PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KOLESTEROL HDL SERUM MARMOT (CAVIA PORCELLUS)

  ASCOP&C AC / P S K R I P S I

  M J L i K PEKHLiSTAKAAN *UNIVERS1TAS A i R L A N G G A " S U R A B a

  V A JEMY TANDRA KK S K K

  F F 74]/9r T a h

  p

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C

TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL

DAN KOLESTEROL HDL SERUM

  

MARMOT (CAVIA PORCELLUS)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSlt AS AIRLANGQA

  

S U R A B A Y A

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1 9 9 5

  PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KOLESTEROL HDL SERUM MARMOT {CAVIA PORCELLUS)

  Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

  1995 Oleh :

  Jemy Tandra 059011243

  Disetujui oleh pembimbing : SKRIPSI

  DR. Purwanto Pembimbing utama

  Drs. Siswandono, MS Drs. Robby Sondakh, MS Pembimbing serta Pembimbing serta ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

  Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkanNya kepada saya, sehingga tugas skripsi saya telah terselesaikan, guna memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

  Dengan selesainya tugas skripsi ini, maka pada kesem- patan ini saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebe- sar-besarnya kepada :

  1. Bapak DR. Purwanto dari Laboratorium Kimia Medisinal Fakultas Farmasi Universitas Airlangga selaku pembimbing utama.

  2. Bapak Drs. Siswandono, MS dari Laboratorium Kimia Medisinal Fakultas Farmasi Universitas Airlangga selaku pembimbing serta.

  3. Bapak Drs. Robby Sondakh, MS dari Laboratorium Kimia Medisinal Fakutas Farmasi Universitas Air­ langga selaku pembimbing serta.

  4. Bapak Ketua Jurusan Kimia Farmasi, Kepala Labora­ torium Kimia Medisinal, Kepala Laboratorium Kimia Analisis Farmasi dan Kepala Laboratorium Sintesis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

  Airlangga atas segala fasilitas dan bantuan yang telah diberikan selama penelitian ini.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5. Ibu Dra. Hamidah Shahab, Bapak Drs. IGK Artawan, Bapak Drs. Soegiyanto, MS dan Ibu Dra. Soemiati, MS selaku dosen penguji.

  6. Pengelola Unit Penunjang Hewan Percobaan Fakul­ tas Farmasi Universitas Airlangga yang telah banyak memberikan bantuan dan fasilitas selama penelitian ini.

  7. Segenap karyawan Laboratorium Kimia Medisinal, Laboratorium Kimia Analisis dan Laboratorium

  Sintesis Farmasi yang telah memberikan bantuan • dalam penelitian ini.

  • * 8. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan ban­

  tuan, dorongan dan mendampingi dalam suka dan duka.

  9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada saya akan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya mahasiswa Fakultas

  Farmasi Universitas Airlangga.

  Surabaya, Januari 1995 Penyusun iii

  DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................... ii DAFTAR ISI ......................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................... vii DAFTAR TABEL ....................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................... ix RINGKASAN .......................................... x BAB I. PENDAHULUAN ...............................

  8 1.3. Stabilitas Vitamin C ..............

  2.3. Absorbsi dan Transport Kolesterol .... 13 Halaman

  13

  11 2.2. Kolesterol dalam Tubuh ............

  2.1. Sifat Fisika Kimia Kolesterol .....

  11.

  10 2. Tinjauan tentang Kolesterol ............

  9 1.4. Vitamin C dalam Tubuh ......... '....

  6 1.2. Sifat Fisika Kimia Vitamin C ......

  1 1. Latar Belakang Permasalahan ............

  6 1.1. Sumber Vitamin C ..................

  6 1. Tinjauan tentang Vitamin C .............

  5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................

  5 5. Manfaat Penelitian .....................

  5 4. Hipotesis ..............................

  5 3. Tujuan Penelitian ......................

  1 2. Permasalahan ...........................

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA iv

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol dalam Darah .14

  2.5. Kolesterol HDL ..................... .16

  2.6. Ekskresi Kolesterol ..................18

  3. Tinjauan tentang Hewan Percobaan ..........19

  4. Tinjauan tentang Penentuan Kadar Kolesterol dengan Metode Liebermann-Burchard .........19

  4.1. Penentuan Kadar Kolesterol Total .....20

  4.2. Penentuan Kadar Kolesterol HDL .......22

  5. Tinjauan tentang Metode Spektrofotometri .. 23

  6. Tinjauan tentang Uji Validasi .............24

  6.1. Kelurusan dan Trayek Kelurusan ...... .25

  6.2. Sensitivitas .........................25

  6.3. Presisi ..............................25

  5.4. Akurasi ..............................26

  BAB III. BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN ............27

  1. Bahan-bahan yang Digunakan ................27

  2. Alat-alat yang Digunakan ..................27

  3. Cara Kerja ............................... .27

  3.1. Analisis Kualitatif terhadap Vitamin C 27

  3.1.1. Pemeriksaan Organoleptis ..... .27

  3.1.2. Reaksi Warna ................. .28

  3.1.3. Pemeriksaan Titik Lebur ...... .28

  3.2. Hewan Percobaan ..................... .29

  3.2.1. Rancangan Percobaan .......... .29

  3.2.2. Pemilihan Dosis .............. .32

  4. Uji Validasi .............................. .32 v

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  4.1. Kelurusan .......................... .32

