GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA 1950-1965 STUDI KASUS GERWANI SKRIPSI

  

GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA 1950-1965

STUDI KASUS GERWANI

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

  Program Studi Sejarah

  

Disusun Oleh :

Magdalena Nimat

054314006

  

JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutiban dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya

ilmiah.

  Yogyakarta, 30 September 2009 Penulis

  Magdalena Nimat

  MOTTO

  ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa- Ku menjadi sempurna;…aku bermegah atas kelemahanku, supaya, kuasa Kristus turun me naungi aku.”

  (2 Kor 12: 9)

  

PERSEMBAHAN

Tiada kebahagian yang terindah selain mempersembahkan

Skripsi ini kepada:

  

Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS), orang tua,

kaum kerabat, sahabat dan rekan-rekan seperjuangan.

  

ABSTRAK

GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA

STUDI KASUS GERWANI

(1950-1965)

  Penelitian ini berjudul “Gerakan Perempuan di Indonesia Periode1950-1965

  Studi Kasus Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kembali sejarah pergerakan perempuan sampai pada lahirnya Gerwani. Sebagaimana diketahui, bahwa Gerwani lahir dari rasa tidak puas beberapa orang perempuan yang melihat organisasi perempuan yang ada saat itu tidak berpihak pada perempuan. Pada tahun 1950 ada beraneka ragam organisasi perempuan, baik itu bersifat keagamaan maupun bersifat kedaerahan. Organisasi tersebut dalam prakteknya kurang menyentuh masalah esensial yang dialami oleh kaum perempuan dan hanya berpusat pada masalah pendidikan. Terdorong oleh keadaan tersebut, maka Gerwani lahir dengan misi mengangkat derajat perempuan dan membantu memecahkan masalah kaum perempuan dalam masyarakat. Pada mulanya perjuangan Gerwani dimulai melalui pendidikan dan kursus untuk melatih keterampilan perempuan, sampai pada menyadarkan kaum perempuan untuk sadar politik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka tulisan ini mencoba melihat latar belakang munculnya Gerakan Perempuan hingga pengaruh perjuangan perempuan didalam kehidupan bermasyarakat. Tulisan ini juga melihat pengaruh gerakan Gerwani bagi masyarakat khususnya kaum perempuan baik di perkotaan maupun di pedesaan.

  Penelitian ini merupakan penulisan sejarah deskriptif-analisitis, sehingga dalam penulisannya digunakan teori dan metodologi sejarah. Untuk itu digunakan pendekatan dengan ilmu-ilmu sosial secara multidimensional. Secara khusus, penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dan merupakan hasil dari studi pustaka. Data-data yang digunakan berasal dari sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari beberapa literatur yaitu berupa buku, majalah, dan bahan-bahan tulisan lainnya.

  Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Gerwani membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kaum perempuan dan masyarakat di Indonesia. Sampai saat ini masih dijumpai kaum perempuan terus berjuang untuk kaumnya dan sudah memperoleh kedudukan yang sama dengan laki-laki. Pada masa itu para perempuan yang mulai sadar dengan keadaan yang terkurung, baik karena budaya dan agama, mulai keluar dan membuka diri serta mau diajak berkembang. Namun tidak hanya Gerwani yang ingin menyadarkan kaum perempuan, ada juga organisasi perempuan lain. Hal ini menyebabkan dalam perjalanannya Gerwani mengalami penolakan dan pertentangan dari sesama organisasi perempuan.

  Tahun 1964 Gerwani mencapai puncak kejayaan. Dengan banyaknya kaum perempuan yang mulai sadar politik dan melek huruf. Adanya konflik intern tidak menjadikan organisasi tersebut mengalami kemunduran tetapi konflik semakin membuat Gerwani terjun ke dunia politik. Dalam panggung politik, Gerwani dengan gagah beraninya memperjuangkan kaum perempuan secara menyeluruh.

  

ABSTRACT

  The title of this study is “The Women Movement in Indonesia in 1950-1965 Case Study of Indonesian Women Movement (Gerwani)”. The objective of this research is to go to the back of the history of the women movement till Gerwani appeared. As it has been known, Gerwani appeared from the dissatisfaction of some women recognizing that many women organizations at that time didn‟t concern to the women itself. In 1950, there were many kinds of women organizations in religiosity or locality. Those organizations, in implementing their programs, didn‟t care about the essential problems which were experienced by women and only centered on educational problems. Motivated by the situation, Gerwan i appeared with the aim to make women‟s prestige valuable and to help them overcome women‟s troubles in society. Formerly, women‟s fight was begun through education and courses to train the ability of women, till involve them to the political situation. To reach the aims, the research also tries to review the background of appearance of Gerwani until the influences of women‟s fight in the society. This study also reveals the influences of Gerwani for society, especially for women in the city or rural areas.

  This study is descriptive-analytical in nature. It uses theories and history methodology in writing. For this reason, the study uses approaches of social view multi-dimensionally. In particular way, it uses approaches of the history that is the result of the library study. This work is based on library research, using books, newspapers, magazines and other material relevant to the study.

