Aktivitas Antifungal Bawang Putih (Allium sativum Linn.) Terhadap Candida albicans In Vitro.

(1)

ABSTRAK

AKTIVITAS ANTIFUNGAL. BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Candida albicans IN VlTRO

Kristiani Wiek Kustanto, 2003. Pembimbing I : Triswaty Winata, dr

Pembimbing II : Endah Tyasrini S.Si., M.Si

Selain dikenal sebagai salah satu bumbu dapur, bawang putih dipercaya

sebagai antibiotika dan antifungal. Khasiat ini disebabkan oleh zat alisin yang

dikandungnya yang mampu membunuh jamur dan bakteri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifbngal bawang putih

terhadap Candida albicans in vitro, dilakukan secara prospektif eksperimental

sungguhan dengan menggunakan metode difusi agar Sabouraud Dextrose dan

pengukuran zona inhibisi yang terbentuk.

Dari percobaan, didapatkan rata-rata besarnya diameter hambatan pertumbuhan

Candida albicans. Pada konsentrasi bawang putih 0,1 YO dan 0,25 % tidak

terdapat adanya zona hambatan. Pada konsentrasi 0,5 % didapatkan rata-rata

diameter hambatan sebesar 6,23 mm, pada konsentrasi 1 % yaitu 6,3975 mm,

pada konsentrasi 2 % yaitu 7,7825 mm, pada konsentrasi 3 % yaitu 9,24 mm, pada

konsentrasi 4 % yaitu 10,225 mm, pada konsentrasi 5 YO yaitu 13,74 mm, pada

konsentrasi 10 % yaitu 17,285 mm, pada konsentrasi 15 % yaitu 21,378 mm, pada

konsentrasi 20 % yaitu 23,185 mm, pada konsentrasi 25 % yaitu 25,415 mm, pada

konsentrasi 30 % yaitu 26,095 mm, pada konsentrasi 40 % yaitu 29,93 mm, dan

pada konsentrasi 50 % sebesar 33,125 mm.

Kesimpulan yang di dapatkan adalah bawang putih mempunyai aktivitas

antifungal terhadap Candida albicans in vitro. Besarnya hambatan pertumbuhan

yang dihasilkan sebanding dengan semakin besarnya konsentrasi (%) bawang

putih yang digunakan.

Perlu dilakukan penelitian lebih Ianjut apakah bawang putih mampu

menghambat pertumbuhan Candida albicans in vivo sama baiknya seperti pada in

vitro, dan berapa besarnya konsentrasi yang aman digunakan secara langsung pada manusia sehingga kandidiasis dapat diatasi dengan cara yang aman, murah, dan efektif.


(2)

ABSTRACT

GARLIC (Allium Sativum Linn.) ANTIFUNGAL ACTIVITY ON Candida

albicans IN VITRO

Kristiani Wiek Kustanto, 2003. Tutor I : Triswaty Whata,

dr

Tutor

II

: Endah Tyasrini S.Si., M.Si

Besides knowned as one of good spices, garlic was trusted as antibiotic and antifungal, This function was made by its contain, allicin, which can kill fungus and bacteria.

This experiment was made to know antifungal activity of garlic on Candida albicans in vitro. Experiment was done in real prospective experimental, used diffusion methods of Sabouraud Dextrose agar and the measure of inhibition zone.

The result was in average of diameter in Candida albicans inhibition zone. On concentration 0,1 % and 0,25 % there was no inhibition zone. On concentration 0,5 % there was inhibition zone with diameter 6,23 mm, on I % was 6,3975 mm, on 2 % was 7,7825 mm, on 3 % was 9,24 mm, on 4 % was 10,225 mm, on 5 % was 13,74 mm, on I O % was 17,285 mm, on I5 % was 21,378 mm, on 20 % was 23,185 mm, on 25 % was 25,415 mm, on 30 % was 26,095 mm, on 40 % was 29,93 mm, and on 50 % was 33, I25 mm.

Garlic has antifungal activity on Candida albicans in vitro. The bigger the inhibition zone, the bigger garlic’s concentration is needed

Needs further experiment to know does garlic can inhibit Candida albicans in vivo as well as in vitro, in what concentration it can be used directly to man so candidiasis can be cured in safe, cheep, and eflective way.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

...

ii

SURAT PERNYATAAN

...

iii

ABSTRAK

...

iv

ABSTRACT

...

v

KATA PENGANTAR

...

vi

DAFTAR ISI

...

viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

...

