan sikap yang progresif dan revolusioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

Dalam mengembangkan lembaga kebudayaannya, Lekra mengadakan
Kongres I di Solo pada tahun 1959 yang diceritakan pada buku Laporan
Kebudayaan Rakyat. Buku yangditerbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat

pada tahun 1959 ini, berisi tentang hasil kongres nasional ke-I yang dilaksanakan
di Solo pada tanggal 22-28 Januari 1959. Kongres ini merupakan kongres
terpenting bagi Lekra karena membahas langkah-langkah Lekra ke depannya.
Segala hal yang berkaitan dengan Lekra disusun dan diperbaharui kembali
sehingga dapat menjadi suatu pegangan dalam melaksanakan program-program
kerja. Kongresini juga dihadari oleh para undangan dari luar negeri.
Kongres I ini, selain membahas langkah-langkah Lekra ke depan, juga
membicarakan sumbangan Lekra pada jalannya revolusi. Revolusi Agustus selain
memberi kebebasan politik bagi Indonesia dari penjajahan dan feodalisme juga
memberikan dasar baru bagi perkembangan kebudayaan. Menurut Lekra,
Revolusi Agustus telah membebaskan kesenian dan ilmu dari belenggu yang
mengikat selama penjajahan Belanda dan pendudukan tentara Jepang.14
Gerakan kebudayaan juga diceritakan dalam buku yang berjudul Seni Lukis
Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra , karya M. Agus Burhan yang diterbitkan

oleh UNS PRESS pada tahun 2013, menggambarkan keberadaan seni lukis yang
menyuarakan penderitaan kehidupan rakyat. Melalui buku ini, M. Agus Burhan
mencoba membahas pengaruh paradigma kerakyatan dalam perkembangan seni
lukis, yang telah muncul pada masa kolonial Belanda. Situasi sosial ekonomi yang
merosot pada masa itu ikut memberikan dorongan bagi timbulnya pemikiran
14

Kongres Nasional Umum Pertama Lembaga Kebudayaan Rakyat, Penerbit Lembaga
Kebudayaan Rakyat, 1959, hlm. 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

humanis liberal di kalangan elite pelajar di Hindia Belanda. Berawal dari
pemikiran inilah lahir pergerakan nasional. Kesadaran nasional yang tumbuh pada
saat ini juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang para seniman.
Pemikiran humanis liberal menggugah para seniman dalam mentransformasikan
ide dan tema-tema karyanya yang berpihak pada kehidupan rakyat.15
Pada masa pendudukan tentara Jepang, kesenian dijadikan sebagaialat
politik untuk menghadapi superioritas Barat. Pada saat itu, Jepang berusaha
mendapatkan simpati yang besar dari masyarakat Indonesia untuk memperkuat
kedudukannya.16 Hal serupa juga terjadi pada periode 1950-1965, dimana
kebudayaan terjebak dalam persaingan politik para elit penguasa. Sanggar-sanggar
seni kala itu terpecah menjadi partisan politik dan berhaluan bebas.17 Kebudayaan
tidak lagi murni dalam bidangnya namun terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran
politik kaum elite.
Intervensi para elite penguasa terhadap kebudayaan juga diceritakan Tod
Jones dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia:
Kebijakan Budaya Selama Abad ke-20 Hingga Era Reformasi, yang diterbitkan

Yayasan Pustaka Obor Indonesia pada tahun 2015. Buku ini merupakan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tod Jones terhadap hubungan kebudayaan dan
kekuasaan di Indonesia. Menurut Tod, praktik kebudayaan dan cara hidup
komunitas dibentuk dalam negosiasi dengan kekuasaan negara dan politik lokal.
Hal inilah yang menyebabkan perkembangan suatu kebudayaan dapat