  4.2. Sensitivitas ....................... .33

  4.3. Presisi ............................ .33

  4.4. Akurasi ............................ .34

  5. Pembuatan Kurva Baku ......................34

  5.1. Pemilihan Panjang Gelombang Maksimum . 35

  5.2. Pembuatan Kurva B a k u ................ .35

  6. Pengambilan Sampel Darah ................. .36

  7. Penentuan Kadar ......................... .36

  7.1. Penentuan Kadar Kolesterol Total Serum 36 '

  7.2. Penentuan Kadar Kolesterol HDL serum . 36

  8. Analisis Data .............................39

  BAB IV. HASIL PERCOBAAN ..............................45

  1. Analisis sifat fisika kimia vitamin C .... .44

  2. Penentuan panjang gelombang maksimum ..... .46

  3. Uji validasi ..............................47

  3.1. Kelurusan ........................... 47

  3.2. Sensitivitas .........................49

  3.3. Presisi ..............................50

  3.4. Akurasi ..............................52

  4. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total .. 53

  5. Hasil pemeriksaan kolesterol HDL serum .... 58

  BAB V. PEMBAHASAN ...................................64 BAB VI. KESIMPULAN ...................................72 BAB VII. SARAN ........................................73 BAB VIII. DAFTAR PUSTAKA ...............................74 LAMP I RAN ...............................................79 vi

  DAFTAR GAMBAR

  1. Penentuan panjang gelombang maksimum larutan kolesterol ..................................

  46

  2. Kurva linier nilai serapan terhadap kadar - larutan kolesterol pada panjang gelombang maksimum....................................

  48 Gambar Halaman

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA vii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR TABEL Tabel

  Halaman I . Kadar vitamin C ...........................

  7 II . Analisis sifat fisika kimia vitamin C ......

  45 III. Serapan larutan kolesterol pada panjang gelombang 620,5 nm dengan 10 macam kadar ....

  47 IV. Hasil pengamatan serapan blanko ............

  50 V. Penentuan presisi ..........................

  51 VI. Penentuan akurasi . . . .......................

  52 VII. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total serum marmot ...............................

  53 VIII. Hasil uji HSD pemeriksaan kadar kolesterol total serum marmot kelompok I, II.1, II.2 dan

  11. 3 .......................................

  55 IX. Hasil uji HSD pemeriksaan kadar kolesterol total serum marmot kelompok III, IV.1, IV.2 dan IV. 3 ...................................

  57 X. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol HDL serum marmot .....................................

  59 X I . Hasil uji HSD pemeriksaan kadar kolesterol HDL serum marmot kelompok III, IV.1, IV.2 dan IV.3 .......................................

  62 viii

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

  Halaman 1. Hasil perhitungan koefisien korelasi ..........

  79 2. Hasil penentuan LOD dan LOQ ...............

  81

  3. Analisa data uji Anakova untuk pemeriksaan kadar kolesterol total serum marmot..................

  83

  4. Analisa data uji Anakova untuk pemeriksaan kadar kolesterol HDL serum marmot ...................

  87

  5. Tabel harga koefisien korelasi pada derajat ke- percayaan 5% dan 1% ...........................

  91

  6. Tabel distribusi F pada derajat kepercayaan 0,05

  92 ix

  R I N G K A S A N Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efek dari dosis vitamin C dilakukan penelitian tentang pengaruh beberapa macam dosis vitamin terhadap kadar kolesterol total dan kolesterol HDL serum marmot.

  Pada penelitian ini digunakan 40 ekor marmot yang dibagi menjadi 2 grup, masing-masing grup terdiri dari 4 kelompok, di mana masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor marmot. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai berikut :

  Grup pertama : Kelompok I : makanan dasar

  Kelompok II.1 : makanan dasar + vitamin C dosis 1 Kelompok 11,2 : makanan dasar + vitamin C dosis 2 Kelompok II.3 : makanan dasar + vitamin C dosis 3

  Grup kedua: Kelompok III : makanan dasar + kolesterol 3% 1 ml

  Kelompok IV.'l : makanan dasar + kolesterol 3% 1 ml

  • vitamin C dosis 1 Kelompok IV.1 : makanan dasar + kolesterol 3% 1 ml
  • vitamin C dosis 2 Kelompok IV.1 : makanan dasar + kolesterol 3%
  • vitamin C dosis 3 Kolesterol diberikan dalam bentuk suspensi, sedang x ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vitamin C diberikan dalam bentuk larutan. Dosis vitamin C yang diberikan merupakan dosis konversi dari dosis untuk manusia. Pemberian kolesterol dan vitamin C dilakukan secara per oral selama satu bulan. Sebelum perlakuan dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total dan koleste­ rol HDL serum. Setelah satu bulan kadar kolesterol total dan kolesterol HDL serum diperiksa lagi. Sebelum satnpel darah diambil hewan coba dipuasakan selama 12-14 jam. Pengambilan sampel darah dilakukan secara intra kardial. Darah ditampung tanpa antikoagulan. Serum yang diperoleh diperiksa kadar kolesterol total dan kolesterol HDL-nya dengan metode Huang dan kawan-kawan, menggunakan pereaksi warna Liebermann-Burchard. Untuk penentuan kadar koleste­ rol HDL serum sebelum direaksikan dengan pereaksi warna Liebermann-Burchard terlebih dahulu dilakukan teknik pengendapan selektif secara kimiawi untuk lipoprotein- lipoprotein lain selain HDL dengan menggunakan pereaksi Heparin dan Mangan Klorida.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol total secara bermakna, baik pada keadaan normal maupun hiperkolesterolemia, Selain itu juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL serum pada keadaan hiperkolesterolemia, sedang pada kea­ daan normal tidak terjadi peningkatan secara bermakna.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA xi

