Penerimaan diri penderita HIV dan AIDS : studi fenomenologi.

(1)

ABSTRAK

PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI

Robertus Sandy Purna Putra Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang Peneriman Diri Penderita HIV dan AIDS. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita umur 29 tahun yang positif menderita HIV dan AIDS, karena tertular dari suaminya. Saat ini subjek sudah memiliki seorang putrid buah cinta dari pernikahan dengan suaminya. Subjek awalnya mengalami keterpurukan dan tidak menerima keadaan dirinya yang dinyatakan menderita HIV dan AIDS. Seiring berjalanya waktu subjek mampu menerima keadaan dirinya sebagai penderita HIV dan AIDS.

Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hidup penderita HIV dan AIDS mampu menerima diri dan ingin melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Subjek juga sudah menerima akan keadaan dirinya sekarang sebagai penderita HIV dan AIDS. Keberanian subjek juga bersikap tegar dalam menghadapi penderitaan untuk melanjutkan hidupnya. Harapan untuk menikah dan mewujudkan impian-impian yang sempat tertunda.


(2)

viii ABSTRACT

SELF-ACCEPTANCE OF HIV AND AIDS SUFFERER PHENOMENOLOGY STUDY

Robertus Sandy Purna Putra Sanata Dharma University

2017

This research is aimed at getting description of self-acceptance of an HIV and AIDS sufferer. The subject of this research was a woman aged 29 years old who was diagnosed with AIDS who got HIV from her husband. At the moment, subject already has a daughter as the result of her marriage to her husband. At first, subject was devastated and unable to accept her condition, which was diagnosed with HIV and AIDS. As time went by, subject could accept her condition as an HIV and AIDS sufferer.

This research is a phenomenology study research with qualitative method and its data collection tool is interview and observation. Data collection in this research was interview arranged based on 7 aspects of self-acceptance, which are (1) Self-knowledge (2)

Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hidup penderita HIV dan AIDS mampu menerima diri dan ingin melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Subjek juga sudah menerima akan keadaan dirinya sekarang sebagai penderita HIV dan AIDS. Keberanian subjek juga bersikap tegar dalam menghadapi penderitaan untuk melanjutkan hidupnya. Harapan untuk menikah dan mewujudkan impian-impian yang sempat tertunda.


(3)

PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Robertus Sandy Purna Putra NIM: 101114066

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Robertus Sandy Purna Putra NIM: 101114066

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(5)

(6)

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kita akan lebih menghargai sisa

hidup kita ketika kita menemukan

kehidupan kita yang sebenarnya di

diri orang lain

( Mika )

Mungkin kita dilahirkan untuk kalah, tetapi kita

tidak di lahirkan untuk menyerah

( Suck Seed )

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Orangtuaku tercinta

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

Orang-orang yang ku cinta

Teman-teman BK Angkatan 2010


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI

Robertus Sandy Purna Putra Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang Peneriman Diri Penderita HIV dan AIDS. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita umur 29 tahun yang positif menderita HIV dan AIDS, karena tertular dari suaminya. Saat ini subjek sudah memiliki seorang putrid buah cinta dari pernikahan dengan suaminya. Subjek awalnya mengalami keterpurukan dan tidak menerima keadaan dirinya yang dinyatakan menderita HIV dan AIDS. Seiring berjalanya waktu subjek mampu menerima keadaan dirinya sebagai penderita HIV dan AIDS.

Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hidup penderita HIV dan AIDS mampu menerima diri dan ingin melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Subjek juga sudah menerima akan keadaan dirinya sekarang sebagai penderita HIV dan AIDS. Keberanian subjek juga bersikap tegar dalam menghadapi penderitaan untuk melanjutkan hidupnya. Harapan untuk menikah dan mewujudkan impian-impian yang sempat tertunda.


(11)

viii ABSTRACT

SELF-ACCEPTANCE OF HIV AND AIDS SUFFERER PHENOMENOLOGY STUDY

Robertus Sandy Purna Putra Sanata Dharma University

2017

This research is aimed at getting description of self-acceptance of an HIV and AIDS sufferer. The subject of this research was a woman aged 29 years old who was diagnosed with AIDS who got HIV from her husband. At the moment, subject already has a daughter as the result of her marriage to her husband. At first, subject was devastated and unable to accept her condition, which was diagnosed with HIV and AIDS. As time went by, subject could accept her condition as an HIV and AIDS sufferer.

This research is a phenomenology study research with qualitative method and its data collection tool is interview and observation. Data collection in this research was interview arranged based on 7 aspects of self-acceptance, which are (1) Self-knowledge (2)

Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hidup penderita HIV dan AIDS mampu menerima diri dan ingin melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Subjek juga sudah menerima akan keadaan dirinya sekarang sebagai penderita HIV dan AIDS. Keberanian subjek juga bersikap tegar dalam menghadapi penderitaan untuk melanjutkan hidupnya. Harapan untuk menikah dan mewujudkan impian-impian yang sempat tertunda.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Budi Sarwono, M.A selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.

4. Diah yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

5. Orangtuaku tercinta Ignatius Sutadi dan Ibu Yustina Widiastuti, serta kakak, adik dan keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih


(13)

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .. vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Istilah ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri ... 6

1. Definisi Penerimaan Diri ... 6

2. Aspek-aspek Penerimaan Diri ... 9

3. Ciri-ciri Penerimaan Diri ... 12

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peneriman Diri . 12 B. HIV dan AIDS ... 17

1. Sejarah HIV dan AIDS ... 17

2. Pengertian HIV dan AIDS ... 17

3. Penularan HIV dan AIDS ... 18


(15)

xii

5. Upaya Pencegahan HIV dan AIDS ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain/ Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Metode Pengumpulan Data ... 24

D. Analisis Data ... 28

E. Validasi Penelitian ... 30

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 32

B. Subjek ... 33

C. Cara Seorang Penderita HIV dan AIDS Mampu Menerima Dirinya ... 36

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Penderita HIV dan AIDS ... 42

E. Trianggulasi Teori Penerimaan Diri ... 48

F. Trianggulasi Penerimaan Diri HIV dan AIDS ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panduan Wawancara... 24 Tabel 2. Hasil observasi………. 26 Tabel 3. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek I ... 31


(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Verbatim I

Lampiran 2 Verbatim II


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah yang mendeskripsikan mengenai fenomologi yang terjadi di lapangan. Selain itu pada bab ini juga dideskripsikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dalam hidupnya mendambakan kehidupan yang bahagia. Tetapi bila pada suatu kenyataan bahwa dirinya divonis menderita suatu penyakit yang parah bahkan obat penyembuhannya belum ada, seperti penyakit HIV dan AIDS, maka dari itu manusia menjadi putus asa. Selain itu penderita juga akan sedih, depresi berat dan bisa sampai kehilangan arti dalam sebuah hidup dan pada akhirnya mencari jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya.

Pada usia 30-39 tahun, sebanyak 393 kasus ditemukan sebanyak 116 kasus didentifikasi sebagai HIV dan 227 kasus lainya adalah AIDS. Mengingat HIV dan AIDS berdampak pada aspek kesehatan, maka dari itu penelitian terhadap HIV dan AIDS merupakan hal yang sangat penting utuk menemukan solusi-solusi terbaik. Apalagi HIV dan AIDS memiliki stigma bagi para penderitanya yang berarti melibatkan pula masalah kemanusian.

Pasuhuk (1996) menunjukan bahwa dimensi stigma dari HIV-AIDS dan kanker mempunyai dampak negatif terhadap unsur-unsur diri dari penderita


(19)

tanpa memandang jenis penyait-penyakitnya. Dampak ini tentu juga dapat mempengaruhi motivasi untuk memeroleh kesembuhan di pihak penderita, pada giliranya dapat berakibat negatife bagi proses pengobatannya.

Penerimaan Diri (self aceptance) adalah kemampuan individu dalam menyadari dan mengakui karakteristik dirinya dalam menjalani hidup tanpa memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri. Peneriman diri yang awal belum menerima akan dirinya menjadi mampu menerima akan dirinya. Hal tersebut terjadi di salah satu LSM di Yogyakarta. Seringkali penderita kaget ketika pertama kali mengetahui positif terkena HIV dan AIDS. Hal tersebut terlihat dari perilaku penderita yang mengurung diri, menangis setiap hari, tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat, melakukan kegitan juga tidak mau, dan dalam dirinya hanya jengkel dan marah. Keadaan demikian tetap terjadi meskipun banyak kegitan yuang sudah dilakukan di Lembaga penanggulangan HIV dan AIDS, misalnya kegitan sosial, olahraga, kunjungan lembaga lain, dan setiap bulan ada pertemuan penderita HIV dan AIDS. Dalam penelitian ini akan melakukan fenomenologi terhadap salah satu penderita yang terjangkit HIV dan AIDS di lembga bersangkutan terkait bagaimana dia menerima drinya dan penyakit yang dia derita.


(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, fokus permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Upaya apa seorang penderita HIV dan AIDS mampu menerima dirinya? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peneriman diri penderita HIV

dan AIDS? C. Tujuan

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahaui bagaimana seorang penderita HIV dan AIDS mampu menerima dirinya.

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peneriman diri penderita HIV dan AIDS.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat, antara lain:

1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan Bimbingan dan Konseling, khususnya menyangkut penerimaan diri seorang penderita HIV dan AIDS.

