I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - TINJAUAN KRIMINOLOGIS PEMBUNUHAN TERHADAP DUKUN SANTET (Studi Kasus Desa Buko, Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan)

  TINJAUAN KRIMINOLOGIS PEMBUNUHAN TERHADAP DUKUN SANTET (Studi Kasus Desa Buko, Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan) Elpianus Benny D Yusman Kartini Malarangan Abstrak

  Karya ilmiah ini berjudul Tinjauan Kriminologis Pembunuhan Terhadap Dukun Santet, yang juga menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadi pembunuhan terhadap dukun santet dan upaya penanggulangan supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap dukun santet. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa untuk memberikan gambaran jelas dan konkrit terhadap objek yang dibahas secara kualitatif dan selanjutnya data tersebut disajikan secara deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buko Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan dengan mengunakan teknik pengumpulan data dengan cara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan langsung kepada narasumber yang terkait dengan persoalan yang dibahas oleh penulis. Pembunuhan yang dilakukan sekelompok warga masyarakat terhadap seseorang yang mereka sebut sebagai dukun santet. Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain, untuk menghilangkan nyawa orang lain itu, seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut. Dukun merupakan suatu profesi yang dikaitkan dengan ilmu klenik, takhyul, dan hal-hal yang berkesan kuno serta keterbelakangan. Santet adalah masalah klasik yang muncul bersamaan dengan adanya rasa tamak pada manusia yang tertuang dalam perasaan cemburu, iri dengki, senang berkuasa dan membalas

dendam. Hubungan ini telah terjalin sejak lama, yakni sejak hari-hari pertama

keberadaan manusia dimuka bumi hingga sekarang sesuai dengan kondisi dan keyakinan mereka. Kesimpulan dari penulisan ini adalah bahwa.

  Kata kunci : warga masyarakat, pembunuhan, dukun dan santet

  pemerintahan yang tidak ada kecualinya,

I. PENDAHULUAN A.

  sedangkan untuk menjamin ketaatan dan

   Latar Belakang

  Negara Republik Indonesia adalah kepatuhan terhadap hukum adalah di negara hukum yang berdasarkan Pancasila tangan semua warga negara. Kejahatan dan Undang-Undang Dasar Negara tindak pidana merupakan salah satu bentuk Republik Indonesia Tahun 1945 yang

  “perilaku menyimpang” yang selalu ada benar-benar menjunjung tinggi hak asasi melekat pada masyarakat, tidak ada manusia serta menjamin warga negara masyarakat yang sepi dari kejahatan. bersama kedudukannya dalam hukum dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia yang selanjutnya disingkat (KUHP), dalam pidana pokoknya mencantumkan pidana mati dalam urutan pertama. Pidana mati di Indonesia merupakan warisan kolonial Belanda, yang sampai saat ini masih tetap ada. Sementara praktik pidana mati masih diberlakukan di Indonesia, Belanda telah menghapus praktik pidana mati sejak tahun 1870 kecuali untuk kejahatan militer. Kemudian pada tanggal 17 Febuari 1983, pidana mati dihapuskan untuk semua kejahatan. Tentu saja hal ini merupakan hal yang sangat menarik. Karena pada saat diberlakukan di Indonesia melalui asas konkordansi, di negara asalnya Belanda ancaman pidana mati sudah dihapuskan.

  Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah “ Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. Pembunuhan berencana itu dimaksudkan oleh pembentuk undang- undang sebagai pembunuhan bentuk khusus yang memberatkan, yang rumusannya dapat berupa “pembunuhan yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu dipidana karena pembunuhan dengan rencana”. Berdasarkan apa yang diterangkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa merumuskan pasal 340 KUHP dengan cara demikian, pembentuk undang-undang sengaja melakukannya dengan maksud sebagai kejahatan yang berdiri sendiri.

  1 Salah satu tindak pidana yang

  dilakukan oleh masyarakat adalah tindak pidana pembunuhan. Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan/merampas jiwa orang lain. Selain itu pembunuhan dianggap perbuatan yang sangat terkutuk dan tidak berperikemanusiaan. Dipandang dari sudut agama, pembunuhan merupakan suatu yang terlarang bahkan tidak boleh dilakukan.