15

M. Agus Burhan, Seni Lukis Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra , Surakarta, UNS PRESS,
2013, hlm. 2-3.
16
Ibid., hlm. 18.
17
Ibid., hlm. 28.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

memperkuat

kedudukan

politik

dan

pada

kesempatan

lain

bisa

pula

menumbangkan kekuasaan politik tersebut.
Kebijakan-kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap perkembangan
berbagai sektor kehidupan, termasuk di dalamnya kebudayaan nasional. Hal ini
dapat dilihat dari intervensi negara seperti penyensoran dan ulasan-ulasan politik
terhadap berbagai bentuk kebudayaan.18 Seiring meningkatnya sumber daya yang
dikendalikan negara, versi budaya nasional yang demikian itulah yang menyebar
di seluruh Indonesia. Setiap warga negara harus menyesuaikan diri dengan budaya
Indonesia versi negara.
Keterkaitan antara kebudayaan dan kekuasaan juga dijelaskan pula oleh
Taufiq Ismail dan D. S Moeljanto dalam buku yang berjudul Prahara
Budaya:Kilas-Balik Ofensif Lekra/PKI DDK (Kumpulan Dokumen Pergolakan
Sejarah), yang diterbitkan oleh Mizan pada tahun 1995. Buku ini menggambarkan

peristiwa-peristiwa politik yang dipahami sebagai panglima kehidupan pada masa
Orde Lama. Pada waktu itu pengaruh politik sangat kuat, sehingga eksistensinya
tidak dapat dielakkan. Lembaga-lembaga kebudayaan pun menjadi sarat
bermuatan politik dan ajang pertarungan politik. Pendekatan kebudayaan menjadi
sarana ampuh untuk mencapai tujuan-tujuan politik.19 Seperti yang terjadi pada
Lekra dibawah pengaruh PKI. Menurut Taufiq Ismail dan D.S Moeljanto, revolusi
sosial dipimpin oleh politik yang di dalamnya terdapat gerakan kebudayaan,

18

Tod jones, Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia: Kebijakan Budaya Selama Abad ke-20
Hingga Reformasi, Yayasan Pusat Obor Indonesia, 2015. hlm. 5.
19
Taufiq Ismail dan D. S Moeljanto, Prahara Budaya:Kilas-Balik Ofensif Lekra/PKI DDK
(Kumpulan Dokumen Pergolakan Sejarah), Mizan, 1995. hlm. 9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

gerakan pendidikan, gerakan kesenian, dan gerakan kesusasteraan yang
revolusioner.
Kuatnya pengaruh politik saat itu berimbas pada kehidupan kebudayaan,
salah satunya Lekra. Lembaga kebudayaan ini juga ikut terseret didalamnya. PKI
sebagai partai besar memiliki satu organisasi kecil didalamnya untuk
mendapatkan pengaruh dari rakyat kecil, yaitu Lekra. Disamping Lekra, PKI juga
memiliki dua koran yaitu Harian Rakyat dan Bintang Timur untuk menyebarkan
pengaruhnya. Pada saat itu pengaruh PKI bersama Lekra cukup besar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaanya semakin terdukung oleh
konsep Bung Karno tentang Nasakom dan Manifesto Politik.
Kedekatan antara Lekra dan PKI juga dijelaskan oleh Ajib Rosidi dalam
buku yang berjudul Lekra Bagian dari PKI, yang diterbitkan PT Dunia Pustaka
Jaya pada tahun 2015. Ajib Rosidi memberi gambaran tentang hubungan antara
Lekra dan PKI. Hubungan ini semakin diperkuatoleh jargon Njoto (petinggi PKI)
yang menyerukan “politik sebagai panglima”,yang kemudian dijadikan pedoman
oleh Lekra. Ia juga mengemukakan Lekra merupakan organisasi kecil bagian dari
PKI. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap Lekra yang selalu berdasarkan garis
politik dan kesetiaan akan mematuhi semua kebijakan politik pimpinan partai.
Pustaka yang tidak kalah berharga lainnya adalah Seri Tempo: Lekra dan
Geger 1965, yang dicetak oleh PT Gramedia pada tahun 2014 yang menjelaskan

pembentukan Lekra oleh sejumlah seniman dan politikus melalui konsep seni
untuk rakyat. Hubungan Lekra dengan Partai Komunis Indonesia sangat erat,
sehingga menyeret lembaga kebudayaan ini ke dalam pusaran konflik politik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