2. Manfaat praktis a. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini dapat masukan tentang pentingnya pemenuhan penerimaan diri bagi mereka yang anggota keluargannya positif


(21)

menderita HIV dan AIDS, agar dapat memberikan dukungan moril dan material si penderita

b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini masukan agar masyarakat tidak mengucilkan orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, sebaiknya dapat mendampingi mereka untuk menerima dan menghadapi kenyataan hidupnya.

c. Bagi penulis

1. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya keterampilan penulisan dalam memberikan layanan konseling, dengan memadukan unsur-unsur penemuan akan penerimaan diri pada konseli yang dilayani.

2. Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bekal penulis dimasa mendatang dan mendampingi kaum muda, baik yang belum terkena virus sebagai pencegahan maupun yang sudah terjangkit virus tersebut supaya dapat menemukan arti dalam sebuah kehidupan.

E. Batasan Istilah

1. Penerimaan diri merupakan sikap penderita HIV dan AIDS yang merasa puas dengan dirinya sendiri, kualitas-kualitas, dan bakat-bakat sendiri, serta pengakuan akan keterbatasan diri.

2. Penderita adalah seseorang yang terjangkit HIV dan AIDS

3. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang item kekebalan tubuh manusia.


(22)

4. AIDS (Acquierd Immune Deficiency syndrome) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekekbalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penerimaan Diri

1. Definisi Penerimaan Diri

Berdasarkan kamus lengkap psikologi yang disusun oleh Bastaman (2007), penerimaan diri diartikan sebagai sikap seseorang yang merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas, dan bakat-bakatnya sendiri, serta pengakuan akan keterbatasan diri. Ada dua hal penting dalam arti penerimaan diri tersebut, pertama adanya persaan puas terhadap apa yang telah dimiliki, kedua adanya pengakuan akan keterbatasan yang dimilikinya.

Pengakuan dan rasa puas terhadap diri dapat mendatangkan rasa berharga. Misalnya, individu mengakui akan ketidakmampuan berjalan bila tidak menggunakan alat bantu dan individu dapat menerima keadaan tersebut. sikap yang demikian membuat individu tidak akan mencela diri sendiri ketika menemukan hambatan beraktivitas akibat cacat kakinya. Individu yang dapat menghargai diri sendiri akan membantu proses penerimaan dirinya.

Menurut Supratiknya (2004) menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau tidak bersikap merendahkan terhadap diri sendiri. Ini berarti seseorang yang mampu menerima dirinya mampu melihat kebaikan sekaligus kekurangan yang


(24)

ada dirinya. Penghargaan yang tinggi bukan berarti memiliki sikap tinggi hati, melainkan dapat menghargai diri sendiri beserta kekurangan dan kelebihannya. Individu yang menghargai dirinya tidak akan mencela diri atas kekurangan yang dimiliki.

Keadaan kurang terkadang membuat individu memimpikan keadaan yang sebaliknya, yaitu kesempurnaan, namun senantiasa berada pada mimpi akan membuat diri melayang dan lupa diri. Individu perlu menampak pada kenyataan yang ada tentang dirinya, agar proses penerimaan diri menjadi lebih mudah. Schultz Duane (1991) mengungkapkan bahwa menerima diri dimaksudkan agar individu dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri individu tersebut bukan khayalan dan impian. Usaha yang perlu dilakukan adalah memelihara keadaan jasmaninya, wajah, kekuatan, kelembutan yang dimilikinya sendiri, serta memanfatkannya secara efektif. Misalnya, saat individu memiliki kaki bengkok maka yang lebih utama dilakukan adalah merawat kaki tersebut dan menjaganya agar tidak terkena penyakit yang dapat memeburuk keadaan kakinya, daripada mengkhayalkan dirinya menjadi seorang model.

Ketidakmampuan menerima diri sendiri membuat individu sering mengeluhkan hal-hal buruk tentang dirinya kepada orang lain. Keluhan yang tidak berkesudahan dapat membuat orang lain terganggu, sehingga membuat orang lain menjaga jarak dengan individu tersebut. Terganggu hubungan indivudu dengan orang lain dapat berakibat individu tertekan


(25)

karena merasa tidak memiliki teman, sebaiknya jika individu dapat menerima diri sendiri maka itu dapat memberikan persaan yang nyaman bagi individu yang bersangkutan dan lingkungannya. Artinya diri sendiri menjadi senang orang lain pun ikut senang.

Hurlock (1990) juga berpendapat bahwa menerima diri sendiri dapat menimbulkan perilaku yang membuat orang lain menyukai dan menerima remaja. Ini kemudian mendorong perilaku remaja yang baik dan mendorong persaan menerima diri sendiri. Sikap menerima diri dapat menentukan kebahagian seseorang.

Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa penerimaan diri adalah kemauan individu untuk dapat mengakui dan menerima diri apa adanya diawali proses mengetahui kelebihan, kekurangan, dan atribut pribadi lainnya, sehingga individu mampu membadingkan antara dirinya yang ideal dengan yang riil. Selanjutnya individu mampu menyesuaikan diri dengan keadaaanya dengan cara memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif dan memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan kearah positif tidak mengritik dan tidak bersikap merendah diri, menerima pujian secara wajar dan mampu memberikan pujian, sehingga timbul rasa menghargai diri sendiri, mampu bersikap baik dan berani mengungkapkan diri kepada lingkungan. Dampak yang ditimbulkan adalah persaan membuat diri sendiri dan orang lain mersa senang.


(26)

2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri

Sobur (2009) mengemukakan beberapa Aspek-aspek yang terkandung dalam penerimaan diri, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan Diri

Menurut Bastaman (2007) proses penerimaan diri dapat ditempuh melalui pengetahuan terhadap diri sendiri terutama keterbatasan diri sehingga individu tidak berbuat berpura-pura sanggup melakukan sesuatu. Pengetahuan diri dapat dilakukan dengan mengenal diri, baik secara internal maupun eksternal. Mengenal secara internal dapat dilakukan dengan cara menilai diri sendiri dalam hal kelebihan, kelemahan, sifat-sifat, dan lain-lain. Seacara eksternal pengenalan diri dilakukan dengan cara menilai diri menurut pandangan orang lain.

b. Peneriman Diri Pantulan (reflected self-acceptance)

Penerimaan diri pantulan yaitu membuat kesimpulan tentang diri kita berdasarkan penangkapan kita tentang bagaimana orang lain memandang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta pendapat orang lain tentang diri sendiri (Supratiknya, 2004).

c. Penerimaan Diri Dasar (basic self-acceptance)

Penerimaan diri dasar yaitu keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsic dan tanpa syarat. Penerimaan diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima diri apa adanya serta tidak menempatkan standar atau syarat yang tinggi di luar kesanggupan dirinya (Supratiknya, 2004).


(27)

d. Pembandingan antara yang Real dan Ideal (real-ideal comparison) Pembandingan antara yang real dan ideal yaitu penilaian tentang diri yang sebenarnya di bandingkan dengan diri yang di impikan atau yang di inginkan (Supratiknya, 2004). Kesenjangan antara diri ideal dan real hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah frustasi.

e. Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri mengandung arti bahwa penerimaan diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian untuk mengungkapkan diri (pikiran, perasaan atau lainnya) kepada orang lain (Supratiknya, 2004). Pengungkapan diri dapat member informasi kepada individu tentang siapa dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian yang sehat dari pada cara agresif maupun pasif. Menurut (Sobur, 2009) elemen penting dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol emosi. Upaya mengontrol emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif, sebab didalam asertif terdapat pengontrolan emosi sehingga pengungkapan diri antar individu yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan tidak ada individu yang tersakiti atau menyakiti.


(28)

f. Penyesuaian Diri

Menurut Bastaman (2007) di dalam penerimaan diri terdapat penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya maka individu harus menyesuaikan diri dengan cacat tersebut agar cacatnya dapat diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu menyesuaikan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi negative bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa, frustrasi, mengacuhkan dirinya,dll. Reaksi tersebut menunjukkan bahwa individu berupaya melakukan penolakan terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini di biarkan maka individu tidak akan mampu menerima dirinya.

g. Memanfaatkan potensi secara efektif

Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif dapat membantu terciptanya penerimaan diri. Supratiknya (2004) mengatakan bahwa penerimaan diri berarti mampu menerima diri apa adanya dan memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif. Pendapat Hurlock (1990) mengandung dua hal, yaitu: pertama, proses penerimaan diri terdapat kemampuan untuk mengenali potensi diri. Kedua, ada upaya yang positif untuk memanfaatkan apa yang dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk mencapai masa depan yang baik.


(29)

3. Ciri-Ciri Penerimaan Diri

Hurlock (1990) mengemukakan beberapa cirri penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dengan orang yang menolak keadaan diri. Berikut ini adalah cirri dari orang yang menerima keadaan dirinya:

a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannya dan menghargai dirinya sendiri.

b. Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat oranglain.

c. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional.

d. Menyadari asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan semua keinginannya.

e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri. 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peneriman Diri

Hurlock (1990) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peneriman diri adalah:

a. Adanya Pemahaman tentang Diri Sendiri

Hali ini timbul adanya kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan ketidakkemampunya. Individu yang dapat memahami dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatanya


(30)

untuk penemuan diri sendiri, maksudknya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima dirinya. b. Adanya Hal yang Realistik

Hali ini timbul jika individu menentukan sendiri harapanya dengan disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuanya, dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuanya dengan memiliki harapan yang realistik, maka akan semakin besar kesempatan tercapainya harapan itu, dan hal ini akam menimbulkan kepuasan diri yang merupakan hal penting dalam peneriman diri.

c. Tidak Adanya Hambatan di Dalam Lingkungan

Walapun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi jika lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi, maka harapan individu tersebut akan sulit tercapai.

d. Sikap-sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan

Tidak menimbulkan prasangka, karena adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu mengikuti kebiasaan lingkungan.

e. Tidak Adanya Gangguan Emosional yang Berat

Akan terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia.