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan . Penyakit jantung atau penyakit kardiovaskuler,

  juga dikenal sebagai penyakit arteri koronaria, arte- riosklerosis atau pengerasan ai'teri. Ciri penyakit ini adalah terjadinya perubahan degeneratif dalam arteri. Jenis yang umum dari penyakit ini adalah aterosklerosis

  [1]. Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa [2]. Di Indonesia jumlah angka kematian akibat penyakit ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun [3]. Penyakit ini tidak hanya mempengaruhi orang-orang usia lanjut, tetapi juga merupakan penyebab kematian dan cacat pada usia setengah tua [4]. Faktor penyebab utama dari penyakit ini adalah kadar kolesterol serum, tekanan darah, dan kebiasaan merokok. Faktor lainnya adalah umur, jenis kelamin dan keturunan [1]. Kadar kolesterol total serum telah lama diketahui sebagai faktor penye­ bab penyakit aterosklerosis yang paling besar [4]. Individu dengan kadar kolesterol total serum antara

  200-239 mg/dl dianggap berada pada batas ambang atero­ sklerosis, sedangkan kadar di atas 240 mg/dl mempunyai

  1

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2 resiko yang tinggi [5j.

  Di dalam darah, kolesterol, trigliserida, dan fosfolipida terikat pada protein tertentu membentuk lipoprotein. Lipoprotein dapat digolongkan menjadi kilomikron, lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), lipoprotein densitas sedang (IDL), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL).

  Ada hubungan berkebalikan antara konsentrasi HDL dan penyakit jantung koroner, dan beberapa ahli menganggap bahwa hubungan yang paling dapat diramalkan adalah perbandingan kolesterol LDL/HDL [6]. Penelitian para ahli menunjukkan bahwa wanita jarang menderita penyakit ini karena pada wanita kadar kolesterol HDL lebih tinggi dibanding laki-laki, sehingga disimpulkan bahwa kolesterol HDL merupakan faktor anti resiko terjadinya penyakit aterosklerosis [7]. Kadar kolesterol LDL antara 130-159 mg/dl dianggap sebagai batas dan di atas 160 mg/dl dianggap mempunyai resiko tinggi terhadap timbulnya penyakit aterosklerosis [5]. Kadar kolesterol

  HDL cukup 35-65 mg/dl agar tidak terjadi penyakit ini C8].

  Jumlah kolesterol dalam darah ditentukan oleh interaksi 4 faktor, yaitu [9]:

  • Laju pembuatan kolesterol oleh hati dari asetat.
  • Laju kolesterol diperoleh dari makanan.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3

  • Laju kolesterol yang diubah menjadi asam empedu dan dibuang melalui usus halus.
  • Laju asam empedu yang diserap kembali dan diubah menjadi kolesterol.

  Dalam perkembangan penyakit jantung, banyak pene­ litian yang menaruh perhatian pada faktor-faktor dalam makanan yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol plas­ ma. Hubungan antara makanan, kolesterol serum dan penyakit aterosklerosis telah ditunjukkan selama Perang Dunia Kedua, pada saat pendistribusian makanan di Eropa

  Utara cenderung mengarah pada penurunan pemasukan kalori total, peningkatan karbohidrat, dan penurunan semua lemak makanan termasuk kolesterol. Data yang didapat menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit aterosklerosis menurun dengan tiba-tiba pada tahun- tahun pertama perang [4]. Pemasukan kolesterol per hari harus kurang dari 300 mg [5]. Tetapi yang penting adalah biokimia dan proses metabolisme kolesterol dalam tubuh. Biokimia dan fungsi kedua lipoprotein LDL dan HDL sangat penting dalam memahami siklus kolesterol. LDL membawa kolesterol dalam darah, mendorong kole­ sterol. sehingga menempel pada sel pembuluh. Se- baliknya HDL membawa kolesterol kembali ke kandung empedu, di mana kolesterol diubah menjadi asam empedu dan dibuang melalui usus halus [9].

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  4 Di Indonesia vitamin C banyak diperdagangkan se­ bagai sediaan farmasi, baik sebagai suplemen maupun obat. Kandungan vitamin C dalam sediaan-sediaan terse- but bervariasi antara 20 mg sampai 1 g [10]. Vitamin C dapat digunakan untuk terapi alkoholisme, alergi, penyakit-penyakit defisiensi dan darah, infeksi dan lain-lain [11]. •

  Pada defisiensi vitamin C dijumpai adanya pening- katan kolesterol dalam serum darah dan penimbunan kolesterol dalam hati. Hal ini disebabkan oleh keter- lambatan pengubahan kolesterol dalam hati menjadi asam empedu. Diduga vitamin C berfungsi mempengaruhi pengu­ bahan kolesterol menjadi asam empedu di dalam hati

  [ 12].

  Obat-obat hipolipidemik, antara lain klofibrat, asam nikotinat, dan resin dapat digunakan untuk menu- runkan kadar kolesterol karena dapat mengganggu sinte- sis kolesterol dalam tubuh. Tetapi banyak di antara obat-obat ini yang mempunyai efek samping yang cukup besar, sehingga sekarang sedang dipertimbangkan untuk dihindari pengobatan dengan cara mengganggu sintesis kolesterol [6]. Penggunaan obat-obat ini harus di- dasarkan pada kondisi fisiologis penderita dan tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang sedang menyusui [2].

