LAPO I Perakitan Dengan Metode Se eksi M
I
LAPO
Perakitan Dengan Metode Se eksi Masa Varietas Unggul
Komposit Spesifik Untuk Lahan Kering Iklim Kering
Dengan Bulan Kering > 8 bulan dan Lahan Kering Iklim
Basah Dengan Produktivitas 3 ton/ha/tahun
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas
: Ketahanan Pangan
Fokus Produk Target
: 1.02
Fokus Kegiatan
: 1.02.02
Peneliti Utama
: Ir. Jeanette Kumaunang, MSc
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN
Jalan Raya Mapanget PO. Box 1004 Manado 95001
Telp. (0431)812430- Fax. (0431)812017
Email.balitkaOS@yahoo.com
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Perakitan Dengan Metode Seleksi Masa Varietas Unggul Komposit
Spesifik Untuk Lahan Kering Iklim Kering dengan bulan Kering セ@ 8
bulan dan Lahan Kering Iklim Basah dengan Produktivitas 3
ton/ha/tahun.
Fokus Bidang Penelitian
Kode Produk Target
Kode Kegiatan
Lokasi Penelitian
Penelitian Tahun Ke
:
:
:
:
:
Ketahanan Pangan
1.02
1.02.02
Sulut, NTT, Sulteng
2
Keterangan Lembaga Pelaksana Penelitian
A. Lembaga Pelaksana Penelitian
Ir. Jeanette Kumaunang, MSc
Nama Koordinator/Penelitia Utama
Nama Lembaga/lnstitusi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Unit Organisasi
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain/ Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Ala mat
Mapanget, Kec. Talawaan Kab. Minahasa Utara, Propinsi
Sulawesi Utara, PO. Box 1004 Manado 95001
(0431) 812430-(0431) 812017-Balitka05@yahoo.com
Telepon/HP/Faksimil/e-mail
B. Lembaga Lain yang Terlibat
Nama Pimpinan
Nama Lembaga
Ala mat
Telepon/HP/Faksimil/e-mail
: 3 Tahun
Jangka Waktu Kegiatan
Biaya Tahun-1 (2009)
200.000.000,: Rp.
Biaya Tahun-2 (2010)
: Rp.
122.000.000,: Rp.
130.000.000,Biaya Tahun-3 (2011)
: Rp.
452.000.000,Total Biaya
: Lanjutan
Kegiatan (baru/lanjutan)
Re kapitu Ias1. Biaya Tahun yang o·IUSU lkan:
Uraian
No.
Gaji dan Upah
1.
Bahan Habis Pakai
2.
Perjalanan (tidak untuk perjalanan luar negeri)
3.
Lain-Lain
4.
Jumlah Biaya Tahun yang Diusulkan
Jumlah (Rp.)
41.480.000
35.120.000
35.500.000
9.400.000
122.000.000
Setuju Diusulkan :
セZオN@
Ir. Jeanette Kumaunang,MSc
NIP. 19680617 199503 2 002
Menyetujui/Mengetahui :..__
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan... erkebunan,
I
RINGKASAN
Untu
erespon preferensi petani, Balitka berupaya memperbaiki potensi produksi
kelapa Dalam yang rendah yaitu 1.2 ton kopro/ha/tahun melalui seleksi, hibridisasi,
rekayasa varietas sintetik dan varietas komposit. Kelapa Dalam unggul komposit
memiliki beberapa keunggulan dibanding kelapa Dalam pada umumnya, karena
selain produktivitasnya tinggi, juga mempunyai variabilitas genetik tinggi yang
diwariskan dari kedua tetua dengan komposisi genetik berbeda. Perakitan kelapa
Dalam komposit lebih diarahkan untuk spesifik lokasi dalam hal ini lokasi lahan kering
iklim kering dan lahan kering iklim basah. Dalam penelitian ini akan dirakit kelapa
Dalam komposit dengan produktivitas di atas 3 ton kopra/ha/tahun spesifik lahan
kering iklim kering dan lahan kering iklim basah yang tahan terhadap hama dan
penyakit utama kelapa. Pada Tahun I yaitu tahun 2009 telah berhasil diseleksi 4
genotip kelapa Dalam spesifik lahan kering lahan kering dan 4 genotip kelapa Dalam
spesifik lahan kering iklim basah yang masing masing produktivitasnya antara 3.7
ton kopra/ha/tahun sampai 4.8 ton kopra/ha/tahun. Pada tahun 2010 diharapkan
dapat dilanjutkan untuk melihat kestabilan hasil dari delapan genotip yang telah
diseleksi dan menguji jarak genetik calon tetua kelapa Dalam komposit untuk lokasi
lahan kering iklim kering dan lahan kering iklim basah. Hasil yang dicapai sampai
Nopember 2010 adalah penanaman empat genotipe unggul kelapa komposit untuk
lahan kering iklim kering di Kebun Percobaan Pandu dan penanaman tiga genotipe
unggul kelapa Dalam komposit untuk lahan kering iklim basah di kebun Percobaan
Paniki. Penampilan genotipe unggul hasil seleksi baik yang berasal dari lahan kering
iklim kering dan lahan kering iklim basah menunjukan pertumbuhan yang baik dan
seragam. 70 contoh yang berasal dari daun kelapa yang berasal dari lahan kering
iklim kering telah diekstraksi dan diperoleh total DNA untuk pengujian jarak genetik
tetua kelapa Dalam komposit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
genotipe kelapa yang berproduksi tinggi dan tersedia untuk petani dalam jumlah
banyak sehingga dapat meningkatkan produksi kelapa secara nasional dan
meningkatkan pendapatan petani.
Kata kunci
: seleksi, kelapa Dalam, komposit, jarak genetik, produksi tinggi.
iii
ABSTRACT
In respond to farmers' preferences, Balitka working to improve the potential
production of coconut in a low at 1.2 tons copra
I
ha
I
year through selection,
hybridization, engineering, synthetic varieties and varieties of composites. Coconut
superior composite has several advantages compared to coconut in general, because
in addition to high productivity, also has a high genetic variability inherited from his
elders with different genetic composition. Coconut composite varieties assembly
directed to specific locations for dry climate and wet climate. In this study will be
assembled coconut productivity in the composite with over 3 tons of copra
1 ha I
year specific dry climate and wet climate of dry lands that are resistant to major
pests and diseases of coconut. In first year 2009 have been successfully selected 4
genotypes of coconut in a specific dry climate and 4 genotypes coconut specific wet
climates with each productivity of 3.7 tons of copra
ha
I
I
ha
I
year to 4.8 tons of copra
I
year. In the year 2010 is expected to continue the experiments to see the
stability production of the eight genotypes that have been selected and genetic
distance between all Tall coconut populations for dry climate and wet climate. The
results up to Nopember 2010 are planting of four selected genotypes specific for dry
climate and three selected genotypes for wet climate in Pandu experimental garden
and Paniki experimental garden, both in North Sulawesi. Good performance and
uniform were shown by superior genotypes originating from dry land for growth
characters. The total 70 samples derived from coconut leaves has been extracted
and obtained total DNA for testing genetic distance.The results of this study is
expected to produce coconut genotypes that produce high and available to farmers
in large quantities so could be increase national production and increase farmers'
income.