(31)

f. Pengaruh Keberhasilan yang Dialami, Baik Secara Kualitatif Maupun Kuantitatif

Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan peneriman diri dan sebaliknya jika kegagalan yang dialami individu akan dapat mengakibatkan adanya penolakan diri.

g. Identifikasi Dengan Orang yang Memiliki Penyesuian Diri yang Baik

Individu yang mengenidentifikasi dengan individu yang memiliki penyesuian diri yang baik akan dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik yang menimbulkan penilaian diri yang baik dan peneriman diri yang baik

h. Adanya Perspektif Diri yang Luas

Yaitu memperhatikan pandangan orang lain tentang diri perspektif yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perpektif dirinya.

i. Pola Asuh Dimana Kecil yang Baik

Seorang anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai individu yang dapat menghargai dirinya sendiri.


(32)

j. Konsep Diri yang Stabil

Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan sulit menunjukkan pada orang lain, siapa ia yang sebenarnya, sebab ia sendiri ambivelen terhadap dirinya.

Ada faktor lain yang dapat mengambat peneriman diri yaitu konsep diri yang negatif, kurang terbuka dan kurang menyadari perasan-perasan yang sesungguhya, kurang adanya kenyakinan terhadap diri sendiri, merasa rendah diri

Sedangkan menurut Sobur (2009) faktor-faktor yang menghambat peneriman diri, antara lain:

a. Sikap anggota masyarakat yang tidak menyenagkan atau kurang terbuka

b. Adanya hambatan dalam lingkungan c. Memiliki hambatan emosional yang berat d. Selalu berfikir negatif tentang masa depan

Pendapat lain dikemukakan oleh Bastaman (2007) mengenai beberapa komponen yang menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna. Komponen-komponen tersebut adalah:

a. Pemahaman Diri ( Self Insight)

Yakni meningkatkan kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik.


(33)

b. Makna Hidup ( The Meaning Of Life)

Nilai-nilai penting yang bermakna bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegitan-kegitannya.

c. Pengubahan Sikap (Changing Attitude)

Merubah diri yang bersikap negatif menjadi positif dan lebih tepat dalam menghadapi masalah.

d. Keikatan Diri (Self Commitment)

Merupakan komitmen individu terhadap makna hidup yang ditetapkan. Komitmen yang kuat akan membawa diri pada hidup yang lebih bermakna dan mendalam.

e. Kegiatan Terarah (Directed Activities)

Suatu upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja, berupa pengembangan potensi pribadi yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk mencapai tujuan hidup.

f. Dukungan Sosial (Social Support)

Yaitu hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya, dan selalu memberi bantuan pada saat-saat diperlukan.


(34)

B. HIV dan AIDS

1. Sejarah HIV dan AIDS

Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981. Meskipun demikian dari beberapa literature sebelumnya ditemukan kasus yang cocok dengan definisi surveilans AIDS, dimana para peneliti Amerika mendiagnosa duabelas kasus infeksi opurtunitik pada kaum homoseksual, Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006). Dalam kasus-kasus ini mereka mengobservasi jika bakteri, virus, fungi dan protoa yang biasanya tidak merugikan manusia tetapi disini dapat menimbulkan infeksi berat seperti radang paru, radang selaput otak, radang lambung yang cukup fatal. Setelah diteliti, infeksi itu sebagai suatu manifestasi dari suatu divensi pada item kekebalan tubuh yakni kerapuhan definisi tubuh. Maka disebutlah fenomena itu AIDS.

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh departemen kesehatan RI tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara belanda di Bali. Kasus yang kedua ditemukan pada bulan maret 1987 di rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada pasien hemophilia dan termasuk jenis nonprogreor artinya kondisi kesehatan dan kekebalan cukup baik selama 17 tahun tanpa pengobatan serta masih berobat jalan sampai tahun 2002, Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006)

2. Pengertian HIV dan AIDS

AIDS sinngkatan dari (Acquierd Immuno Deficiency Syndrome) adalah suatu jenis penyakit yang menyerang kekekbalan tubuh akibat


(35)

infeksi oleh Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk family retroviridae, AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV, Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006)

AIDS (Acquierd Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. virus ini berkembang biak pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih seperti darah, cairan plasenta, air mania tau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu.

3. Penularan HIV dan AIDS

AIDS adalah penyakit yang berkaitan dengan pola hidup, siapa saja bisa mengidap AIDS tetapi ada beberapa orang yang beresiko besar terjangkit virus HIV. Kelompok-kelompok tersebut antara lain:

a. Homoseksual dan Biseksual

Kaum homoseksual dalam hal ini adalah pasangan sejenis laki-laki dengan laki-laki-laki-laki, melakukan aktifitas seksualnya secara anal. Oleh karena itu resiko mengalami luka sangat besar. Jika ada bagian yang luka dan salah satu pasangan ada yang terinfeksi virus HIV maka virus HIV akan mudah masuk kedalam tubuh pasangan satunya.


(36)

b. Pemakai obat terlarang melalui suntikan

Jika jarum suntik tersebut habis digunakan oleh seorang yang terinfeksi HIV, kemudian jarum suntuk tersebut digunakan oleh orang lain lagi, maka orang lain tersebut sangat beresiko tertular HIV.

c. Pengidap hemophilia atau gangguan koagulasi lainnya

Hemophilia yaitu penyakit yang berhubungan dengan darah. Sehingga penderitanya harus sering mendapat tranfusi darah. Jika darah yang ditranfusi tersebut sudah terdapat virus HIV maka akan sangat mudah penularannya kependerita hemophilia tersebut.

d. Kontak heteroseksual dengan penderita AIDS atau dalam resiko AIDS Jika homoseksual aktivitas seksualnya dengan sejenis maka heteroseksual aktivitas seksualnya laki-laki dengan perempuan. Bila salah satu pasangan sudah ada yang tertular, maka virus akan mudah masuk ke tubuh pasangan yang lainnya melalui cairan yang terdapat pada alat kelaminnya.

e. Orang yang pernah ditranfusi darah dan darah tersebut positif HIV Hal ini sudah jelas sekali karena virus HIV ini penularannya paling cepat melaui darah ke darah.

f. Bayi yang lahir dari ibu yang telah terinfeksi HIV

Penularan melalui ASI yang diberikan oleh ibu kepada bayinya karena ASI itu sebenarnya adalah darah. Oleh karena itu ibu yang positif HIV disarankan tidak memberikan ASI kepada bayinya


(37)

4. Tahapan Dari Infeksi Virus HIV Sampai AIDS

Menurut UN AIDS (lembaga dibawah PBB yang mengurusi masalah HIV-AIDS) dalam sebuah situsnya menyebutkan ada beberapa tahapan ketika mulai terinfeksi HIV sampai timbul gejala AIDS:

a. Tahap 1: Periode jendela

HIV masuk kedalam tubuh sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat, tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini. Tahap ini umumnya berkisar 2 minggu-6 bulan. b. Tahap 2: HIV positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun

HIV berkembang biak dalam tubuh, tidak ada tanda-tanda khusus penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat, tes HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang karena telah terbentuk antibody terhadap HIV. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun tergantung daya tahan tubuhnya.

c. Tahap 3: HIV positif (muncul gejala)

Item kekebalan tubuh semakin turun, munculnya gejala infeksi opurtuni seperti pembengkakan kelenjar limfa, diare, flu,dll. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan tergantung daya tahan tubuhnya. d. Tahap 4: AIDS

Kondisi item kekebalan tubuh lemah, berbagai penyakit lain (infeksi opurtunitik) semakin parah.


(38)

5. Upaya Pencegahan HIV dan AIDS

Kontak biasa dengan penderita AIDS tidak mudah membuat orang terkena penyakit itu. Sampai saat ini belum ada kasus yang dilaporkan berkaitan dengan hal ini. Petugas kesehatan dan laboratium harus meneliti prosedur standar keamanan bila mengenai darah dan sampel dari pasien yang mengidap penyakit menular termasuk AIDS, harus hati-hati jangan sampai terluka oleh jarum suntik.

Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan dibeberapa Negara dan amat dianjurkan oleh badan kesehatan WHO sebagai upaya pencegahan HIV dan AIDS antara lain :

a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa

b. Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai kelompok sasaran

c. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik dalam memberikan penyuluhan

d. Paket pencegahan komperhensif untuk pengguna narkoba, termasuk pengadaan jarum suntik steril

e. Program pendidikan agama f. Pelatihan keterampilan hidup

g. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling

Program pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda perlu dipirkan strategi penerapannya disekolah, akademi dan


(39)

universitas dan remaja yang ada di luar supaya tepat sasarannya, D. Samsuridjal dan Z. Djurban (2006).


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang desain/jenis penelitian, subjek penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, dan validitas penelitian.