1

1.2 Identifikasi Masalah

...

1

1.3 Maksud dan Tujuan

...

2

1.4 Kegunaan Penelitian

...

2

1.5 Kerangka Pemikiran

...

2

1.6 Metode Penelitian

...

2

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

...

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Bawang Putih (Allium sativum Linn.)

...

4

2.1.2 Kandungan Kimia

...

6

2.1.3 Khasiat dan Penggunaan Bawang Putih

...

6

2.2.2 Patogenesis dan Patologi

...

8

2.2.3.1 Faktor Endogen

...

9

2.2.3.2 Faktor Eksogen

...

10

2.2.4 Cara Infeksi

...

10

2.2.5 Gambaran Kl

inik

...

10

2.2.6 Pengobatan

...

12

2.1.1 Tinjauan Botani

...

4

2.2 Candida albicans

...

6

2.2.1 Morfologi dan Identifikasi

...

7

2.2.3 Faktor Predisposisi Terjadinya Kandidiasis

...

9

2.2.7 Epidemiologi dan Pengendalian

...

12

2.3 Kemoterapi Antifungal

...

13

2.3.1 Amfoterisin B

...

13

2.3.2 Flusitosin

...

14

2.3.3 Antifungi Azol

...

15

2.3.4 Griseofulvin

...

17

2.3.5 Obat Antifungi Topikal

...

18

2.3.5.1 Nistatin

...

18

2.3 .5.2 Tolnaftat dan Naftifin

...

18

2.3.5.3 Klotrimazol, Mikonazol, dan Azol Lainnya

...

18

2.3 .5.4 Obat Antifungi Topikal Lainnya

...

19

2.3.6 Bawang Putih Sebagai Anti Candida albicans

...

19


(4)

ix

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat Penelitian

...

20

3.2 Bahan-bahan Penelitian

...

20

3.3 Prosedur Penelitian

...

21

3.3.1 Pembuatan Suspensi Candida albicans

...

21

3.3.2 Pembuatan Sabouraud Dextrose Agar

...

21

3.3.3 Pembuatan Perasan Bawang Put ih

...

21

3.3.4 Pengujian Aktivitas Anti Candida albicans

...

22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan

...

24

4.2 Grafik Hasil Percobaan dan Pembahasan

...

32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

...

34

5.2 Saran

...

34

DAFTAR PUSTAKA

...

35


(5)

BAB

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang putih ( Allium sativum Linn.) merupakan salah satu bumbu dapur yang

banyak dibudidayakan di Indonesia. Umbinya banyak dijual dipasaran, digunakan untuk menambah rasa dan aroma masakan. Umbi bawang putih ini mengandung senyawa aktif yang juga berperan memberi aroma pada bawang putih yaitu alisin. Zat tersebut yang membuat bawang putih berbau menyengat pada saat segar dan

berbau harum apabila ditumis. (Tang & Eisenbrand, 1992)

Umbi bawang putih berkhasiat sebagai obat antihipertensi, analgetik,

antihelmintik dan antibiotika. Sebagai obat antihipertensi digunakan 4 gram umbi

bawang putih yang dikupas dan dicuci bersih kemudian dimakan mentah. Sebagai obat bisul, digunakan bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi beberapa tetes air kemudian ditempelkan diatas bisul tersebut hingga sembuh. (Syamsuhidayat & Hutapea, 199 1)

Zat aktif pada bawang putih, yaitu alisin, diduga dapat digunakan sebagai

antifungal terhadap pertumbuhan berbagai jamur patogen, terutama Candida

albicans. (Tang & Eisenbrand, 1992)

Sampai saat ini, belum ada penelitian khusus yang menghasilkan data pasti mengenai besarnya konsentrasi bawang putih yang dapat menghambat

pertumbuhan Candida albicans. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini

dilakukan untuk membuktikan bawang putih sebagai antifungal, terutama

terhadap Candida albicans, dengan konsentrasi bawang putih terkecil hingga 50

YO.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada konsentrasi berapakah umbi bawang putih dapat bersifat sebagai


(6)

2

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian aktivitas bawang

putih (Allium sativum) terhadap Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah

untuk membuktikan aktivitas antifungal bawang putih terhadap Candida albicans

in vitro.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan peningkatan pengembangan penggunaan umbi bawang putih sebagai antifungal,

terutama Candida albicans.

