Apa yang Kau Cari Polri?

-

- ----

Pikiran Rakyat
o Senin
1

2
18

17

3
19
OPeb

OJan

o Se/asa .
4


5
20

6
21

o Mar OApr

Rabu

7
22

0
8
23

OMei


0

Jumat
9
10
11
24
25
26

Kamis

OJun

OJul

0 Ags

Apa yang Kau Cari Polri?
Oleh YESMIL ANWAR

EBAGAIMANA
kita
sadari bahwa istilah cicak vs buaya telah telanjur merebak dan dimaknai
sebagai simbol ketidakmampuan aparat penegak hukum untuk membangun sistem yang
solid dalam penegakan hukum.
Masyarakat kehilangan rasa kepercayaan, utamanya setelah
kasus kriminalisasi KPK yang
melahirkan people power un-

S
~

menggugat

kondisi penega-

kan hukum yang inkonsisten.
Gugatan itu khususnya diarahkan pada lembaga kepolisian
yang merupakan ujung tombak
darisistem penegakan hukum

di Indonesia. Meskipun kasus
tersebut telah dianggap rampung, kepercayaan masyarakat
belumlah tumbuh pada para
penegak hukum, khususnya
pada kepolisian.
Di samping itu, dengan adanya kasus pencurian tiga buah
kakao dan sebuah semangka,
penembakan warga sipil dalam
penggerebekan judi di Depok,
telah memperdalam jurang pemisah antara rasa keadilan masyarakat dan yang dilakukan
oleh kepolisian. Rasa ketidakpercayaan masyarakat sudah
mencapai titik nadir pada penegakan hukum di Indonesia.
Apalagi sikap Presiden SBY
yang terlalu banyak berwacana
tentang pentingnya penegakan
hukum utamanya dalam kasus
perang terhadap korupsi, tetapi
--- -~
.


.
tidak tegas dalam bertindak dengan dalih tidak ingin mencampuri kewenangan para pe.
negak hukum.
Upaya perbaikan
Di pihak lain, kepolisian merasa sudah berusaha keras untuk meningkatkan profesionalitasnya dengan berbagai cara.
Dalam rangka intro~pe~i di ~eluruh jajaran Poln, Blro Litbang Mabes Polri melakukan
penelitian tentang "Tingkat Kepercayaa~ Masya~akat terhadap Poln yang. ddaksanaka?
Februari sampal de~g.an A~nl
2009. SaI?pel penehti~n ~llakukan di tiga belas provmsl dengan total responden 7.013
orang (responden masyarakat
umum 4.944 orang dan anggota polri 2.069 orang) dengan
standard error of skewne~s
074. Penelitian itu menghasd-~
""'

Kliping

Hum as

Un pad


kan fakta, masyarakat masih
kurang percaya terhadap pelayanan Polri di bidang penegakan hukum (fungsi reskrim).
Gambaran hasil penelitian menunjukkan ketidakpercayaan
masyarakat
sebesar
26,3
Persen di atas standar nilai median terhadap ability (kemampuan) personel penyidik reskrim terutama dalam hal penugasan UU khususnya pasal-pasal di dalam KUHP, KUHAP,
dan UU lain. Sedangkan untuk
bidang benevolence (kejujuran)
didapat hasil kekurangpercayaan terhadap kejujuran penyidik
Polri dalam melayani masyarakat secara tulus ikhlas demi tegaknya hukum dan kea~ilan
dengan nilai 27 Persen dl bawah standar nilai median.
Bareskrim telah melakukan

2009

upaya perb~an

dengan me~-


berdayakan personel Reskrim
melalui buku kuning yaitu pedoman pengawasan penyidikan
yang di dalamnya telah diatur
secara konseptual dan aplikatif
tentang: (1) Konsepsi peng~
awasan penyidikan; (2) Potensl
tingkat kesulitan penyidikan;
(3) Pengawasan penyidikan
perkara (peran, tugas, dan tanggungjawabnya); (4) Hubungan
tata keIja (pengawas, atasan penyidik, penyidik unsur propam,
dan inspektorat); (5) Penerapan
penghargaan dan ganjaran.
Sesungguhnya, upaya Polri
telah dirintis sejak dicanangkannya rencanajangka pendek
Polri (2005-2009) untuk memb~gun kepercayaan masyara-

kat sebagaimana tercantum dagi melakukan perbuatan yang
lam Grand 8trategi Polri 2005kurang terpuji dengan secara
2025. Cukup banyak langkah

langsung kepada warga sipil,
dan upaya yang dilakukan Polri
mereka menggunakan bawahdi antaranya, strategi perpolisiannya yang setia untuk melakan masyarakat, reformasi biro- . sanakan. Nah, pada tingkat binkrasi Polri yang melahirkan
tara di lapangan yang langsung
program quick wins, yaitu
berhadapan dengan masyaratransparansi rekrutmen anggokat, bentuk-bentuk pelanggaran
ta Polri, transparansi bidang peyang bermotif pemerasan tersenegakan hukum dengan menerlu];mng, penyuapan dan gratifibitkan 8urat Pemberitahuan
kasi dengan korban warga sipil
Perkembangan Hasil Penyidikmasih sering teIjadi. Padahal,
dalam strata inilah etalase Polri
an (8P2HP) dan kecepatan datang ke tempat kejadian perkaterpampang.
ra (TKP).
Ada sekitar 2.500 jenis peAkan tetapi, di lapangan,
keIjaan polisi yang termasuk
"etalase" keberadaan polisi di
kategori pelayanan masyarakat.
tengah-tengah masyarakat ma8ehingga sangat terbuka kesih mempertontonkan hal-hal
mungkinan anggota Polri melayang mengecewakan. Perilaku
kukan pelanggaran jika tidak
polisi di lapangan belum berberpegang pada aturan dan etiubah, reformasi kepolisian beka profesi yang mereka miliki.

lum merembes pada polisi di
8elain itu, para bintara itu matingkat pelaksana di lapangan.
sih belum tersentuh semangat
Para perwira muda sudah
reformasi di kepolisian. Padamulai menganut paradigma bahal, dibandingkan dengan sepuru dalam prinsip-prinsip polisi
luh tahun lalu, menurut Prof.
masyarakat madani. Di kalangAdrianus Meliala, seorang krian perwira muda keinginan
minolog, ketika memberi pelamenjadi polisi yang profesional,
tihan pelayanan publtk prima
terutama disebabkan cukup bakepada dua ratus polisi, di Bannyak perwira muda yang medung, kondisi kesejahterahan
ningkatkan pendidikan ke jenanggota Polri jauh lebih baik
jang 8-2 maupun 8-3 di bidang
karena sekarang penambahan
ilmu hukum di pelbagai perguanggaran dan tunjangan naik tiruan tinggi. Kondisi ini mengga kali lipat. Artinya, polisi haubah cara berpikir mereka. Narus melayani masyarakat secara
mun, masih sering teIjadi paraprima. Wajar kiranya apabila
doksal antara idealisme dan kedilontarkan pertanyaan, apa
butuhan kehidupan sehari-hari
yang kau cari Polri? ***
di antara perwira muda tersePenulis, dosen Fakultas
but. Meskipun perwira muda

yang berpendidikan
ini
tidak
la~
Hukum
Un
pad. ~
- .;...;
-~
~
. -,