Kedekatan diantara kedua lembaga semakin jelas terlihat dari eratnya hubungan
antara Njoto dan seniman-seniman muda Lekra, salah satunya Amrus Natalsya.20
Meskipun kedua lembaga ini cukup dekat namun tidak ada bukti menunjukkan
secara tegas bahwa Lekra adalah bagian dari PKI.
Pustaka lain berupa skripsi, berjudul Lekra vs Manikebu: Perdebatan
Kebudayaan Indonesia 1950-1965, karya Alexander Supartono yang diterbitkan

Wacana Sosialis pada 2000. Skripsi ini menceritakan sejarah Indonesia pada
periode 1950-1965 dengan fokus perseteruan politik yang merambat pada ranah
kebudayaan penuh kontroversi. Alexander Supartono menjelaskan, perdebatan
antara kelompok pro Manifes Kebudayaan dan kelompok pro Lekra tidak bisa
dikatakan sebagai perdebatan kebudayaan. Hal ini dikarenakan terdapat
kepentingan-kepentingan politik kelompok dalam mempertahankan eksistensi
masing-masing.
Sumber berikutnya yang dapat menjadi bukti tentang kepentingankepentingan kelompok ialah pada terbitan Tempo, edisi 22 September 2013
berjudul Trubus, Dimanakah Anda? . Majalah ini menceritakan seorang seniman
kesayangan Presiden Soekarno yang hingga kini tidak diketahui nasibnya pasca
tragedi 65. Trubus Sudarsono dikenal sebagai pelukis andal dan tokoh Lekra yang
aktif dalam dunia politik sebagai anggota DPRD Yogyakarta mewakili Partai
Komunis Indonesia.21 Tema yang sering diusungnya ialah buruh dan petani,
meskipun hampir semua lukisan serta patung Trubus mengangkat tema

20
21

Ibid, hlm.18.
Tempo, edisi 22 September 2013, hlm. 60.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

perempuan. Soekarno sendiri tidak jarang memesan patung-patung wanita pada
Trubus, salah satunya ialah patung yang dipanggil si Denok.
Kedekatan trubus dengan PKI dan Presiden Soekarno membuat dirinya
menjadi salah satu seniman yang masuk dalam daftar orang yang paling dicari
pasca tragedi 65. Trubus berhasil ditangkap di Lereng Gunung Merapi dan setelah
itu nasibnya tidak lagi diketahui. Ia dikabarkan meninggal pada tahun 1966
lantaran dibunuh sebagai dampak politik G-30-S.22
F.

Landasan Teori
Sebelum masuk pada pokok pembahasan, penulis perlu menguraikan

beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni mengenai konsep
kebudayaan, rakyat, dan politik pada kurun waktu 1950-1965. Hal ini bertujuan
untuk memperjelas arti dari beberapa kata penting yang sering digunakan dalam
pembahasan sehingga ada kesamaan pandangan.
Setiap kebudayaan memiliki karakteristiknya masing-masing. Menurut
Koentjaraningrat, kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta buddayah
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal. Kebudayaan
merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.23
Keseluruhan dari kegiatan dan hasil tindakan yang diperoleh dengan terus belajar
dan tersusun dalam kehidupan masyarakat.
J.W.M. Bakker juga menjelaskan pengertian kebudayaan yang merupakan
proses mencipta, menertibkan, dan mengolah nilai-nilai insani oleh manusia.
22
23

Ibid.,hlm. 68.
Hery Santosa; dalam makalah:Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta, 2000, hlm. 10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

