Epidemiologi Penyakit Periodontal dan id

Penyakit

periodontal

adalah

suatu

inflamasi

kronis

pada

jaringan

pendukung

gigi

(periodontium). Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva (gingivitis) atau dapat

menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis).Gambaran klinis yang membedakan antara
gingivitis dan periodontitis adalah ada tidaknya kerusakan jaringan periodontal destruktif
umumnya dihubungkan dengan keberadaan dan atau meningkatnya jumlah bakteri pathogen
spesifik seperti Phorphyromonas gingivalis (P.g), prevotella intermedia (P.i), bacteriodes forsytus
(Bi) dan actinobacillus actinomycetemcomitans (A.a).

Klasifikasi Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis. Bentuk
penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi dan mempengaruhi
jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal
dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses
penyakit akan terus berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau
sementum, keadaan ini disebut dengan Periodontitis.
Klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan International Workshop for a Classification
of Periodontal Disease and Conditions ( 1999 ) :
I. Penyakit Gingiva
A. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh dental plaque
1. Gingivitis yang hanya berhubungan dengan dental plaque saja
a. Tanpa adanya kontribusi faktor lokal lainnya
b. Disertai dengan kontribusi faktor local

2. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor sistemik
a. Berhubungan dengan sistem endokrin
1) Gingivitis yang berhubungan dengan masa pubertas
2) Gingivitis yang berhubungan dengan siklus menstruasi
3) Berhubungan dengan keadaan hamil
a) Gingivitis
b) pyogenic granuloma
4) Gingivitis yang berhubungan dengan diabetes mellitus
b. Berhubungan dengan penyakit darah
1)
Gingivitis yang berhubungan dengan leukemia
2)
Penyakit gingiva lainnya
3. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh obat
a. penyakit gingiva yang dipengaruhi oleh obat
1) Pembesaran gingiva karena pengaruh obat
2) Gingivitis oleh karena pengaruh obat
a) gingivitis yang berhubungan dengan kontrasepsi oral

b) penyakit gingiva lainnya

4. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi
a. gingivitis karena defisiensi asam askorbat
b. penyakit gingiva lainnya
B. Lesi gingiva yang bukan disebabkan oleh plak
1. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh bakteri spesifik
a. Lesi yang berhubungan dengan Neisseria gonorrhea
b. Lesi yang berhubungan dengan Treponema pallidum
c. Lesi yang berhubungan dengan spesies Streptococcus
d. Lesi lainnya
2. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh virus
a. infeksi virus herpes
1) primary herpetic gingivostomatitis
2) recurrent oral herpes
3) infeksi varicella-zoster
b. infeksi lainnya
3. Penyakit gingiva yang disebabkan oleh jamur
a. infeksi spesies candida
1) generalized gingival candidosis
b. linear gingival erythema
c. histoplasmosis

d. penyakit lainnya
4. Lesi gingiva yang disebabkan oleh genetik
a. hereditary gingival fibromatosis
b. penyakit lainnya
5. Manifestasi gingiva karena keadaan sistemik
a. penyakit mukokutaneus
1) lichen planus
2) Pemphigoid
3) pemphigus vulgaris
4) erythema multiforme
5) lupus erythematosus
6) penyakit yang disebabkan oleh obat
7) penyakit lainnya
b. reaksi alergi
1) bahan restorasi gigi
a) Mercury
b) Nickel
c) Acrylic
d) bahan lainnya
2) reaksi yang diakibatkan oleh

a) pasta gigi
b) obat kumur
c) bahan aditif penmen karet

d) makanan dan bahan aditif
3) penyakit lainnya
6. Lesi traumatik (tidak wajar, iatrogenic, kecelakaan)
a. trauma kemikal
b. trauma fisikal
c. trauma termal
7. Reaksi tubuh terhadap benda asing
8. Penyakit gingiva lainnya yang tidak spesifik
II. Periodontitis Kronik
Karakteristik yang umum pada pasien dengan periodontitis kronis :
a. Prevalensi lebih banyak pada dewasa namun dapat terjadi pada anak-anak
b. Besar destruksi konsisten dengan factor lokal
c. Berhubungan dengan variasi pola microbial
d. Kalkulus subgingiva seringkali ditemukan
e. Perjalanan penyakit lambat sampai sedang, namun ada kemungkinan pada
beberapa periode berjalan cepat.