  Di dalam tindak pidana pembunuhan yang menjadi sasaran si pelaku adalah jiwa nyawa seseorang yang tidak dapat diganti dengan apapun. Dan perampasan itu sangat bertentangan dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945 pasal 28A yang berbunyi: “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

  Apabila kita melihat ke dalam KUHP, segera dapat diketahui bahwa pembentuk undang-undang telah 1

  diunduh tgl 8 agustus 2015 bermaksud mengatur ketentuan ketantuan pidana tentang kejahatan-kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang itu dalam Buku ke II Bab ke-XIX KUHP yang terdiri dari tiga belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350.

  pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa orang yang mengatas namakan warga Desa Buko Kecamatan Buko Selatan. Warga masyarakat tersebut menyusun sebuah rencana untuk melakukan pembunuhan terhadap seseorang yang di sebut sebagai dukun santet di Desa Buko. Dalam menyusun strategi untuk pelakasanaan pembunuhan terhadap seseorang yang di sebut sebagai dukun santet di desa itu.

  pembunuhan yang mengakibatkan meninggal dunia pada hari kamis tanggal 22 maret 2007 jam 11.55 Wita di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan tepatnya di depan jalan raya. Pekarangan Markus Kalaseka, telah terjadi pembunuhan terhadap Umar Malinggong yang disebut sebagai dukun santet dengan barang bukti berupa kayu balok yang digunakan membunuh korban sehingga korban meninggal dunia. 2 P.A.F.,Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan

  Tarhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, 2012, hlm 11. 3 Hasil wawancara dengan salah satu pelaku pembunuhan (dirumah pelaku, Desa Berdikari) tanggal 20 Agustus 2015.

  Alasan para warga masyarakat melakukan pembunuhan pada saat itu yaitu karena ada korban yang sakit yang bernama Suryani dan telah dibawah kepuskesmas lumbia-lumbia untuk diobati tetapi tidak ada penyakit yang dideritanya setelah melakukan pemeriksaan oleh tim mendis tetapi si Suryani tidak ada penyakit, tetapi si Suryani ini mengalami sakit yang sangat parah sekali.

2 Pada tahun 2007 telah terjadi

  4 Kemudian

  si Suryani kemasukan tidak sadarkan diri berlari dari puskemas lumbi-lumbia sampai di Desa Buko langsung kerumah dukun santet yang bernama Umar Malinggong minta untuk diobati, namun karena tidak mau diobati oleh dukun tersebut.

3 Telah terjadi tindak pidana

  Warga masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan yang ketika itu telah datang disekitar kompleks rumah dukun telah terpancing amarah yang dikaitkan dengan isu bahwa dukun tersebut memiliki ilmu hitam. Dengan kata lain bahwa sebelumnya pernah mengancam akan meracuni air bersih, memasang bom digereja saat peresmian dan orang-orang yang ia pernah ancam akan membunuh dengan santet telah meninggal sebanyak 20 (dua puluh) orang dan masih banyak lagi perlakuan si Umar Malinggong (dukun 4 Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat

  dirumah Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hari kamis 12 November 2015 jam 10.00 Wita. santet) yang sangat meresakan warga Selatan Banggai Kepulauan yaitu sebagai masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko berikut: Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan.

  1. Almarhum H. Kahar Kuatan (Polri) Ditambah pada tanggal 22 maret 2007 2.

  Sutri Malingong (Tukang Ojek) sekitar jam 10.00 Wita itu perempuan yang

  3. Pina Lambala (Petani) bernama Suryani kemasukan dan

  4. Edi Pakide (PNS) menyebut nama lelaki Umar Malinggong

  5. Omri Kopotini (Kadus) (Dukun Santet) ketika itu perempuan 6.

  Martinus Kalaseka (Mantan Kades pada tersebut meminta untuk diobati oleh lelaki tahun 2007 pada saat kasus terjadinya

  6 umar (Dukun santet) namun ia tidak mau pembunuhan di Desa Buko).

  5 mengobatinya.

  B. Rumusan Masalah

  Adapun yang menjadi pelaku Berdasarkan latar belakang yang pembunuhan terhadap dukun santet di telah dikemukakan sebelumnya, dapat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan dirumuskan masalah sebagai berikut : Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 1. apakah yang

  Faktor-faktor sebagai berikut: menyebabkan terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko 1. Arianto Tunggul (Petani)

  Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan? 2. Ernia Molidako (Petani) 2.

  Bagaimana upaya penanggulangan 3. Thomas Sadali (Petani) supaya tidak terjadi lagi pembunuhan

  4. Hermon Dalaman (Petani) terhadapa dukun santet di Desa Buko

5. Apoja Sadali (Petani)

  Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan? 6. Roy Dalaman (Petani)

  II.PEMBAHASAN 7.

  Yesaya Mbolian (Petani) A.

   Faktor-faktor penyebab terjadinya 8.

  Edi Dalaman (Petani)

  pembunuhan terhadap dukun santet 9.

  Toni Kapung (Petani)

  di Desa Buko Kec. Buko Selatan 10.