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5

2. Permasalahan

  Dari latar belakang di atas, maka timbul permasa­ lahan bagaimanakah pengaruh pemberian vitamin C terha- dap kadar kolesterol total dan kolesterol HDL serum marmot ( Cavia porcellus) ?

3. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap kadar kolesterol total dan kolesterol HDL serum marmot (Cavia porcellus).

4. Hipotesis

  Vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol total serum dan meningkatkan kadar kolesterol HDL serum.

5. Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang pentingnya vitamin C sebagai salah satu obat alternatif untuk mencegah penyakit atero­ sklerosis yang murah dan mudah dilakukan.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  1. Tinjauan tentang Vitamin C

  1.1. Sumber Vitamin C Vitamin C tersebar luas dalam hewan dan tumbuh- an. Dalam jaringan hewan kadar tertinggi ditemukan dalam korteks adrenal, lensa mata dan hati. Dalam tumbuhan vitamin C dibentuk secara sinambung dalam semua organ hijau dan berlimpah dalam daerah yang paling aktif tumbuh. Kandungan terbesar ditemukan dalam kulit buah dan dalam beberapa daun lebih banyak daripada dalam batang [11]. Kadar vitamin C bervaria- si dalam jaringan tumbuhan [13].

  Dalam makanan kadar vitamin C ditemukan sangat sedikit. dalam ikan, daging, susu yang dipasteurisasi dan telur, sama sekali tidak ada dalam butir padi kering dan juga butir padi kecuali mereka telah bertunas. Kadar vitamin dalam makanan tergantung kondisi pertumbuhan tanaman, maturasi tanaman dan perlakuan terhadap bahan-bahan tanaman setelah sele- sai panen [13].

  Beberapa sumber vitamin C yang cukup penting dapat dilihat dalam tabel I [10, 13].

  6

  7 Tabel I. Kadar vitamin C dalam mg/100 g bahan No Nama Bahan Kadar dalam mg

  24 26- Pala

  Selada

  50

  22. Mangga

  30

  23. Daun kacang ,

  29

  24. Daun kecipir

  29

  25. Nanas

  22

  60

  27. Sirsak

  22

  28. Sawo 21 29.

  Kacang buncis

  19

  30. ASI

  5

  31. Pisang ambon

  3

  32 Susu sapi

  20. Rambutan 58 21.

  19. Arbei

  1. Jambu biji (guava) 300

  11. Sawi 102

  2. Daun singkong 275

  3. Buah jeruk (citrus fruit) 220

  4. Black current 200 5. Jambu monyet .

  197

  6 .

  Paterseli/daun sup 190 7. Daun melinjo 182

  8. Cabe (green pepper) 120

  9. Brokoli 113

  10. Daun lobak 109

  12. Tomat 100

  69

  13. Squash (semacam labu)

  90

  14. Mangga muda

  89

  15. Bayam

  80

  16. Pepaya 78 17.

  Kentang

  73

  18. Kol

  2 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  8

1.2. Sifat Fisika Kimia Vitamin C Vitamin C adalah sinonim dari asam askorbat.

  Asam askorbat merupakan serbuk kristal, tidak berwar- na atau putih atau kuning pucat, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam [14].

  Asam askorbat mempunyai dua bentuk isomer, yaitu isomer L dan isomer D. Bentuk alamiah dari vitamin ini adalah isomer L. Isomer D aktivitasnya 10% isomer L [15].

  Asam askorbat merupakan bentuk enol dari 3-okso-L-gulofuranolakton [14]. Struktur molekul asam askorbat atau vitamin C adalah sebagai berikut [13]:

  O

  C

  I HO - c

  II HO - c

  I H - c

  HO - C - H

CHoOH

Asam L-askorbat

  Nama kimia : 2,3-Didehidro-L-threo-heksono- 1,4-lakton. Rumus molekul : CgHg °6 ■ Berat molekul : 176,1.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9 Kelarutan : larut dalam 3-3,5 bagian air, dalam 25 bagian alkohol dan dalam 10 bagian metanol; Larut dalam aseton;

  Praktis tidak larut dalam eter, kloroform dan petroleum eter [14]. pH : 2,0 padgi kadar 50 mg/ml [13] Nilai pK pada 25°C [15] : pK1 =4,04 pK2 =11,4

1.3. Stabilitas Vitamin C

  Kristal asam askorbat stabil dalam lingkungan kering dan temperatur kamar [13]. Walaupun stabil dalam bentuk padat, dalam bentuk larutan relatif cepat teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat [16]. Larutan asam askorbat dalam air pH S 7,6 tidak di- oksidasi oleh udara asal tidak ada tembaga dan bahan lain yang dapat mengkatalisa reaksi [13].

  Reaksi yang penting untuk asam askorbat adalah sebagai berikut [13, 16]:

  II o + 2H^0 HO

  • - 2H+ CJ

  Asam askorbat sangat peka terhadap berbagai cara degradasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi degradasi antara lain temperatur, enzim, pH, katalis logam, kadar awal asam askorbat dan rasio asam askor­ bat menjadi asam dehidroaskorbat [15].