f. Dapat dimodifikasi oleh hal seperti
(i) Penyakit sistemik seperti HIV dan diabetes mellitus
(ii) Faktor predisposisi lokal dari periodontitis
(iii)

Faktor lingkungan seperti merokok dan stress emosional

Periodontitis kronis dapat disubklasifikasikan kedalam lokalisata dan generalisata serta
dikarakterisasikan sebagai slight, moderate, dan severe berdasarkan :
a. Lokalisata

: 30% sites yang terlibat

c. Slight

: 1 sampai 2 mm clinical attachment loss

d. Moderate

: 3 sampai 4 mm clinical attachment loss


e. Severe

: ≥5 mm clinical attachment loss

III. Periodontitis Aggresif
Karakteristik umum pada pasien periodontitis agresif :
g. Secara umum klinis pasien sehat
h. Kehilangan perlekatan (attachment loss) dan destruksi tulang secara cepat
i. Jumlah deposit mikroba tidak konsisten dengan keparahan penyakit

j. Ada factor keturunan dari individu
Karakteristik yang umum namun tidak universal
a. Penyakit

biasanya

diinfeksi

oleh


Actinobacillus

actinobacillus

actinomycetemcomitans.
b. Abnormalitas dari fungsi fagosit
c. Hiperresponsive makrofag, peningkatan produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan
interleukin-1β
d. Pada beberapa kasus, progresifitasnya self-arresting.
Periodontitis agresif dapat diklasifikasikan kedalam lokalisata dan generalisata seperti
berikut :
a. Lokalisata
i) Circumpubertal onset
ii) Lokalisasi pada molar pertama atau insisif dengan proksimal attachment loss
pada setidaknya 2 gigi permanen, salah satunya molar pertama.
iii) Respon antibodi kuat terhadap agen infeksi
b. Generalisata
i) Biasanya mengenai pasien usia dibawah 30 tahun
ii) Attachment loss proksimal generalisata mengenai setidaknya 3 gigi lain selain

molar pertama dan insisif.
iii) Pronounced episodic nature dari destruksi periodontal
iv) Respon antibodi serum buruk terhadap agen infeksi.
IV. Periodontitis Sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik
A. Berhubungan dengan kelainan hematologic
1. Acquired neutropenia
2. Leukemias
3. Penyakit lainnya
B. Berhubungan dengan kelainan genetic
1. Familial and cyclic neutropenia
2. Down syndrome
3. Leukocyte adhesion deficiency syndromes
4. Papillon-Lefevre syndrome
5. Chediak-Higashi syndrome
6. Histiocytosis syndrome

7. Glycogen storage disease
8. Infatile genetic agranulocytosis
9. Cohen syndrome
10. Ehlers-Danlos syndrome ( types IV, VIII )

11. .Hypophosphatasia
12. Penyakit lainnya
V. Necrotizing Periodontal Disease
a. Necrotizing ulcerative gingivitis
Karakteristik utama dari NUG adalah etiologinya merupakan bakteri, ada lesi
nekrotik, dan factor predisposisi seperti stress psikologis, merokok, dan
immunosupresi. Sebagai tambahan, malnutrisi dapat menjadi faktor kontribusi.
NUG seringkali terlihat sebagai lesi akut yang mempunyai respon baik terhadap
terapi antimikroba yang dikombinasikan dengan pembersihan plak dan kalkulus
serta peningkatan oral hygiene.
b. Necrotizing ulcerative periodontitis
Perbedaan antara NUP dan NUG terdapat pada adanya clinical attachment loss
dan resorpsi tulang alveolar, karakteristik lainnya sama. NUP dapat diobservasi
pada pasien HIV dan bermanifestasi sebagai ulserasi lokal dan nekrosis jaringan
gingiva dengan exposure dan destruksi yang cepat dari tulang alveolar,
perdarahan spontan, dan rasa nyeri yang parah.
VI. Abses Periodontal
A. Abses gingival
B. Abses periodontal
C. Abses perikoronal

VII. Periodontitis Yang Berhubungan Dengan Lesi Endodontik
A. Lesi gabungan periodontik-endodontik
VIII. Developmental or Acquired Deformities and Conditions
A. Penyakit gingiva / periodontitis karena plak yang dimodifikasi atau diperparah oleh
faktor keadaan lokal gigi
1. Faktor anatomi gigi
2. Restorasi / alai gigi