Keywords: selection, Tall coconut, composite variety, genetic distance, high-yielding
varieties.
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatl 500g/butir maka dari tanaman terpilih di desa Pakuli/bangga, dan
desa Pontolan RW 04 di Sulteng serta di Desa Bloro dan Adonara barat di NTT
diperoleh berturut-turut 45 pohon, 27 pohon, 43 pohon dan 48 pohon. Dari
setiap individu tersebut diambil buahnya dan selanjutnya ditanam maka
tanaman asal Pakuli/Bangga, dan desa Pontolan RW 04 di Sulteng serta di Desa
Bloro dan Adonara barat di NTT diperkirakan dapat menghasilkan berturut-turut
4012 kg (4.01 ton kopra/ha/tahun), 3787 kg (3.79 ton kopra/ha/tahun) , 4433
kg ( 4.43 ton kopra/ha/tahun ) dan 4859 kg (4.86 ton kopra/ha/tahun). Untuk
lahan kering iklim basah, berdasarkan seleksi yang diarahkan berdasarkan berat
daging buah/butir yang beratnya > 500g/butir maka pada beberapa individu
terpilih di desa Pounak Tenga, populasi Kasinggolan, Liwutung dan Werot maka
diperkirakan akan dapat berproduksi
kopra/ha/tahun),
berturut-turut 4334 kg (4.34 ton
4166.5 kg (41.67 ton kopra/ha/tahun)
3781 kg (3.78
kopra/ha/tahun) dan 3707.6 kg (3.71 kopra/ha/tahun).
Hasil sampai Nopember 2010, Kegiatan yang telah dilakukan yaitu
Penanaman empat genotip terpilih kelapa Dalam komposit untuk lahan kering iklim
kering yaitu kelapa Dalam Pakuli, Dalam Pontoloan, Dalam Bloro dan Dalam
Adonara di KP. Pandu, serta penanaman tiga genotip terpilih kelapa Dalam
komposit untuk lahan kering iklim basah yaitu kelapa Dalam Werot, Dalam
Kasinggolan dan Dalam Liwutung di KP. Paniki. Penanaman dilakukan setelah
melalui tahapan seleksi bibit di pembibitan yaitu 30 bibit yang memperlihatkan
pertumbuhan baik. Semua genotipe terpilih baik untuk lahan kering iklim kering
dan lahan kering iklim basah dipilih dari individu pohon yang produksi daging
11
buahnya di atas 500 g. Penampilan tanaman muda umur 5 bulan sejak tanam
untuk karakter Ungkar batang semu, tinggi tanaman dan jumlah pertambahan
daun disajikan pada tabel 1 dan 2
Tabel 1. Data penampilan tanaman muda genotipe terseleksi untuk kelapa Dalam
lahan kering iklim kering
NO
Genotipe terpilih
Lingkar
Tinggi
Pertambahan
Satang (em)
Tanaman (em)
Jumlah daun
1
Kelapa Dalam Pakuli
11,83
134,02
3,79
2
Kelapa
10,60
144,68
3,68
Dalam
Pontoloan
3
Kelapa Dalam Bloro
12,65
138,95
3.95
4
Kelapa
12,27
133,05
3,93
Dalam
Adonara
Tabel 2. Data penampilan tanaman muda
genotipe terseleksi untuk kelapa
Dalam lahan kering iklim basah
NO
Genotipe terpilih
Ungkar
Tinggi
Satang (em)
Tanaman (em)
Jumlah daun
1
Kelapa Dalam Werot
14,35
136,97
2
Kelapa
Dalam
14,64
139,77
4,44
3
Kelapa Dalam Liwutung
14,46
149,99
4 95
4
Kelapa Dalam Pounak
Masih di
pembibitan
-
-
I
4,29
Kasinggolan
Berdasarkan Tabel 1 dan 2
di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman muda genotipe dan individu terpilih untuk lahan kering iklim kering dan
lahan kering iklim basah adalah baik. Pada penanaman tanaman yang berasal dari
lahan kering iklim basah di Kebun Pereobaan
Paniki dan yang berasal dari lahan
kering iklim keriong yang ditanam di KP Pandu tidak terdapat perbedaan pada
karakter-karakter tanaman muda yaitu Lingkar batang semu, tinggi tanaman dan
pertambahan jumlah daun menunjukkan pada awal pertumbuhannya semua jenis
atau genotipe tanaman mempunyai kemampuan yang sama. Hal ini kemungkinan
karena kemampuan antar genotipe terpilih dalam membentuk karakter-karakter di
12
at:as
·
dalam pertumbuhan dini sehingga perbedaan karakter sesungguhnya
belum terlihat (Luntungan et.al, 1994).
Dalam merakit kelapa Dalam komposit akan dilakukan lebih ke spesifik lokasi
untuk lahan kering iklim kering dan lahan kering iklim basah. Di dalam perakitan
kelapa Dalam komposit diperlukan kombinasi dari 7 jenis kelapa Dalam sehingga
untuk setiap populasi kelapa Dalam komposit baik untuk lahan kering iklim kering
dan lahan kering iklim basah diperlukan tambahan 3 jenis kelapa Dalam.
Pada termin kedua telah dilakukan seleksi 3 jenis kelapa Dalam untuk lahan
kering iklim kering dan 3 jenis kelapa Dalam untuk lahan kering iklim basah. Pada
lahan kering iklim kering kelapa dalam yang terseleksi adalah kelapa Dalam
Molowahu asal Kabupaten Gorontalo dan kelapa Dalam Kramat asal Kabupaten
Boalemo provinsi Gorontalo dan kelapa Dalam Bojong Bulat asal kabupaten Kulon
Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketiga jenis kelapa Dalam ini
mempunyai potensi produksi masing-masing 4 ton koprajha/tahun, 3.6 ton
kopra/ha/tahun, dan 3 ton kopra/ha/tahun. Ketiga jenis kelapa Dalam ini terseleksi
karena telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Pada lahan kering iklim basah terseleksi
3 jenis kelapa Dalam unggul nasional yang telah dilepas menteri pertanian yaitu
kelapa Dalam Mapanget asal Sulawesi Utara, kelapa Dalam Bali asal provinsi Bali
dan kelapa Dalam Sawarna asal Provinsi Banten dengan potensi produksi berturutturut 3 ton kopra/ha/tahun dan 3.6 ton kopra/ha/tahun.
Pengamatan terhadap daun lebih ditujukan pada analisis kandungan prolin,
Glisin-betain, ABA,
Protein dan lipid yang diharapkan dapat menggambarkan
keadaan pertanaman kelapa di lahan kering iklim kering untuk melihat ketaha annya
terhadap kondisi cekaman air.