  (be nt uk h i d r a t )

  1 H C H - r. Asam a sk or b a t Asam de h idr oask or bat

(be nt uk ke t on)

Asam d e h idr oask or bat

  HO - c - OH + 2H+ i - 2H20

  4 -----

0 = C

t-----------

  1

  I 0 ----------- >

  1 - C - OH ----- »

  I CHoOH

  10 Q = C -----

  HO - C - H

  I CH'jQH

  HO - C - H

  I CHoGH

  I HO - C - H

  I H - C ------

  Ii HO - C

  I HO - C

  1.4. Vitamin C dalam Tubuh Peran vitamin C dalam nutrisi telah dikarak- terisasi dengan baik. Vitamin C penting dalam nutrisi manusia karena ia menjaga bahan-bahan semen yang terletak antara sel-sel jaringan tubuh dalam kondisi baik. Sebagai hasil dari aksi ini, vitamin C mencegah perdarahan dan sakit gusi, hemorrhage jaringan dan beberapa bentuk anemia. Vitamin C membantu perkem- bangan struktur tulang yang baik, kalsifikasi normal dan sifat otot [16]. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  11 Setelah pemberian oral, vitamin C diabsorbsi dengan cepat. Bagian dosis terabsorbsi cenderung menurun dengan meningkatnya dosis. Didistribusi secara luas dalam jaringan tubuh. Kadar dalam lekosit dan platelet lebih tinggi daripada dalam eritrosit dan plasma. Asam askorbat dimetabolisme menjadi asam. dehidroaskorbat, asam 2,3-diketogulonat, oksalat dan karbon dioksida. Terjadi sedikit konjugasi dengan sulfat membentuk askorbat-3-sulfat. Asam askorbat melebihi kebutuhan tubuh dieliminasi dengan cepat dalam urin. Kurang lebih 85% dosis intravena diberi­ kan pada subyek yang belum tersaturasi dengan vitamin ini diekskresi dalam urin dalam 24 jam, dengan kurang lebih 70% dari dosis diekskresi dalam bentuk tidak berubah dan 15% sebagai asam dehidroaskorbat dan asam diketogulonat. Jumlah normal yang ada dalam tubuh melebihi 1,5 g. Kadar dalam plasma dan lekosit secara normal kurang lebih 5-12 ug/ml dan 25-30 ug/10® sel. Berikatan dengan protein plasma kurang lebih 25% [17 3.

2. Tinjauan tentang Kolesterol

2.1. Sifat Fisika Kimia Kolesterol

  Kolesterol merupakan sterol penting yang telah dipelajari selama bertahun-tahun. Kolesterol merupa- kan serbuk atau granul halus, warna putih atau kekuningan, hampir tidak berbau, praktis tidak larut

  Iv; A

  1 Fb K i t S ' l A U A N "U N I VEKS u AS AJRl - A^ GO A" S U H •* t> * *

  12 dalam air, perlahan-lahan larut dalam 100 bagian alkohol dan dalam 50 bagian dehidrat alkohol, larut dalam aseton, kloroform, dioksan, eter, etil asetat, petroleum eter, dan minyak tumbuhan (14).

  Rumus bangun kolesterol adalah sebagai berikut: BM = 386,7 Kolesterol memberikan sejumlah reaksi warna yang karakteristik, antara lain dengan reaksi Liebermann-

  Burchard, di mana larutan kolesterol dalam kloroform dengan penambahan asetat anhidrida dan asam sulfat pekat akan memberikan warna hijau kebiruan sampai hijau. Intensitas warna yang diperoleh bervariasi sesuai dengan jumlah kolesterol yang ada, oleh karena itu reaksi ini merupakan dasar perhitungan kuanti- tatif. Reaksi warna yang lain dikembangkan oleh

  H

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  13 Salkowski, yaitu larutan kolesterol dalam kloroform dengan penambahan asam sulfat pekat akan memberikan warna merah kebiruan sampai violet [18].

  2.2. Kolesterol dalam Tubuh Bagian terbesar kolesterol dalam tubuh berasal dari biosintesis yaitu sekitar 1 gram/hari, dan hanya sekitar 0,3 gram/hari yang berasal dari makanan (diet) biasa. Sebenarnya semua jaringan yang mengan- dung sel berinti mampu mensintesis kolesterol, ter- utama hepar, korteks adrenalis, Jrulit, usus, testis, dan aorta. Fraksi mikrosom dan sitosol sel bertang- gungjawab untuk biosintesis kolesterol [6].

  Kolesterol plasma manusia terutama diangkut dalam LDL dan sedikit dalam HDL dan VLDL. Dalam populasi orang Amerika terdapat kenaikan kolesterol yang terus-menerus sampai tercapai maksimum, kira- kira pada usia 55-60 tahun. Pada usia 21 tahun, kadar kolesterol plasma rata-rata kurang lebih

  180 mg/dl. Setelah usia 25 tahun, kadar akan me- ningkat sampai 200-250 mg/dl [4].

  2.3. Absorbsi dan Transport Kolesterol Kolesterol dalam makanan diserap dari usus dan bersama dengan lipid lain, termasuk kolesterol yang disintesa dalam usus, digabungkan dalam kilomikron dan VLDL. Dari kolesterol yang diserap, 80-90% di

  14 dalam getah bening diesterifikasi dengan asam lemak rantai panjang. Esterifikasi dapat terjadi dalam mukosa usus. Sterol tanaman (sitosterol) diabsorbsi kurang baik. Pada saat sisa kilomikron bereaksi dengan hepar, sebagian besar ester kolesteril terhidrolisa dan kolesterol diambil oleh hepar.