  The result of the research reveals that Gerwani brought the great influences for women and society in Indonesia. It can be seen nowadays that women always do fighting for themselves and they have acquired the same prestige with men. At that time, women who were aware of the bad situation, whether because of the religion or culture, began to be extrovert. Not only Gerwani who was willing to motivate women, but also other women organizations. This situation made Gerwani refused and experienced in contradiction with others.

  In 1964, Gerwani achieved the success because many women became aware of political situation and they got literacy. Appearing the intern conflicts didn‟t make Gerwani hopeless, but this organization became stronger and brave to take part in politics world. In the politics world, with the brave heart, Gerwani motivated themselves and women to fight in order to get their prestige.

  

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kasih, atas segala berkat dan bimbingan tangan kasih-Nya yang penulis alami selama penulisan dan penyelesaian skripsi yang berjudul GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA 1950-1965 STUDI KASUS GERWANI.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari campur tangan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Segala bantuan yang diterima merupakan rahmat dan anugerah Allah yang memampukan penulis melihat dan mengalami kasih Allah dan semakin dekat dan setia dalam menjalankan panggilan dan perutusan sebagai religius SFS. Pada kesempatan ini, penulis dengan penuh ketulusan hati menghaturkan limpah terimakasih kepada:

  1. Bp. Drs. Hb. Hery Santosa, M.Hum, selaku ketua jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan perhatian dan meluangkan waktu dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberi masukan, memberi inspirasi dan menjadi teman diskusi dengan pemikiran-pemikirannya yang aktual dalam penulisan skripsi ini.

  2. Dosen-dosen pembimbing Akademik, antara lain: Rm. Dr. F.X. Baskara T Wardoyo SJ., Rm. Dr. G. Budi Subanar SJ., Dr. ST. Sunardi., Prof. Dr. PJ.

  Suwarno. S.H., Drs. Ign. Sandiwan Suharso, Drs. H. Purwanto., Drs. Silverio R.L. Aji Sampurno, yang berkenan menjadi pengajar bagi kami dan menularkan ilmunya selama kami menjadi mahasiswa di Sanata Dharma.

  3. Sr. M. Emmanuella SFS, selaku Pimpinan Umum Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS), para dewan dan seluruh anggota kongregasi, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk memperkembangkan pengetahuan, kepribadian, kerohanian, dan keterampilan selama menyelesaikan tugas belajar sebagai tugas perutusan.

  4. Sr Maria SFS, selaku Pimpinan Komunitas Sragen dan para Saudari sekomunitas yang telah banyak memberi dukungan doa dan perhatian, motivasi dan persaudaraan sehingga terbantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  5. Kedua orang tuaku, Mgr. Michael Angkur OFM, kakak, adik, kaum kerabat yang setia mendukung dengan doa, memberi semangat cinta dan perhatian selama menempu studi baik secara material, maupun spiritual.

  6. Karyawan dan karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk kerjasama yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Sahabat-sahabatku, yang telah menemani, menuntun, membimbing, serta menyemangati, terimakasih waktu dan harinya untukku.

  8. Rekan-rekan seangkatanku; Agung, Ana, Anggoro, Bondan, Hafen, yang bersama mengalami jatuh bangun, suka duka selama menjalani tugas belajar, rekan-rekan angkatan, 04, 06, 07, 08, yang berkenan memberikan semangat di dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Rekan-rekan Asrama Pondok Angela, terimakasih untuk persahabatan dan persaudaraan selama ini.

  Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari sempurma karena terbatasnya data-data yang diperoleh. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan penuh keterbukaan, mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan dan penggembangan lebih lanjut.

  Yogyakarta, 30 September 2009 Penulis

  Magdalena Nimat

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................. iv HALAMAN MOTTO ............................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................... vii ABSTRACT ............................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................. ix DAFTAR ISI ........................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xiii DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................

  1 A. Latar Belakang.......................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .................................................................

  6 C. Tujuan Penulisan....................................................................

  7 D. Manfaat Penulisan .................................................................

  7 E. Tinjauan Pustaka ...................................................................

  7 F. Kerangka Berpikir ..................................................................

  10 G. Metode Penelitian ..................................................................

  14 H. Sistematis Penulisan ..............................................................

  16 BAB II : DINAMIKA GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA....

  17 A. Gerakan Awal ......................................................................

  17 B. Zaman Jepang.......................................................................

  23 C. Zaman Pasca Proklamasi ....................................................

  27 D. Gerakan Perempuan Tahun 1946 ........................................

  29 BAB III : GERWANI PELOPOR GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA ....................................................................

  34 A. Pendahuluan.........................................................................

  34 B. Sejarah Lahirnya Gerwani ...................................................

  36 B.1. Istri Sedar.....................................................................

  36 B.2. Latarbelakang Lahirnya Gerwis ...................................

  40 B.2.1. Keanggotaan Gerwis ..............................................

  43 B.2.2. Kegiatan..................................................................

  45 B.3. Lahirnya Gerwani .........................................................

  47

  B.3.1. Tujuan Terbentuknya Gerwani ...............................

