EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DENNIS BROWN SPLINT TERHADAP DERAJAT EQUINUS PADA PASIEN CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS (CTEV)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DENNIS BROWN SPLINT TERHADAP
DERAJAT EQUINUS PADA PASIEN CONGENITAL TALIPES EQUINO
VARUS (CTEV)
Yopi Harwinanda Ardesa
Departemen Ortotik Prostetik Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
e-mail: jopigoldeagle@gmail.com
Abstrak: Efektivitas Penggunaan Dennis Brown Splint Terhadap Derajat Equinus Pasien
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV). Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) merupakan
sebuah anomali kongenital ortopedik pada pergelangan kaki dimana terdapat fiksasi pada posisi adduksi,
supinasi dan varus. Pergelangan kaki berada dalam posisi equinus dan kaki berada dalam posisi supinasi
(varus) serta adduksi. Penatalaksanaan CTEV bertujuan untuk mencegah terjadinya disabilitas sehingga
penderita dapat melakukan aktifitas secara normal baik ketika anak-anak maupun setelah tumbuh dewasa.
Dilakukan sedini mungkin, minimal pada beberapa hari setelah lahir, meliputi koreksi pasif,
mempertahankan koreksi dengan menggunakan plaster gip pada usia 1 sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan,
kaki masih dikoreksi dengan alat orthosis Denis Browne Splint dan dilakukan terapi untuk
memaksimalkan koreksi kaki. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pre-eksperimen dengan model
pendekatan pre-test post-test one group design dengan responden penderita CTEV. Pada kelompok
perlakuan dipasang dennis brown splint selama 2 bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 10 responden dari uji wilcoxon untuk variable dependen
diperoleh Z : -2,714 dengan P : 0,005 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan
sesudah perlakuan penggunaan dennis brown splint terhadap pengurangan derajat equines pada CTEV.

Kata Kunci: congenital talipes equino varus (CTEV), derajat Equinus, dennis brown splint

kelahiran, dengan ratio antara laki-laki dan wanita
2-3:1. Studi lain di kelahiran dengan clubfoot setiap
tahun, atau Amerika oleh Morcuende dkk.
mengindikasikan sekitar 2224 sekitar 0,6 per 1000
kelahiran hidup. Peneliti lain, Barker dkk
mendapatkan angka insiden clubfoot secara global
sekitar 0,64 sampai 6,8 per 1000 kelahiran hidup.
Pandey dkk mendapatkan angka insidensi clubfoot
di negara berkembang sekitar 2-3 /1000 kelahiran
Penatalaksanaan CTEV bertujuan untuk
mencegah terjadinya disabilitas sehingga penderita
dapat melakukan aktifitas secara normal baik ketika
anak-anak maupun setelah tumbuh dewasa.
Penatalaksanaan CTEV harus dapat dilakukan sedini
mungkin, minimal pada beberapa hari setelah lahir,
meliputi koreksi pasif, mempertahankan koreksi
dengan menggunakan plaster gip pada usia 1 sampai
6 bulan. Setelah 6 bulan, kaki masih dikoreksi

dengan alat orthosis (denis browne splint) dan
dilakukan terapi untuk memaksimalkan koreksi
kaki. Pada beberapa kasus diperlukan tindakan
pembedahan. Penatalaksanaan rehabilitasi medis
pada penderita CTEV sangat penting dalam hal
mencegah terjadinya disabilitas secara dini maupun
setelah dilakukan tindakan koreksi secara operatif.
Pelayanan Ortotik Prostetik merupakan upaya
pelayanan kesehatan profesional, yang bertanggung
jawab atas kesehatan klien yang mengalami
deformitas, dengan memberikan layanan berupa

Congenital Idiopathic Talipes Equinovarus (CTEV)
atau deformitas clubfoot adalah deformitas kaki
yang komplek pada bayi baru lahir yang secara
umum sehat. Deformitas ini telah dikenal sejak
jaman Mesir kuno dan telah ditulis oleh Hippocrates.
Implikasi dari namanya maka deformitas ini
memiliki empat komponen yaitu: hind foot equinus
(plantar fleksi) dan varus (inverted), mid foot cavus

(abnormally high arcus) dan adductus. Congenital
Talipes Equino Varus (CTEV) yang juga dikenal
sebagai ‘club-foot’ adalah suatu gangguan
perkembangan pada ekstremitas inferior yang
seringditemui, tetapi masih jarang dipelajari. CTEV
dimasukkan dalam terminologi “sindromik” bila
kasus ini ditemukan bersamaan dengan gambaran
klinik lain sebagai suatu bagian dari sindrom
genetik. CTEV dapat timbul sendiri tanpa
didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut
sebagai CTEV “idiopatik”. CTEV sindromik sering
menyertai gangguan neurologis dan neuromuskular,
seperti spina bifida maupun spinal muskular atrofi.
Tetapi bentuk yang paling sering ditemui adalah
CTEV “idiopatik”, dimana pada bentuk yang kedua
ini ekstremitas superior dalam keadaan normal.
Penelitian diberbagai negara menunjukkan insiden
clubfoot yang bervariasi. Variasi berhubungan
dengan perbedaan ras, populasi studi dan lokasi
geografis. Studi di Amerika Serikat dan Inggris