Tabel 3. Rata-rata kandungan Prolin, ABA, Glysin Betain, Protein, dan Lipid, dari
enam aksesi kelapa dari lahan kering iklim kering
Aksesi
prolin
HセァOI@
Glisinbeta in
ABA
Protein
(ppm)
Lipid
(ng/g)
(%)
Pakuli Bangga/
Sulteng
79.83
37,46
981,15
544,90
2,15
Pontoloan/
Sulteng
101.26
25,44
981,89
839,23
2,75
Bloro/
NTT
127.76
27,39
1146,85
832,90
4,77
Adonara/
96.87
42,21
985,32
883,00
3,27
NTT
13
ャ
セ
。 uO@
118.22
27.60
963.36
820.80
3.10
Kramat/
Gorontalo
120.98
21.30
981.53
689.00
4.00
Kasinggolan I
Sulut (Kontrol)
77.77
46,14
682,63
882,70
4,44
Gorontalo
Dari hasil analisis diperoleh kadar prolin yang berbeda-beda dalam tiap jenis
kelapa. Kadar prolin paling tinggi terdapat pada kelapa lokasi Bloro NTT, yaitu
sebesar 127,76 J.Jg/g dan paling rendah pada Sulawesi Utara2 , yaitu sebesar 77,77
J.Jg/g. Prolin dijumpai terakumulasi lebih banyak pada tanaman yang lebih toleran
terhadap cekaman kekeringan. Ini karena prolin merupakan metabolit osmotik yang
dihasilkan tanaman dalam penyesuaian osmotik pada tanaman yang tahan terhadap
cekaman kekeringan. Prolin menampung nitrogen dari berbagai senyawa nitrogen
yang berasal dari kerusakan protein dan melindungi kerusakan sel-sel tanaman
terhadap cekaman kekeringan (Yoshiba
eta/., 1997).
Hasil analisis daun untuk kadar GB, ditemukan bahwa kadar GB paling rendah
pada kelapa lokasi Kramat Gorontalo, yaitu sebesar 21,30 J.Jg/g dan paling tinggi
pada Kasinggolan Sulawesi Utara, yaitu sebesar 46,14 J.Jg/g. Adanya glisin betain
dalam tanaman menunjukkan bahwa tanaman bersifat toleran terhadap cekaman
kekeringan. GB merupakan metabolit yang efektif untuk mengurangi pengaruh dari
adanya cekaman kekeringan pada tanaman karena GB berfungsi dalam menstabilkan
struktur enzim, protein kompleks, dan lipid pada komponen-komponen fotosintesis
dalam melindungi membran dibawah tekanan kekeringan (Mahmood, et a/. 2009).
Dari analisis GB yang telah dilakukan didapatkan bahwa kelapa Dalam Kra a
Gorontalo dan kelapa Dalam asal Pontoloan Sulawesi Tengah memiliki kadar GB ya g
rendah diantara kelapa lainnya. Rendahnya kadar GB ini kemungkinan disebabka
karena banyaknya fungsi GB dalam mempertahankan kondisi tanaman pada daerah
kering sebagai responnya terhadap adanya cekaman kekeringan.
Berdasarkan analisa pada kadar ABA, diperoleh bahwa kadar ABA paling
tinggi terdapat pada kelapa asal Bloro NTT, yaitu sebesar 1146,85 ng/g dan paling
rendah pada kelapa Dalam asal kasinggolan Sulawesi Utara, yaitu sebesar 682,83
ngjg. ABA meningkat dengan segera ketika tanaman mengalami cekaman
kekeringan sebagai respon terhadap kondisi cekaman kekeringan (Sinaga, 2007).
Peningkatan sintesis ABA di akar, antara lain bertujuan untuk meningkatkan laju
penyerapan air oleh akar untuk mengimbangi laju transpirasi. Dalam hal ini ABA
14
berpera sebagai pengatur signal transpor air secara radial (Onyayar et a/./ 2004).
ABA j ga dapat ditranslokasikan melalui xilem ke bagian tanaman yang lain seperti
tunas dan daun. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsentrasi
ABA pada cairan xilem jika tanah mengering (Zhang eta/./ 2006).
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa kadar protein paling tinggi terdapat
pada kelapa lokasi Adonara NTT, yaitu sebesar 883,00 ppm dan paling rendah pada
Pakuli Sulawesi Tengah I, yaitu sebesar 544,89 ppm. Menurut Irigoyen (1992) dalam
Toruan-Mathius dkk./(2004) tanaman
yang
mengalami cekaman
kekeringan,
mengalami penurunan kadar protein akibat penurunan sintesis dan peningkatan
degradasi protein. Begitu pula pendapat Hanson & Hitz (1982) dalam ToruanMathius dkk./(2004) bahwa pada daun yang mengalami cekaman kekeringan terjadi
penurunan sintesis protein dari prolin sedangkan proteolisis protein menjadi prolin
berlangsung tetap sehingga kadar protein dalam daun menurun.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kadar lipid yang
berbeda-beda dari masing-masing lokasi. Kadar lipid paling tinggi terdapat pada
kelapa yang berasal dari Bloro NTT, yaitu sebesar 4,77% dan paling rendah pada
Pakuli Sulawesi Tengah, yaitu sebesar 2,1 %. Lipid merupakan komponen membran
yang penting. Perubahan komposisinya dilakukan untuk melindungi keadaan
membran dan mempertahankan bagian-bagian set. Menurut Junior
・エ。セ@
(2008) lipid
merupakan unsur esensial dari membran selular yang memainkan fungsi penting
dalam penyusunan struktur dan proses metabolisme.
Cekaman air da n beberapa
jenis cekaman lainnya dapat mengubah komposisi membran lipid. Akibatnya aktivitas
metabolik selular juga mengalami perubahan. Kekurangan air dapat mengubah
membran
plasma
lipid
menjadi
organel
sitoplasma
yang
berbeda
yang
mempengaruhi fungsinya dalam metabolisme selular. Sulawesi Tengah, Goronta lo
dan NTT memiliki jenis lahan kering dengan iklim yang kering. Hal ini dapat
menyebabkan kadar lipid dalam tanaman khususnya kelapa akan mengalami
perubahan komposisi. Perubahan komposisi lipid dilakukan untuk melindungi
keadaan membran dan mempertahankan bagian-bagian set.
15
2.
Jarak Genetik Tetua Terpilih untuk Lahan Kering Iklim Kering dan
Lahan Kering Iklim Basah
Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan
Palma Lain Manado dengan bekerjasama dengan Fakultas MIPA Universitas Sam
Ratulangi Manado. Kegiatan ini dimulai pada termin II. Hasil sampai Nopember 2010
adalah kegiatan isolasi DNA kelapa Dalam yang berasal dari lahan kering iklim
kering. Tujuh jenis kelapa Dalam asal lahan kering iklim kering yaitu yang berasal
dari Bloro dan Adonara (NTT); Pontoloan dan Pakuli/Bangga (Sulawesi Tengah);
Molowahu dan Kramat (Gorontalo) dan Bojong Bulat (Yogyakarta) telah berhasil
disolasi DNA (gambar 1). Isolasi DNA dilakukan mengikuti metode Rohde
et a!