Aktivitas ataupun hasil ini dari proses dapat dibentuk dan dibentuk kembali.24
Sedangkan M. Hatta mendefinisikan kebudayaan sebagai hasil karya suatu bangsa
yang bermulti-corak termasuk didalamnya agama, bahasa, karya seni, dan lainlain. Ia melihat bahwa agama, bahasa, seni, arsitektur, dan pranata sebagai budaya
untuk mencapai kehidupan lebih baik.25
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi kehidupan manusia,
salah satunya ialah dalam hal menghadapi kekuatan alam. Pada masyarakat,
kebudayaan dapat menumbuhkan ide kreativitas seperti teknologi untuk
melindungi diri.26 Dalam menumbuhkan ide, tidak jarang suatu masyarakat
mengadopsi kebudayaan lain dikarenakan keadaan yang terjadi di lingkungan
sekitarnya dengan adanya kontak antar kelompok. Suatu kelompok sosial akan
mengadopsi suatu kebudayaan tertentu apabila kebudayaan tersebut berguna
untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan hidupnya.
Unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki suku-suku di Indonesia berbeda
antara satu dengan lainnya. Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang
berkaitan erat antara yang satu dengan lainnya sehingga tercipta tata prilaku
manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai suatu kesatuan. Unsurunsur kebudayaan dapat dilihat dari sistem norma yang memungkinkan kerja
sama antara para anggota masyarakat dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
Unsur-unsur kebudayaan juga mencakup organisasi ekonomi, alat-alat dan
lembaga pendidikan, keluarga, kekuasaan politik dan sebagainya.27

24

Fransiskus Simon, Kebudayaan dan Waktu Senggang, Yogyakarta, Jalasutra, 2008, hlm. 10.
Ibid., hlm. 11.
26
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakata, Kencana, 2006, hlm. 34-42.
27
Ibid., hlm. 35.
25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang
berbeda namun mempunyai sifat atau ciri budaya yang sama. Sifat tersebut bukan
diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Sifat-sifat budaya
terkandung ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa
membedakan faktor ras, lingkungan alam, ataupun pendidikan tetapi bersifat
hakiki dan berlaku umum bagi semua budaya. Budaya itu terwujudkan dari
perilaku masyarakat dan telah lebih dulu ada sebelum lahirnya suatu generasi
tertentu serta tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.28
Beberapa jenis kebudayaan antara lain kebudayaan lokal dan kebudayaan
nasional.Kebudayaan lokal ialah suatu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
masyakat pedesaan secara tradisional dan dilakukan oleh sekelompok masyarakat
tertentu.29 Pada umumnya, kebudayaan terkandung nilai-nilai kehidupan antara
lain taqwa, harga diri, harmoni, tertib, tolong-menolong, musyawarah-mufakat,
kreativifitas, kerja keras, rukun, kebersamaan, hormat dan sebagainya. Nilai-nilai
ini menjadi pedoman dalam hidup bermasyarakat. Setiap masyarakat harus tetap
menaati budaya yang memang telah mendarah daging sebagai salah satu
pengendalian pergaulan hidup sehari-hari.
Menurut Dr. M. Junus Melalatoa, bahasa daerah menjadi salah satu hal
penting yang menandai kemajemukan masyarakat Indonesia. Kebudayaan
berkaitan erat dengan bahasa sebagai sistem lambang dan sistem makna yang
disepakati oleh kelompok penutur bahasa tersebut untuk berkomunikasi, bekerja

28

M. Suprihadi Sastrosupono, Menghampiri Kebudayaan, Bandung, Penerbit Alumi, 1982, hlm.
53-55.
29
Ibid., hlm. 29-30.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

sama, dan mengidentifikasi diri. Bahasa berfungsi sebagai pengembang
kebudayaan dan penerus kebudayaan.30
Menurut Sartono Kartodirdjo, kebudayaan nasional adalah suatu totalitas
dari proses dan hasil segala aktivitas bangsa Indonesia dalam bidang estetis, moral
dan ideasional. Hasil dari setiap kegiatan yang dilakukan bangsa Indonesia
dengan keberagamannya ini, melalui Pancasila dengan fungsi teleologis akan
memberikan payung ideologis bagi berbagai unsur dalam masyarakat Indonesia.31
UUD 1945: P-4 GBHN menjelaskankebudayaan bangsa merupakan hasil
dari buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya termasuk kebudayaan lama
dan kebudayaan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerahdaerah di seluruh Indonesia.32Bangsa Indonesia berusaha mengembangkan
kebudayaannya dengan terbuka terhadap kebudayaan asing demi memperkaya
kebudayaan bangsa. Namun hal ini harus tetap disesuaikan dengan kepribadian
bangsa.
Kebudayaan nasional merupakan suatu budaya yang dihidupi oleh suatu
bangsa dan terlepas dari kebudayaan suku. Setiap kebudayaan terwujud dan
berkembang dalam kondisi tertentu. Kebudayaan nasional pada hakikatnya
berkaitan dengan eksistensi bangsa. Pada negara Indonesia, terdapat masyarakat
majemuk (heterogen) yang menjadi modal dasar serta tumpuan budaya bersama.
Kebudayaan nasional berfungsi dalam menjaga kelestarian eksistesi bangsa
dengan menumbuhkan identitas, mendorong integrasi nasional, dan memberikan

