BUNG HATTA - MOU SIGNING 2012

Mohammad Hatta/(Muhammad Athar)
Penjaralah aku selama kau memenjarakannya
dengan buku, karena dengan buku aku bebas.
 
 

Pada hari Pahlawan ini saya ingin menulis sedikit salah
satu idola diri yang kehidupannya “Lurus” dan bahkan
“tanpa rona” dibandingkan Tokoh Kemerdekaan lain.
Ia selalu hidup sederhana sesuai aturan agama, bangsa dan negara dan sampai akhir hidupnya.
Disebut juga Bung Hatta, Lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 dan meninggal
dunia di Jakarta tanggal 14 Maret 1980 adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden
Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956. Hatta dikenal
sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Nama yang diberikan oleh orang tuanya ketika dilahirkan
adalah Muhammad Athar. Ia dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta.
Latar belakang dan pendidikan
Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatra Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di
Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan kemudian pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke
Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya beliau telah lulus
ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan
Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta

melanjutkan studi ke MULO di Padang, baru kemudian pada tahun 1919 beliau pergi ke Batavia
untuk studi di HBS. Beliau menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun
1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di
Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi
Erasmus Universiteit). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun. Saat masih di sekolah
menengah di Padang, Bung Hatta telah aktif di organisasi, antara lain sebagai bendahara pada
organisasi Jong Sumatranen Bond cabang Padang. Pada tangal 27 November 1956, Bung Hatta
memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari
Universitas Gadjah Mada di Yoyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul “Lampau dan
Datang” . Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai
bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang
karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah
seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. Pada usia 17
tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas berangkat ke Batavia untuk
melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di Batavia, ia juga aktif di
Jong Sumatranen Bond Pusat, juga sebagai Bendahara. Hatta mulai menetap di Belanda
semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische
Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya,
Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah
air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh

Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda
pada 1913 sebagai eksternirana

Perjuangan
Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong
Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal
perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja
koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran
Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja. Kesadaran
politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau
pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu
ialah Abdul Moeis. Aku kagum melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan
suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum
pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat,
aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah Abdul Moeis: pengarang roman Salah Asuhan; aktivis
partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan pegiat dalam majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem
Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.
Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke
Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta
mulai aktif menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, Namaku Hindania!

begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kawin lagi. Setelah
ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari Barat bernama
Wolandia, yang kemudian meminangnya. Tapi Wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai
hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku, rutuk Hatta lewat Hindania.
Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman
sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal Minangkabau
yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan.
Saban Sabtu, ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota,
mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah air. Pokok soal yang kerap pula
mereka perbincangkan ialah perihal memajukan bahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder
Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia
beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian pekerjaan. Bahder Djohan akan
mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal
organisasi dan pembiayaan penerbitan. Namun, Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat
diteruskan, kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya. Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta
menjalin kerjasama dengan percetakan surat kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski
Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio tahun
1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang
sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh
Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di

Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat
kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta. Hatta mulai menetap di Belanda
semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische
Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya,
Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah
air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh
Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda
pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres. Kondisi itu
tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menginisiasi penerbitan

majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan
Makmoerlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-Rakjatnya! berisi informasi bagi para pelajar asal
tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial
Belanda. Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh
ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal
daerah. Lagipula, nama Indische meski masih bermasalah sudah mencerminkan kesatuan
wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh sistem
kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua berasal. Hatta mengawali karir pergerakannya
di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung
pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr.

Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi
mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama
Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama
Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik.
Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari
sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie.
Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di
Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru. Aktivitasnya
dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Hatta akhirnya
dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang terkenal: Indonesia Free. Pada tahun
1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional
Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses
pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club
Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan
kemudian ke Banda selama 6 tahun. Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai
wakil presiden pertama RI, bersama Bung Karno yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan
bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka
keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia.

SEKELUMIT CERITA TENTANG BUNG HATTA

Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally
PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak
murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian
menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa
membeli sepatu idaman tersebut. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi
karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai
taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally
idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi. Yang sangat
mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih
tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan
posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu
Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan
Bung Hatta. Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu
untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang
ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri.

Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan
diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau
belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain.
Seandainya bangsa Indonesiadapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini,

seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang
melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan
meminta sedekah dari orang asing.
CERITA TENTANG BUNG HATTA
Berprinsip Teguh
Bung Hatta yang dikenal jujur, sabar, cerdas, dan penuh ide ini memegang teguh prinsip yang
diyakininya. Sebagai contoh adalah prinsip demokrasi yang diyakini beliau dapat membantu
perbaikan kehidupan bangsa. Untuk itu beliau ikut memperjuangkan status Indonesia sebagai
negara kesatuan yang dapat mengakomodasi aspirasi semua golongan tanpa kecuali. Beliau ikut
mendukung dicabutnya pengusulan pembentukan negara yang memihak pada golongan tertentu
saja. Keteguhan Pak Hatta dalam memegang prinsip bukan semata-mata untuk kepentingan
pribadi, melainkan untuk kepentingan bangsa. Ketika beliau berseberangan prinsip dengan
pemerintah yang sedang berkuasa saat itu, beliau rela mengundurkan diri guna mempertahankan
kesatuan bangsa.
Berjuang Tanpa Kekerasan
Bung Hatta yang lembut hati, selalu mencari strategi untuk berjuang tanpa kekerasan. Senjata
ampuh yang digunakan tokoh proklamator kita ini adalah otak dan pena. Dari pada melawan
dengan kekerasan beliau lebih memilih untuk menyusun strategi, melakukan negosiasi, lobbying,
dan menulis berbagai artikel dan buku untuk memperjuangkan nasib bangsa. Prinsip tanpa
kekerasan ini muncul karena rasa hormat Bung Hatta pada sesama manusia, baik kawan atau pun

lawan. Walaupun Bung Hatta tidak setuju dengan pendapat atau pun seseorang, beliau tidak lalu
membenci orang tersebut, tetapi tindakan dan pendapatnyalah yang tidak beliau setujui.
Misalnya saja, Bung Hatta yang sangat kuat keteguhan beragamanya tidak menyukai hal-hal
yang berbau duniawi yang pada saat itu umumnya berasal dari negeri seberang. Tapi bukan
berarti dia lalu membenci orang-orang asing. Beliau memiliki banyak teman bangsa asing dan
banyak pemikiran bangsa asing yang positif (disiplin, etos kerja positif) yang beliau adaptasi
untuk kemajuan bangsa. Sikap ini menyebabkan Bung Hatta dihormati oleh semua orang: kawan
atau pun lawan.
Berusaha Sebaik Mungkin
Bung Hatta selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan bersikap
hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Semua tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dilakukan dengan sepenuh hati, dan direncanakannya dengan sebaik mungkin agar
memperoleh hasil yang maksimal. Semua pidato dan kata-kata beliau untuk publik pun
disiapkan secara profesional. Keputusan-keputusan diambil setelah sebelumnya dipikirkan
dengan saksama dan didukung dengan data dan informasi yang cukup. Beliau tidak
menginginkan terjadinya kegagalan yang disebabkan kecerobohan atau pun karena kurang
persiapan.

Berkarya Nyata
Bung Hatta merupakan tokoh yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumental beliau

adalah bentuk koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha batik,
yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong kemajuan bagi
pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas usaha dengan ekspor.
Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan. Pada saat bangsa Indonesia masih berkutat untuk
menumbuhkan minat baca, beliau sudah jauh lebih maju, yaitu dengan memberikan teladan bagi
bangsa Indonesia untuk menumbuhkan budaya menulis. Kegiatan tulis-menulis ini telah beliau
lakukan sejak masih belajar di negeri Belanda sampai akhir hayatnya. Tak terhitung lagi jumlah
artikel dan buku yang telah beliau tulis. Sebuah monumen intelektual berupa perpustakaan di
Bukittinggi pun telah didirikan untuk mengenang Pak Hatta. Walaupun Bung Hatta sudah tiada,
beliau tetap hidup melalui pemikiran, prinsip, dan kualitas pribadi beliau yang positif, sudah
selayaknyalah kita teladani sisi positif kualitas kepemimpinan beliau yang berpegang teguh pada
prinsip, berjuang tanpa kekerasan, berusaha melakukan yang terbaik, dan senantiasa berkarya
untuk kepentingan bangsa.  

Dokumen yang terkait

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

kisi kisi un sma ma th 2012 2013

2 89 31

PENGARUH KONFLIK PEREBUTAN LAHAN TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA NIPAH KUNING KECAMATAN MESUJI KABUPATEN MESUJI LAMPUNG TAHUN 2012

9 59 54

Uji Efek Antibakteri Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Dalam Kapsul yang Dijual Bebas Selama Tahun 2012 di Kota Padang Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro

0 7 5

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10