  69 C.2. Bidang Sosial................................................................

  87 B. Saran .....................................................................................

  87 A. Kesimpulan ............................................................................

  84 Bab V : Penutup ......................................................................................

  81 E. Peran Dalam Mendorong Perempuan Sadar Politik .............

  78 D.2. Gerwani dengan Golongan Kiri ....................................

  78 D.1. Organisasi Perempuan ...................................................

  77 D. Hubungan Gerwani Dengan Organisasi Lain ......................

  75 C.4.1. Aksi Untuk Irian Barat ..............................................

  73 C.4. Bidang Politik ...............................................................

  70 C.3. Bidang Ekonomi ...........................................................

  65 C.1. Bidang Pendidikan ........................................................

  48 B.3.2. Keanggotaan ...........................................................

  63 C. Kegiatan Gerwani .................................................................

  59 B. Program Perjuangan Gerwani...............................................

  59 A. Situasi Umum Kaum Perempuan .........................................

  57 BAB IV : LAHIR BERGERAK DAN DIBUBARKANNYA GERWANI

  56 C.4. Kongres IV.................................................................

  55 C.3. Kongres III .................................................................

  53 C.2. Kongres II ..................................................................

  53 C.1. Kongres I. ..................................................................

  52 C. Kongres-kongres Gerwani. ..................................................

  51 B.3.3. Masalah Intern Gerwani .........................................

  90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR SINGKATAN

  AD : Anggaran Dasar ART : Anggaran Rumah Tangga BPUPK : Badan penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan BTI : Barisan Tani Indonesia CGMI : Consentrasi Gerakan mahasiswa Indonesia GAPI : Gabungan Politik Indonesia GERWIS : Gerakan Wanita Indonesia Sedar GERWANI : Gerakan Wanita Indonesia GERWINDO : Gerakan Wanita Indonesia Kediri KNI : Komite Nasional Indonesia KOWANI : Kongres Wanita Indonesia KPI : Kongres Perempuan Indonesia LASWI : Laskar Wanita Indonesia LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat LPI : Laskar Putri Indonesia ORBA : Orde Baru ORLA : Orde Lama PARTINDO : Partai Indonesia PERSIT : Persatuan Istri Tentara PBI : Persatuan Buruh Indonesia PBH : Pemberantasan Buta Huruf PERWARI : Persatuan Wanita Republik Indonesia PHK : Pemberhentian Kerja PKK : Pembinaan Kesejahteraan keluarga PKI : Partai Komunis Indonesia PMI : Palang Merah Indonesia.

  PNI : Partai Nasional Indonesia PPI : Perikatan Perhimpunan Indonesia PPPI : Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia PPPS : Perkumpulan Pekerja Putri Surakarta PRT : Pembantu Rumah Tangga PTPWI : Pusat Tenaga Perjuangan Wanita Indonesia RUPINDO : Rukun Putri Indonesia Semarang SARBUPRI : Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia SI : Serikat Islam SOBSI : Buruh Seluruh Indonesia TKW : Tenaga Kerja Wanita WANI : Wanita Negara Indonesia WPP : Wanita Pembantu Perjuangan WIDF : Women's International Democratic Federation

  DAFTAR TABEL Tabel 1 : Keanggotaan Gerwis Tahun 1950-1954 ..................................

  44 Tabel 2 : Jumlah Anggota Gerwani tahun 1955-1965 ............................

  52 Tabel 3 : Jumlah Buruh Perempuan .........................................................

  61 Tabel 4 : Perbandingan Upah laki-laki dan Perempuan ...........................

  62

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi perempuan yang ada saat ini, memiliki perbedaan dengan

  organisasi perempuan yang dibentuk sebelum tahun 1965. Perbedaan itu tentu saja dipengaruhi oleh situasi yang mereka hadapi, sebab setiap periode memiliki karakteristik yang berbeda. Pada masa Orde Lama organisasi perempuan bergerak satu suara, tanpa lagi mempersoalkan perbedaan. Kegiatan mereka pada awalnya menekankan pendidikan agar dapat membuka cakrawala kaum perempuan, misalnya memasak, merawat anak, melayani suami, menjahit. Pada periode ini, gerakan perempuan cukup gigih, militan, dan aktif memperjuangkan negara. Pada tahun 1950-1965 dengan Gerwani sebagai motor penggerak, organisasi perempuan memiliki ciri khas yang radikal, dan ini tidak lepas dari ciri komunisme yang memandang bahwa jalan terbaik untuk mengadakan perubahan adalah melalui revolusi.

  Pada masa rezim Orde Baru (orba), gerakan perempuan muncul sebagai hasil dari interaksi politik gender orba. Politik gender rezim orba mengarahkan

  1

  perempuan Indonesia untuk berperan sebagai ibu dan istri. Konsep ini telah menghancurkan tujuan awal hadirnya gerakan perempuan dan menghalangi munculnya sebuah gerakan perempuan untuk menegakkan hak asasi manusia khususnya hak asasi perempuan.

1 Hal ini diteguhkan dalam UU perkawinan no. 1/1974, konsep keluarga berencana dengan dua anak cukup, Keluarga bahagia sejahtera.

