Pelajaran Sejarah Sebaiknya Berjenjang.
Pikiran Rakyat
o Selasa
4
5
0
6
20
21
o Mar
OApr
Rabu
7
22
.
8
23
OMei
0
Kamis
9
10
24
OJun
Jumat
11
25
OJul
26
0 Ags
PelajaranSejarahSebaiknyaBerjenjang
SUMEDANG, (PR).Denganbennunculannya interpretasi baru dalam rekonstruksi peristiwa penting di Indonesia, perlu ada penjenjangan kajiandalamkurikulummata pelajaran sejarah di tingkat
pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaransejarah di
tingkat sekolah dasar (SD) sebaiknya lebih ditekankan pada
nilai-nilaikeindahan (estetika)
dari bukti-bukti sejarah yang
ada.
"Biarkan mereka (para siswa) tahu bahwa banyak hal
menarik dalam sejarah," kata
sejarawan dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (UP!)
AsviWarman Adamidi sela-se-
Penjenjangan akan memunculkaninterpretasi berbeda dalam peristiwa bersejarah. Namun, hal itujustru menjadipeluang untuk meningkatkanminat pelajar, mahasiswa, dan
masyarakat umum dalam
mempelajari sejarah bangsanya.
Hal senada diungkapkan dosen ilmu sejarah Unpad Reiza
D. Dienaputra. Namun, Reza
memiliki opsi lain dengan peningkatan visualisasi untuk
mencegah kebosanan dan
mempennudah siswaSDuntuk
mempelajarisejarah.
Visualisasi yang dimaksud
Reizabisa dimulaidari hal kecil
seperti foto dan gambaran to-
la acara bedah buku "Api Sejarah" di kampus Fakutas Sastra
Universitas Padjadjaran (Fasa
Unpad), Rabu (28/10).
Kejadian-kejadian dan tokoh-tokoh penting bisa dimasukkan dalam mata pelajaran
sejarah di tingkat SMP. "Di
tingkat SMA barulah kajian
yang multiinterpretasi diperkenalkan. Dengan demikian, mereka bisa memilih argumen
mana yang lebih tepat untuk
rekonstruksi sebuah peristiwa
penting dalam sejarah," ungkap
Asvi.
Menurut Asvi, penjenjangan
seperti itu penting untuk meringankan beban anak SD dalam
mempelajari sejarah.
Kllplng
Humas
-
Unpad
-
2009
---
-
koh atau pelaku sejarah, gambaran lingkungan dalam sejarah, dan lain-lain.
Sementara itu, penulis buku
Api Sejarah Ahmad Mansur
Suryanegara (AMS) mengatakan, kajian ilmu sejarah tidak
akan pernah mati dan akan selalu menjadi lahan ekonomis
bagi sejarawan. Untuk itu AMS
menekankan mahasiswa ilmu
sejarah untuk tidak khawatir
akan masa depan profesi sejarawan.
"Jangan pernah berpikiran
profesi sejarawan itu tidak
menjanjikan. Jadi, mempelajari sejarah bukanlah suatu hal
yang sia-sia," ungkap AMS. (A178)***
o Selasa
4
5
0
6
20
21
o Mar
OApr
Rabu
7
22
.
8
23
OMei
0
Kamis
9
10
24
OJun
Jumat
11
25
OJul
26
0 Ags
PelajaranSejarahSebaiknyaBerjenjang
SUMEDANG, (PR).Denganbennunculannya interpretasi baru dalam rekonstruksi peristiwa penting di Indonesia, perlu ada penjenjangan kajiandalamkurikulummata pelajaran sejarah di tingkat
pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaransejarah di
tingkat sekolah dasar (SD) sebaiknya lebih ditekankan pada
nilai-nilaikeindahan (estetika)
dari bukti-bukti sejarah yang
ada.
"Biarkan mereka (para siswa) tahu bahwa banyak hal
menarik dalam sejarah," kata
sejarawan dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (UP!)
AsviWarman Adamidi sela-se-
Penjenjangan akan memunculkaninterpretasi berbeda dalam peristiwa bersejarah. Namun, hal itujustru menjadipeluang untuk meningkatkanminat pelajar, mahasiswa, dan
masyarakat umum dalam
mempelajari sejarah bangsanya.
Hal senada diungkapkan dosen ilmu sejarah Unpad Reiza
D. Dienaputra. Namun, Reza
memiliki opsi lain dengan peningkatan visualisasi untuk
mencegah kebosanan dan
mempennudah siswaSDuntuk
mempelajarisejarah.
Visualisasi yang dimaksud
Reizabisa dimulaidari hal kecil
seperti foto dan gambaran to-
la acara bedah buku "Api Sejarah" di kampus Fakutas Sastra
Universitas Padjadjaran (Fasa
Unpad), Rabu (28/10).
Kejadian-kejadian dan tokoh-tokoh penting bisa dimasukkan dalam mata pelajaran
sejarah di tingkat SMP. "Di
tingkat SMA barulah kajian
yang multiinterpretasi diperkenalkan. Dengan demikian, mereka bisa memilih argumen
mana yang lebih tepat untuk
rekonstruksi sebuah peristiwa
penting dalam sejarah," ungkap
Asvi.
Menurut Asvi, penjenjangan
seperti itu penting untuk meringankan beban anak SD dalam
mempelajari sejarah.
Kllplng
Humas
-
Unpad
-
2009
---
-
koh atau pelaku sejarah, gambaran lingkungan dalam sejarah, dan lain-lain.
Sementara itu, penulis buku
Api Sejarah Ahmad Mansur
Suryanegara (AMS) mengatakan, kajian ilmu sejarah tidak
akan pernah mati dan akan selalu menjadi lahan ekonomis
bagi sejarawan. Untuk itu AMS
menekankan mahasiswa ilmu
sejarah untuk tidak khawatir
akan masa depan profesi sejarawan.
"Jangan pernah berpikiran
profesi sejarawan itu tidak
menjanjikan. Jadi, mempelajari sejarah bukanlah suatu hal
yang sia-sia," ungkap AMS. (A178)***