3. Fraktur akar
4. Resorbsi akar bagian servikal dan cemental tears
B. Deformitas mukogingival dan keadaan di sekeliling gigi
1. Resesi gingiva jaringan lunak
2. Kurangnya keratinisasi gingiva
3. Berkurangnya kedalaman vestibular
4. Letak frenulum / otot yang salah
5. Gingival excess
a. Pseudopocket
b. Inconsistent gingival margin
c. Excessive gingival display
d. Gingival enlargement ( pembesaran gingival )
6. Warna yang abnormal
C. Deformitas mukogingival dan keadaan ridge edentulous
1. Rendahnya ridge dalam arch vertikal dan / atau horizontal
2. Kurangnya gingiva / jaringan yang berkeratinisasi
3. Pembesaran gingiva / jaringan lunak
4. Letak frenulum / otot yang salah
5. Berkurangnya kedalaman vestibular
6. Warna yang abnormal
D. Trauma oklusal
1. Primary trauma occlusal
2. Secondary trauma occlusal

PENYEBAB PENYAKIT PERIODONTAL
Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lokal
(ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik).Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada
lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan
kesehatan umum.Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor
lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya.Kerusakan yang
disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar,
sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar.
a. Faktor Lokal
1. Plak Bakteri
Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat
erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut.
Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi

gingival dan plak sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival.Bakteri yang
terkandung

dalam

plak

di

daerah

sulkus

gingiva

mempermudah

kerusakan

jaringan.Hampir semua penyakit periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah
terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkanpenyakit
periodontal secara tidak langsung dengan cara:
a. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh.
b. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh
c. Menggerakkan proses immuno patologi.
Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis,
akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor,
meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya
tahan tubuh.
2. Kalkulus
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami
pengapuran, terbentuk pada permukajan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan
pendukung penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena
penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa,
kalkulus bukan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal.Faktor penyebab
timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan
kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.
3. Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan
awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal.Gigi yang berjejal atau
miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak,
sedangkan gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi.
Tanda-tanda yang berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan yaitu:
a. perasaan tertekan pada daerah proksimal
b. sakit yang sangat dan tidak menentu
c. inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau.
d. resesi gingiva

e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari soketnya,
sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi.
f. kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar
4. Pernafasan Mulut
Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk.Hal ini
sering dijumpai secara permanen atau sementara.Permanen misalnya pada anak dengan
kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut
terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi
depan atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini
menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva
maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah banyak,
lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit
periodontal.
5. Sifat Fisik Makanan
Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat
lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan,
menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang
bakteri serta memudahkan pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai sifat fisik
keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan
ludah. Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut
sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini akan
memudahkan terjadinya penyakit. Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang
mempunyai sifat self cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi
dan jaringan mulut secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan
dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.
6. Iatrogenik Dentistry
Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter
gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan pada gigi dan
jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi.Dokter
gigi harus memperhatikan masa depan kesehatan jaringan periodontal pasien, misalnya:

a. Waktu melakukan penambalan pada permukaan proksimal (penggunaan matriks)atau
servikal, harus dihindarkan tepi tambalan yang menggantung (kelas IIamalgam), tidak
baik adaptasinya atau kontak yang salah, karena hal inimenyebabkan mudahnya
terjadi penyakit periodontal.
b. Sewaktu melakukan pencabutan, dimulai dari saat penyuntikan, penggunaan
beinsampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya gingiva karena tidak hatihati
c. Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati-hati,karena
dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva.
7. Trauma dari oklusi
Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, tekanan
oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi.Trauma dari
oklusi dapat disebabkan oleh :
a. Perubahan-perubahan tekanan oklusal. Misal adanya gigi yang elongasi, pencabutan
gigi yang tidak diganti, kebiasaanburuk seperti bruksim, clenching.
b. Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal
c. Kombinasi keduanya.
b. Faktor Sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh
keadaan sistemik.Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon,
vitamin, nutrisi dan oksigen.Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan
gangguan lokal yang berat.Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi
yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya
dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan
keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan
periodontal.
1. Demam Tinggi
Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam yang
tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah).Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak
dapat melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan biasanya

berbentuk cair.Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut menyebabkan
mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal.
2. Defisiensi Vitamin
Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan periodontal,
karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat.Defisiensi vitamin C sendiri
sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal menyebabkan
jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebutsehingga terjadi reaksi
inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).
3. Drugs atau Obat-Obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak
penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin
bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hyperplasia gingiva
memudahkan terjadinya penyakit.Penyebab utama adalah plak bakteri.
4. Hormonal
Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid.Peningkatan hormone estrogen
dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi margingingiva bila ada
faktor lokal penyebab penyakit periodontal.