1.5 Kerangka Pemikiran

Candida albicans dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh seperti mulut,

vagina, kulit, dan paru-paru. (Volk & Wheeler, 1990)

Umbi bawang putih mengandung senyawa alisin yang mempunyai efek

antifungal, khususnya terhadap Candida albicans. Hal ini menyebabkan inhibisi

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat

terhadap pertumbuhan Candida albicans. (Tang & Eisenbrand, 1992)

rospektif eksperimental sungguhan. Aktivitas ntifungal

perasan bawang putih diukur dengan menggunakan metode difusi agar Sabouraud

Dextrose dan kemudian diukur zona inhibisi yang terbentuk (milimeter) dari


(7)

3

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran


(8)

BAB

V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bawang putih (Allium sativum Linn) mempunyai aktivitas antifungal terhadap

Candida albicans in vitro. Besarnya hambatan pertumbuhan yang dihasilkan

sebanding dengan semakin besarnya konsentrasi (%) bawang putih yang

digunakan. Hambatan terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro mulai dari

konsentrasi bawang putih 4 %.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah bawang putih

mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans in vivo sama baiknya seperti

aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans in vitro, dan

berapa besarnya konsentrasi yang aman digunakan secara langsung pada manusia sehingga diharapkan kandidiasis dapat diatasi dengan cara yang aman, murah, dan efektif


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Aurora D.S., Kaur J. International Jurnal of Antimicrobial Agent. 1999. http: //

www. Lserpies.com.triplocated-isc.

E. Djubaedah. 1995. Alii Sativi Bulbus. Materia Medika Indonesia Jilid VI.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. p. 20-23.

Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A. 1996. Opportunistic Mycoses. Medical

Microbiology. Jakarta: EGC. p, 550-552.

Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A., Brooks G.F., Butel J.S., Ornston L.N.

1996. Mikologi Kedokteran. Dalam: I. Setiawan., editor: Mikrobiologi

Kedokteran. Jakarta: EGC. p. 627-629,637-641.

Passwater R.A. The Chemistry of Garlic Health Benefits An Interview with

Proffesor Eric Block, Ph.D. 2003. http: // www.gourmetgarlicgardens.com.

R.S. Siregar. 1989. Mikosis Intermediat = Kandidiasis. Penyakit Jamur Kulit.

Jakarta: EGC. p. 28-37.

S.S. Syamsuhidayat., J.R. Hutapea. 1991. Allium Sativum L. Inventaris Tanaman

Obat Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. p. 7.

Tang W., Eisenbrand G. 1992. Allium sativum L. Chinese Drugs of Plants Origin

Chemistry, Pharmacology, and Use in Traditional and Modern Medicine.

New York: Berlin Heidelberg. p. 79-86.

Volk & Wheeler. 1990. Penyakit yang Disebabkan Fungi. Dalam: S.

Adisoemarto., editor: Mikrobiologi Dasar. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. p. 195-

196.


(1)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat Penelitian

...

20

3.2 Bahan-bahan Penelitian

...

20

3.3 Prosedur Penelitian

...

21

3.3.1 Pembuatan Suspensi Candida albicans

...

21

3.3.2 Pembuatan Sabouraud Dextrose Agar

...

21

3.3.3 Pembuatan Perasan Bawang Put ih

...

21

3.3.4 Pengujian Aktivitas Anti Candida albicans

...

22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan

...

24

4.2 Grafik Hasil Percobaan dan Pembahasan

...

32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

...

34

5.2 Saran

...

34

DAFTAR PUSTAKA

...