  Organisasi perempuan yang dibentuk dan didirikan oleh pemerintah orba, misalnya Dharma Wanita (1974) dan Dharma Pertiwi, diresmikan sebagai organisasi istri pegawai negeri sipil dan istri anggota ABRI. Persatuan Istri

  2 Tentara (PERSIT), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Pada periode ini,

  pemerintah membatasi ruang gerak perempuan, terutama dalam dunia politik dan bahkan dilarang melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan keputusan pemerintah. Apabila ada pelanggaran maka berakibat pada pemecatan

  3

  terhadap suami. Akibatnya perempuan menjadi kurang kritis, tunduk pada pemerintah, monoton dan kurang bebas.

  Pola dari struktur organisasi tersebut, menunjukkan bahwa jabatan perempuan dalam organisasi mengikuti jabatan suami dalam pemerintahan.

  Artinya jika seorang suami menjabat sebagai pemimpin dalam suatu instansi,

  4 maka secara otomatis istrinya menjabat sebagai ketua dalam organisasi tersebut.

  Di samping itu pemerintah “menyeragamkan” perempuan melalui konsep Panca Dharma Wanita yang membatasi ruang gerak perempuan. Selanjutnya, organisasi perempuan seolah membisu, keberpihakan kepada kaum lemah terlewatkan begitu saja karena takut dicap sebagai “organisasi kiri”.

  2 Saskia Eleonora Wieringa. 1999. Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia. Kalyanamitra dan Garba Budaya. Jakarta. hal. xlvii.

  3 Catharina Nanik Purwoko. 1996. Perempuan dan Ketidakadilan. Lembaga

  Penelitian dan Pembangunan Sosial dan Jaringan Mitra Perempuan. Seri Forum LPPS No. 36. Jakarta. hal. 20

  4 Budi Susanto. S.J. (ed). 2003. Politik dan Postkolonialitas di Indonesia.

  Lembaga Studi Realino. Kanisius. hal. 179

  Orba menciptakan sebuah ideologi perempuan yang mendasarkan diri pada ibuisme, sebuah paham yang melihat kegiatan ekonomi perempuan sebagai bagian dari peranannya sebagai ibu dan partisipasi perempuan dalam politik

  5

  sebagai tak layak. Hal ini semakin menunjukkan bentuknya setelah Dharma Wanita dan Dharma Pertiwi diresmikan. Organisasi perempuan kini memasuki periode “tidak ada perlawanan” terhadap diskriminasi dan eksploitasi yang dialami kaum perempuan di Indonesia. Dapat dikatakan organisasi perempuan bentukan orba telah meciptakan peran perempuan sebatas (Istri, Ibu, dan Ibu

  6

  rumah tangga). Sebaliknya, organisasi perempuan pada masa ini memainkan peran subordinasi dan menyebarluaskan citra peran ideal perempuan dalam konteks (istri, ibu dan ibu rumah tangga), dalam konotasi “Kodrat”. Dengan

  7

  “kodrat” ini perempuan ideal dicitrakan bersifat “lemah lembut, tidak berbicara dengan keras, tidak mementingkan kepentingan pribadi, tidak mendahulukan

  8 urusan sendiri diatas urusan suami pada pemerintahan.

  Pada era reformasi yang diawali dengan jatuhnya rezim orba, diharapkan dapat membawa angin segar bagi perempuan dari keterkungkungan dan ketidakberdayaan. Namun, dalam realitanya justru pada periode ini terjadi banyak ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan.

  5 Ibid. hal 164.

  6 Catharina Nanik Purwoko. op.cit. hal. 18

  7 Saskia Eleonora Wieringa. op.cit. hal. 554.

  8 Catharina Nanik Purwoko. op.cit. hal. 2-4.

  Pertama, mulai dari adanya undang-undang otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah yang diambil pemerintah era reformasi pada tahun 1999, diantaranya dimaksudkan untuk penolakan atau perlawanan terhadap paradigma pembangunan yang sentralistik. Tetapi, problem kebijakan otonomi daerah banyak disalahgunakan dengan kebijakan-kebijakan yang tidak memihak rakyat,

  9

  khususnya perempuan. Kedua, dengan disahkannya RUU APP yang berpotensi mengontrol seksualitas dan mendomestikkan perempuan. Ditambah lagi sedikitnya ada 27 peraturan daerah yang mengatur kehidupan, cara berpakaian. Seperti pelaksanaan Syari ‟at Islam di daerah tertentu.

  Selanjutnya, era reformasi dianggap sebagai tonggak redefinisi peran politik perempuan selama orba dengan ciri munculnya kelompok-kelompok perempuan yang melakukan kegiatan atas da sar “empati” terhadap penderitaan perempuan. Di antara kegiatan tersebut adalah pendampingan untuk meningkatkan pendapatan perempuan miskin, pendampingan terhadap perempuan korban kekerasan seksual, pendidikan politik dan advokasi hak-hak perempuan, peningkatan kesadaran gender, serta upaya-upaya menjembatani terwujudnya rekonsiliasi nasional atas dasar kemanusiaan. Namun, gerakan perempuan pasca reformasi masih berjuang sendiri-sendiri untuk membantu kaum perempuan yang nasibnya tertindas.