A. Desain/ Jenis Penelitian

Penelitian studi fenomenologi merupakan jenis penelitian kualitatif. Studi kasus adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang studi kasus dan pendidikan yang diteliti, dan menggunakan satu subyek. Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam studi kasus adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Hal itu karena studi kasus merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia.

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi fenomenologi terkait dengan judul adalah, penghayatan sendiri berarti kesadaran diri dalam menghadapi suatu peristiwa yang kemudian menjadi sebuah pengalaman. Kesadaran diri merefleksikan pada sesuatu yang dilihat, dipikirkan, diingat dan diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi studi kasus.Penelitian ini dibuat untuk mendapatkan deskripsi mengenai penghayatan kehidupan penderita HIV dan AIDS yang notabene menjalani kehidupan selibat. Penelitian ini juga akan mempelajari bagaimana penderita HIV dan AIDS


(41)

merasakan dan mengalami kehidupan seksualitas dan bagaimana cara mengelolanya.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang dipilih pada penelitian ini ialah seorang penderita HIV dan AIDS, yang bernama Diah, umur 29 tahun. Tempat tinggal Diah di Kalasan bersama ibunya dan anaknya. Diah bekerja di LSM sebagai motivator, agama Diah Islam.

C. Metode Pengumpulan Data

Ada empat macam metode pengumpulan data pada peneltian kualitatif, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi (Muhadjir, 2000). Penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam juga observasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti secara lisan. Peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, menyiapkan pokok-pokok yang akan dibicarakan, menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak lanjut wawancara yang telah di diperoleh Moleong (2009). Selain itu peneliti menyiapkan alat rekam suara seperti tape recorder ataupun handphone untuk merekam hasil wawancara dengan subjek. Hasil wawancara sendiri akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan cara


(42)

menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Dalam penelitian ini peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstruktur. Panduan wawancara terstruktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Panduan wawancara

NO ASPEK ITEM PERTANYAAN

1. Pengetahuan Diri Internal

a. Diah apa hoby anda?

b. Menurut anda apa

kekurangan yang anda miliki?

External

a. Bagaimana pendapat dari orang lain mengenai diri anda?

b. Apakah pendapat orang lain mempengaruhi perubahan diri anda

2. Peneriman Diri Pantulan a. Apakah anda pernah menanyakan pendapat orang lain mengenai diri anda dan apa pendapat orang tersebut? 3. Peneriman Diri Dasar a. Apakah anda puas dengan

keberadaan diri anda? b. Kalau tidak kenapa?

4. Pembadingan Real dan ideal a. Menurut anda type orang seperti apa?

b. Anda ingin menjadi orang yang seperti apa?

5. Pengungkapan Diri a. Upaya apa yang anda lakukan untuk merubah diri anda lebih baik?

b. Apa komunikasi upaya tersebut?

c. Apakah dalam berkomunikasi

tersebut anda mengungkapkan pikiran atau

perasan anda?

6. Penyusuain Diri a. Bagaimana respon anda

ketika pertama kali mengetahui terkena HIV-AIDS?


(43)

b. Apa yang anda pikirkan dan rasakan saat itu?

c. Apakah anda dapat menerima kondisi saat ini?

7. Memanfatkan potensi secara efektif

a. Adakah kegiatan yang mendukung hoby?

b. Sering anda mengikuti kegiatan tersebut?

c. Apakah menurut anda kegiatan tersebut bermanfaat? d. Perubahan apa yang terjadi

dalam diri anda setelah mengikuti kegitan tersebut?

2. Observasi

Teknik pengumpulan data kedua yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan peneliti untuk mengamati perilaku dan proses kerja subjek. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif moderat dengan terlibat dalam kegiatan sehari-hari subjek. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh subjek dalam beberapa kegiatan. Dengan observasi pastisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Dalam setiap observasi ini peneliti menyiapkan catatan lapangan untuk mencatat setiap perilaku dan proses kerja subjek sebagai sumber data. Catatan lapangan juga sering digunakan peneliti ketika dalam proses menjalankan teknik wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur.


(44)

Table 2. Hasil Observasi No Jam Observasi Kegiatan di LSM Victory Kriteria Observasi

Perilaku Pikiran Perasaan

1 11.30 Mengerjakan power point buat seminar Fokus mengetik dan tidak mau diganggu siapapun Konsentarasi pada tugas Senang dan ketawa bersama teman-temanya 2 12. 15 Makan siang

di LSM Victory Menghabis kan makanan Ingin makan karena sudah lapar Gembira karena sudah makan dan kenyang 3 12. 45 Membaca

koran dan ngobrol sama teman-teman

Nyantai, ketawa dan pasti ada aja yang dibahas. Diam bentar ngobrol lagi Menikmati siang hari bersama teman-teman Ceria, bisa ketawa sama teman-teman, ngobrol tanpa rasa sungkan 4 14.00 Kembali

mengerjakan power point Depan laptop dan mengedit Ingin segera selesai dan menyelesaik -


(45)

tulisan-tulisan yang tadi sudah di bikin

an tugas yang lain

5 15.15 Tugas power point selesai dan memegang handphone Memegang handphone sambil senyum-senyum sendiri Bisa pegang handphone karena beberapa jam tidak memegang handphone Bangga bisa memega ng handpho ne

6 15.30 Peneliti pamit pulang karena waktu sudah sore.

- - -

D. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan yang didapatkan melalui observasi secara langsung, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain. Proses analisis data sendiri dimulai dari pembuatan verbatim melalui rekaman wawancara, reduksi data, coding, dan analisisnya. Verbatim adalah percakapan wawancara dengan cara menuliskan setiap kata per kata jawaban dan pertanyaan yang sudah diajukan kepada subjek. Sebelum menganalisis, peneliti melakukan proses reduksi data. Selanjutnya peneliti menentukan coding untuk masing-masing aspek pada daftar pertanyaan berupa kode. Maksud dan arti kode itu


(46)

sendiri hanya diketahui oleh peneliti. Selanjutnya peneliti membuat analisis berdasarkan data yang sudah ada, dan menyajikannya dalam bentuk teks deskriptif. Berikut ini merupakan prosedur kerja reduksi data dan coding dalam membantu analisis penelitian ini:

1. Reduksi Data

Reduksi data peneliti mengidentifikasi adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian (Moleong, 2009). Setelah itu peneliti mulai memilah-milah hal penting, merangkum data, mencari pola atau tema dan membuang data-data yang tidak perlu

2. Pengkodean/Coding

Pengkodean/coding yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengkodean terbuka/open coding (Muhadjir 2000). Pengkodean terbuka merupakan bagian dari analisis yang terutama berkaitan dengan pemberian nama dan melalui pemeriksaan data yang cermat. Dalam penelitian ini hanya ada dua prosedur yang digunakan oleh peneliti yaitu:

a. Pelabelan Fenomenologi

Pelabelan study kasus, peneliti memisah-misahkan amatan, kalimat, paragraf, dan menamai insiden, ide, atau peristiwa-peristiwa dengan sesuatu yang mewakili study kasus. Kalau tidak, maka akan menemukan kesulitan dan sangat kebingungan karena akan terlalu banyak nama (Muhadjir 2000). Peneliti menggunakan kode yang sesuai dengan hasil lapangan baik wawancara maupun observasi.


(47)

b. Variasi cara pengkodean terbuka

Terdapat beberapa cara pendekatan terhadap proses pengkodean terbuka yaitu, analisis dengan pengkodean baris per baris, per kalimat atau paragraf, dan analisis dengan pengkodean yang menggunakan seluruh dokumen, pengamatan, atau wawancara. Penelitian ini sendiri menggunakan analisis dengan pengkodean kalimat per kalimat atau paragraf. Peneliti menentukan gagasan utama yang terkandung dalam kalimat atau paragraf dari wawancara dan catatan lapangan dan memberikannya nama/kode. Selanjutnya dilakukan analisis yang lebih rinci melalui pengkodean yang telah dibuat oleh peneliti (Muhadjir 2000).

E. Validitas Penelitian

Dalam wawancara untuk mengumpulkan informasi, peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk melihat validitas penelitian. Moleong (2009) menjelaskan bahwa ada dua jenis triangulasi yaitu, triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peniliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Data diperoleh dari beberapa pihak yang terkait dengan subjek.


(48)

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009). Hal itu dapat dicapai dengan jalan, Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan


(49)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang pelaksaaan penelitian, dan informasi-informasi yang telah diperoleh di lapangan sebagai hasil studi fenomenologi dengan metode seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya. Informasi diperoleh langsung dari subjek dan dari pihak terkait. Penulis berusaha mendalami tentang keadaan subjek.

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dengan Subjek dimulai pada hari kamis, tanggal 2 November 2015 dengan datang ke LSM. Peneliti mempersiapkan pedoman wawancara, perekam suara berupa handphone dan surat persetujuan untuk menjadi subjek. Penelitian terus berlanjut sampai pada awal bulan Desember.

