BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Perdagangan Beras - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Risiko pada Sistem Perdagangan Beras UD Hasil Bumi Boja = Risk Management on Rice Trading System UD Hasil Bumi Boja

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Sistem Perdagangan Beras

  Berdasarkan hasil kajian Natawidjaja (2001) dan Rusastra dkk. (2003) dalam penelitian Mardianto, dkk. (2005) dalam memasarkan hasil panen umumnya petani menggunakan penebas sebagai perantara. Dalam melaksanakan pembelian, penebas menggunakan sistem tebasan yang mana penetapan harga ditentukan dengan tawar menawar antara petani dan penebas. Kesepakatan harga yang terjadi sering kali membuat petani jatuh pada harga yang ditetapkan oleh penebas karena lemahnya posisi tawar petani pada saat panen raya. Dengan kondisi demikian petani harus mengikuti mekanisme pasar, sehingga dalam hal ini petani hanya berperan sebagai penerima harga.

  Hasil panen yang diterima penebas dari petani tersebut akan dijual kepada pedagang beras. Pedagang beras ini akan mengolah hasil panen yang berupa gabah menjadi beras melalui proses penjemuran dari pagi hingga sore hari, kemudian didiamkan semalam. Keesokan harinya dilakukan proses penggilingan untuk mengubah gabah menjadi beras pecah kulit dan sisa dari proses penggilingan gabah tersebut akan menjadi sekam. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pemutihan beras dengan menggunakan mesin pemutih supaya kulit ari terkelupas untuk menghasilkan beras layak konsumsi dan sisa dari proses pemutihan beras ini akan menjadi katul. Hasil olahan inilah yang kemudian akan dijual pedagang kepada konsumen.

  2.2. Sistem Manajemen Risiko

  Dalam suatu organisasi, manajemen diperlukan dalam segala bidang, bentuk, serta kegiatan, dimana orang-orang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen berasal dari kata “to manage” yang artinya mengatur. Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Kotler, 2005: 14). Manajemen adalah pengarahan suatu usaha melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengendalian sumber-sumber tenaga manusia dan bahan, dijuruskan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Soebagio, 1999: 15). Berdasarkan definisi manajemen tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu perangkat dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengendalian usaha baik dari pemimpin sampai anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

  Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, yang umumnya secara intuitif sudah memahami apa yang dimaksudkan. Pengertian risiko secara ilmiah sendiri sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu antara lain: “Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan” (Herman Darmawi, 1990: 20); Risiko adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan (Hanafi, 2006: 1). Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko adalah suatu ketidakpastian yang dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang tidak diinginkan.

  Risiko dapat menyebabkan masalah tetapi dapat juga mendatangkan peluang yang menguntungkan bagi perusahaan maupun orang per orang dalam kehidupan sehari-hari. Risiko tertentu sering kali dianalisis dan dikelola secara sadar, tetapi ada kalanya risiko diabaikan sama sekali karena yang bersangkutan tidak menyadari akibat yang akan terjadi. Risiko berkaitan dengan kemungkinan kerugian, kemungkinan yang dimaksud adalah kerugian yang menimbulkan masalah. Kerugian dapat diketahui kemungkinan terjadinya sehingga dapat direncanakan di awal untuk mengatasinya. Risiko menjadi masalah penting jika kerugian yang ditimbulkannya tidak diketahui secara pasti (Siahaan, 2007: 2), artinya pengusaha berupaya untuk meminimalkan ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Penanggulangan risiko tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, pengelolaan berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang disebut dengan manajemen risiko.

  Manajemen risiko adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau konsekuensi risiko tertentu (Hanafi, 2006: 18). Implementasi manajemen risiko diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia, atau setidaknya meminimalkan risiko yang dapat terjadi.

  Berikut ini beberapa definisi manajemen risiko organisasi: “Manajemen risiko adalah seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap, yang dipunyai organisasi, untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko” (Hanafi, 2006: 26); “Manajemen risiko adalah suatu proses dengan metode- metode tertentu supaya suatu organisasi mempertimbangkan risiko yang dihadapi setiap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi” (Siahaan, 2007: 22). Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan manajemen risiko organisasi adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen risiko mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko.

2.2.1. Proses Manajemen Risiko 1.

  Perencanaan Perencanaan manajemen risiko bisa dimulai dengan menetapkan visi, misi, dan tujuan, yang berkaitan dengan manajemen risiko kemudian bisa diteruskan dengan penetapan target, kebijakan, dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen risiko. Keseluruhan hal tersebut dapat memudahkan pengarahan dan menegaskan dukungan manajemen terhadap program manajemen risiko. Setelah misi dan kebijakan serta prosedur yang umum ditetapkan, langkah berikutnya adalah menyusun kebijakan serta prosedur yang lebih spesifik.