9 Dalam RUU APP, perempuan masih dijadikan obyek. Sebab perempuan

  masih dinilai sebagai penyebab utama terjadinya pornografi sehingga harus dikenakan aturan-aturan dan sanksi-sanksi tertentu. Implikasinya mereka sangat rentan untuk dikriminalkan, apalagi pandangan-pandangan tersebut cenderung disandarkan pada alasan moral dan agama yang kebanyakan dilihat dari standar laki-laki.

  Gerakan perempuan dewasa ini masih berputar pada kepentingan kelompok tertentu dan masih berputar-putar pada masalah kesetaraan jender, hak-hak politik, dan sejumlah masalah-masalah pingiran lainnya, sehingga belum menyentuh masalah esensial dari persoalan perempuan sehari-hari serta kurang merakyat, sebagai contoh, kasus Pembantu Rumah Tangga (PRT), Tenaga Kerja Wanita (TKW), kasus perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga yang sampai saat ini masih sering terjadi.

  Dalam hal ideologi, gerakan perempuan dewasa ini sangat lemah. Sejak tahun 1965, ideologi gerakan perempuan di Indonesia didominasi oleh ideologi gerakan perempuan liberal dan ideologi gerakan perempuan radikal. Ideologi gerakan perempuan liberal selalu menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sedangkan ideologi gerakan perempuan radikal berpandangan kaum laki-laki adalah musuh kaum perempuan yang menyebabkan kaum perempuan

  10 tertindas untuk selamanya.

  Gerakan perempuan kurang menjadi suatu ikon yang mampu menyemangati serta kurang menggerakan kaum perempuan pada umumnya. Akhirnya kaum perempuan hanya mengambil sikap pasrah pada takdir dan tetap tinggal dalam keadaan tertindas.

  Bercermin pada organisasi Gerwani, organisasi perempuan ini tidak hanya bergerak pada perjuangan untuk menuntut kesamaan hak bagi kaum perempuan tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai aktivitas politik bangsa, sangat militan serta, sangat mandiri di dalam membina organisasinya. Gerakannya dan kegiatan-

10 Mansour Fakih. 2008. Analisis Gender Tansformasi Sosial. Cet.II.

  Insistpres. Yogyakarta. hal. 84-88. kegiatannya sangat relevan dengan situasi yang ada di dalam masyarakat saat itu. Sehingga organisasi ini diterima baik oleh masyarakat dan mampu menggerakan kaum perempuan dari berbagai macam golongan, baik kaum perempuan pedesaan maupun kota. Gerakan perempuan pada periode ini mendasarkan diri pada perjuangan kaum perempuan di masyarakat dan menyatu dengan kebutuhan masyarakat.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di muka, ada beberapa alasan mengapa perjuangan perempuan perlu dibahas.

  Pertama, topik ini menarik dan penting untuk dikaji, sebab Gerwani memiliki peran besar dalam mempertahankan kemerdekaan. Untuk itu Gerwani dijadikan alat perjuangan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita memperbaiki hidup masyarakat pada umumnya, dan mempertahankan kemerdekaan khususnya.

  Kedua, Gerwani memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi kaum perempuan sampai pada tingkat pelosok sehingga kaum perempuan sadar politik dan pada tahun 1965 Gerwani telah dibubarkan oleh pemerintah. Maka untuk melihatnya, marilah kita pelajari kasus perkembangan Gerwani dalam memperjuangkan nasib kaum perempuan, kaum buruh dan rakyat tertindas.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang permasalahan dapat ditarik suatu permasalahan yaitu: 1.

  Apakah yang melatarbelakangi munculnya Gerwani? 2. Apakah tujuan berdirinya Gerwani? 3. Sejauh mana Pengaruh Gerakan Gerwani terhadap masyarakat

  Indonesia?

  C. Tujuan Penulisan

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan serta mengalisis latar belakang munculnya Gerakan Perempuan di Indonesia. Mendeskripsikan serta mengalisis tujuan berdirinya Gerwis, mendeskripsikan dan mengalisis sejauh mana pengaruh gerakan Gerwani dalam masyarakat pada periode 1955-1965. Penelitian ini hendak mengkaji ulang serta merefleksi kembali atas narasi sejarah yang berkembang selama ini di mana gerakan perempuan dinarasikan sebagai pelengkap yang melengkapi kaum laki- laki.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sumber inspirasi bagi kaum perempuan dalam berorganisasi, sehingga organisasi perempuan bisa mandiri.

  Disamping itu, penelitian ini dapat memberi tambahan data dan analisis pemikiran.

  E. Tinjauan Pustaka

  Tulisan ini merupakan hasil dari studi pustaka. Sumber-sumber diperoleh dari beberapa literatur berupa buku, koran, majalah, dokumen, dan bahan tulisan lainnya. Untuk membahas rumusan masalah yang dikemukaan di atas maka dipakai beberapa sumber untuk menjawab masalah tersebut.

  Sumber-sumber tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu sumber primer dan sumber skunder. Sumber primer adalah sumber yang dihasilkan oleh orang atau lembaga sejaman atau data-data yang dihasilkan pada saat terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi pandang-mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir atau

  11 terlibat pada peristiwa yang dikisahkannya.