30

M. Junus Melalatoa, Sistem Budaya Indonesia, Jakarta, PT. Pamator, 1997, hlm. 251.
Sartono Kartodirdjo, Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif Sejarah, Yogyakarta, Gajah
Mada University Press,1987, hlm. 32-33.
32
UUD 1945: P-4 GBHN Kewaspadaan Nasional, hlm. 343.
31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

dinamika kehidupan bangsa. Oleh karena itu, kebudayaan nasional memiliki
peranan penting dalam menentukan kebijakan untuk pembangunan bangsa
termasuk pelaksanaannya.
Perkembangan kebudayaan nasional nampak pada bahasa nasional (bahasa
Indonesia), lagu-lagu nasional, melalui karya-karya seni lainnya, dan Pancasila.
Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai filsafat namun juga dapat dikatakan
sebagai salah satu hasil kebudayaan nasional. Indonesia merupakan satu-satunya
negara yang menganut paham Pancasila yang tidak terdapat di negara lain.
Pancasila merupakan hasil penghayatan dari nilai-nilai kehidupan bangsa.
Rumusannya mencerminkan pemikiran-pemikiran maju yang tidak semuanya
terdapat dalam kebudayaan suku, salah satunya ialah demokrasi.
Dalam proses mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia, rakyat
memiliki peran yang besar dalam menciptakan kebudayaan. Rakyat menjadi
bagian dari suatu negara atau pemerintahan dan unsur penting dari kebudayaan.
Rakyat terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ideologi, tinggal di daerah
atau pemerintahan, dan mempunyai hak, dan kewajiban yang sama, yaitu untuk
membela negara.33
Indonesia terdiri dari keanekaragaman suku dan kekayaan budaya yang
telah ada sejak lama. Kebudayaan nasional dapat diambil dari budaya daerah yang
berceritakan kehidupan masyarakat setempat. Kebudayaan tersebut dapat
ditampilkan di festival-festival dalam negeri maupun luar negeri oleh anak muda
Indonesia dengan tema kehidupan rakyat. Kebudayaan bertemakan kerakyatan

33

https://id.wikipedia.org/wiki/Rakyat diunduh pada tanggal 14 Februari 2017 pukul 07.04.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

tidak melihat soal daerah dan diperoleh dari suku mana yang ditampilkan, namun
yang terpenting merupakan hasil karya putra putri Indonesia. 34 Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan, kebudayaan merupakan hasil tindakan masyarakat yang
dijadikan kebiasaan dan terus dihidupi dari generasi ke generasi.
Menurut Ali Moertopo, kebudayaan dapat menjadi suatu strategi dalam
kehidupan politik, ekonomi, sosial, hubungan regional, hubungan internasional,
pertahanan dan keamanan.35 Kebudayaan nasional dipandang sebagai suatu
kekuatan untuk mencapai dan mewujudkan tujuan-tujuan nasional. Dilihat hal ini,
tidak mengherankan apabila kebudayaan sering dijadikan alasan bagi tercapainya
tujuan-tujuan tertentu, salah satunya ialah tujuan politik.
Dalam kebudayaan, politik ikut mewarnai perkembangan suatu masyarakat.
Menurut Dr. M. Junus Melalatoa, politik ialah usaha untuk mencapai dan
mewujudkan cita-cita atau ideologi. Kekuatan politik sangat mempengaruhi setiap
bidang kehidupan. Politik mempengaruhi perkembangan pikiran, ideologi, nilainilai, struktural sosial dan ekonomi serta budaya. Pelaku-pelaku politik banyak
melibatkan partai politik, angkatan bersenjata, pemuda, mahasiswa, kaum
intelektual dan golongan penguasa.36 Melihat arti penting dari bidang kebudayaan,
tidak jarang elite penguasa ataupun kelompok memanfaatkan hal tersebut untuk
mencapai tujuan tertentu.