Sebelum melakukan penelitian tentunya peneliti sudah melakukan pendekatan dengan Subjek penelitian baik melalui media sosial, alat komunikasi, maupun bertemu langsung. Berikut agenda pertemuan peneliti dengan Subjek, dan Informan terkait:

Tabel 3. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek, dan informan

SUBJEK

No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan 1. Senin, 2

November 2015

Wawancara Kegiatan Subjek di LSM 2. Kamis, 5

November 2015

Wawancara Pandangan Subjek mengenai peneriman diri

3. Selasa, 10 November 2015

Wawancara Aspek-aspek peneriman diri berdasarkan pedoman

wawancara yang telah dibuat oleh peneliti


(50)

4. Senin, 16 November 2015

Menggali Informasi Informasi mengenai data diri subjek

5. Rabu, 18

November 2015

Mengggali informasi

Melihat kegiatan subjek dari pagi sampai siang

6. Jumat, 20 November 2015

Wawancara a. Latar belakang kehidupan keluarga

b. Lingkungan Fisik, sosio ekonomi, dan sosio kultural

c. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan

7. Senin, 30

November 2015

Menggali informasi melalui informan

Menggali informasi mengenai Aspek-aspek peneriman diri berdasarkan pedoman

wawancara yang telah dibuat

B. Subjek

1. Penghimpunan Data Subjek

Nama : Diah

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 18 Febuari 1986

Usia : 29

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Rumah : Jawa Tengah Alamat Sekarang : Yogyakarta

Penampilan Fisik : Tinggi, putih agak hitam, mata sipit Penampilan Psikis : Tenang, murah senyum, tegas 2. Sejarah subjek

Berawal dari chating Diah berkelanan dengan N saling tukar pikiran, bercanda, dan rasa nyaman keduanya terasa. Saling sama-sama suka


(51)

Diah berpacaran dengan N, seiring berjalanya waktu keduanya menikah dan dikarunia anak. Hari terus berjalan dan rasa keluargaan yang kental, keharmonisan selalu muncul dalam keluarga tersebut. Entah kenapa Diah yang begitu sabar dan baik hati selalu salah dimata N. Waktu itu sempat KDRT, namun tidak sampai kefisik hanya bicara kotor dan tidak sopan terhadap wanita. Tingkah laku N yang seharusnya tidak perlu dilakukan seperti narkoba dan minuman keras, tapi N tetap saja melakukan bersama teman-temannya. Dengan sabar Diah selalu berdoa dan sholat, semoga N segera sadar akan kelakuanya. Tidak terduga pada tanggal 8 Desember 2006 N meningal dunia karena narkoba, Diah dan keluarga besar sudah mengikhlaskan perginya N. Setelah 3 hari meninggal dunia N, Diah pergi ke rumah sakit untuk periksa dan hasilya positif terkena HIV dan AIDS.

Diah hanya merenung dan diam lesu dirumah sakit, 2006-2008 Diah belum bisa menerima akan penyakit yang Diah derita. Dari situ Diah menyadiri apabila penyakit HIV dan AIDS yang terus dipirkan lama-kelaman hanya bersedih dan jengkel. Hati yang sudah diketuk untuk semangat dan menjalani hidup dengan baik Diah tergugah dari pikiran yang negatif menjadi positif. 2 tahun yang begitu lama dan pengobatan yang terus dilakukan, namun sampai sekarang penyakit HIV dan AIDS yang diderita Diah belum bisa disembuhkan. Diah ikhlas menerima keadaan yang sampai saat. Yang berlalu sudahlah berlalu, semua itu hanya cobaan dan menjadi pengalaman.


(52)

3. Analisis Data Subjek

a. Latar belakang kehidupan keluarga

Keluarga besar Diah beragama Islam, kedua orang tuanya tinggal diyogyakarta. Diah anak yang terakhir dari 5 bersaudara. Diah tinggal bersama mertua dan putrinya. Kedua orang tua Diah ibunya sudah meninggal dan bapaknya menikah lagi.

b. Lingkungan fisik, sosio-ekonomi dan sosio kultural

Lingkungan daerah asal Diah termasuk golongan menengah dalam hal ekonomi karena Diah tinggal di daerah perumahan. Kebanyakan masyarakat di sana bekerja di kantoran setempat. Lingkungan sosialnya baik tidak ada saling menjatuhkan dan saling membantu. Sosio-kultural di daerah Diah kebanyakan asli suku Jawa. Tidak banyak pendatang yang tinggal di daerah mereka.

c. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan

Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan Diah sangat baik jika berdasarkan rekam medisnya. Walaupun Diah terkena penyakit HIV dan AIDS Diah tetap percaya diri dan penyakit tersebut tidak ada.

Pengalaman Diah tersebut tidak mempengaruhi kondisi kesehatannya sampai saat ini, Diah tidak mengingat hal itu sebagai pengalaman yang menyakitkan sehingga hal itu tidak mempengaruhi perkembangan Diah hingga saat ini.


(53)

d. Perkembangan sosial dan status sosial sekarang ini

Perkembangan sosial Diah cukup menarik. Diah merupakan tipe pribadi yang cukup mudah membangun hubungan dengan orang lain. Jiwa sosial yang tinggi Diah disegani oleh teman dan keluarga. Tolong-menolong sebagai kewajiban bagi Diah dan pada saat diah perlu bantuan pasti sekelilingnya juga membantu Diah.

e. Ciri-ciri kepribadian

Diah memiliki kepribadian yang baik. Diah dikenal sebagai pribadi yang cukup tenang. Baik itu dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya, maupun mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya maupun lingkungannya. Diah adalah pribadi semangat, ulet dan ramah kepada orang lain. Diah tipe orang yang suka menghabiskan waktu sendirian dan menikmati emosi yang dalam dirinya.

C. Cara Seorang Penderita HIV dan AIDS Mampu Menerima Dirinya 1. Pengetahuan Diri

Semua kegitan harus dilakukan dan perlu dicoba, hal baru merupakan tantangan bagi kita sebelum melakukan dan mencoba agar hasilnya sempurna. Hoby merupakan kegiatan yang telah digeluti selama hati dan perasan yang telah diketuk agar tangan dan pikiran berjalan selama melakukan apa yang kita inginkan. Entah itu hobynya membaca buku, kuliner dan memasak. Dari situ apabila kegitan itu membuat hati senang pasti hoby tersebut akan memuaskan dan bangga akan dirinya. Hoby tersebut bisa dilakukan waktu longgar atau pada saat weekend. Sebalikya


(54)

apabila kita malas-malasan dan tidak melakukan hal baru, pasti hanya itu-itu aja yang dilakukan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

Hoby saya memasak, kuliner dan membaca buku mas. Tapi yang paling aku suka adalah memasak, biasa mas jadi ibu kalau gak bisa masak gak enak sama mertua. Dan yang enggak saya suka adalah mencuci pring, gelas dan perabotan masak.

Pernyataan Diah diatas menunjukkan bahwa hoby yang digeluti luar biasa. Dari situ Diah ingin menunjukan bahwa Diah mampu melakukan apa yang diinginkan. Tetapi ada sisinya yaitu malas, dari situ kekurangan dan kelebihan Diah. Saya menyimpulkan hoby merupakan kegitan yang membuat kita senang, terkadang kalau melalakukan hoby tidak dari hati dan hanya asal-asalan hasilnya kurang memuaskan.

Pendapat dari orang lain terkadang menyakitkan, apakah itu masukan atau sidiran yang membuat kita jatuh. Banyak orang itu masukan agar kedepanya menjadi lebih baik. Tujuan untuk saling terbuka dan kepercayaan membuat kita tidak sungkan pada saat bercerita dengan teman maupun keluarga. Dari situ kita dapat masukan pendapat dari seseorang yang dipercaya, entah itu rahasia atau sharing tentang sifat dan tingkah laku sehari-hari. Ini kutipan saya dengan Diah.

Bagaimana pendapat orang lain mengenai diri anda?

kata orang-orang saya itu pantang menyerah, semangat, percaya diri dan tolong menolong. Selama saya bisa ya saya lakukan dengan cara apapun. Sesuatu itu kalau dilakukan dengan hati pasti hasilnya baik

Pernyataan Diah diatas menunjukkan bahwa kepribadian Diah jiwa sosial yang tinggi. Tidak hanya itu semangat dan percaya diri yang tinggi


(55)

disegani oleh teman maupun keluarga. Tindakan merupakan awal kita yang akan dinilai oleh orang lain, apakah bisa dipercaya atau sebaliknya. Maka dari itu banyak-banyaklah bersyukur dan tolong menolong.

2. Peneriman Diri Pantulan

Seseorang akan menyimpulkan tentang diri kita berdasarkan penangkapan kita tentang bagaimana orang lain memadang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta pendapat orang lain mengenai tentang diri sendiri. Dengan cara tersebut kekurangan dan kelebihan kita dapat dinilai oleh orang lain. Kutipan wawancara dengan Diah:

Apakah anda pernah menanyakan pendapat orang lain mengenai

diri anda?

Pernah mas, pendapatnya oramg-orang saya tenang, bertanggung jawab, pantang menyerah. Saya kalau menanyakan diri saya dengan ibu mertua terkadang sam teman saya mas, dari situ saya tau tentang diri saya.

Melihat dari wawancara Diah sering bercerita dengan ibu mertuanya etah itu bercerita dirinya sendiri atau anaknya. Kedekatan dengan keluarga merupakan tanda keharmonisan yang untuh dan sangat tinggi nilainya. Orang lain yang dekat dengan kita sering juga memberikan saran dan pendapat agar kedepanya menjadi baik.

3. Peneriman Diri Dasar

Keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsic dan tanpa syarat. Peneriman diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima diri apa adanya serta tidak menempatkan standar atau syarat yang tinggi diluar kemampuan.