2. Pelaksanaan

  Pelaksanaan manajemen risiko meliputi aktivitas operasional yang berkaitan dengan manajemen risiko. Proses identifikasi dan pengukuran risiko, kemudian diteruskan dengan manajemen (pengelolaan) risiko yang merupakan aktivitas operasional yang utama dari manajemen risiko.

  Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses Identifikasi Risiko, Evaluasi dan Pengukuran Risiko, dan Pengelolaan Risiko (Hanafi, 2006: 10) 3. Pengendalian

  Tahap berikutnya dari proses manajemen risiko adalah pengendalian yang meliputi evaluasi secara menyeluruh pelaksanaan manajemen risiko, output pelaporan yang dihasilkan oleh manajemen risiko, dan umpan balik (feedback). Program manajemen risiko dengan demikian mencakup tugas- tugas: mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi, mengukur atau menentukan besarnya risiko tersebut, mencari jalan untuk menghadapi atau menanggulangi risiko, selanjutnya menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikan risiko, mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan risiko serta mengevaluasi program penanggulangan risiko yang telah dibuat.

  Fokus manajemen risiko adalah mengenal pasti risiko dan mengambil tindakan yang tepat terhadap risiko. Tujuannya adalah secara terus menerus menciptakan/menambah nilai maksimum kepada semua kegiatan organisasi. Kegiatan apapun yang dilakukan harus dapat menciptakan nilai tambah (Siahaan, 2007: 22).

  Sebagai sebuah proses, manajemen risiko terkait hampir dengan setiap aspek aktivitas sebuah bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk investasi, sampai pada keputusan dalam penerimaan sumber daya manusia. Berdasarkan konsep dasar di atas, salah satu paradigma penting yang ditawarkan oleh manajemen risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional.

2.2.2. Kerangka Pikir

  Terdapat beberapa prinsip yang ada dalam mengembangkan dan menerapkan suatu model manajemen risiko, antara lain: a.

  Transparansi Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu aktivitas, khususnya transaksi, dilakukan secara terbuka. Risiko yang tersembunyi atau disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan terbesar dan akan menimbulkan dampak yang buruk.

  b.

  Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu Prinsip ini akan turut menentukan ketepatan pengukuran dan kualitas keputusan yang diambil. Jika prinsip ini tidak terpenuhi, maka akan membuat pengambilan keputusan berisiko fatal.

  c.

  Diversifikasi Konsep diversifikasi dalam manajemen risiko adalah sesuatu yang penting untuk dicermati, karena harus konstan dan konsisten. Asumsinya adalah bahwa risiko dapat muncul setiap saat seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di dunia.

  Tindakan manajemen risiko diambil oleh banyak perusahaan untuk merespon bermacam-macam risiko, dengan melakukan dua macam tindakan manajemen risiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek ketika risiko terjadi atau ketika risiko harus diambil. Manajemen risiko sangat berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit, seperti:

  Memudahkan estimasi biaya

  • Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
  • Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
  • Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
  • Pandangan lama menganggap ada hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suatu organisasi mau menaikkan keuntungannya, maka harus menaikkan risikonya juga. Dalam hal apapun, tidak ada gaya tunggal manajemen risiko atau pendekatan manajemen risiko yang menawarkan semua jawaban.

2.3. Pola Hubungan

  Pola hubungan antara pedagang dengan petani maupun pedagang dengan hubungan saling ketergantungan. Penelitian Romadhan (2009) yang berjudul “Pola Hubungan Tengkulak dengan Petani” menunjukkan bahwa hubungan petani dengan pedagang berawal dari hubungan dagang antara penjual dengan pembeli.

  Kemudian hubungan tersebut berlanjut menjadi hubungan yang lebih intens dan mengarah kepada hubungan yang saling terkait satu sama lain dan sulit dipisahkan karena didasari oleh hubungan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Hubungan itu tercermin/terlihat dari tindakan yang mereka lakukan baik petani maupun pedagang dalam melakukan hubungan tersebut (Romadhan, 2009). Hubungan demikian sama halnya terjadi antara penebas dengan pedagang. Menurut Scott (1985), ciri-ciri dari hubungan patron-client antara penebas dengan pedagang adalah sebagai berikut: 1.

  Karena adanya kepemilikan sumberdaya ekonomi yang tidak seimbang antara penebas dengan pedagang.