  VLDL yang dibentuk dalam hepar mentransport kolesterol ke dalam plasma [6].

  Sebagian besar kolesterol ditemukan dalam bentuk ester dan diangkut sebagai lipoprotein dalam plasma. Lipoprotein ini merupakan partikel kompleks yang mengandung apoprotein, protein yang dapat mengikat lipida, dan membantu pengaturannya dari hepar ke dalam plasma [6].

  Berdasarkan densitasnya dapat dibagi lima fraksi lipoprotein dan di antara kelima fraksi lipoprotein tersebut, fraksi lipoprotein dengan

  . densitas tinggi (HDL) adalah faktor pelindung (anti resiko) terhadap terjadinya aterosklerosis.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol dalam Darah

  Adanya kolesterol sebagai salah satu faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner telah menyebabkan usaha-usaha untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kadar kolesterol darah antara lain : ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  15

  • Peningkatan jumlah kolestero-l yang dimakan sedikit meningkatkan konsentrasi kolesterol dalam plasma. Biasanya, konsentrasi kolesterol plasma tidak dapat berubah lebih dari ± 15% dengan mengubah diet, walaupun kolesterol yang ekstrem dalam diet mungkin dapat mengubah kadar sampai sebanyak ± 30% [19]. Peningkatan kolesterol dalam makanan sebanyak 100 mg menyebabkan peningkatan kadar kolesterol sebesar 5 mg per 100 ml serum [6].
  • diet yang jenuh lemak meningkatkan konsentrasi kolesterol darah sebanyak 15-25% [19].
  • makan lemak yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh biasanya menekan konsentrasi koleste­ rol darah dalam jumlah ringan sampai moderat [19].
  • kekurangan hormon tiroid meningkatkan kolesterol darah dan sebaliknya [19].
  • pada diabetes melitus kolesterol darah sangat me- ningkat, hal ini diduga akibat peningkatan umum mobilisasi lipid pada keadaan ini [19].
  • hormon seks wanita, estrogen, menurunkan kolesterol darah, sedangkan hormon seks pria, androgen, meningkatkan kolesterol darah. Efek ini penting sekali karena makin tinggi kadar kolesterol pada laki-laki erat hubungannya dengan peningkatan kemungkinan terjadinya aterosklerosis [19].
  • pada penyakit retensi ginjal, kolesterol darah ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16 sangat meningkat.

  • sterol tanaman (sitosterol) berkompetisi dengan kolesterol pada proses absorbs! dalam usus. Jika dikonsumsi dalam jumlah besar, akan dapat menurun- kan kadar kolesterol plasma [4].

  Sebelum 1952 kandungan lemak total dalam makanan dianggap sebagai faktor yang menentukan kadar kolesterol plasma. Pada waktu itu Kinsell melaporkan bahwa lemak hewani meningkatkan kole­ sterol plasma, sedangkan lemak tumbuhan menurun- kannya. Kemudian Keys menemukan bahwa lemak jenuh meningkatkan kolesterol darah, lemak tak jenuh banyak menurunkannya, sedangkan lemak tak jenuh tunggal tidak berpengaruh [4].

2.5. Kolesterol HDL

  Lemak bertanggung jawab atas penyediaan energi bagi tubuh, tetapi terdapat permasalahan dalam pengangkutan lemak yang bersifat hidrofobik dalam sirkulasi darah. Hal ini diatasi dengan pembentukan ikatan antara lemak tidak larut dengan golongan yang lebih polar seperti fosfolipida, kemudian menggabung- kannya dengan kolesterol dan protein membentuk kom- pleks lipoprotein yang hidrofilik [6].

  Fraksi protein dalam lipoprotein dikenal sebagai apoprotein. Ada beberapa macam apoprotein, yaitu :

  • Apoprotein A-I, Apoprotein A-II.
VLDL, LDL, IDL, dan HDL. Di antara kelima golongan tersebut yang merupakan faktor anti resiko terhadap terjadinya aterosklerosis adalah HDL.

  HDL disintesa dan disekresi dari hepar dan usus. HDL yang baru terbentuk (nascent) dari usus tidak mengandung apoprotein C, tapi hanya apopro­ tein A. Oleh sebab itu, tampaknya apoprotein C hanya disintesa dalam hepar dan dipindahkan pada HDL intestinal pada saat HDL intestinal memasuki plasma. HDL yang dibentuk dalam hepar terdiri dari dua lapisan fosfolipida diskoid yang mengandung apopro­ tein dan kolesterol bebas. Lipoprotein-lipoprotein ini mirip dengan partikel-partikel yang ditemukan dalam plasma penderita defisiensi enzim lesitin- kolesterol-asil-transferase (LCAT) [6],

  17 - Apoprotein B.

  • Apoprotein C-I, Apoprotein C-II, Apoprotein C-III.
  • Apoprotein E Ada lima golongan lipoprotein yaitu kilomikron,

  Katalisis oleh enzim LCAT akan mengubah fosfoli­ pida dan kolesterol bebas menjadi ester kolesterol dan lisolesitin. Ester kolesterol akan bergerak menuju bagian dalam lapisan fosfolipida, sedangkan lisolesitin dipindahkan ke albumin plasma. Reaksi berlanjut menghasilkan suatu inti nonpolar yang memisahkan lapisan sampai terbentuk HDL sferis, yang ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  18 dilapisi oleh suatu film dari lemak-lemak polar dan apoprotein. Hepar dan mungkin juga usus merupakan tempat €erakhir degradasi apoprotein HDL [6].