(56)

Kemampuan mampu mengukur diri kita, sampai mana kekuatan kita dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Kutipan wawancara dengan Diah:

Apakah anda puas dengan keberadaan diri anda ?

Puas, dengan keadaan seperti ini saya bangga akan diri saya, walupun saya punya penyakit tidak membuat saya lemah, malah menjadi semangat hidup.

Apabila kita mempunyai prinsip yang kuat dan yakin semua apa yang kita miliki akan menjadi kemampuan kita untuk melakukan sesuatu entah itu tugas berat atau ringan. Setiap individu pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan, dari situ bagaimana cara kita menghargai tentang hidup. Semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Keluarga dan sahabat hanya dorongan semangat unyuk menjalani kehidupan. Tidak ada kata menyerah dan menyesal sebelum kita melakukan atau mencoba.

4. Pembandingan Antara Yang Real dan Ideal (real-ideal comparison) Penilaian tentang diri yang sebenarnya di bandingkan dengan diri yang di impikan atau yang di inginkan. Kesengjangan antara diri ideal dan real hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah frustasi. Kepribadian seseorang terkadang dibadingkan oleh orang lain, bagaimana penampilan saya, selama ini perbuatan apa yang telah aku lakukakan terhadap orang lain, bermanfaat atau tidak bagi orang lain. Hal-hal seperti itu perlu dipertanyakan pada diri kita. Kutipan wawancara dengan Diah

Anda ingin menjadi orang yang seperti apa?


(57)

Keinginan seseorang menjadi lebih baik dan kemarin tindakan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Sesuatu apabila dilakukan dengan ikhlas pasti hasilya berkah, dari situ kita bisa menilai kemampuan kita. Kekurangan tidak mengurangi harga diri kita, maka dari itu berbuatlah baik pada orang lain agar kita dihargai dan disegani.

5. Pengungkapan Diri

Peneriman diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian untuk mengungkapkan diri (pikiran dan perasaan) kepada orang lain. Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang siapa dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau persaan hendaknya dilakukan secara asertif sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian yang sehat dari pada cara agresif maupun pasif. Kutipan wawancara dengan Diah:

Upaya saya untuk merubah diri ialah tanyakan pada diri saya dan mengetuk hati saya, apakah saya baik kepada orang lain, anak, dan keluarga Semua itu selalu saya tanyakan pada diri saya, entah saya merenung dan sholat. Komunikasi sering saya dengan keluarga terutama anak dan ibu. Saya selalu sharingkan kepada ibu dan anak, dengan itu kejujuran dan keterbukaan selalu saya utamakan demi keluarga yang harmonis.

Ungkapan yang begitu luar biasa dari Diah, dengan kemampuan pikiran dan perasaan semua jadikan satu demi kelurga dan orang lain. Dengan situasi apapun apabila di bawa dengan pikiran dan perasaan yang positif nilai-nilai kehidupan pasti selalu benar. Tujuan yang paling utama


(58)

ialah mendekatkan pada tuhan agar kemampuan, pikiran, dan persaan selalu hadir pada saat kita terjatuh dan saat kita lemah.

6. Penyesuian Diri

Dalam penyesuian diri individu tidak mampu menyesuikan diri menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya maka individu harus menyesuikan diri dengan cacat tersebut agar cacatnya dapat diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu menyesuiakan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi negative bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dll. Reaksi tersebut menunjukan bahwa individu berupaya melakukan penolakan terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu tidak akan mampu menerima dirinya. Kutipan wawancara dengan Diah:

Respon saya saat terkena HIV-AIDS saya diam, merenung dan saat itu saya kan dirumah sakit hanya tidur kalau tidak sholat biar tenang. Yang saya rasakan dan dalam pikiran saya jengkel, marah dan kenapa harus saya terkena penyakit ini kok tidak yorang lain. Lama kelaman saya menyadari apabila saya seperti ini terus saya hanya mengeluh dan putus asa. Lebih baik saya jalani dengan keadaan seperti ini. Dan saya bisa menerima semua ini dengan tegar.

Peneriman diri dan penyesuian diri yang kuat bagi Diah yang awalnya tidak menerima akan keadaanya dan butuh waktu yang lama bisa menerima akan penyakit yang Diah alami. Pikiran dan perasan yang membuat Diah untuk berfirkir keras, dengan doa Diah bisa menerima keadaanya. Arti dalam perjuangan menghasilkan benih-benih pengharapan bagi Diah.


(59)

7. Memanfatkan Potensi Secara Efektif

Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif dapat mebantu terciptanya peneriman diri. Proses peneriman diri terdapat kemampuan untuk mengenali potensi diri. Upaya yang positif untuk memanfaatkan apa yang dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk mencapai masa depan yang baik. Kutipan wawancara dengan Diah:

Yang mendukung kegiatan saya berkebun, siram tanaman biasa mas jadi seorang ibu hehe..setiap hari pasti melakukan biar enggak bosan. Kegitan tersebut sangat bermanfaat mas. Saya tidak sibuk dirumah juga, pasti saya selalu kekantor Victory dengan kegitan Victory saya bisa berbagi dengan orang lain dan teman-teman. Bahkan kalau ada acara seminar pasti saya datang dan mengikuti acara tersebut bahkan bisa menjadi motivator. Kegitan ini sangat bermanfaat banget mas bagi saya. Itulah kegitan dan kesibukan saya selama ini mas.

Kegiatan dan hoby yang digeluti Diah sangat bermanfaat, kesibukan di rumah dan di Victory Diah bisa mengatur waktu. Dengan adanya kegitan Diah menjadi peran utama bagi keluarganya, keluarganya tak henti-hentinya selalu mendukung dan memberi semangat untuk menjalani hidupnya. Waktu yang sangat penting dan berharga bisa digunakan Diah manfaatkan. Semoga kegitan yang Diah tekuni selalu diberikan kemudahan dan diberi kesehatan bagi Diah dan keluarganya. D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Penderita HIV dan

AIDS

1. Adanya Pemahaman Tentang Diri Sendiri

Hal ini timbul adanya kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan ketidakkemampuannya. Individu yang dapat memahami


(60)

dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk penemuan diri sendiri, maksudknya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima dirinya. Inilah kutipan saya wawancara dengan Diah;

Kemampuan saya mudah begaul, ramah, rendah hati, peduli

sama orang lain dan baik. Inilah diri saya yang sebenarnya

Dari hasil ungkapan Diah saya menyimpulkan, bahwa Diah orang yang mudah bergaul dan sosialisasinya baik. Diah tidak memandang itu siapa cowok atau cewek, yang terpenting Diah nyaman bergaul dengan siapapun. Kepedulian yang selalu ditonjolkan pada Diah itu bermanfaat bagi dirinya, selama Diah bisa pasti pasti di bantu.

2. Adanya Hal Yang Realistik

Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapanya dengan disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuanya dengan memiliki harapan yang realistik, maka akan semakin besar kesempatan tercapainya harapan itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan diri yang merupakan hal penting dalam penerimaan diri. Inilah hasil wawancara bersama Diah:

Harapan kedepanya saya mau menikah, dan sampai sekarang belum puas dan pastinya selalu usaha. Dan serahkan pada Tuhan agar kedepanya tercapai, tak lupa selalu berdoa

Dari hasilnya saya menyimpulkan bahwa Diah ingin segera menikah, dan saat bercerita sama saya Diah sudah mendapatkan calonya. Dulu pernah ketemu saat acara, berawal dari situ Diah lebih kenal dan


(61)

semakin akrab. Semoga kedepanya Diah tercapai dengan harapanya dan tak lupa selalu berdoa.

3. Tidak Adanya Hambatan Di Dalam Lingkungan

Walapun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, jika lingkungan disekitarnya memberikan kesempatan. Maka harapan individu tersebut akan tercapai. Inilah hasil kutipan wawancara dengan Diah:

Dalam lingkungan saya baik dengan tetangga maupun masyarakat lainya. Dalam medis HIV dan AIDS ( B20 ) saya tidak bercerita dengan lingkungan rumah saya, dan masyarakat kampung saya tidak mengetahui kalau saya penderita HIV dan AIDS. Hanya teman yang mengetahuinya itu saja yang akrab dan kenal.

Kepribadian Diah yang tidak asal bicara dengan orang, hanya teman dekat yang Diah mau cerita. Perlu teman yang benar-benar bisa dipercaya, tanpa itu rahasia benar-benar harus di jaga karena itu semua setengah dari hidup. Dalam masyarakat Diah baik, dan tidak ada hambatan yang Diah alami dalam bermasyarakat.

4. Sikap-sikap Anggota Masyarakat Yang Menyenangkan

Tidak menimbulkan prasangka, karena adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu mengikuti kebiasaan lingkungan. Kutipan wawancara dengan Diah:

Ikut serta dalam kelompok Ibu PKK dan apabila lahiran, nikah dan kematian ikut nyumbang.

Singkat dalam menjawab dan menghasilkan apa yang saya maksudk. Ikut kesertaan wajib sebagai Ibu, kelompok Ibu PKK merupakan langkah awal dalam memulai bermasyarakat. Apabila


(62)

kampung ada pernikahan, layatan, lahiran Diah ikut menyumbang dan layaknya umum di masyarakat.

5. Tidak Adanya Gangguan Emosional Yang Berat

Akan terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia. Inilah hasil wawancara bersama Diah:

Sangat bahagia dan bermanfaat bagi orang lain, dan semua itu saya merasa kepuasan sendiri. Dari kata Bob Sadino kerja kalau kita kerja mengerjakan hoby kita.

