Kau adalah lelaki yang tolol

PeHaPe
Kau adalah lelaki yang tolol. Tapi aku adalah gadis yang idiot. Kita berusaha bertingkah
biasa lewat pertanyaan hei apa kabarnya. Kau telah menyiapkan jawaban, lewat inspirasi kopi
yang terus kau telanjangi sedari tadi. Kopi bersuhu tujuh puluh empat derajat yang rupanya
hitam pekat dengan pahit rasa yang teramat, dan manakala kau teguk ahh… aku melayang
seakan bintang iklan baru saja lewat. Karamel dalam mulutku yang comel ini berhasil
menggendoli senyumku yang berusaha kutahan. Tapi sialan pada akhirnya meleleh juga dan
lengket dalam papila lidahku yang semula terasa hambar. Lalu lidahku menggerutu meminta
penjelasan. Setelah sekian lama dengan menjengkelkannya kita ber-ha-hem ha-hem …Kita
akhirnya benar-benar saling diam. Hem. Tik tok tik tok. Tik tok tik tok. Jam berdetak
menunjukkan pukul empat seperempat. Terus berdetak beradu dengan genderang dalam dada.
Jendela putih dekat kita menderit perih. Perasaan yang pernah kualami saat kau bilang putus saja
dan sampai jumpa. Tapi tindik hitam jelek di daun kuping itu tiada pernah memaksimalkan
fungsinya. Lalu hujan menyalami tanaman. Turun dengan tergesa-gesa berduyun-duyun,
memukul batu-batu tumpul meloncat hap hap hap dengan cekat. Kurasakan lagi untuk yang
kesekian kali dada ini berdebar keras. Bola mata bundar hitam legam itu dengan kejam menusuk
tajam dan dalam, dalam, dalam lingkaran mengagumkan itu kulihat siklus harapan dan metafora
rindu. Tersedot kedalamnya aku menemukan kenangan saat segalanya masih cerah secerah langit
biru. Tapi aku salah. Yang kulihat bukanlah isi hatimu, namun hanyalah pantulan emosiku.
Mawar di jendela yang merelakan kelopak terakhirnya itu menjelma dirimu. Kemudian
segerombolan kupu-kupu rela berkorban sehingga sayapnya ia patahkan demi melengkapi

kelopakmu. Kupu-kupu itu tersipu-sipu malu-malu… Dan aku hanya seekor ulat berbulu yang
berusaha menggapai sulurmu. Pukul lima senja. Sebentar lagi kita akan bersampai jumpa. Tapi
hujan tak kunjung reda, dan kau bilang pulangnya nanti saja. Hatiku tersipu gembira. Titik air
hujan membasahi jendela dekat kita. Menciptakan noktah-noktah dingin di kaca. Kemudian
pecah mengalir dengan janggal secara horizontal. Membentuk sudut yang menyudutkanku pada
sebuah keterangan. Telepon pintar dalam genggaman di tangan bergetar… dan lalu kau bilang
ya, halo sayang.
Kau adalah lelaki yang tolol.
Tapi aku adalah gadis yang idiot.

(Farika Umi)