  Ketidakseimbangan ini dimulai dalam hal pemasaran yaitu penebas tidak memiliki akses untuk menjual hasil panen secara langsung ke pabrik karena adanya standar minimal dalam menjual ke pabrik, sedangkan pedagang memiliki akses untuk menjual hasil panen ke pabrik, dengan adanya hubungan ini jelaslah bahwa semua kendala itu akan teratasi dan semakin lama hubungan kerjasama ini menimbulkan rasa kekeluargaan antara penebas dengan pedagang karena mereka pandai dalam bermasyarakat dan pedagang juga merupakan masyarakat yang ada di lingkungan petani.

2. Adanya hubungan resiprositas.

  Hubungan resiprositas adalah hubungan yang saling menguntungkan, saling memberi dan menerima walaupun dalam kadar yang tidak seimbang. Resiprositas merupakan pola distribusi yang dominan dalam masyarakat petani dan adanya keperluan untuk berkerjasama yang dekat dikalangan anggota tersebut. Berarti dapatlah di katakan bahwa hubungan patron-client merupakan hubungan perlindungan antara kedua belah pihak yang saling membutuhkan seperti patron memberikan hutang kepada client, dibalas oleh client dengan menjual hasil panennya hanya kepada patron tersebut.

  3. Hubungan loyalitas.

  Loyalitas adalah kesetiaan atau kepatuhan. Hubungan loyalitas dimaksud disini adalah suatu tindakan dari penebas selaku client kepada pedagang selaku patron untuk membalas jasa atas apa yang telah mereka terima selama ini. Mereka tetap menjual hasil panennya kepada pedagang walaupun harganya lebih rendah dari harga pasar.

  4. Hubungan personal.

  Hubungan personal merupakan hubungan yang bersifat langsung dan intensif antara patron dengan client yang menyebabkan hubungan yang terjadi tidak lagi bersifat semata-semata bermotifkan keuntungan melainkan juga mengandung unsur perasaan yang biasa terdapat dalam hubungan yang bersifat pribadi. Hubungan yang mengandung unsur perasaan seperti ini telah menimbulkan rasa saling percaya dan keakraban antara penebas dan pedagang.

  Terdapat beberapa faktor penyebab terbentuknya hubungan patron-client antara pedagang dengan penebas diantaranya; faktor kondisi perekonomian, dimana penebas menempati posisi tawar menawar (bargaining power) sangat lemah dalam transaksi dengan pihak pedagang. Faktor sosial yaitu rasa kekeluargaan sangat mempengaruhi seorang penebas untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang yang telah dipercaya walaupun tidak ada hubungan darah dengan penebas tersebut. Faktor persaingan dan pertimbangan harga, faktor jaminan pembayaran, pedagang tidak mengharuskan ataupun memaksa penebas untuk meminta persyaratan khusus seperti mutu, tingkat kekeringan, kebersihan, dan sebagainya.

  Faktor penarik hubungan antara penebas dengan pedagang adalah faktor yang mempengaruhi penebas tetap bertahan untuk menjual ke pedagang. Faktor penarik hubungan antara penebas dengan pedagang antara lain adalah sebagai berikut: (Syafriatin, dkk., 2012)

1. Faktor Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR)

  Setiap bulan Ramadhan, THR sangat ditunggu oleh penebas karena sifat manusia adalah senang diberi. Adanya THR ini menyebabkan hubungan pedagang dengan penebas menjadi sangat erat dan pedagang dipandang sebagai orang yang baik hati sehingga penebas tetap menjual panenannya kepada pedagang.

2. Faktor Pemberian Hutang

  Adanya hubungan patron-client penebas yang menjual ke pedagang menyebabkan penebas bisa meminjam uang ke pedagang apabila sewaktu- waktu memerlukan uang untuk modal. Pemberian hutang ini menyebabkan penebas menjadi terikat dan merasa nyaman untuk selalu menjual hasil panennya ke pedagang. Didalam pemberian hutang pedagang tidak menentukan berapa maksimal uang yang akan di pinjam penebas serta tidak menentukan berapa lamanya pengembalian hutang, pemberian hutang berdasarkan berapa uang yang dibutuhkan penebas dan pengembalian sesuai hasil dagangan penebas.

  3. Faktor Modal Modal merupakan hal yang sangat penting dalam berusaha baik bagi penebas maupun pedagang. Modal merupakan tolak ukur kedudukan seseorang di masyarakat serta merupakan salah satu faktor penentu ketergantungan seseorang kepada orang lain. Pedagang memiliki kelebihan ekonomi (modal) dibandingkan penebas. Dengan modal yang berlebih pedagang bisa memberikan pinjaman berupa hutang ke penebas tanpa bunga. Kelebihan modal dari pedagang merupakan faktor penarik bagi penebas untuk tetap menjalin hubungan dengan pedagang sebagai patron yang akan melindungi penebas sebagai clientnya.