34

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama, 1974, hlm. 119.
35
Ali Moertopo, Strategi Kebudayaan, Jakarta, Center For Strategic And Internasional Studies,
hlm. 4-5.
36
Soelistyati Ismail Gani, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984, hlm. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

Menurut Aristoteles, manusia selalu berusaha untuk menentukan posisinya
dalam suatu masyarakat.37 Mereka berusaha meraih kesejahteraan pribadinya
melalui sumber yang tersedia. Tindakan-tindakan yang diterapkan berupaya untuk
mempengaruhi orang lain agar menerima pandangannya. Dalam dunia politik,
untuk mencapai kedudukan tidak jarang seseorang atau kelompok menjatuhkan
lawan politiknya.
Menurut Maswadi Rauf, ciri pertama dari kekuasaan politik adalah
subjeknya mencakup masyarakat secara menyeluruh. Kekuasaan politik
mencakup setiap orang yang menjadi bagian dari suatu bangsa atau yang didalam
wilayah kekuasaan penguasa politik.38 Kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa
berfungsi mencegah warga masyarakat untuk melakukan tindakan yang
merugikan orang lain. Warga masyarakat menjadi taat patuh pada penguasa
disebabkan dengan adanya kepentingan masyarakat itu sendiri. Kepentingannya
antara lain ialah ketenangan dan perlindungan dari penguasa politik.
Dalam dunia politik Indonesia, partai politik ikut mewarnai dari masa
kependudukan kolonial hingga sekarang. Menurut Carlton Clymer Rodee, budaya
politik dalam masyarakat menempatkan pemimpin dalam posisi tertinggi telah
memudahkan para elit untuk menghimpun massa ke dalam partai politik yang
dibentuknya.39 Hal ini sejalan dengan berkembangnya gagasan bahwa rakyat
merupakan faktor yang harus diperhitungkan dan diikutsertakan dalam proses
kegiatan politik. Menurut Goerge B. de Huszar dan Thomasn H. Stevenson, partai

37

Carlton Clymer Rodee, dkk, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta, Rajawali Pers, 1988, hlm. 3.
Maswadi Rauf, Konsensus dan konflik politik, Diktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Tinggi, 2001, hlm.21.
39
Carlton Clymer Rodee, dkk, op.cit., hlm. 593.

38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

politik ialah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan pengawasan terhadap pemerintah bagi pimpinan
partainya. Tugas dari partai politik adalah sebagai penghubung antara rakyat dan
pemerintah.40
Seiring perkembangannya, dunia perpolitikan tidak selalu berjalan mulus.
Setiap partai politik memiliki masing-masing ideologi. Ideologi yang dianut ini,
yang berbeda-beda tidak jarang dapat menjadikan konflik antara partai politik.
Misalnya, PNI (Partai Nasional Indonesia) yang beraliran nasionalis sekuler
terlibat konflik dengan Masjumi karena perbedaan pandangan yang bersumber
dari ideologi masing-masing. Tidak hanya itu, terkadang-kadang antara NU dan
Masjumi mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik, meskipun
keduanya berdasarkan Islam. Ada perbedaan pandangan diantara keduanya.
Masjumi sering diklasifikasikan sebagai modernis sedangkan NU ortodoks,
sehingga membuat hubungan diantara keduanya sering mengalami kesulitan.41
G.

Metodologi Dan PendekatanPenelitian

1.

Metode Penelitian
Secara metodologis, penelitian ini mendasarkan diri pada tahapan penelitian

sejarah secara umum. Menurut Kuntowijoyo42, penelitian sejarah mempunyai lima
tahapan, yakni: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verivikasi
(kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) interpretasi berupa analisis dan sintesis,
dan (5) penulisan atau historiografi.