Arti dalam sebuah hidup pasti kita punya tokoh entah itu siapa saja, asalkan tokoh tersebut selalu memberikan inspirasi buat kedepanya. Contoh seperti Diah, sampai saat ini Diah bangga dan bahagia akan pekerjaan yang digelutinya. Bahkan insipirasi-insipirasi Diah bermanfaat bagi orang lain, itu semua merupakan kebanggaan tersendiri bagi Diah. Semoga kedepnya inspiranya selalu menyinari bagi orang disekitarnya 6. Pengaruh Keberhasilan Yang Dialami, Baik Secara Kualitatif maupun

Kuanti

Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya jika kegagalan yang dialami individu akan dapat mengakibatkan adanya penolakkan diri. Inilah hasil wawancara saya bersama Diah:

Keberhasilan yang saya alami, bisa mencapai apa yang saya ingikan dan semua itu kerja keras saya dan inilah kemampuaan saya. Kegagalan saya alami belum pernah, selama saya gagal itu mungkin hanya rintangan saya dan saya perlu belajar lagi.


(63)

Keberhasilan merupakan hasil kita selama kita mau mencoba dan tak henti-hentinya selalu belajar demi terwujudnya hasil tersebut. Dari hasil wawacaranya Diah tak mudah putus asa dan selalu mencoba, saya melihat dari kerja kerasnya yang orang-orang sekitarnya memuji Diah. Keberhasilan Diah tidak sia-sia dan sangat berguna bagi dirinya dan orang lain.

7. Indentifikasi Dengan Orang Yang Memiliki Penyesuian Diri Yang Baik Individu yang mengenindentifikasi dengan individu yang memiliki penyesuian diri yang abaik akan dapat membangun sikap-siakap yang positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik yang menimbulkan penilian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik

Kalau dalam bermasyarakat saya baik, toleransi dan layaknya sebagai masyarakat pada umumnya. Sikap dalam bermasyarakat yang terpenting sopan dan menghormati yang lebih tua, entah itu menyapa dan saling membatu pada saat kesusahan.

Kebaikan, sopan, saling membantu dan menyapa orang disekitarnya merupakan ciri khas entah itu di kota maupun di desa. Semangat bermasayarakat merupakan tanda orang yang bersosialisasi tinggi seperti Diah yang tak henti-hentinya selalu ikut serta dalam bermasyarakat. Tetangga Diah semuanya pada rukun, dan saling mengingatkan kalau kampung ada acara.

8. Pola Asuh Dimana Kecil Yang Baik

Seorang anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai individu yang dapat menghargai dirinya sendiri.


(64)

Dalam keluarga saya pola asuh Patriarki, dimana lelaki yang memimpin keluarga dan yang cewek harus mengalah dengan lelaki itu ciri khas orang Jawa. Kalau Ibuk kalah dengan bapak, karena bapak dominan dan harus menjadi panutan dalam keluarga.

Setiap kelurga mungkin berbeda-beda, keluarga Diah menganut pola asuh Patriarki dimana lelaki harus menjadi panutan dalam keluarga, yang perempuan harus ikut lelakinya. Keluarga Diah kental dengan adat jawa, maka dari itu Diah punya prinsip seperti keluarganya.

9. Adanya Perspektif Diri Yang Luas

Memperhatikan pandangan orang lain tentang diri perspektif yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perpektif dirinya. Inilah kutipan wawancara bersama Diah:

Pandangan terhadap saya baik, ramah, sopan, walupun ceplas ceplos inilah aku. Dan saya bisa menerima, itu semua adalah pendapat dari orang-orang sekitar.

Kepribadian Diah merupakan ciri khas beliau karena pendapat orang lain merupakan masukan-masukan bagi Diah buat kedepanya. Perlu diperbaiki atau tidak dengan sifatnya, sikapnya dan tutur kata saat bicara. Penerimaan diri Diah bisa menyatu, dengan itu Diah melakukan apa saja itulah kebahagian Diah miliki. Pengalaman Diah menurut saya sudah cukup dengan masuknya kerja ke LSM, dari situ awal Diah memulainya dan sampai saat ini masih betah dengan pekerjaan yang di gelutinya.


(65)

10.Konsep Diri Yang Stabil

Individu yang memiliki konsep diri yang stabil merupakan peneriman diri yang sudah menerima akan dirinya. Dengan itu semuanya akan menjadi lebih nyaman, termotivasi, dan gembira. Dari hal kecil tersebut merupakan konsep diri yang seharusnya setiap hari dilakukan dengan cara apapun. Pikiran yang positif, semangat, dan jujur awal yang menjadi lebih baik. Inilah hasil wawancara saya bersama Diah:

Dalam psikologis saya baik-baik saja, bisa beradaptasi dengan keluarga, lingkungan, masyarakat dan tidak ada hambatan apapun

Keseluruan secara psikologis tidak diragukan semuanya baik dan sehat, dengan itu Diah bisa melakukan kegiatan apa yang dia senangi entah itu hoby, pekerjaan di LSM atau lainya. Dari semanagat Diah merasa tidak ada kekurangan apaapun, dan bisa menerima akan keadaanya. Kebaikan Diah menjadi panutan bagi teman-temanya.

E. Trianggulasi Teori Penerimaan Diri

Patton (dalam Poerwandari, 2001) mengemukakan empat macam trianggulasi anatara lain:

1. Trianggulasi data, menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil observasi, atau mewawancari lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Dalam penelitian mewawancari satu (significant other) untuk masing-masing subjek.

2. Trianggulasi pengamat, adanya pengamat diluar penelitian yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen


(66)

pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgment) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

3. Trianggulasi teori, penggunaan teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai teori yang telah dijelaskan pada bab dua untuk digunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. 4. Trianggulasi metode, penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu

hal, seperti metode wawancara dan observasi. Dalam penelitian, peneliti melakukan metode wawancara yang didukung dengan metode observasi. F. Trianggulasi Penerimaan Diri HIV dan AIDS

Berdasarkan hasil penelitian Diah memiliki peneriman diri yang positif. Sesuai dengan teori Bastaman (2007) penerimaan diri diartikan sebagai sikap seseorang yang merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakatnya sendiri serta pengakuan akan keterbatasan diri. Dengan ini Diah menyadari akan pentingnya hidup, karena berawal dari menirima dirinya Diah bisa melakukan apa yang sudah direncanakan. Contohnya melakukan kegiatan entah itu hoby, pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah. Dari situ apabila kegitan itu membuat hati senang pasti hoby tersebut akan memuaskan dan bangga akan dirinya. Hoby tersebut bisa dilakukan waktu longgar atau pada saat weekend. Hal itu dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

Hoby saya memasak, kuliner dan membaca buku mas. Tapi yang paling aku suka adalah memasak, biasa mas jadi ibu kalau enggak bisa masak gak enak sama ibuk. Yang saya enggak suka adalah mencuci piring, gelas dan perabotan masak.


(67)

Diah bangga dan senang akan dirinya, walaupun Diah punya penyakit. Penerimaan diri lebih berorientasi pada urusan personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima dirinya apa adanya serta tidak menempatkan standar atau syarat yang tinggi diluar kemampuan. Kemampuan mampu mengukur diri kita, sampai mana kekuatan kita dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Kutipan wawancara dengan Diah:

Puas dengan keadaan seperti ini saya bangga akan diri saya walapun saya punya penyakit tidak membuat saya lemah, malah menjadi semangat hidup.

Dari teman, saudara, dan keluarga semuanya saling mendukung dan memberikan support. Di kantor LSM tak ada yang saling menghina dan semuanya keluarga, dari situ Diah menjadi betah dan kerasan. Penerimaan diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian untuk mengukapkan diri (pikiran dan perasaan) kepada orang lain. Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang siapa dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback yang berguana untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangam kepribadian yang sehat dan dari pada cara agresif maupun pasif. Kutipan wawancara dengan Diah:

Upaya saya untuk merubah diri ialah tanyakan pada diri saya dan mengetuk hati saya, apakah saya baik kepada orang lain , anak, keluarga dan teman. Semua itu saya tanyakan pada diri saya entah saya merenung maupun pada saat sholat. Komunikasi saya dengan keluarga dan teman, dengan itu kejujuran dan keterbukaan yang sama utamakan.

Supraktiknya (1995) menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau tidak bersikap merendahkan terhadap diri


(68)

sendiri. Tanpa disadari kekurangan dan kelebihan seseorang semuanya berbeda, dengan itu lakukan apa yang kita miliki tak perlu minder atau salah. Selama kita belum mencoba jangan takut, percayalah semuanya pasti ada jalan. Dalam penyesuian diri individu tidak mampu menyesuiakan diri menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Ketika Diah memiliki penyakit maka individi harus menyesuiakan diri dengan penyakit tersebut agar penyakit dapat diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya bila tidak mampu menyesuiakan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi negative bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dll. Reaksi tersebut menunjukan bahwa individu berupaya melakukan penolakkan terhadap penyakit. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu tidaka akan mampu menerima dirinya. Kutipan wawancara dengan Diah:

Respon saya terkena HIV dan AIDS saya diam, merenung dan saat itu saya dirumah sakithanya tidur kalau tidak sholat biar tenang. Yang saya rasakan dalam pikiran saya jengkel. Marah dan kenapa harus saya terkena penyakit ini kok tidak orang lain. Lama kelamaan saya menyadari apabila saya seperti ini terus saya hanya mengeluh dan putus asa lebih baik saya jalani dengan keadaan seperti. Dan saya bisa meneriam semua ini dengn tegar.