(1995) yang telah dimodifikasi Lengkong (1998). Hasil isolasi DNA yang diekstrak
dari daun kelapa kemudian
divisualisasi menggunakan elektroforesis gel
untuk
melihat ada tidaknya DNA serta posisi dan ukuran DNA dari hasil isolasi. Berdasarkan
hasil visualisasi terlihat bahwa DNA yang ada masih terkontaminasi sehingga perlu
dilanjutkan dengan pemurnian DNA.
Gambar 1. Contoh DNA total dari sampel daun kelapa yang berasal dari lahan
kering iklim kering
Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pengujian menggunakan metode SSR
yang direncanakan dilaksanakan pada bulan Nopember sampai
Desember 2010.
Kegiatan ini penting untuk melihat keragaman antar jenis kelapa Dalam yang
digunakan. keragaman yang tinggi dan jarak genetik yang besar antar aksesi
maupun antar pohon sangat baik dalam pembentukan populasi kelapa Dalam
Komposit. Harapan untuk memperoleh varietas Kelapa Dalam unggul Komposit
16
berproduksi tinggi sangat mungkin karena pengaruh heterosis dilaporkan relatif
tinggi pada hibrida intervarietas (Hallauer dan Miranda, 1982). Heterosis pada
varietas komposit dapat terjadi apabila terdapat perbedaan frekuensi gen antara
kedua tetua dan gen yang mengontrol karakter yang diinginkan adalah dominan
(dominance gene action) (Gardner dan Eberhart, 1966; Lamkey dan Edwards, 1999).
Pada tanaman yang menyerbuk silang seperti kelapa, ekspresi suatu karakter pada
hibrida biasanya dikontrol oleh aksi gen dominan sehingga besarnya heterosis sangat
ditentukan oleh jarak genetik dari kedua tetua. Jika varietas kelapa Dalam komposit
merupakan hasil persilangan antar kultivar kelapa yang berbeda latar belakang
genetiknya maka heterosis pada kelapa Dalam komposit akan tinggi.
17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Penampilan tanaman muda dari genotipe terpilih untuk lahan kering iklim
kering dan lahan kering iklim basah baik dan seragam untuk karakter lingkar
semu, tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun
2. Kadar prolin tertinggi dimiliki kelapa Dalam asal Adonara NTT, Kadar glisin
betain tertinggi dimiliki kelapa Dalam yang berasal dari Kasinggolan Sulawesi
Utara, Kadar asam absisat tertinggi dimiliki kelapa Dalam yang berasal dari
Bloro NTT, Kadar protein tertinggi dimiliki kelapa Dalam yang berasal dari
Adonara NTT, dan Kadar lipid tertinggi ditunjukkan oleh kelapa Dalam yang
berasal dari Bloro NTT.
3. 70 contoh yang berasal dari daun kelapa yang berasal dari lahan kering iklim
kering telah diekstraksi dan diperoleh total DNA untuk pengujian jarak genetik
tetua kelapa Dalam komposit.
6.2. Saran
Genotipe-genotipe yang terseleksi perlu diamati dan diobservasi lebih lanjut
sehingga dapat dilepas sebagai kultivar kelapa unggul baik untuk lahan kering
iklim kering dan lahan kering iklim basah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, A. Dan A., Mulyani. 2003. Pemanfaatan Lahan Berpotensi Untuk
Pengembangan Produksi Kelapa. Jurnal Litbang Pertanian 22(1):24-32.
Alouw, J.C., M.L.A. Hosang, A.A. Lolong, dan J.S. Warokka. 2008. Hama Oryctes
rhinoceros : Ekobiologi dan Pengendaliannya. Prosiding Seminar Regional
PHT Kelapa Manado 27 Nopember 2008. Hal. 147-121.
Alouw, J.C., . M.L.A. Hosang, dan N. Lumentut. 2008. Hama Brontispa longissima
Gestro (Coleopthera Chrysommelidae) dan Pengendaliannya. Prosiding
Seminar Regional PHT Kelapa Manado 27 Nopember 2008. Hal. 104-121.
Akuba, R. H., Nursuestini, J.S. Warokka dan H.FJ. Motulo 1991. Pemetaan daerah
rawan serangan penyakit busuk pucuk kelapa di Sulawesi Utara. Jurnal
Penelitian Kelapa 5(1):5-11.
Akuba, R. H. 1998. Dampak kekeringan dan kebakaran terhadap kelapa. Prosiding
KNK N. Lampung. PUSLITBANGTRI Bogor.
Akuba. R.H. 2002. Breeding and population genetics studies on coconut (Cocos
nucifera L.) composite variety using morphological and microsatellite
markers.Disertasi Doctor of Philosophy. University of the Philipines Los
Banos.
Billoten, N. 1996. Coconut Genetic Improvement Programme at Balitka, Final Report,
1989/1995. AARD-CIRAD-CP COOPERATION. 39p.
Brahmana, J., A.U. Lubis, R. Desmier de Chenon. 1992. Evolution of coconut bud rot
diseases and strategy of control. Coconut Phytophthora Workshop
Proceedings, 26 -30 October 1992, Manado Indonesia. p 33-38
Carpena, A. L., R. R. C. Espino, T. L. Rosario and R. P. Laude. 1993. Genetics at
population level. SEAMEO Regional Center for Graduate Study and Research in
Agriculture (SEAMEO-SEARCA) UPLB. Los Banos Philippines.
Falconer, D. S. and T. F. C. Mackay. 1996. Introduction to quantitative genetics.
Longman Group Ltd. 464p.
Finlay, K.W., and G.N. Wilkinson. 1963. The analysis of adaptation in a plant
breeding programme. Aust. J. Agric. Res. 14:742-754
Gardner, C. 0. and S. A. Eberhart. 1966. Analysis and interpretation of the variety
cross diallel and related populations. Biometrics 22:439-452.
Hallauer, A. R. and J. B. Miranda, FO. 1982. Quantitative genetics in maize breeding.
The Iowa State University Press. 468p.
Hosang, M. L. A., S. Sabatoellah., F. Tumewan dan J.C. Alouw. 1996. Musuh alami
hama Brontispa longissima Gaestro. Presiding Seminar Regional Hasil Hasil
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado 19-20 Maret 1996. Buku I,
30- 38.
Hosang, M. L. A. dan A. A. Lolong. 1998. Pengendalian hama dan penyakit kelapa
terpadu. Presiding KNK N. Lampung. PUSLITBANGTRI Bogar.
Junior, R, R, M ., M, S, C, Oliveira ., M, A, Baccache ., F, M, De Paula. 2008. Effects
of Water Deficit and Rehydration on the Polar Lipid and Membranes Resistance
Leaves of Phaseolus vulgaris L. Cv. Perala. Vol.51, n. 2 : pp.361-367, ISSN
1516-8913 Brazil.