  Sumber-sumber pustaka yang digunakan untuk membantu dalam penulisan ini secara umum sulit untuk diperoleh. Secara umum dapat disampaikan beberapa buku yang dapat membantu untuk menjawab permasalahan yang ada.

  Dalam penulisan skripsi ini digunakan buku karangan Hikmah Diniah yang berjudul Gerwani Bukan PKI. Buku ini membantu dalam membahas tujuan dan latarbelakang berdirinya Gerwis, serta tujuan berdirinya Gerwis. Namun, dalam buku ini tidak dijelaskan secara terperinci mengenai pengaruh Gerwis bagi kaum perempuan.

  Selain buku tersebut, buku lain yang sangat membantu penulisan adalah Karangan Tanpa Nama, yaitu Bahaya Laten Komunis di Indonesia, Konsolidasi

  

dan Infiltrasi PKI , jilid III. Buku ini sangat membantu dalam mengetahui jumlah

  anggota Gerwani. Namun data yang ada kurang lengkap, sehingga belum menjawab jumlah keseluruhan anggota Gerwani serta tidak menjelaskan secara terperinci perkembangan Gerwani hingga tahun 1965.

  Buku karya Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan Wanita di Indonesia buku ini membahas mengenai latar Belakang terbentuknya organisasi perempuan berserta sifat dan bentuknya.

  Buku karangan Saskia Elenora Wieringa, Penghancuran Gerakan

  

Perempuan di Indonesia . Buku ini membahas mengenai lahirnya Gerwani, tujuan

11 Louis Gottschalk. 1969. Mengerti Sejarah (terjemahan Nugroho Notosusanto). Universitas Indonesia. Djakarta. hal. 35.

  berdirinya Gerwani dan perjuangan-perjuangan serta nilai-nilai yang dilakukan Gerwani dalam memperjuangkan emansipasi. Buku ini juga memberi sumbangsih berharga dalam mendekonstruksi masa lalu dalam hal ini Gerwani. Saskia juga menyelidiki dinamika Gerwani sejak dirintis hingga kehancurannya dengan menggunakan konsep gender. Pada taraf tertentu, buku ini menyinggung fase yang paling menentukan bagi peminggiran gerakan perempuan. Kajian Saskia terlalu luas, padahal ada beberapa fenomena dan fakta sosial yang berbeda antara kondisi Gerwani di tingkat pusat dan di daerah. Buku ini juga belum mengungkapkan pengaruh Gerwani bagi kaum perempuan.

  Referensi di dalam buku-buku yang disebutkan di atas, menjelaskan mengenai keberadaan Gerwani dan lebih menjelaskan penghancuran Gerwani oleh orba. Penjelasan mengenai peran dan pengaruh Gerwani terhadap tumbuhnya kesadaran perempuan tidak dijelaskan dalam buku-buku tersebut di atas. Oleh sebab itu, skripsi ini mencoba untuk mengangkat masalah mengenai peran dan pengaruh Gerwani bagi tumbuhnya perempuan sadar politik.

F. Kerangka Berpikir

  Dalam mengkaji skripsi berjudul, “Gerakan Perempuan di Indonesia tahun 1950 - 1965 Studi Kasus Gerwani,” ada beberapa konsep yang digunakan sebagai landasan berpikir. Hal ini penting untuk menghindari penafsiran yang keliru

  (missinterpretation).

  Secara etimologis perempuan berasal dari kata empu, yaitu suatu gelar kehormatan yang berarti “tuan”. Selain itu perempuan juga dapat diartikan sebagai

  12

  orang yang sangat ahli. Kata wanita berasal dari bahasa Sansekerta yang

  13

  memiliki arti diinginkan atau dipuji. Dalam penulisan skripsi ini akan digunakan kata Perempuan.

  Gerakan perempuan sudah ada jauh sebelum kemerdekaan, pada saat itu terdorong rasa keprihatinan melihat rakyat dijajah; ketidakadilan yang dialami perempuan serta perempuan kurang mendapat kesempatan memperoleh pendidikan. Tahun 1912 organisasi perempuan berdiri dengan tujuan menggerakkan perempuan dalam menyebarluaskan cita-cita kemajuan rakyat dan kemerdekaan bangsa.

  Perempuan dianggap unsur penting sebagai pendidik generasi muda, dengan demikian, organisasi perempuan perlu dibentuk dan dikembangkan agar dapat mendukung perjuangan bangsa serta sebagai kekuatan untuk melawan adat istiadat yang mendiskriminasikan perempuan.

  Pada tahun-tahun berikutnya, organisasi perempuan bermunculan tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa, dengan gaya dan ciri khasnya sendiri- sendiri. Sesudah tahun 1920, perempuan mulai mengorganisasi diri menurut garis agama, lalu organisasi yang bersifat kedaerahan. Menarik bahwa setiap kelompok mempunyai tujuan yang sama, yaitu menghapus ketidakadilan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut mereka membentuk federasi Perikatan

  12 Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. hal. 212.

