Pembongkaran (Decommissioning) Anjungan Minyak dan Gas Bumi Tidak Terpakai di Laut Menurut Hukum Internasional Serta Implementasinya dalam Peraturan Perundang-Undangan Indonesia.

PEMBONGKARAN (DECOMMISSIONING) ANJUNGAN MINYAK DAN
GAS BUMI TIDAK TERPAKAI DI LAUT MENURUT HUKUM
INTERNASIONAL SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA
Abstrak
Gusti Karina Saraswati
110110090253
Keberadaan dari anjungan migas tidak terpakai mengganggu keselamatan
pelayaran dan lingkungan laut. Oleh karena itu, hukum internasional memberikan
kewajiban kepada Negara untuk membongkar anjungan migas yang sudah tidak
terpakai atau tidak digunakan. Saat ini, Indonesia memiliki 25 anjungan migas tidak
digunakan dan tidak terpakai. Indonesia sebagai salah satu Negara yang
meratifikasi
UNCLOS
1982
berkewajiban
untuk
melaksanakan
dan
mengimplementasikan kewajiban yang telah diatur di dalam UNCLOS 1982 ke
dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Melalui skripsi ini penulis mengkaji

pengaturan hukum internasional mengenai pembongkaran anjungan migas tidak
terpakai yaitu dalam Konvensi Landas Kontinen 1958, UNCLOS 1982, Konvensi
London 1972 dan IMO Guidelines 1989 serta peraturan perundang-undangan
Indonesia terkait dengan pengaturan pembongkaran anjungan migas tidak terpakai.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan juridis normatif dan
bersifat deskriptif analitis dengan memberi analisis yang bertitik tolak pada konvensikonvensi internasional dan peraturan perundang-undangan Indonesia yang
berkaitan dengan pembongkaran anjungan tidak terpakai. Penelitian ini juga
dilaksanakan melalui tahapan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Data
yang diperoleh dari penelitian ini dianalisa secara kuantitaif untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaturan hukum internasional
khususnya IMO Guidelines 1989 baru mengatur pembongkaran dari aspek
keselamatan pelayaran saja. Sedangkan London Protokol 1996 yang merupakan
modernisasi dari Konvensi London 1972 belum dapat disebut sebagai ketentuan dan
standar global sebagaimana diatur dalam Pasal 210 UNCLOS 1982. Pengaturan
pembongkaran anjungan migas tidak terpakai di Indonesia masih dalam
perkembangan. pengaturan perundang-undangan yang sudah ada masih belum
memadai dan sesuai dengan hukum internasional sehingga peraturan perundangundangan tersebut perlu dikaji ulang agar memenuhi segala aspek, baik aspek
lingkungan, pelayaran, penangkapan ikan, ekonomi, teknis, dan perlindungan satwa
laut.


iv

DECOMMISSIONING OF OFFSHORE INSTALLATIONS AND
STRUCTURES ACCORDING TO INTERNATIONAL LAW AND ITS
IMPLEMENTATION IN INDONESIAN LEGISLATIONS
Abstract
Gusti Karina Saraswati
110110090253
Many offshore oil and gas installations and structures are now entering
(or have already reached) the end of their productive lives. The existence of
the unused offshore installations and structures may interfere the safety of
navigation, the legitimate uses of the sea and pollute the marine environment.
Therefore, international law provides a duty to the State to remove any
installations and structures which are abandoned or disused. Currently,
Indonesia has 25 installations and structures that non-operable or
abandoned. Indonesia as one of the States that have ratified UNCLOS 1982
have an obligation to perform and implement the obligation under UNCLOS
1982 into Indonesia’s legislation. This thesis attempts to try to analyzed on
international regulations concerning the legal regime of the decommissioning

of offshore installations and structures especially the Geneva Convention on
the Continental Shelf 1958, UNCLOS 1982, the 1972 London Convention,
the 1996 London Protocol and the IMO Guidelines 1989, as well as
Indonesia’s national law and regulations.
The method used for this research is juridical normative and analytical
description which provides analysis based on international conventions,
Indonesia’s national laws and regulations related to the decommissioning of
offshore installations and structures. This research also gathers data from
library research and field reasearch. The data that is then analyzed
quantitatively to answer the research problems.
The result of this research shows that the legal regime of international
law especially IMO Guidelines 1989 only provide decommissioning from
safety of shipping aspect. While the 1996 London Protocol which is a
modernization of the 1972 London Convention can’t be called as the global
rule and standard as stipulated in Article 210 of UNCLOS 1982. The legal
regime of the decommissioning of offshore installation and structure in
Indonesia’s legislation is still under development and in progress. The
existing rule and regulation are still inadequate and not accordance with
international law. They need to be reviewed in order to meet all required
aspects, such as environmental, shipping, fishing, economic, technical, and

protection of marine wildlife.

v

vi