19
Kharie, S., H.F.J. Motulo, dan J.S. Warokka. 1993. Pengaruh Fosetyi-AI terhadap
Perl
LAPO
Perakitan Dengan Metode Se eksi Masa Varietas Unggul
Komposit Spesifik Untuk Lahan Kering Iklim Kering
Dengan Bulan Kering > 8 bulan dan Lahan Kering Iklim
Basah Dengan Produktivitas 3 ton/ha/tahun
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas
: Ketahanan Pangan
Fokus Produk Target
: 1.02
Fokus Kegiatan
: 1.02.02
Peneliti Utama
: Ir. Jeanette Kumaunang, MSc
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN
Jalan Raya Mapanget PO. Box 1004 Manado 95001
Telp. (0431)812430- Fax. (0431)812017
Email.balitkaOS@yahoo.com
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Perakitan Dengan Metode Seleksi Masa Varietas Unggul Komposit
Spesifik Untuk Lahan Kering Iklim Kering dengan bulan Kering セ@ 8
bulan dan Lahan Kering Iklim Basah dengan Produktivitas 3
ton/ha/tahun.
Fokus Bidang Penelitian
Kode Produk Target
Kode Kegiatan
Lokasi Penelitian
Penelitian Tahun Ke
:
:
:
:
:
Ketahanan Pangan
1.02
1.02.02
Sulut, NTT, Sulteng
2
Keterangan Lembaga Pelaksana Penelitian
A. Lembaga Pelaksana Penelitian
Ir. Jeanette Kumaunang, MSc
Nama Koordinator/Penelitia Utama
Nama Lembaga/lnstitusi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Unit Organisasi
Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain/ Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Ala mat
Mapanget, Kec. Talawaan Kab. Minahasa Utara, Propinsi
Sulawesi Utara, PO. Box 1004 Manado 95001
(0431) 812430-(0431) 812017-Balitka05@yahoo.com
Telepon/HP/Faksimil/e-mail
B. Lembaga Lain yang Terlibat
Nama Pimpinan
Nama Lembaga
Ala mat
Telepon/HP/Faksimil/e-mail
: 3 Tahun
Jangka Waktu Kegiatan
Biaya Tahun-1 (2009)
200.000.000,: Rp.
Biaya Tahun-2 (2010)
: Rp.
122.000.000,: Rp.
130.000.000,Biaya Tahun-3 (2011)
: Rp.
452.000.000,Total Biaya
: Lanjutan
Kegiatan (baru/lanjutan)
Re kapitu Ias1. Biaya Tahun yang o·IUSU lkan:
Uraian
No.
Gaji dan Upah
1.
Bahan Habis Pakai
2.
Perjalanan (tidak untuk perjalanan luar negeri)
3.
Lain-Lain
4.
Jumlah Biaya Tahun yang Diusulkan
Jumlah (Rp.)
41.480.000
35.120.000
35.500.000
9.400.000
122.000.000
Setuju Diusulkan :
セZオN@
Ir. Jeanette Kumaunang,MSc
NIP. 19680617 199503 2 002
Menyetujui/Mengetahui :..__
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan... erkebunan,
I
RINGKASAN
Untu
erespon preferensi petani, Balitka berupaya memperbaiki potensi produksi
kelapa Dalam yang rendah yaitu 1.2 ton kopro/ha/tahun melalui seleksi, hibridisasi,
rekayasa varietas sintetik dan varietas komposit. Kelapa Dalam unggul komposit
memiliki beberapa keunggulan dibanding kelapa Dalam pada umumnya, karena
selain produktivitasnya tinggi, juga mempunyai variabilitas genetik tinggi yang
diwariskan dari kedua tetua dengan komposisi genetik berbeda. Perakitan kelapa
Dalam komposit lebih diarahkan untuk spesifik lokasi dalam hal ini lokasi lahan kering
iklim kering dan lahan kering iklim basah. Dalam penelitian ini akan dirakit kelapa
Dalam komposit dengan produktivitas di atas 3 ton kopra/ha/tahun spesifik lahan
kering iklim kering dan lahan kering iklim basah yang tahan terhadap hama dan
penyakit utama kelapa. Pada Tahun I yaitu tahun 2009 telah berhasil diseleksi 4
genotip kelapa Dalam spesifik lahan kering lahan kering dan 4 genotip kelapa Dalam
spesifik lahan kering iklim basah yang masing masing produktivitasnya antara 3.7
ton kopra/ha/tahun sampai 4.8 ton kopra/ha/tahun. Pada tahun 2010 diharapkan
dapat dilanjutkan untuk melihat kestabilan hasil dari delapan genotip yang telah
diseleksi dan menguji jarak genetik calon tetua kelapa Dalam komposit untuk lokasi
lahan kering iklim kering dan lahan kering iklim basah. Hasil yang dicapai sampai
Nopember 2010 adalah penanaman empat genotipe unggul kelapa komposit untuk
lahan kering iklim kering di Kebun Percobaan Pandu dan penanaman tiga genotipe
unggul kelapa Dalam komposit untuk lahan kering iklim basah di kebun Percobaan
Paniki. Penampilan genotipe unggul hasil seleksi baik yang berasal dari lahan kering
iklim kering dan lahan kering iklim basah menunjukan pertumbuhan yang baik dan
seragam. 70 contoh yang berasal dari daun kelapa yang berasal dari lahan kering
iklim kering telah diekstraksi dan diperoleh total DNA untuk pengujian jarak genetik
tetua kelapa Dalam komposit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
genotipe kelapa yang berproduksi tinggi dan tersedia untuk petani dalam jumlah
banyak sehingga dapat meningkatkan produksi kelapa secara nasional dan
meningkatkan pendapatan petani.
Kata kunci
: seleksi, kelapa Dalam, komposit, jarak genetik, produksi tinggi.
iii
ABSTRACT
In respond to farmers' preferences, Balitka working to improve the potential
production of coconut in a low at 1.2 tons copra
I
ha
I
year through selection,
hybridization, engineering, synthetic varieties and varieties of composites. Coconut
superior composite has several advantages compared to coconut in general, because
in addition to high productivity, also has a high genetic variability inherited from his
elders with different genetic composition. Coconut composite varieties assembly
directed to specific locations for dry climate and wet climate. In this study will be
assembled coconut productivity in the composite with over 3 tons of copra
1 ha I
year specific dry climate and wet climate of dry lands that are resistant to major
pests and diseases of coconut. In first year 2009 have been successfully selected 4
genotypes of coconut in a specific dry climate and 4 genotypes coconut specific wet
climates with each productivity of 3.7 tons of copra
ha
I
I
ha
I
year to 4.8 tons of copra
I
year. In the year 2010 is expected to continue the experiments to see the
stability production of the eight genotypes that have been selected and genetic
distance between all Tall coconut populations for dry climate and wet climate. The
results up to Nopember 2010 are planting of four selected genotypes specific for dry
climate and three selected genotypes for wet climate in Pandu experimental garden
and Paniki experimental garden, both in North Sulawesi. Good performance and
uniform were shown by superior genotypes originating from dry land for growth
characters. The total 70 samples derived from coconut leaves has been extracted
and obtained total DNA for testing genetic distance.The results of this study is
expected to produce coconut genotypes that produce high and available to farmers
in large quantities so could be increase national production and increase farmers'
income.