  13 Thomas Wiyasa Bratawijaya (ed). 1992. Kedudukan Wanita Dalam Kebudayaan Dulu, Kini dan Esok. Praditya Paramita. Jakarta. hal. 92. Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) yang akhirnya bernama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).

  Walaupun sejak 1930 gerakan nasional berkembang pesat, serta terlihat pula tanda-tanda tumbuhnya nasionalisme di dalam gerakan perempuan, namun sampai pada awal kedudukan Jepang tahun 1942, selain kaum perempuan Serikat Rakyat, Istri Sedar adalah satu-satunya organisasi yang nasionalis.

  Pada tahun 1950, kaum perempuan menyadari bahwa begitu banyak organisai perempuan yang ada. Umumnya bergerak hanya sebatas pendidikan dan masalah perkawinan. Disamping itu ada satu organisasi perempuan yang ingin mengubah serta memberdayakan masyarakat agar berkembang, serta ingin mengubah cara berpikir masyarakat, cara berelasi dan cara berproduksi.

  Pada tahun 1955, organisasi perempuan Indonesia ingin mengembangkan sayapnya dengan terjun ke dunia politik, mereka juga menyadari bahwa organisasi-organisasi perempuan yang sudah ada tidak banyak membantu kaum perempuan yang masih tertindas hidupnya dan semakin meningkatnya jumlah kaum buruh perempuan yang mengalami ketidakadilan oleh karena sistem yang ada.

  Perjuangan perempuan di bidang sosial, dapat dilihat ketika perempuan berjuang untuk menyamakan kedudukannya dengan laki-laki. Perjuangan ini dapat dilihat jelas, khususnya pada tahun 1928-1942. Pada tahun 1942, kaum perempuan mulai berjuang di bidang politik, karena situasi negara yang mendorong perempuan untuk berjuang membela negara. Perjuangan perempuan dalam bidang politik dapat diartikan sebagai perjuangan untuk membela bangsa dan mempertahankan kemerdekaan.

  Penggunaan landasan teori dalam penelitian ilmu sosial menjadi hal yang utama dalam mendekati sebuah pokok persoalan. Realitas sosial sehari-hari sangat kompleks dan beraneka ragam bentuknya. Untuk menemukan pola dari semua realitas sosial memungkinkan sebuah penjelasan umum yang bersifat universal, berlaku bagi ruang dan waktu apapun, serta lebih sistematis dalam pengaturan pengalaman-pengalaman maupun ide-ide.

  Teori sosial diperlukan untuk mendapatkan penjelasan umum dalam memahami fenomena keseharian yang bermacam-macam. Penggunaan teori sosial dalam penelitian sejarah bukan pertama-tama ditujukan untuk penyesuaian teori besar dengan peristiwa sejarah yang diteliti. Teori sosial diharapkan menuntut peneliti sejarah untuk berpikir teoritis dalam kategori-kategori fakta sejarah. Dengan demikian, fakta keseharian dari peristiwa sejarah dapat dipahami secara lebih jelas serta dapat menemukan keterkaitan-keterkaitan maupun ketidakterkaitan diantara fakta keseharian dari peristiwa sejarah.

  Untuk menjelaskan Gerakan perempuan di Indonesia tahun 1950-1965 Studi kasus Gerwani dengan menggunakan teori sosial, untuk melihat keberadaan kaum perempuan dalam masyarakat. Melalui pendekatan teori tindakan diharapkan akan terdefenisikan faktor yang mendorong pelaku individual atau kolektif yang tindakannya berlangsung dalam sebuah situasi yang mengandung kondisi-kondisi tertentu, untuk diarahkan menuju suatu tujuan bersama. Menurut Anthony

14 Giddens & Jonathan Turner pengaruh elemen-elemen dasar tindakan adalah

  situasi, norma dan tujuan terakhir. Dengan demikian tindakan yang dilakukan Gerwani sebagai bentuk perlawanan terhadap keadaan tertindas yang dialami perempuan. Tujuan akhir kebebasan dan kesejahteraan bagi perempuan. Sebagai teori pendukung dari teori diatas adalah teori struktural. Teori dibangun berdasarkan asumsi bahwa subordinasi perempuan adalah kultural. Anggapan bahwa perempuan mempunyai status yang lebih rendah, sekaligus otoritas yang lebih sedikit, daripada laki-laki, karena perempuan berhubungan dengan arena domestik sementara itu laki-laki arena publik. Akarnya ialah tanggung jawab perempuan dalam proses kehamilan dan perawatan anak. Dengan demikian status relatif perempuan tergantung pada derajat keterlibatan mereka dalam arena publik. Subordinasi perempuan adalah kultural, akan tetapi ia berakar pada pembagian

  15 kerja berdasarkan gender.

  Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan sejarah. Pendekatan sejarah digunakan untuk mengkaji ulang proses perjuangan kaum perempuan dari perjuangan Kartini sampai perjuangan Gerwani. Melalui pendekatan ini juga dapat diketahui mengenai latar belakang terbentuknya Gerwani, serta situasi-situasi yang mempengaruhi gerakan Gerwani dalam berorganisasi.

14 Anthony Giddens & Jonathan Turner (terjh). 1987. Social Theory Today.

  Pustaka Pelajar. Polity Press. hal. 34.