GEJALA PENYAKIT PERIODONTAL
Penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu gingivitis dan
periodontitis.Klasifikasi penyakit periodontal secara klinik dan histopatologi pada anak-anak dan
remaja dapat dibedakan atas 6 (enam) tipe yaitu:
1. Gingivitis kronis
2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LPJ)
3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)
4. Periodontitis kronis
5. Akut Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
6. Periodontitis Prepubertas
1. Gingivitis Kronis

Gingivitis biasanya terjadi pada anak saat gigi erupsi gigi sulung maupun gigi tetap
dan menyebabkan rasa sakit. Pada anak usia 6-7 tahun saat gigi permanen sedang erupsi,
gingival marginnya tidak terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa
makanan masuk ke dalam gingiva dan menyebabkan peradangan.Gejala gingivitis kronis
ialah:


Terjadi inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau perlekatan jaringan ikat.



Tanda pertama dari inflamasi adanya hiperamie, warna gingiva berubah dari merah muda
menjadi merah tua, disebabkan dilatasi kapiler, sehingga jaringan lunak karena banyak
mengandung darah.



Gingiva menjadi besar (membengkak), licin, berkilat dan keras, perdarahan gingiva
spontan atau bila dilakukan probing, gingiva sensitif, gatal-gatal dan terbentuknya saku
periodontal akibat rusaknya jaringan kolagen. Muncul perlahan-lahan dalam jangka lama
dan tidak terasa nyeri kecuali ada komplikasi dengan keadaan akut.



Bila peradangan ini dibiarkan dapat berlanjut menjadi periodontitis.

2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LJP)
Jenis penyakit ini biasanya menyerang penderita dengan rentang uumur 12-26
tahun, tetapi bisa juga terjadi pada umur 10-11tahun dimana erempuan lebih sering diserang
daripada laki-laki (3:1). Gejala LJP adalah:


Gigi yang pertama dirusak molar satu dan insisivus.



Angka karies biasanya rendah.



Netrofil memperlihatkan kelainan khemotaksis dan fagositosis



Sangat sedikit dijumpai plak atau kalkulus yang melekat pada gigi, tetapi padatempat yang
dirusak dijumpai kalkulus subgingiva.



Gingiva bisa kelihatan normal tetapi dengan probing bisa terjadi perdarahan dangigi yang
dikenai akan terlihat goyang.

3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)
GJP ini mirip dengan LJP, tetapi GJP terjadi secara menyeluruh pada gigi
permanendan dijumpai penumpukan plak yang banyak serta inflamasi gingiva yang
nyata.Melibatkan keempat gigi molar satu dan semua insisivus serta dapat merusak gigi
lainnya(C, P, M2).

4. Periodontitis Kronis
Periodontitis

kronis

merupakan

suatu

diagnosa

yang

digunakan

untuk

menyebutbentuk penyakit periodontal destruktif, namun tidak sesuai dengan kriteria
periodontitisjuvenile generalisata, lokalisata maupun prepubertas.Penyakit ini mirip dengan
gingivitis kronis, akan tetapi terjadi kehilangansebagian tulang dan perlekatan jaringan
ikat.Gejala periodontitis adalah:


Secara

fisik

terjadi

pembengkakan,

perdarahan,

perubahanwarnagusi,

pembentukanpoket,resesi, gigigoyang, migrasi, sampaipadapembentukanabses.







Umumnyaberupagusimudahberdarahdengansentuhanringan
Baumulut
Ngilubilaterjadiresesi
Sakitbilatelahdisertaiabses
Dalamkeadaankronis, akanditemukankerusakan yang perlahandan lama.
Tandaklinispentingdari periodontitis adalah bertambahnyadalamnyapoket periodontal.
biladinding

gingiva

sudahrusak,

maka

yang

terjadiadalahresesi

gingiva

danbiasanyakeadaaniniterjadipadakerusakantulangdalamarah horizontal (Nisa, 2015).

5. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
Penyakit

ini

sangat

besar

kemungkinan

dipengaruhi

beberapa

faktor

etiologisekunder seperti stress dan kecemasan. Dapat juga dipengaruhi faktor-faktor
lainseperti kelelahan, daya tahan tubuh yang menurun, kekurangan gizi, merokok,infeksi
virus, kurang tidur, disamping dipengaruhi faktor lokal lainnya. Gejala ANUG ditandai oleh:
 Demam
 Limfadenopati
 Malaise
 Gusi merah padam
 Sakit mulut yang hebat
 Hipersalivasi
 Bau mulut yang khas

 Papilla-papilla interdental terdorong ke luar, berulcerasi dan tertutup dengan
pseudomembran yang keabu-abuan (Sahrini, 2015).
6. Periodontitis Prepubertas
Periodontitis prepubertas ada dua bentuk yakni terlokalisir dan menyeluruh.
Bentukterlokalisir biasanya dijumpai pada usia 4 tahun dan mempengaruhi hanyabeberapa
gigi saja, sedangkan bentuk menyeluruh dimulai saat gigi tetap mulaierupsi dan
mempengaruhi semua gigi. Gejala periodontics pra pubertas meliputi:
 Pembengkakan gingiva marginal dan peninggian papila interdental.
 Pembesaran jaringan gusi pada gingivitis ini terjadi hanya dibagian anterior dan mungkin
hanya terdapat pada satu lengkung rahang.
 Plak dan kalkulus yang melekat pada gigi biasanya sedikit
 Kehilangan tulang dan lesi furkasi (furcation involment) terlihat secararadiografis.
 Kerusakan jaringan periodontal lebih cepat pada bentuk generalisata dari padabentuk
terlokalisir (Salmiah, 2009).
PATOGENESIS PERIODONTAL
Patogenesis
Periodontitis dimulai dengan gingivitis dan bila kemungkinan terjadi proses inflamasi,
maka pada kebanyakan pasien, tetapi tidak semua pasien terjadi proses inflamasi secara bertahap
dan akan memasuki jaringan periodontal yang lebih dalam. Bersama dengan proses inflamasi
akan timbul potensi untuk menstimulasi resorpsi jaringan periodontal dan pembentukan poket
periodontal.
Page dan Schoeder, dua orang ahli patologis yang terkemuka, membuat klasifikasi tahap
patogenesis sebagai berikut:

1. Lesi Awal
Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada tahap ini
hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi superfisial.
Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang jaringan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan inflamasi.
Plak yang terakumulasi secara terus menerus khususnya diregio interdental yang
terlindung mengakibat inflamasi yang cenderung dimulai pada daerah papila interdental
dan meneyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi.
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil,
disebelah apikal dari epitelium jungtion. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen
perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel plasma dan
limfosit-terutama limfosit T-cairan jaringan dan protein serum. Disini terlihat peningkatan
migrasi leukosit melalui epitelium fungsional dan eksudat dari cairan jaringan leher

gingiva. Selain meningkatnya aliran eksudat cairan dan PMN, tidak terlihat adanya tandatanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap penyakit ini.
2. Gingivitis Dini
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai
dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi PMN. Perubahan yang terjadi
baik pada epithekium jungtion maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari
pemisahan sel dan beberapa proleferasi dari sel basal. Fibroblas mulai berdegenerasi dan
bundel kolagen dari kelompok serabut dentogingiva pecah sehingga seal dari cuff
marginal gingiva menjadi lemah. Pada keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel
inflmasi, 75 % diantaranya terdiri dari limfosit. Juga terlihat beberapa sel plasa dan
magrofag. Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papila
interdental menjadi lebih merah dan bangkak serta mudah berdarah pada saat
penyondean.
3. Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlighat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini
sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium
dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah.
Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan inflmasi, tepi gingiva
dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar kemungkinan
ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem inflamasi dan
pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam.
Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan beberapa
berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini
belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.
Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan terlihat
adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel terutama dalam
hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting dri penyakit ini
adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada jaringan ikat. Karena
jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat

adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas
pemulihan yang produktif ibni merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi
kronis dan pada keadaan iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa
akan menjadi komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan
berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna
dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan
mudah berdarah;bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras
dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan kurng , bahkan tidak ada.
4. Periodontitis
Bila iritasi plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium jungtion
akan semakin rusak. Sel-sel epithelial akan berdegenarasi dan terpisah, perlekatannya
pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Pada saat bersamaan, epithelium jungtion
akan berproliferasi ke jaringan ikat dan ke bawah pada permukaan akar bila serabut
dentogingiva dan serabut puncak tulang alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium
jungtion akan terus berlangsung dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi,
membentuk poket periodontal atau poket asli. Keadaan ini tampaknya merupakan
perubahan Irreversibel. Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan
sementum. Jaringan ikat akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan trombosis
dinding pembuluh pecah disertai dengan timbulnya perdarahan ke jaringan sekitarnya.
Disini terlihat infiltrat inflamasi yang besar dari sel-sel plasam, limfosit dan magrofag.
IgG merupakan imunoglobulin yang dominan tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di
temukan disini. Epitelium dinding poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak
terlihat adanya perbedaan karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran
cairan jaringan dan imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan
ini ikut membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva. Penyebaran inflamasi ke
puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang
trabekula, daerah-daerah resorbsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula. Ada
kecenderungan resorbsi tulang di imbangi oleh deposisi yang semakin menjauhi daerah
inflamasi. Sehingga tulang akan diremodelling, namun tetap mengalami kerusakan.
Resorbsi tulang dimulai dari daerah interproksimal menjadi lebar misalnya atara gigi-gigi
molar, suatu krater interdental akan terbentuk dan kemudian bila proses resorbsi makin

berlanjut, resorbsi akan meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolar
akan teresorbsi.
Penjalaran inflamasi dari gingiva ke struktur periodontal pendukung (atau
peralihan gingivitis menjadi periodontitis) diduga sebagai modifikasi oleh potensi
patogenik plak, atau oleh daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu yang dimaksud disini
mencakup : aktifitas imunologis dam mekanisme yang berkaitan dengan jaringan lainnya
seperti derajat fibrosis gingiva, kemungkinan juga lebar gingiva cekat, dan reaksi
fibrogenesis dan osteogenesis yang berlangsung disekitar lesi inflamasi. Suatu sistem
fibrin-fibrinolitik disebut-sebut sebagai berperan menghambat perluasan lesi.
Jalur penjalaran inflamasi sangat penting artinya karena dapat mempengaruhi pola
destruksi tulang pada penyakit periodontal. Inflamasi gingiva menjalar sepanjang bundel
serat kolagen mengikuti lintasan pembuluh darah (malalui jaringan yang tersusun longgar
disekitar pembuluh darah) sampai ketulang alveolar
Pada sisi interproksimal inflamasi menjalar melalui jaringan ikat longgar disekitar
pembuluh darah, melewati serabut transeptal, untuk kemudian masuk ketulang alveolar
melalui kanal pembuluh yang menembus krista septum interdental. Tempat dimana
inflamasi menembus tulang adalah tergantung lokasi kanal pembuluh. Inflamasi bisa
masuk keseptum interdental pada bagian tengah krista, pada sisi krista, atau pada sudut
septum. Disamping itu inflamasi bisa masuk ketulang melalui lebih dari satu kanal.
Setelah mencapai ruang sum-sum, inflamasi menuju keligamen periodontal. Dalam
keadaan yang jarang, inflamasi menjalar langsung keligamen periodontal baru ketulang
alveolar. Pada sisi vestibular dan oral, inflamasi dari gingiva menjalar sepanjang
permukaan periosteal sebelah luar dari tulang, dan masuk sum-sum tulang melalui kanal
pembuluh darah pada korteks sebelah luar.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal adalah:
a. Higiene oral
Beberapa peneliti menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan kondisi oral
higiene yang buruk. Loe dkk melaporkan bahwa pada individu yang sehat dapat mengalami
gingivitis apabila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama dua sampai tiga minggu.
Peradangan akan hilang dalam waktu satu minggu bila dilakukan pemeliharaan kebersihan
rongga mulut. Hal ini menunjukkan pentingnya kontrol plak agar tidak terjadinya kerusakan
jaringan periodonsium.
b. Kebiasaan buruk
Rata – rata higiene oral pada orang yang mempunyai kebiasaan buruk merokok lebih jelek
daripada yang tidak merokok. Seorang perokok mempunyai risiko menderita periodontitis dua
sampai tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Panas yang
dihasilkan dari asap rokok akan meningkatkan kerusakan perlekatan periodontal dan terjadinya
penumpukan plak sehingga terbentuknya kalkulus.
Kebiasaan menyikat gigi yang salah dapat menyebabkan terkelupasnya epitel gingiva,
pembentukan vesikel, atau eritema yang difus. Perubahan akut ini sering terjadi pada waktu
pemakaian sikat gigi yang baru. Trauma yang disebabkan oleh penggunaan sikat gigi yang salah
dapat menyebabkan resesi gingiva disertai tersingkapnya akar gigi, dan biasanya tepi gingiva
sedikit menggembung.
Pemakaian tusuk gigi yang sering dapat menyebabkan terbukanya ruang interproksimal yang
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan plak dan debris serta perubahan inflamatoris.
c.Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik seperti penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi terutama pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol. Meningkatnya kerentanan penderita DM terhadap
inflamasi disebabkan oleh terjadinya defisiensi fungsi lekosit polimorfonukleus (LPN) berupa
terganggunya khemotaksis, atau terganggunya