  4. Faktor Harga Harga sangat mempengaruhi jumlah pendapatan penebas. Harga, baik ditingkat penebas maupun pabrik sangat berfluktuatif.

2.4. Jenis Risiko Dalam suatu usaha perdagangan dapat muncul risiko yang akan dihadapi.

  Risiko dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu risiko yang dapat dikendalikan dan risiko yang tidak dapat dikendalikan. Risiko yang tidak dapat dikendalikan adalah risiko alam yang tidak dapat dihindari dan sulit diprediksi. Contoh dari risiko ini adalah beras basah karena kehujanan ataupun tempat penyimpanan yang lembab dan munculnya kutu beras karena perubahan cuaca. Sedangkan risiko yang dapat dikendalikan terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah: (UCEO, 2015) 1.

  Risiko input Risiko input merupakan risiko yang terjadi pada saat proses produksi.

  Contoh dari risiko ini adalah beras mengalami penyusutan karena proses penggilingan yang terlalu lama, kadar air beras terlalu tinggi sehingga kondisi beras terlalu basah.

  2. Risiko permintaan pasar Risiko ini dapat terjadi ketika permintaan pasar tidak sesuai dengan produksi yang dihasilkan, seperti persediaan beras menumpuk karena tidak dapat dijual, dan persediaan beras tidak dapat memenuhi permintaan yang terlalu tinggi karena pasokan beras dari petani yang tidak mencukupi.

  3. Risiko sumber daya manusia Risiko sumber daya manusia merupakan risiko yang terjadi akibat ketidaktelitian sumber daya manusia dalam mengerjakan jobdesk.

  Contoh dari risiko ini diantaranya ketidakmampuan karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya, karyawan meninggalkan pekerjaan pada saat jam kerja, dan tidak bertanggungjawab dalam menyelesaikan pekerjaan.

  4. Risiko sosial Risiko sumber daya merupakan risiko yang terjadi pada sumber daya manusia itu sendiri dan dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

  Contoh dari risiko ini adalah karyawan yang tidak produktif karena kurang pengawasan, karyawan baru yang kurang memiliki keterampilan, dan tindak kecurangan oleh karyawan dengan cara mencuri, tidak menyetorkan uang penjualan ataupun memanipulasi nilai timbangan.

  5. Risiko teknologi dan bangunan Risiko ini muncul karena pemakaian alat mesin yang digunakan tidak sesuai, misalnya mesin rusak karena kurangnya perawatan atau umur ekonomis yang sudah habis.

6. Risiko kerjasama

  Risiko yang terjadi dengan mitra bisnis, seperti penipuan ataupun hal lain yang dapat merugikan perusahaan. Contoh dari risiko ini dapat terjadi ketika pedagang beras menerima barang dari penebas namun kekurang telitian dalam pengecekan kondisi beras tersebut secara keseluruhan, sehingga pedagang dapat mengalami kerugian karena kualitas beras tidak sesuai dengan standar kadar air yaitu 12-13%.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Aplikasi Pelayanan dan Pembukuan Dengan Menggunakan Android: studi kasus Pasxo Salatiga

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Analisis Pemanfaatan Redirector pada Akses HTTPS untuk Web Cache Proxy: Studi Kasus Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Runtun Waktu Jumlah Produksi Menggunakan Metode Exponential Smoothing, Holt dan Holt Winter(Studi Kasus CV. Sukses Jaya Utama Tengaran)

0 0 28

Sistem Perencanaan Perjalanan Wisata Kabupaten Sumba Barat berbasis Web dengan Menerapkan HTML5 Artikel Ilmiah

0 0 22

1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunga Potong Krisan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Risiko Produksi Bunga Potong Krisan di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang = Production Risk Analysis of Chrysanthemum Cu

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Risiko Produksi Bunga Potong Krisan di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang = Production Risk Analysis of Chrysanthemum Cut Flowers Kenteng Village, Bandungan Districts,

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Produksi Serta Analisis Risiko pada Usahatani Kopi Rakyat di Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung = The Effect of Socioeconomic Factors T

0 0 12

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian 4.1.1. Letak Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Siswa-Siswi SMA terhadap Fakultas Pertanian & Agribisnis dan Dunia Kerja Per

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Siswa-Siswi SMA terhadap Fakultas Pertanian & Agribisnis dan Dunia Kerja Pertanian di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah = Senior High School Students Perception Toward The Faculty of

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Siswa-Siswi SMA terhadap Fakultas Pertanian & Agribisnis dan Dunia Kerja Pertanian di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah = Senior High School Students Perception Toward The Faculty of

0 0 44