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar HDL dalam darah antara lain :

  1. Jenis kelamin Kadar HDL pada wanita lebih tinggi daripada pria [6].

  2. Aktivitas atau latihan fisik Latihan dapat menurunkan VLDL dan LDL, meningkat­ kan HDL [1].

  3. Kafein dan kebiasaan merokok Dapat meningkatkan LDL dan menurunkan HDL [1].

  4. Alkohol Konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat meningkatkan kadar HDL [1].

  5. Mineral Defisiensi tembaga menyebabkan peningkatan kadar LDL plasma dan penurunan kadar HDL [1].

  6. Vitamin C Terapi vitamin C dosis tinggi menyebabkan penu­ runan LDL dan kolesterol total, dan peningkatan HDL Cl].

  2.6. Ekskresi Kolesterol Kira-kira separuh dari' kolesterol yang dielimi- nasi dari tubuh diekskresi dalam feces setelah diubah ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  19 ■ menjadi garam empedu. Sisanya diekskresikan sebagai steroid netral. Sebagian besar kolesterol yang dieks­ kresi dalam empedu direabsorbsi, dan dipercaya bahwa kolesterol yang berfungsi sebagai prekursor sterol feces berasal dari mukosa usus. Koprostanol adalah sterol utama dalam feces, dibentuk dari kolesterol dalam usus bagian bawah oleh bakteri-bakteri usus.

  Sebagian besar garam-garam empedu dari ekskresi bilier direabsorbsi ke dalam sirkulasi portal, diambil oleh hepar, dan diekskresi kembali di dalam empedu. Ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Garam-garam empedu yang tidak direab­ sorbsi atau turunannya diekskresi dalam feces [6].

3. Tinjauan tentang Hewan Percobaan

  Pada penelitian, hewan coba yang dapat digunakan antara lain marmot, tikus, babi, ayam, kelinci dan kera. Marmot dipilih sebagai hewan coba dengan alasan sebagai berikut [20]:

  • biayanya relatih murah.
  • pemeliharaan relatif mudah.
  • pertimbangan volume darah yang akan diambil.
  • tidak memerlukan tempat pemeliharaan yang luas.

4. Tinjauan tentang Penentuan Kadar Kolesterol dengan Metode Liebermann-Burchard

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  20

  4.1. Penentuan Kadar Kolesterol Total Penentuan kadar kolesterol total dengan menggu­ nakan metode Liebermann-Burchard pertama kali dite­ mukan oleh Liebermann pada tahun 1885, dan digunakan untuk analisis kolesterol oleh Burchard tidak lama kemudian. Pada penelitian-penelitian awal digunakan kloroform sebagai pelarut, tetapi reaksi Liebermann- Burchard sekarang ini menggunakan medium asam asetat- asam sulfat-asetat anhidrida [21].

  Metode lain yang banyak digunakan adalah reaksi Zak, yang untuk pertama kali digunakan dalam analisis kolesterol oleh Zlatkis, Zak dan Boyle pada tahun

  1953, pembawanya adalah asam asetat-asam sulfat, tanpa asetat anhidrida. Untuk mendapatkan warna yang diinginkan harus ditambahkan Fe^+ [21].

  Metode menurut Huang dan kawan-kawan yang meng­ gunakan pereaksi Liebermann-Burchard mempunyai banyak keuntungan jika dibandingkan dengan metode lainnya. Keuntungan metode Huang dan kawan-kawan ini antara lain [22]:

  • prosedur pelaksanaannya relatif mudah.
  • hanya menggunakan satu pereaksi warna dan dengan pemeriksaan secara langsung.
  • pereaksi yang digunakan stabil selama 2 minggu pada suhu kamar dan 4 minggu di dalam almari es.
  • reaksi warna maksimum sudah terbentuk selama 20 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  21 menit dan warna yang terjadi tetap stabil selama 20 menit.

  • faktor suhu tidak begitu mempengaruhi reaksi warna.

  Pada pemeriksaan antara suhu 21-25°C tidak memberi- kan hasil yang berbeda.

  Metode lain yang dianggap sebagai metode rujukan adalah metode Abel dan kawan-kawan. Metode ini tnemerlukan beberapa tahap reaksi, antara lain penyabunan dari ester kolesterol dan ekstraksi dari kolesterol bebas. Dengan demikian diperlukan pera- latan yang banyak dan perlu ketrampilan khusus serta memakan waktu yang lebih lama dan memungkinkan ter­ jadinya kesalahan yang lebih besar, disamping itu pereaksi warna yang digunakan hanya stabil selama satu jam sehingga harus selalu dibuat baru [22].

  Prinsip reaksi Liebermann-Burchard menurut metode Huang dan kawan-kawan yaitu berdasarkan sifat kolesterol yang dapat bereaksi dengan suatu asam kuat membentuk suatu senyawa kolestapoliena yang berwarna hijau kebiruan. Kadar senyawa kolestapo­ liena ini dapat diukur secara kolorimetri atau spektrofotometri. Pada metode menurut Huang dan kawan-kawan ini digunakan pereaksi Liebermann-

  Burchard yang mengandung 30% asam asetat glasial, 60% asetat anhidrida, dan 10% asam sulfat pekat [23].

  Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  22 ion. karbanium Kolesterol 3 5 dari , -Dien

  Asetat anhidrida SO.