35


(2)

BAB

I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bawang putih ( Allium sativum Linn.) merupakan salah satu bumbu dapur yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Umbinya banyak dijual dipasaran, digunakan untuk menambah rasa dan aroma masakan. Umbi bawang putih ini mengandung senyawa aktif yang juga berperan memberi aroma pada bawang putih yaitu alisin. Zat tersebut yang membuat bawang putih berbau menyengat pada saat segar dan berbau harum apabila ditumis. (Tang & Eisenbrand, 1992)

Umbi bawang putih berkhasiat sebagai obat antihipertensi, analgetik, antihelmintik dan antibiotika. Sebagai obat antihipertensi digunakan 4 gram umbi bawang putih yang dikupas dan dicuci bersih kemudian dimakan mentah. Sebagai obat bisul, digunakan bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi beberapa tetes air kemudian ditempelkan diatas bisul tersebut hingga sembuh. (Syamsuhidayat & Hutapea, 199 1)

Zat aktif pada bawang putih, yaitu alisin, diduga dapat digunakan sebagai antifungal terhadap pertumbuhan berbagai jamur patogen, terutama Candida albicans. (Tang & Eisenbrand, 1992)

Sampai saat ini, belum ada penelitian khusus yang menghasilkan data pasti mengenai besarnya konsentrasi bawang putih yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bawang putih sebagai antifungal, terutama terhadap Candida albicans, dengan konsentrasi bawang putih terkecil hingga 50

YO.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada konsentrasi berapakah umbi bawang putih dapat bersifat sebagai antifungal terhadap Candida albicans in vitro?


(3)

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian aktivitas bawang putih (Allium sativum) terhadap Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan aktivitas antifungal bawang putih terhadap Candida albicans in vitro.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan peningkatan pengembangan penggunaan umbi bawang putih sebagai antifungal, terutama Candida albicans.

1.5 Kerangka Pemikiran

Candida albicans dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh seperti mulut, vagina, kulit, dan paru-paru. (Volk & Wheeler, 1990)

Umbi bawang putih mengandung senyawa alisin yang mempunyai efek antifungal, khususnya terhadap Candida albicans. Hal ini menyebabkan inhibisi

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat

terhadap pertumbuhan Candida albicans. (Tang & Eisenbrand, 1992)

rospektif eksperimental sungguhan. Aktivitas ntifungal perasan bawang putih diukur dengan menggunakan metode difusi agar Sabouraud Dextrose dan kemudian diukur zona inhibisi yang terbentuk (milimeter) dari Candida albicans yang diuji.


(4)

3

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung dari bulan April hingga Mei 2003.


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bawang putih (Allium sativum Linn) mempunyai aktivitas antifungal terhadap Candida albicans in vitro. Besarnya hambatan pertumbuhan yang dihasilkan sebanding dengan semakin besarnya konsentrasi (%) bawang putih yang digunakan. Hambatan terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro mulai dari konsentrasi bawang putih 4 %.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah bawang putih mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans in vivo sama baiknya seperti aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans in vitro, dan berapa besarnya konsentrasi yang aman digunakan secara langsung pada manusia sehingga diharapkan kandidiasis dapat diatasi dengan cara yang aman, murah, dan efektif


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aurora D.S., Kaur J. International Jurnal of Antimicrobial Agent. 1999. http: //

www. Lserpies.com.triplocated-isc.

E. Djubaedah. 1995. Alii Sativi Bulbus. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. p. 20-23.

Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A. 1996. Opportunistic Mycoses. Medical Microbiology. Jakarta: EGC. p, 550-552.

Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A., Brooks G.F., Butel J.S., Ornston L.N. 1996. Mikologi Kedokteran. Dalam: I. Setiawan., editor: Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. p. 627-629,637-641.

Passwater R.A. The Chemistry of Garlic Health Benefits An Interview with Proffesor Eric Block, Ph.D. 2003. http: // www.gourmetgarlicgardens.com. R.S. Siregar. 1989. Mikosis Intermediat = Kandidiasis. Penyakit Jamur Kulit.

Jakarta: EGC. p. 28-37.

S.S. Syamsuhidayat., J.R. Hutapea. 1991. Allium Sativum L. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. p. 7.

Tang W., Eisenbrand G. 1992. Allium sativum L. Chinese Drugs of Plants Origin Chemistry, Pharmacology, and Use in Traditional and Modern Medicine. New York: Berlin Heidelberg. p. 79-86.

Volk & Wheeler. 1990. Penyakit yang Disebabkan Fungi. Dalam: S. Adisoemarto., editor: Mikrobiologi Dasar. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. p. 195-

196.