Keywords: selection, Tall coconut, composite variety, genetic distance, high-yielding
varieties.
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatl 500g/butir maka dari tanaman terpilih di desa Pakuli/bangga, dan
desa Pontolan RW 04 di Sulteng serta di Desa Bloro dan Adonara barat di NTT
diperoleh berturut-turut 45 pohon, 27 pohon, 43 pohon dan 48 pohon. Dari
setiap individu tersebut diambil buahnya dan selanjutnya ditanam maka
tanaman asal Pakuli/Bangga, dan desa Pontolan RW 04 di Sulteng serta di Desa
Bloro dan Adonara barat di NTT diperkirakan dapat menghasilkan berturut-turut
4012 kg (4.01 ton kopra/ha/tahun), 3787 kg (3.79 ton kopra/ha/tahun) , 4433
kg ( 4.43 ton kopra/ha/tahun ) dan 4859 kg (4.86 ton kopra/ha/tahun). Untuk
lahan kering iklim basah, berdasarkan seleksi yang diarahkan berdasarkan berat
daging buah/butir yang beratnya > 500g/butir maka pada beberapa individu
terpilih di desa Pounak Tenga, populasi Kasinggolan, Liwutung dan Werot maka
diperkirakan akan dapat berproduksi
kopra/ha/tahun),
berturut-turut 4334 kg (4.34 ton
4166.5 kg (41.67 ton kopra/ha/tahun)
3781 kg (3.78
kopra/ha/tahun) dan 3707.6 kg (3.71 kopra/ha/tahun).
Hasil sampai Nopember 2010, Kegiatan yang telah dilakukan yaitu
Penanaman empat genotip terpilih kelapa Dalam komposit untuk lahan kering iklim
kering yaitu kelapa Dalam Pakuli, Dalam Pontoloan, Dalam Bloro dan Dalam
Adonara di KP. Pandu, serta penanaman tiga genotip terpilih kelapa Dalam
komposit untuk lahan kering iklim basah yaitu kelapa Dalam Werot, Dalam
Kasinggolan dan Dalam Liwutung di KP. Paniki. Penanaman dilakukan setelah
melalui tahapan seleksi bibit di pembibitan yaitu 30 bibit yang memperlihatkan
pertumbuhan baik. Semua genotipe terpilih baik untuk lahan kering iklim kering
dan lahan kering iklim basah dipilih dari individu pohon yang produksi daging
11
buahnya di atas 500 g. Penampilan tanaman muda umur 5 bulan sejak tanam
untuk karakter Ungkar batang semu, tinggi tanaman dan jumlah pertambahan
daun disajikan pada tabel 1 dan 2
Tabel 1. Data penampilan tanaman muda genotipe terseleksi untuk kelapa Dalam
lahan kering iklim kering
NO
Genotipe terpilih
Lingkar
Tinggi
Pertambahan
Satang (em)
Tanaman (em)
Jumlah daun
1
Kelapa Dalam Pakuli
11,83
134,02
3,79
2
Kelapa
10,60
144,68
3,68
Dalam
Pontoloan
3
Kelapa Dalam Bloro
12,65
138,95
3.95
4
Kelapa
12,27
133,05
3,93
Dalam
Adonara
Tabel 2. Data penampilan tanaman muda
genotipe terseleksi untuk kelapa
Dalam lahan kering iklim basah
NO
Genotipe terpilih
Ungkar
Tinggi
Satang (em)
Tanaman (em)
Jumlah daun
1
Kelapa Dalam Werot
14,35
136,97
2
Kelapa
Dalam
14,64
139,77
4,44
3
Kelapa Dalam Liwutung
14,46
149,99
4 95
4
Kelapa Dalam Pounak
Masih di
pembibitan
-
-
I
4,29
Kasinggolan
Berdasarkan Tabel 1 dan 2
di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman muda genotipe dan individu terpilih untuk lahan kering iklim kering dan
lahan kering iklim basah adalah baik. Pada penanaman tanaman yang berasal dari
lahan kering iklim basah di Kebun Pereobaan
Paniki dan yang berasal dari lahan
kering iklim keriong yang ditanam di KP Pandu tidak terdapat perbedaan pada
karakter-karakter tanaman muda yaitu Lingkar batang semu, tinggi tanaman dan
pertambahan jumlah daun menunjukkan pada awal pertumbuhannya semua jenis
atau genotipe tanaman mempunyai kemampuan yang sama. Hal ini kemungkinan
karena kemampuan antar genotipe terpilih dalam membentuk karakter-karakter di
12
at:as
·
dalam pertumbuhan dini sehingga perbedaan karakter sesungguhnya
belum terlihat (Luntungan et.al, 1994).
Dalam merakit kelapa Dalam komposit akan dilakukan lebih ke spesifik lokasi
untuk lahan kering iklim kering dan lahan kering iklim basah. Di dalam perakitan
kelapa Dalam komposit diperlukan kombinasi dari 7 jenis kelapa Dalam sehingga
untuk setiap populasi kelapa Dalam komposit baik untuk lahan kering iklim kering
dan lahan kering iklim basah diperlukan tambahan 3 jenis kelapa Dalam.
Pada termin kedua telah dilakukan seleksi 3 jenis kelapa Dalam untuk lahan
kering iklim kering dan 3 jenis kelapa Dalam untuk lahan kering iklim basah. Pada
lahan kering iklim kering kelapa dalam yang terseleksi adalah kelapa Dalam
Molowahu asal Kabupaten Gorontalo dan kelapa Dalam Kramat asal Kabupaten
Boalemo provinsi Gorontalo dan kelapa Dalam Bojong Bulat asal kabupaten Kulon
Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketiga jenis kelapa Dalam ini
mempunyai potensi produksi masing-masing 4 ton koprajha/tahun, 3.6 ton
kopra/ha/tahun, dan 3 ton kopra/ha/tahun. Ketiga jenis kelapa Dalam ini terseleksi
karena telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Pada lahan kering iklim basah terseleksi
3 jenis kelapa Dalam unggul nasional yang telah dilepas menteri pertanian yaitu
kelapa Dalam Mapanget asal Sulawesi Utara, kelapa Dalam Bali asal provinsi Bali
dan kelapa Dalam Sawarna asal Provinsi Banten dengan potensi produksi berturutturut 3 ton kopra/ha/tahun dan 3.6 ton kopra/ha/tahun.
Pengamatan terhadap daun lebih ditujukan pada analisis kandungan prolin,
Glisin-betain, ABA,
Protein dan lipid yang diharapkan dapat menggambarkan
keadaan pertanaman kelapa di lahan kering iklim kering untuk melihat ketaha annya
terhadap kondisi cekaman air.