memperkirakan insiden clubfoot sekitar 1 per 1000
10

Ardesa, Efektivitas Penggunaan Dennis Brown Splint Terhadap Derajat Equinus 11

pembuatan alat bantu aktivitas/mobilitas, pembuatan
alat penguat/penyangga tubuh, dan pembuatan
pengganti anggota gerak tubuh.
Pada penanganan CTEV, ortotik prostetik
dapat memberikan pelayanan dalam bentuk alat
koreksi yaitu Dennis Brown Splint, yang bertujuan
untuk mengoreksi derajat CTEV. Masalah penelitian
yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimana
efektivitas penggunaan Dennis Brown Splint
terhadap derajat equines pada pasien CTEV?”
Tujuan umum untuk mengetahui pengaruh
penggunaan Dennis Brown Splint terhadap derajat
equines pada pasien CTEV. Sedangkan tujuan
khusus adalah untuk mengetahui karakteristik
Congenital Talipea Equinus Varus serta untuk

mengetahui efektivitas penggunaan derajat equines
pada pasien CTEV terhadap derajat equines pada
pasien CTEV.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
pre-eksperimen dengan model pendekatan pre-test
post-test one group design. Sedangkan desain
penelitian yang digunakan adalah pre and post
groups desain, dimana dalam penelitian ini terdapat
dua sisi yang akan dibandingkan, yaitu sebelum
eksperimen (pre-test) dan sesudah eksperimen (posttest) dengan satu kelompok subyek yang
menggunakan Dennis Brown Splint.
Populasi penelitian adalah anak berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan, berusia di antara 6
bulan sampai dengan 1 tahun, yang mempunyai
kelainan CTEV dan sudah mendapatkan penanganan
serial gips sebelumnya. Pengambilan sampel
dilakukan dengan Purposive Sampling. Dari
sejumlah populasi yang ada, terdapat 10 orang anak
yang memenuhi semua kriteria yang ada dan

bersedia menanda tangani surat persetujuan melalui
orang tuanya (Allo letter of consent), terdiri dari 6
anak laki-laki dan 4 anak perempuan..
Pemakaian Dennis Brown Splint yang
berukuran sesuai dengan ukuran diprogramkan
penggunaannya sepanjang hari selama 2 bulan
berturut-turut tanpa melepasnya kecuali pada saat
tidur dan mandi. Juga diberikan penjelasan tentang
cara memasang yang benar dan tepat, untuk
meminimalkan bias, sehingga tujuan penelitian
dapat tercapai.
Variabel dan alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Independent: Penggunaan Dennis Brown Splint, (2)
Dependent: Derajat Equinus , sedangkan alat ukur
menggunakan lembar pencatat hasil ukur dari
Goneometer.

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)
merupakan sebuah anomali kongenital ortopedik

pada telapak kaki dimana terdapat fiksasi pada
posisi adduksi, supinasi dan varus.
Derajat Equinus adalah derajat deviasi yang
terjadi pada ankle terhadap bidang sagital ke arah
plantar fleksi yang diukur dengan goniometer dalam
satuan derajat. Skala data ratio.
Dennis Brown Splint adalah jenis alat bantu
orthopedi yang diindikasikan untuk mengkoreksi
kelainan CTEV pada anak sebelum memasuki usia
jalan. Kontruksi utama alat ini adalah adanya plat
yang menghubungkan kedua kaki, sebagai koreksi
pada kondisi ini.
Sebelum peneliti malakukan penelitian maka
peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitin
kepada orang tua sampel sebanyak 10 responden,
kemudian sampel dilakukan pengukuran dan
pembuatan ortose Dennis Brown Splint sebelum
pemakaian.
Cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan/pengukuran (pre test) derajat equinus

yang sudah terjadi pada responden, sebagai data
awal. kemudian dipasangkan Dennis Brown Splint
selama 2 bulan. Orang tua diberi penjelasan bahwa
Dennis Brown Splint harus dipakai sepanjang hari,
kecuali pada saat mandi dan tidur. Orang tua juga
diberi penjelasan tentang penggunaan yang tepat dan
benar untuk meminimalkan bias sehingga tujuan
penelitian dapat tercapai.
Berhubung responden anak-anak, maka dalam
penelitian ini melibatkan orang tua atau keluarganya,
sebagai pengontrol terhadap kepatuhan responden
sesuai informed consent. Kemudian Secara periodik,
setiap 2 minggu peneliti melakukan observasi
sebagai kontrol terhadap kepatuhan responden.
Pada saat berakhirnya waktu penelitian,
peneliti melakukan pengukuran akhir (post test)
terhadap derajat equinus, sebagai data akhir
kemudian Peneliti melakukan pengolahan data
(editing, koding, dan tabulating) dilanjutkan analisis
data.