kemampuan perlekatan ke bakteri. Peningkatan level glukosa bisa menyebabkan berkurangnya
produksi kolagen. Disamping itu, terjadi pula peningkatan aktifitas kolagenase pada gingiva.
Melakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan
terjadinya abses periodontal.
d. Usia
Tingkat keparahan penyakit periodontal yang direfleksikan dalam bentuk kehilangan perlekatan
yang diukur dengan millimeter, meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Rata – rata
kehilangan perlekatan pada kelompok usia 18 – 24 tahun adalah 1,2 mm, kemudian meningkat
sampai mencapai 3,6 mm pada kelompok usia 75 sampai dengan lebih dari 80 tahun.
e. Jenis Kelamin
Secara umum tingkat keparahan penyakit periodontal lebih tinggi pada laki – laki dibandingkan
dengan perempuan. Data yang diperoleh dari survey National Institute of Dental Research
menunjukkan bahwa level kehilangan perlekatan pada laki – laki adalah sekitar 10 % lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan.
Demikian dengan kedalaman poket sebesar atau lebih dari 4,0 mm lebih tinggi pada laki – laki
yaitu 11,5 % dibandingkan dengan perempuan sekitar 9,8 %. Kehilangan perlekatan sebanyak
2,5 mm lebih tinggi terjadinya pada laki – laki yaitu 30,9 % dibandingkan dengan perempuan
sekitar 25 %.

Pencegahan Periodontal
Prinsip pencegahan penyakit periodontal yang tidak berubah selama bertahun-tahun
adalah kontrol plak mekanis secara teratur dan konsisten pada gigi dan sulkus gingiva, yang
meliputi menyikat gigi, menggunakan alat pembersih interdental dan berkumur-kumur dengan
larutan fluor. Pendekatan pencegahan penyakit periodontal tidak spesifik bersifat bakteri oleh
karena itu keberhasilan kontrol plak tergantung pada motivasi individu.
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan oleh dokter gigi,
pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan
mencegah serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal
yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan
periodontal dengan mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia.

Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini
disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang
ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah.
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu
sama lain yaitu :
1. Kontrol Plak
2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan trauma dari oklusi
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
7. Pencegahan kambuhnya penyakit.
1. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah pembentukan
kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal, tanpa kontrol plak
kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi
sebaiknya diberi program kontrol plak.


Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti
pemeliharaan kesehatan.



Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.



Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti mencegah
kambuhnya penyakit ini.

Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia


Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi penggunaan
alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi dan alat pembersih proksimal seperti dental
floss.



Kontrol plak secara kimia adalah kumur - kumur dengan larutan fluor.

2. Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari penyingkiran
materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk memberikan manfaat yang maksimum
bagi pasien, profilaksis mulut harus lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :



Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak.



Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh permukaan.



Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi



Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung



Memeriksa tanda dan gejala impaksi.

3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan
(akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak
tepat dapat menimbulkan kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching.
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan sistemik
sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi kesehatan jaringan
periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan
sehat.
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
Prosedur ortodontik sangat penting dalam pencegahan penyakit periodontal. Tujuan
koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan letak gigi dan panjang lengkung
rahang.
6. Pendidikan kesehatan gigi masyarakat
Agar pencegahan penyakit periodontal menjadi efektif, tindakan pencegahan harus
diperluas kepada masyarakat. Hal yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa
penyakit periodontal dapat dicegah dengan metode yang sesuai.
Pemberian edukasi untuk masyarakat dapat diberikan melalui kontak pribadi,
aktivitas dalam kelompok masyarakat, media cetak maupun elektronik, perkumpulan remaja,
sekolah dan wadah lainnya. Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada
masyarakat, seperti :


Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal pada orang dewasa
dimulai pada masa anak-anak.



Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat dielakkan dan
disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat masyarakat bahwa kehilangan gigi selalu
terjadi bila mereka sudah tua.



Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga masyarakat tidak menyadarinya.
Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk mengetahui adanya karies
gigi dan penyakit periodontal secepatnya kemudian segera merawatnya bila ditemukan
adanya penyakit.



Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah bila segera dirawat
sehingga lebih besar kemungkinan berhasil disembuhkan. Disamping itu waktu yang
digunakan lebih sedikit dan merupakan cara yang paling ekonomis daripada
menanggulangi penyakit.



Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan perawatan gigi
yang teratur.



Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut harus merupakan inti
dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat.

7. Pencegahan kambuhnya penyakit
Setelah kesehatan jaringan tercapai, diperlukan program untuk mencegah
kambuhnya penyakit periodontal. Ini merupakan tanggung jawab bersama antara dokter gigi
dan pasien (untuk pasien anak peran orang tua juga dibutuhkan). Pasien harus menaati
pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan berkala, dokter gigi harus membuat
kunjungan berkala sebagai pelayanan pencegahan yang bermanfaat.

Perawatan Penyakit Periodontal
Sering dijumpai pasien datang ke dokter gigi, dengan kasus yang dialami telah lanjut,
sehingga tidak mungkin menghambat penyakit tersebut. Keadaan ini merupakan pengalaman
yang menyebabkan trauma bagi pasien usia remaja bila mereka dihadapkan dengan kenyataan
bahwa mereka mempunyai penyakit periodontal dan akan kehilangan satu atau semua gigigiginya bila tidak segera dirawat. Pada kasus ini, pasien harus ditenangkan dari keputusasaan dan
diyakinkan bahwa walaupun penyakit tidak dapat dirawat, masih banyak usaha yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan gigi selama bertahun-tahun. Dengan perawatan banyak gigi
dapat dipertahankan sampai pasien mencapai dewasa.
Penyakit periodontal harus ditemukan secepatnya dan dirawat sesegera mungkin setelah
penyebab penyakit itu ditemukan. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mencegah kerusakan

jaringan yang lebih parah dan kehilangan gigi. Menurut Glickman ada empat tahap yang
dilakukan dalam merawat penyakit
periodontal yaitu :
1. tahap jaringan lunak
2. tahap fungsional
3. tahap sistemik
4. tahap pemeliharaan
1. Tahap jaringan lunak
Pada tahap ini dilakukan tindakan untuk meredakan inflamasi gingiva, menghilangkan saku
periodontal dan faktor-faktor penyebabnya. Disamping itu juga untuk mempertahankan kontur
gingiva dan hubungan mukogingiva yang baik. Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal
dapat dilakukan dengan penambalan lesi karies, koreksi tepi tambalan proksimal yang cacat
dan memelihara jalur ekskursi makanan yang baik.
2. Tahap fungsional
Hubungan oklusal yang optimal adalah hubungan oklusal yang memberikan stimulasi
fungsional yang baik untuk memelihara kesehatan jaringan periodontal. Untuk mencapai
hubungan oklusal yang optimal, usaha yang perlu dan dapat dilakukan adalah : occlusal
adjustment, pembuatan gigi palsu, perawatan ortodonti, splinting (bila terdapat gigi yang
mobiliti) dan koreksi kebiasaan jelek (misal bruksim atau clenching).
3. Tahap sistemik
Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan perawatan penyakit
periodontal, karena kondisi sistemik dapat mempengaruhi respon jaringan terhadap perawatan
atau mengganggu pemeliharaan kesehatan jaringan setelah perawatan selesai. Masalah
sistemik memerlukan kerja sama dengan dokter yang biasa merawat pasien atau merujuk ke
dokter spesialis.
4. Tahap pemeliharaan
Prosedur yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan periodontal yang telah sembuh yaitu
dengan memberikan instruksi higine mulut (kontrol plak), kunjungan berkala ke dokter gigi
untuk memeriksa tambalan, karies baru atau faktor penyebab penyakit lainnya.