  Kation Pentenil max 620 nm

4.2 Penentuan Kadar Kolesterol HDL

  Kolesterol HDL ditentukan dengan menggunakan metode pengendapan selektif yaitu dengan menggunakan heparin dan Mangan klorida. Prinsip dari metode ini adalah : lipoprotein-lipoprotein di dalam serum kecuali HDL diendapkan. Dua tahapan yang harus dila­ kukan pada penentuan kadar kolesterol HDL yaitu tahap pengendapan dan tahap penentuan kadar kolesterol HDL.

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

■ M i n k

  PEKILSIAKmAN "UNIVERSITAS A<RI./\NGGA”

  \

  S U R A II a —T> i i i ' ----- ------ --

  Oleh karena itu faktor yang mempengaruhi metode ini adalah tergantung pada kesempurnaan dari pengendapan lipoprotein-lipoprotein selain HDL [24].

  Metode pengendapan selektif ini berdasarkan pada sifat lipoprotein dalam darah [selain HDL], yaitu kemampuannya bereaksi dengan kation bervalensi dua

  • n

  (Mn^ ) dan polianion (heparin), membentuk partikel kompleks yang tidak larut. Semakin besar molekul polianion atau molekul lipoproteinnya, akan semakin besar pula kecenderungan molekul-molekul tersebut untuk bergabung menjadi partikel kompleks. Maka

  , dengan jalan memilih pereaksi yang sesuai, dapat dilakukan pengendapan selektif terhadap fraksi-fraksi lipoprotein selain HDL. Untuk selanjutnya fraksi HDL yang terlarut ditentukan kadar kolesterolnya seperti pada penentuan kadar kolesterol total.

  5. Tinjauan tentang Metode Spektrofotometri Metode spektrofotometri adalah salah satu metode instrumental yang didasarkan atas pengukuran serapan dari molekul terhadap sinar. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantita- tif. Jika pada panjang gelombang tertentu suatu zat mempunyai serapan yang spesifik, maka metode ini dapat digunakan untuk penentuan identifikasi zat tersebut. Untuk analisis kuantitatif didasarkan pada nilai sera­ pan pada panjang gelombang tertentu [25].

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  24 Pengukuran serapan biasanya dilakukan pada panjang gelombang maksimum. Pada pengukuran serapan suatu larutan hampir selalu digunakan blanko untuk mengatur spekrofotometer, sehingga pada panjang gelombang pengu­ kuran mempunyai serapan nol. Maksud dari blanko terse­ but adalah untuk koreksi serapan yang disebabkan oleh pelarut. pereaksi, sel ataupun pengaturan alat.

  Analisis kuantitatif dengan spektrofotometer didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu [26]: A = a.b.c dimana : A = serapan a = daya serap b = tebal medium c = kadar senyawa yang menyerap

  6. Tinjauan tentang Uji Validasi Validasi dari suatu metode analisis adalah suatu proses untuk meyakinkan bahwa karakteristik dari metode memenuhi persyaratan untuk diterapkan pada analisis yang dimaksud. Parameter validasi dari metode analisis yang dipakai sebagai pedoman untuk pengujian mutu adalah presisi, akurasi, sensitivitas, selektivitas, kelurusan dan ketidakrataan [27].

  Yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah kelurusan, sensitivitas, presisi dan akurasi.

  25

  6.1. Kelurusan dan Trayek Kelurusan Kelurusan suatu metode analisis adalah kemam- puan memberikan hasil uji yang secara langsung atau melalui transformasi matematik, sebanding dengan konsentrasi analit dalam sampel dengan rentang yang diberikan. Linieritas suatu metode analisis diper- oleh dengan melakukan penyelesaian matematik ter­ hadap hasil-hasil analisis terhadap sampel dengan berbagai kadar analit. Trayek kelurusan adalah jarak dari yang terendah sampai yang tertinggi yang masih sesuai dengan hukum yang berlaku [27].

  6.2. Sensitivitas Sensitivitas dinyatakan dengan LQD (Limit of

  Detection) untuk analisis kualitatif dan LOQ (Limit of Quantitation) untuk analisisx kuantitatif. LOD adalah batas kadar terkecil dari arvalit (zat yang dianalisis) dalam sampel yang masih blsa dideteksi. LOQ adalah batas kadar terkecil dari analit dalam sampel yang ditetapkan secara kuantitatif dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima [27].

  6.3. Presisi Presisi adalah suatu derajat keterulangan dari metode analisis pada kondisi pelaksanaan yang normal. Biasanya dinyatakan dengan simpangan baku relatif atau disebut juga koefisien variasi. Makin ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  26 kecil harga prosen koefisien v&riasi maka makin baik presisi suatu metode analisis [27].

6.4. Akurasi

  Akurasi adalah kedekatan hasil yang diperoleh dari suatu metode analisis dengan kadar yang sebe- narnya. Biasanya dinyatakan dengan prosen perolehan kembali [27]. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB III ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Bahan-bahan yang Digunakan .

  • Asam askorbat/vitamin C p.a. (E. Merck)
  • Kolesterol p.a. (E. Merck)
  • Asam asetat glasial p.a. (E. Merck)
  • Asetat anhidrida p.a. (E. Merck)
  • Asam sulfat pekat p.a. (Riedel de H
  • Natrium sulfat anhidrat p.a. (Ferak)
  • Heparin (Leo)
  • Mangan klorida tetrahidrat p.a. (E. Merck)

  2. Alat-alat yang Digunakan