Instrumen instrumen berupa goneometer dan
lembar pencatat hasil
Data yang terkumpul dimasukan ke dalam
komputer, dilakukan seleksi data, pemberian koding
dan tabulasi. Analisis dilakukan secara deskriptif
dimana
variabel
dengan
skala
kontinyu
dideskripsikan sebagai rerata dan simpangan baku
(SB).
Untuk mengetahui hasil perubahan derajat equinus
pada setelah menggunakan Dennis Brown Splint dan
dilakukan uji hipótesis. Uji hipótesis akan
menggunakan uji beda (t test) bila memenuhi uji
prasyarat uji analisis. Namun bila tidak memenuhi

12 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 10-13


persyaratan analisis dilakukan uji hipótesis dengan
non parametik. Uji hipótesis yang dipakai adalah
untuk mengetahui beda interperlakuan (pre-post)
sebelum dan sesudah menggunakan Dennis Brown
Splint.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Subyek penelitian (sampel) dalam penelitian
ini adalah pasien Congenita Talipes Equinus Varus
(CTEV) yang memenuhi kriteria inklusi dan
berdomisili di wilayah karisidenan Surakarta,
dengan karakteristik seperti pada Tabel di bawah ini.
Tabel Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik
Jumlah sampel
Umur
a. Minimal
b. Maksimal
c. Mean
d. SD
Jenis Kelamin

a. Laki-laki
b. Perempuan

Responden
10 Orang
6 bulan
12 bulan
8,90 bulan
1,076
6 orang (60
4 orang (40 %)

perbedaan derajat genuvarus saat awal (pre) dan
saat akhir penelitian (post), dilakukan analisis
inferensial dengan menggunakan uji hipotesis
wilcoxon.
Sebelum data di analisis dengan uji Paired
Sample t–test, terlebih dahulu di lakukan uji
normalitas untuk memastikan bahwa data
berdistribusi normal. Pada penelitian ini, hasil uji
normalitas (uji shapiro-Wilk) terhadap data derajat
genu varus kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol, pada pre maupun post, diperoleh nilai p >
0.05, ini berarti data berdistribusi normal.
Dari hasil uji wilcoxon yang dilakukan untuk
variable dependen diperoleh Z:-2,714 dengan P:
0,005 yang berarti terdapat perbedaan yang
bermakna sebelum dan sesudah perlakuan
penggunaan Dennis Brown Splint.
Pada analisis univariat diketahui bahwa
subyek penelitian ini berumur antara 6 hingga 12
bulan dan rata-ratanya = 8,90 bulan dengan Standard
Deviasi 1.076. Hasil ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya dimana frekuensi clubfoot dari populasi
umum adalah 1:700 sampai 1:1000 kelahiran hidup
dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada
perempuan.
SIMPULAN

Berdasarkan Tabel 4.1, karakteristik subyek
penelitian diketahui berjumlah 20 orang. Umur ratarata 8,90 bulan dengan SD 1,076. Terdiri dari 40 %
perempuan dan 60 % laki-laki.
Tabel Karakteristik Derajat Equinus
Kelompok
Perlakuan

Karakteristik
Derajat Equinus Awal
Penelitian.
a. Minimum
b. Maksimum
c. Mean
d. SD
Derajat Equinus Akhir
Penelitian.
a. Minimum
b. Maksimum
c. Mean
d. SD

5o
15 o
10.50 o
3,689
0o
10o
6.00 o
3.162

Berdasarkan Tabel, dipaparkan derajat
equinus pada pretest saat awal rata-rata 10.50o
dengan SD 3.689 dan saat akhir/post test rata-rata
6.00o dengan SD 3.162.
Perubahan derajat equinus, diukur dengan
goniometer yang hasilnya merupakan data
kontinum. Untuk mengetahui ada tidaknya

Kesimpulan pada penelitian ini adalah Dennis
Brown Splint berpengaruh terhadap derajat equinus
pada pasien Congenital Talipeas Equinus Varus
(CTEV). Hal ini terlihat dari penelitian ini, dari 10
orang subyek penelitian pada awal penelitian tercatat
derajat equinus dengan rata-rata 10.50o dan setelah 2
bulan maka pada akhir penelitian tercatat derajat
genu varus dengan rata-rata 6.00o.
Hasil analisis dengan wilcoxon menunjukkan
terdapat pengaruh terhadap derajat equinus saat
awal dan saat akhir penelitian (saat setelah 2 bulan).
Dari uji wilcoxon yang dilakukan untuk variable
dependen diperoleh Z : -2,714 dengan P : 0,005 yang
berarti terdapat perbedaan yang bermakna sebelum
dan sesudah perlakuan menggunakan Dennis Brown
Splint.
Hasil analisis dengan Uji Paired Sample t –
test pada kelompok perlakuan (lutut sisi kiri)
menunjukkan terdapat pengaruh terhadap derajat
deformitas genu varus saat awal dan saat akhir
penelitian (saat setelah 2 bulan). Perbedaan ini
berdasarkan hasil analisis dengan Paired Sample ttest, diperoleh p value = 0.000 (p