40

Soelistyati Ismail Gani, op.cit., hlm. 111-113.
Maswadi Rauf, Konsensus dan konflik politik, Diktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Tinggi, 2001, hlm. 117.
42
Kuntowijoyo, PengantarIlmu Sejarah , Yogyakarta, Bentang Budaya, 2001, hlm. 91.

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

a.

Pemilihan Topik
Pemilihan topik merupakan langkah awal dalam penulisan sejarah. Dalam

penelitian ini, penulis telah menentukan topik “Lekra Dalam Perkembangan
Politik di Indonesia 1950-1965”. Topik ini dipilih atas keinginan dari dalam diri
penulis. Syarat terpenting dalam pemilihan topik yaitu adanya kedekatan
intelektual dan kedekatan emosional. Kedekatan intelektual ialah penulis memiliki
kemampuan yang memadai dalam pembahasan akan topik yang dikaji. Sedangkan
kedekatan emosional yaitu rasa ketertarikan penulis terhadap topik yang dipilih
sehingga penelitian sejarah yang dilakukan terasa lebih menyenangkan.
Disini penulis memiliki ketertarikan dalam membahas tentang “Lekra dalam
Perkembangan Politik di Indonesia 1950-1965”. Penulis memilih topik ini
dikarenakan lembaga ini pada zamannya memberikan sumbangan yang cukup
besar bagi kebudayaan-kebudayaan nasional dengan peran para seniman.
Kedekatannya dengan Partai Komunis Indonesia akhirnya menjadikan sebuah
organisasi/lembaga terlarang oleh Orde Baru pasca Peristiwa 1965.
Topik harus memiliki nilai yang perlu dimaknai. Peristiwa-peristiwa penting
dimasa lalu membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat bahkan hingga
saat ini. Topik yang dipilih penulis memiliki nilai sangat mendalam bagi
perkembangan Indonesia pada awal kemerdekaan dalam semangat revolusi.
Dalam bentuk memperjuangkan kemerdekaan diperlukan sikap nasionalisme dan
semangat revolusi. Pengabdian Lekra terhadap negara ialah mengangkat kembali
budaya asli Indonesia dari berbagai daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

b.

Heuristik atau Pengumpulan Sumber
Heuristik

merupakan

langkah

untuk

mencari,

menemukan,

dan

mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian
pustaka, sehingga data-data yang diperoleh berupa laporan-laporan penelitian
tentang Lekra dalam perkembangan politik di Indonesia. Laporan-laporan tersebut
terdapat dalam buku, jurnal-jurnal, artikel, majalah, dokumen, dan internet.
Penelitian pustaka dilakukan pertama-tama untuk mendapatkan informasiinformasi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini. Karena keterbatasan
sumber di perpustakaan Sanata Dharma, maka penulis juga mencari sumbersumber terkait di toko-toko buku, di perpustakaan Kampus Universitas Gajah
Mada, monumen pers Solo dan beberapa tempat foto copyan buku yang
menyediakan sumber buku secara online dipinggir jalan Kampus Universitas
Negeri Yogyakarta.
c.

Verifikasi atau Kritik Sumber
Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan, tahap selanjutnya

adalah kritik sumber. Verifikasi atau kritik sumber merupakan tahap
penelitian/penulisan setelah pengumpulan data. Kritik sumber bertujuan untuk
mengetahui kredibilitas (dapat dipercaya atau tidaknya sebuah sumber) dan
otensitas (asli atau tidaknya) sumber data yang dipakai. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa kritik sumber dalam penelitian/penulisan sejarah merupakan
langkah yang harus dilakukan untuk menghindari adanya kepalsuan suatu sumber

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

atau untuk mengetahui apakah data yang ada dapat dipertanggungjawabkan
keasliannya atau tidak.43
Data-data yang didapatkan harus kembali diperhatikan, dikritik dan disaring
sehingga diperoleh fakta-fakta yang seobjektif mungkin. Kritik tersebut berupa
kritik tentang otensitasnya (kritik ekstern) maupun kredibilitasnya (kritik intern),
dilakukan ketika dan sesudah pengumpulan data berlangsung. Sumber sejarah
yang telah dikritik menjadi data-data sejarah.
d.

Interpretasi
Interpretasi