Tabel 3. Rata-rata kandungan Prolin, ABA, Glysin Betain, Protein, dan Lipid, dari
enam aksesi kelapa dari lahan kering iklim kering
Aksesi
prolin
HセァOI@
Glisinbeta in
ABA
Protein
(ppm)
Lipid
(ng/g)
(%)
Pakuli Bangga/
Sulteng
79.83
37,46
981,15
544,90
2,15
Pontoloan/
Sulteng
101.26
25,44
981,89
839,23
2,75
Bloro/
NTT
127.76
27,39
1146,85
832,90
4,77
Adonara/
96.87
42,21
985,32
883,00
3,27
NTT
13
ャ
セ
。 uO@
118.22
27.60
963.36
820.80
3.10
Kramat/
Gorontalo
120.98
21.30
981.53
689.00
4.00
Kasinggolan I
Sulut (Kontrol)
77.77
46,14
682,63
882,70
4,44
Gorontalo
Dari hasil analisis diperoleh kadar prolin yang berbeda-beda dalam tiap jenis
kelapa. Kadar prolin paling tinggi terdapat pada kelapa lokasi Bloro NTT, yaitu
sebesar 127,76 J.Jg/g dan paling rendah pada Sulawesi Utara2 , yaitu sebesar 77,77
J.Jg/g. Prolin dijumpai terakumulasi lebih banyak pada tanaman yang lebih toleran
terhadap cekaman kekeringan. Ini karena prolin merupakan metabolit osmotik yang
dihasilkan tanaman dalam penyesuaian osmotik pada tanaman yang tahan terhadap
cekaman kekeringan. Prolin menampung nitrogen dari berbagai senyawa nitrogen
yang berasal dari kerusakan protein dan melindungi kerusakan sel-sel tanaman
terhadap cekaman kekeringan (Yoshiba
eta/., 1997).
Hasil analisis daun untuk kadar GB, ditemukan bahwa kadar GB paling rendah
pada kelapa lokasi Kramat Gorontalo, yaitu sebesar 21,30 J.Jg/g dan paling tinggi
pada Kasinggolan Sulawesi Utara, yaitu sebesar 46,14 J.Jg/g. Adanya glisin betain
dalam tanaman menunjukkan bahwa tanaman bersifat toleran terhadap cekaman
kekeringan. GB merupakan metabolit yang efektif untuk mengurangi pengaruh dari
adanya cekaman kekeringan pada tanaman karena GB berfungsi dalam menstabilkan
struktur enzim, protein kompleks, dan lipid pada komponen-komponen fotosintesis
dalam melindungi membran dibawah tekanan kekeringan (Mahmood, et a/. 2009).
Dari analisis GB yang telah dilakukan didapatkan bahwa kelapa Dalam Kra a
Gorontalo dan kelapa Dalam asal Pontoloan Sulawesi Tengah memiliki kadar GB ya g
rendah diantara kelapa lainnya. Rendahnya kadar GB ini kemungkinan disebabka
karena banyaknya fungsi GB dalam mempertahankan kondisi tanaman pada daerah
kering sebagai responnya terhadap adanya cekaman kekeringan.
Berdasarkan analisa pada kadar ABA, diperoleh bahwa kadar ABA paling
tinggi terdapat pada kelapa asal Bloro NTT, yaitu sebesar 1146,85 ng/g dan paling
rendah pada kelapa Dalam asal kasinggolan Sulawesi Utara, yaitu sebesar 682,83
ngjg. ABA meningkat dengan segera ketika tanaman mengalami cekaman
kekeringan sebagai respon terhadap kondisi cekaman kekeringan (Sinaga, 2007).
Peningkatan sintesis ABA di akar, antara lain bertujuan untuk meningkatkan laju
penyerapan air oleh akar untuk mengimbangi laju transpirasi. Dalam hal ini ABA
14
berpera sebagai pengatur signal transpor air secara radial (Onyayar et a/./ 2004).
ABA j ga dapat ditranslokasikan melalui xilem ke bagian tanaman yang lain seperti
tunas dan daun. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsentrasi
ABA pada cairan xilem jika tanah mengering (Zhang eta/./ 2006).
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa kadar protein paling tinggi terdapat
pada kelapa lokasi Adonara NTT, yaitu sebesar 883,00 ppm dan paling rendah pada
Pakuli Sulawesi Tengah I, yaitu sebesar 544,89 ppm. Menurut Irigoyen (1992) dalam
Toruan-Mathius dkk./(2004) tanaman
yang
mengalami cekaman
kekeringan,
mengalami penurunan kadar protein akibat penurunan sintesis dan peningkatan
degradasi protein. Begitu pula pendapat Hanson & Hitz (1982) dalam ToruanMathius dkk./(2004) bahwa pada daun yang mengalami cekaman kekeringan terjadi
penurunan sintesis protein dari prolin sedangkan proteolisis protein menjadi prolin
berlangsung tetap sehingga kadar protein dalam daun menurun.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kadar lipid yang
berbeda-beda dari masing-masing lokasi. Kadar lipid paling tinggi terdapat pada
kelapa yang berasal dari Bloro NTT, yaitu sebesar 4,77% dan paling rendah pada
Pakuli Sulawesi Tengah, yaitu sebesar 2,1 %. Lipid merupakan komponen membran
yang penting. Perubahan komposisinya dilakukan untuk melindungi keadaan
membran dan mempertahankan bagian-bagian set. Menurut Junior
・エ。セ@
(2008) lipid
merupakan unsur esensial dari membran selular yang memainkan fungsi penting
dalam penyusunan struktur dan proses metabolisme.
Cekaman air da n beberapa
jenis cekaman lainnya dapat mengubah komposisi membran lipid. Akibatnya aktivitas
metabolik selular juga mengalami perubahan. Kekurangan air dapat mengubah
membran
plasma
lipid
menjadi
organel
sitoplasma
yang
berbeda
yang
mempengaruhi fungsinya dalam metabolisme selular. Sulawesi Tengah, Goronta lo
dan NTT memiliki jenis lahan kering dengan iklim yang kering. Hal ini dapat
menyebabkan kadar lipid dalam tanaman khususnya kelapa akan mengalami
perubahan komposisi. Perubahan komposisi lipid dilakukan untuk melindungi
keadaan membran dan mempertahankan bagian-bagian set.
15
2.
Jarak Genetik Tetua Terpilih untuk Lahan Kering Iklim Kering dan
Lahan Kering Iklim Basah
Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan
Palma Lain Manado dengan bekerjasama dengan Fakultas MIPA Universitas Sam
Ratulangi Manado. Kegiatan ini dimulai pada termin II. Hasil sampai Nopember 2010
adalah kegiatan isolasi DNA kelapa Dalam yang berasal dari lahan kering iklim
kering. Tujuh jenis kelapa Dalam asal lahan kering iklim kering yaitu yang berasal
dari Bloro dan Adonara (NTT); Pontoloan dan Pakuli/Bangga (Sulawesi Tengah);
Molowahu dan Kramat (Gorontalo) dan Bojong Bulat (Yogyakarta) telah berhasil
disolasi DNA (gambar 1). Isolasi DNA dilakukan mengikuti metode Rohde
et a!