15 Fauzie Ridjal (ed). 1993. Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia.

  Tiara Wacara. Yogyakarta. hal. 34.

  Selain menggunakan pendekatan sejarah, digunakan juga pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi untuk mengamati peristiwa-peristiwa sosial yang akan dikaji misalnya seperti golongan-golongan sosial mana yang berperan, serta nilai-nilainya, hubungan dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan,

  16 ideologi, dan lain sebagainya.

G. Metode Penelitian

  Penelitian ini merupakan penulisan sejarah sosial yang memerlukan metode dan pendekatan dalam mengkajinya. Untuk itu perlu diketahui apa itu metode sejarah serta langkah-langkah dalam penulisan sejarah. Menurut Kuntowijoyo penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: pemilihan topik; pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber); interpretasi: analisis dan sintesis; dan yang terakhir adalah penulisan. Sebagaimana dengan hal tersebut di atas, maka penulisan ini pada awalnya telah menentukan topik Gerakan Perempuan di Indonesia Periode 1950-1965 Studi Kasus Gerwani. Setelah topik berhasil ditentukan, langkah selanjutnya adalah:

  Heuristik atau pengumpulan data masa lampau. Setelah topik-topik

  penelitian ditentukan, pencarian sumber-sumber sejarah atau data-data yang mendukung penelitian dilakukan. Proses pengumpulan data baik yang berupa sumber primer maupun sumber sekunder yang relevan sesuai dengan obyek yang dikaji. Pengumpulan data diperoleh dari literature yang terdapat dalam perpustakaan. Literatur tersebut berupa buku pustaka, Koran, majalah, dokumen

16 Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Gramedia. Jakarta. hal. 14.

  atau bahan tulisan lainnya yang bersifat primer maupun sekunder. Selanjutnya adalah kritik sumber (verifikasi data). Langkah ini bertujuan untuk mengetahui

  17

  secara kritis mengenai otentitas (keaslihan) dan kredibilitas sumber. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan sejarah untuk melakukan kajian ulang atau membaca ulang atas data yang ada.

  Interpretasi. Tujuan dari langkah ini untuk menetapkan makna atas fakta-

  fakta sejarah yang ada. Dalam tahap ini perlu dilakukan analisis sumber untuk menjelaskan data-data yang ada atau menguraikan informasi kemudian mengkaitkan daya yang satu dengan data yang lain. Setelah analisa sumber maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu membandingkan data-data yang ada, kemudian menentapkan makna fakta sejarah yang ada. Hal ini supaya tidak menyimpang dari data yang dimilikinya. Dalam penelitian ini dituntut untuk mencermati dan mengungkapkan data secara akurat. Maka untuk mengurangi

  18 unsur subyektifitas, diperlukan pengolahan data dan analisis secara cermat.

  Historiografi. Dalam penulisan sejarah yang merupakan penggambaran data

  yang diperoleh dan telah diuji kebenarannya. Dalam menggambarkan kisah ini dilakukan secara kronologis dan sistematis. Bentuk penulisan ini bersifat

  19

  deskriptif analitis sehingga penulisannya menuntut alat-alat analitis. Alat-alat analitis itu berdasarkan prespektif, pendekatan, obyektif dan subyektif.

  17 Koentowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Bentang Budaya.

  Yogyakarta. hal. 99-100.

  18 Sartono Kartodirdjo. op.cit. hal. 62.

  19 Ibid. hal. 5.

H. Sistematis Penulisan

  Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, skripsi ini akan disajikan antara lain meliputi bab satu hingga bab lima, yang diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan penutupan yang berupa kesimpulan dan saran.

  Bab I berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab II menguraikan Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia, yang akan diuraikan dalam beberapa sub bab yakni; Gerakan Awal, Zaman Jepang, Zaman Pasca Proklamasi, Gerakan Perempuan Tahun 1946.

  Bab III berisikan Gerwani Pelopor Gerakan Perempuan di Indonesia, yang akan diuraikan dalam beberapa sub bab yakni; Pendahuluan, Sejarah Lahirnya Gerwani san Kongres-kongres.

  Bab IV berisikan Lahir Bergerak dan dibubarkannya Gerwani, yang akan diuraikan dalam beberapa sub bab yakni; Situasi Umum Kaum Perempuan, Program Perjuangan Gerwani, Kegiatan Gerwani, Kiprah dalam bidang Politik, Hubungan dengan organisasi lain, Pengaruh Gerwani bagi Kaum Perempuan.

  Bab V merupakan bab Penutup, merupakan kesimpulan dan saran.

BAB II DINAMIKA GERAKAN PEREMPUAN DI INDONESIA A. Gerakan Awal Perkembangan organisasi-organisasi perempuan secara garis besarnya

  menggambarkan suatu gerakan yang pada mulanya bercorak feminis. Maka, terpengaruh oleh cita-cita persatuan, pada pertengahan tahun 1920 gerakan perempuan telah menjelma menjadi pergerakan nasional Indonesia dan demikian merupakan suatu pelengkap daripada pergerakan politik “kaum laki-laki”.