(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian. Bagian saran memuat saran untuk peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang jauh lebih baik dari penelitian ini.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah dalam menghayati peneriman diri. Peneriman diri pada umumnya memegang prinsip dasar bahwa kehidupan perlu kita manfaatkan entah itu waktu, pikiran, dan perasaan. Dengan itu Individu bisa menghargai hidup dan semangat untuk menjali hidupnya.

Subjek dalam penelitian ini mampu mengenali dirinya sendiri ketika membangun hubungan dengan oranglain, termasuk teman dan keluarga. Subjek juga menemukan cara yang tepat untuk dirinya ketika saat dia lemah dan terjatuh. Dengan mendekatkan diri pada tuhan pasti jalan kebenaran selalu ada. Semangat dan dorongan dari keluarga membuat subjek menjadi yakin dan percaya diri untuk melakukan aktifitas seperti menjadi motivator dalam seminar. Pengalaman yang dulu telah dilupakan, masa depan yang ingin diraih. Saran dan kritikan dari orang lain selalu buat acuan demi menjadi orang yang lebik baik dari kemarin. Waktu yang lama untuk menjadi lebih baik lagi,


(70)

dengan pengorbanan dan perjuangan yang sampai saat ini subjek bisa menjadi semangat untuk menjali hidup.

B. Saran

Berikut ini dikemukakan saran bagi peneliti lain agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik:

1. Peneliti harus membuat pertanyaan terlebih dahulu dan membuat agenda pertemuan secara rutin. Tentunya berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan subjek

2. Peneliti harus memiliki kesiapan hati, waktu, dan tenaga untuk melakukan penelitian terutama dalam mencari informasi dari sumber-sumber yang telah ditentukan.

3. Lebih terbuka terhadap semua informasi.

4. Memiliki sikap empati terhadap setiap peristiwa yang dimaknai oleh subjek. 5. Memilih tempat yang kondusif ketika menggali informasi supaya peneliti

benar-benar menangkap makna dari setiap informasi.

6. Membangun hubungan dengan baik dan relasi yang dekat agar subjek merasa nyaman dengan peneliti.

7. Menunjukkan penerimaan yang baik melalui komunikasi non-verbal atas setiap pernyataan yang diutarakan subjek.

8. Memiliki kreatifitas dalam menghadapi hambatan-hambatan yang ada, atau situasi yang terjadi di luar perkiraan peneliti.


(1)

Verbatim II

SUBJEK WAWANCARA CODING

Sandi Selamat siang mbak diah Diah Siang sandi

Sandi Dari mana mbak

Diah Rumah san, ada apa ni.... Sandi Masih ada yang kurang mbak

Diah Oke oke

Sandi Yang pertama apakah mabak Diah bisa mengenali diri anda? Dan apa kemampuan mbak Diah

DH-APT01

Diah Kemampauan saya mudah bergaul, ramah, rendah hati, peduli sama orang lain dan baik

Sandi Itu semua mbak Diah yang menyimpulkan atau dari pihak lain Diah Emmm....saya dan pihak orang lain

Sandi Owalah tak kirain menyimpulkan sendiri mbak Diah Enggak lah pasti nya dari aku dan orang lain

Sandi Baiklah, apaa harapan mbak diah dan puaskah dengan harapan tersebut

DH-AHY01

Diah Kalau harapan nikah heheh...belum puas karena belum pas waktunya dan pasrah pada tuhan

Sandi Mau nikah yaa mbak..sudah ada calonya kah Diah Sudah

sandi Dulunya gimana mbak heheh....

Diah Teman seh awalnya, dari situ menjadi akrab

Sandi Owalah..sekarang sering ketemu dan komunikasi terus nuw mbak

Diah Pastinya lah....

Sandi Kalau boleh tau mbak, cowoknya juga kena mbak Diah Enggak, dia mau dan menerima akan keadaan seperti ini

Sandi Yaaa....semoga segera menikah yaa mabak Diah Amien amien


(2)

Diah Masalah dalam masyarakat baik. Istilah dalam medis HIV B20 dan lingkungan sekitar saya pada tidak tau, dan saya tidak membuka status saya. Masalah ngobrol lebih dalam sama teman yang sudah akrab

Sandi Sama tetangga gimana mbak Diah Baik dan rukun

Sandi Berarti mbak Diah kalau ngobrol sama teman yang akrab dan keluarga

Diah Iyaaa betul sekali...

Sandi Dalam lingkungan apakah mbak Diah ikut serta? DH-SAM01 Diah Ikut, kalau ada lahiran, nikah, kematian dan semua itu pastinya

nyumbang dan ikut serta kelompok Ibu PKK Sandi Berarti aktif juga yaa mbak

Diah Pastinya mas...

Sandi Dalam pekerjaan, apakah mbak Diah bahagia dengan pekerjaan saat ini

DH-TAG01

Diah Sangat bahagia dan bermanfaat bagi orang lain. Saya sendiri merasa puas, dalam arti puas bekerja di LSM dan puas akan diri saya

Sandi Bangga dan pastinya senang yaa mbak Diah Iyaaalah san

Sandi Oke okee, keberhasilanan mbak Diah selama ini apa dan kegagalan berat yang dialami mbak Diah

DH-PKYD01 Diah Eee..apa yaa mas, dalam keberhasilan kesuluruan saya berhasil

dengan kerja keras saya dan inilah kemampuan yang saya syukuri. Kegagalan dalam hidup saya enggak ada mas, dan apabiala gagal dalam pengerjaan carilah diamana masak saya Sandy Adakah yang bantu mbak Diah

Diah Maksudknya mas

Sandy Mbak Diah kan ada dalam hidup ada keberhasilan dan kegagalan. Dan apa perlu sekitar mbak Diah mau bantu

Diah Ouw..pada saat saya bisa yaa saya kerjakan sendiri. Teman pastinya memberikan semangat dan motivasi, dengan itu


(3)

tanggung jawab saya semakin besar namun dengan kerja keras semua akan indah pada waktunya

Sandi Keseluruan mbak Diah punya semanagt dan tanggung jawab, karena semua itu kewajiban yaa

Diah Pastinya mas...

Sandi Dengan cara apa mabak Diah bisa menyesuaikan diri yang baik? DH-IDO01 Diah Yaa pastinya diri saya, entah itu tata tutur kata, sikap yang

sopan, berpenampilan yang menarik. Bertingkah laku dengan baik yang menimbulkan penilian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik.

Sandi Dan apakah sampai saat ini mbak Diah sudah menjalankan hal-hal kecil seperti itu

Diah Allhamdulilah sudah mas dan bisa enggak bisa itulah prinsip saya kedepannya

Sandi Baiklah..bagaimana pandangan orang lain terhadap mbak Diah? DH-APD01 Diah Kalau pandangan terhadap saya baik, ramah, soapan, walapupun

ceplas-ceplos heheh...

Sandi Apakah mbak Diah bisa menerima pendapat orang lain tsb Diah Bisa lah mas, dan saya terima kasih hasil masukan-masukan dari

teman-teman

Sandi Ya yaa...apakah kecilnya mbak diah dulu selalu diberikan pemikiran yang demokratis?

DH-PAD01

Diah Dalam keluarga saya sudah didik dengan patriarki, dimana lelaki lebih dominan dan sebagai panutan dalam keluarga. Ini khas dari jawa dan B20 istilah medis HIV dan AIDS

Sandi Owalah gitu yaa mbak bisa enggak bisa ceweknya harus patuh dan selalu ikut dengan lelaki kan

Diah Iyaa bener sekali san...

Sandi Dalam keluarga dari bapak maupun ibuk semuanya rukun kan mbak

Diah Rukun lah dan kasih sayang dalam keluarga pastinya selalu terjaga sampai kelak nanti


(4)

LAMPIRAN IV


(5)

HASIL OBSERVASI

No Jam Observasi

Kegiatan di LSM Victory

Kriteria Observasi

Perilaku Pikiran Perasaan 1 11.30 Mengerjakan

power point buat seminar Fokus mengetik dan tidak mau diganggu siapapun Konsentarasi pada tugas Senang dan ketawa bersama teman-temanya 2 12. 15 Makan siang di

LSM Victory Menghabiskan makanan Ingin makan karena sudah lapar Gembira karena sudah makan dan kenyang 3 12. 45 Membaca koran

dan ngobrol sama teman-teman

Nyantai, ketawa dan pasti ada aja yang dibahas. Diam bentar ngobrol lagi Menikmati siang hari bersama teman-teman Ceria, bisa ketawa sama teman-teman, ngobrol tanpa rasa sungkan 4 14.00 Kembali

mengerjakan power point Depan laptop dan mengedit tulisan-tulisan yang tadi sudah di bikin

Ingin segera selesai dan menyelesaikan tugas yang lain -

5 15.15 Tugas power point selesai dan memegang handphone Memegang handphone sambil senyum-Bisa pegang handphone karena beberapa jam Bangga bisa memegang handphone


(6)

senyum sendiri

tidak memegang handphone 6 15.30 Peneliti pamit

pulang karena waktu sudah sore.