(1995) yang telah dimodifikasi Lengkong (1998). Hasil isolasi DNA yang diekstrak
dari daun kelapa kemudian
divisualisasi menggunakan elektroforesis gel
untuk
melihat ada tidaknya DNA serta posisi dan ukuran DNA dari hasil isolasi. Berdasarkan
hasil visualisasi terlihat bahwa DNA yang ada masih terkontaminasi sehingga perlu
dilanjutkan dengan pemurnian DNA.
Gambar 1. Contoh DNA total dari sampel daun kelapa yang berasal dari lahan
kering iklim kering
Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pengujian menggunakan metode SSR
yang direncanakan dilaksanakan pada bulan Nopember sampai
Desember 2010.
Kegiatan ini penting untuk melihat keragaman antar jenis kelapa Dalam yang
digunakan. keragaman yang tinggi dan jarak genetik yang besar antar aksesi
maupun antar pohon sangat baik dalam pembentukan populasi kelapa Dalam
Komposit. Harapan untuk memperoleh varietas Kelapa Dalam unggul Komposit
16
berproduksi tinggi sangat mungkin karena pengaruh heterosis dilaporkan relatif
tinggi pada hibrida intervarietas (Hallauer dan Miranda, 1982). Heterosis pada
varietas komposit dapat terjadi apabila terdapat perbedaan frekuensi gen antara
kedua tetua dan gen yang mengontrol karakter yang diinginkan adalah dominan
(dominance gene action) (Gardner dan Eberhart, 1966; Lamkey dan Edwards, 1999).
Pada tanaman yang menyerbuk silang seperti kelapa, ekspresi suatu karakter pada
hibrida biasanya dikontrol oleh aksi gen dominan sehingga besarnya heterosis sangat
ditentukan oleh jarak genetik dari kedua tetua. Jika varietas kelapa Dalam komposit
merupakan hasil persilangan antar kultivar kelapa yang berbeda latar belakang
genetiknya maka heterosis pada kelapa Dalam komposit akan tinggi.
17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Penampilan tanaman muda dari genotipe terpilih untuk lahan kering iklim
kering dan lahan kering iklim basah baik dan seragam untuk karakter lingkar
semu, tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun
2. Kadar prolin tertinggi dimiliki kelapa Dalam asal Adonara NTT, Kadar glisin
betain tertinggi dimiliki kelapa Dalam yang berasal dari Kasinggolan Sulawesi
Utara, Kadar asam absisat tertinggi dimiliki kelapa Dalam yang berasal dari
Bloro NTT, Kadar protein tertinggi dimiliki kelapa Dalam yang berasal dari
Adonara NTT, dan Kadar lipid tertinggi ditunjukkan oleh kelapa Dalam yang
berasal dari Bloro NTT.
3. 70 contoh yang berasal dari daun kelapa yang berasal dari lahan kering iklim
kering telah diekstraksi dan diperoleh total DNA untuk pengujian jarak genetik
tetua kelapa Dalam komposit.
6.2. Saran
Genotipe-genotipe yang terseleksi perlu diamati dan diobservasi lebih lanjut
sehingga dapat dilepas sebagai kultivar kelapa unggul baik untuk lahan kering
iklim kering dan lahan kering iklim basah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, A. Dan A., Mulyani. 2003. Pemanfaatan Lahan Berpotensi Untuk
Pengembangan Produksi Kelapa. Jurnal Litbang Pertanian 22(1):24-32.
Alouw, J.C., M.L.A. Hosang, A.A. Lolong, dan J.S. Warokka. 2008. Hama Oryctes
rhinoceros : Ekobiologi dan Pengendaliannya. Prosiding Seminar Regional
PHT Kelapa Manado 27 Nopember 2008. Hal. 147-121.
Alouw, J.C., . M.L.A. Hosang, dan N. Lumentut. 2008. Hama Brontispa longissima
Gestro (Coleopthera Chrysommelidae) dan Pengendaliannya. Prosiding
Seminar Regional PHT Kelapa Manado 27 Nopember 2008. Hal. 104-121.
Akuba, R. H., Nursuestini, J.S. Warokka dan H.FJ. Motulo 1991. Pemetaan daerah
rawan serangan penyakit busuk pucuk kelapa di Sulawesi Utara. Jurnal
Penelitian Kelapa 5(1):5-11.
Akuba, R. H. 1998. Dampak kekeringan dan kebakaran terhadap kelapa. Prosiding
KNK N. Lampung. PUSLITBANGTRI Bogor.
Akuba. R.H. 2002. Breeding and population genetics studies on coconut (Cocos
nucifera L.) composite variety using morphological and microsatellite
markers.Disertasi Doctor of Philosophy. University of the Philipines Los
Banos.
Billoten, N. 1996. Coconut Genetic Improvement Programme at Balitka, Final Report,
1989/1995. AARD-CIRAD-CP COOPERATION. 39p.
Brahmana, J., A.U. Lubis, R. Desmier de Chenon. 1992. Evolution of coconut bud rot
diseases and strategy of control. Coconut Phytophthora Workshop
Proceedings, 26 -30 October 1992, Manado Indonesia. p 33-38
Carpena, A. L., R. R. C. Espino, T. L. Rosario and R. P. Laude. 1993. Genetics at
population level. SEAMEO Regional Center for Graduate Study and Research in
Agriculture (SEAMEO-SEARCA) UPLB. Los Banos Philippines.
Falconer, D. S. and T. F. C. Mackay. 1996. Introduction to quantitative genetics.
Longman Group Ltd. 464p.
Finlay, K.W., and G.N. Wilkinson. 1963. The analysis of adaptation in a plant
breeding programme. Aust. J. Agric. Res. 14:742-754
Gardner, C. 0. and S. A. Eberhart. 1966. Analysis and interpretation of the variety
cross diallel and related populations. Biometrics 22:439-452.
Hallauer, A. R. and J. B. Miranda, FO. 1982. Quantitative genetics in maize breeding.
The Iowa State University Press. 468p.
Hosang, M. L. A., S. Sabatoellah., F. Tumewan dan J.C. Alouw. 1996. Musuh alami
hama Brontispa longissima Gaestro. Presiding Seminar Regional Hasil Hasil
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado 19-20 Maret 1996. Buku I,
30- 38.
Hosang, M. L. A. dan A. A. Lolong. 1998. Pengendalian hama dan penyakit kelapa
terpadu. Presiding KNK N. Lampung. PUSLITBANGTRI Bogar.
Junior, R, R, M ., M, S, C, Oliveira ., M, A, Baccache ., F, M, De Paula. 2008. Effects
of Water Deficit and Rehydration on the Polar Lipid and Membranes Resistance
Leaves of Phaseolus vulgaris L. Cv. Perala. Vol.51, n. 2 : pp.361-367, ISSN
1516-8913 Brazil.
19
Kharie, S., H.F.J. Motulo, dan J.S. Warokka. 1993. Pengaruh Fosetyi-AI terhadap
Perl