  Mira Tunggul (Petani)

  Banggai Kepulauan

  Adapun yang menjadi saksi-saksi Untuk mengetahui faktor yang dalam kasus pembunuhan terhadap dukun menyebabkan terjadinya pembunuhan santet di Desa Buko Kecamatan Buko terhadap dukun santet di Desa Buko 5 6 Kecamatan Buko Selatan Banggai

  Berdasarkan BAP kasus pembunuhan di Desa Hasil wawancara dengan mantan Kades Desa

Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai hari sabtu 14 November 2015 jam 10.00 Wita. Kepulauan pada tahun 2007. Kepulauan dalam peneltian ini, penyusun mengangkat faktor-faktor penyebab terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko yang dilakukan sekelompok warga masyarakat terhadap seseorang yang disebut sebagai dukun santet didesa itu.

  Terjadinya suatu perbuatan pembunuhan terhadap dukun santét pasti mempunyai sebab tanpa mempelajari sebab-sebabnya, maka sangat sulit untuk mengetahui mengapa sampai bisa terjadinya pembunuhan, untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil dalam menghadapi para pelaku pembunuhan serta upaya apakah yang sebaiknya dilakukan untuk menanggulanginya.

  Asas legalitas dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan yang telah ada sebelumnya

  7 .

  Berkaitan dengan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja sebagaimana dirumuskan dalam

  pasal 338 KUHP. Demikian juga dirumuskan dalam pasal 351 ayat (3) KUHP dalam hal ini dirumuskan dengan sengaja merusak kesehatan mengakibatkan matinya orang lain berarti kualifikasikan hukumannya sama. 7 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP. Rineka Cipta, Jakarta. 2007. hlm. 3.

  Perbuatan yang berkaitan adanya suatu kematian orang lain. Perbuatan itu tentunya ada unsur kesamaan atau minimal bersinggungan erat dengan ketentuan pasal-pasal pidana lainnya yang berdekatan, misalnya Pembunuhan yang direncanakan (pasal 340 KUHP), Penganiayaan yang menimbulkan kematian (pasal 351 ayat (3) KUHP) dan pembunuhan biasa yaitu pasal 338 KUHP. Ketiga pasal tersebut merupakan pasal- pasal pidana yang berdekatan dan sama- sama mengatur tindak pidana yang menimbulkan kematiaan, dengan kata lain terdapat unsur-unsur kesamaan, walaupun adan unsur-unsur lain yang membedakan

  8 .

  Melihat pasal diatas berarti santet adalah tindak pidana, karena santet memenuhi unsur delik yang sama atau berdekatan erat. Meninjau masalah santet dalam prespektif hukum, berarti meninjau sebagai salah satu permasalahan hukum perlu adanya kajian lebih dalam tentang bagaimana kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana santet karena santet merupakan suatu perbuatan gaib yang sangat sulit dalam pembuktiannya secara hukum.

  Berdasarkan pada kasus pembunuhan terhadap seseorang dukun santet yang terjadi pada tanggal 22 bulan 8

   Htm diunduh tanggal 12 November 2015. maret tahun 2007 jam 11.55 Wita di sebuah daerah yang bernama Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Kasus pembunuhan terjadi tepatnya didepan jalan raya wilayah pekarangan seorang warga masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan yang bernama Bapak Markus Kalaseka, telah terjadi penganiayaan sampai dengan menghilangkan nyawa orang lain (pembunuhan) terhadap seseorang lelaki yang bernama Umar Malinggong yang disebut sebagai dukun santet. Pada saat warga masyarakat melakukan pembunuhan terhadap seseorang yang mereka sebut sebagai dukun santet terdapatlah sebuah barang bukti berupa kayu balok yang digunakan menganiaya korban (dukun santet) sehingga korban meninggal dunia sesuai dengan pasal 338 KUHP Sub. Pasal

  35 KUHP lebih sub pasal 170 jo. Pasal 55 KUHP.

  Adapun beberapa hal yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan yaitu sebagai berikut akan dijelaskan di bawah ini: a.

  Korban yang dibunuh oleh sekelompok warga masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan di duga mengunakan ilmu hitam.

  b.

  Korban yang di bunuh bernama Umar Malinggong (almarhum) disebut sebagai dukun santet di Desa Buko sudah meresahkan warga masyarakat Desa Buko dengan adannya rencana akan meracuni air bersih dengan tujuan untuk membunuh semua orang yang ada di Desa Buko, karna warga masyarakat Desa Buko menyakini Umar Malinggong memiliki ilmu hitam. Karena pada saat itu Suryani (Korban Santet) tidak sadarkan diri dan pada saat itu dihubungkan dengan lelaki Umar Malinggong yang telah menyantetnya.

  c.

  Emosional yang sangat tinggi yaitu suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan/pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Seperti yang terlihat dalam pembunuhan di Desa Buko yang dilakukan warga masyarakat pada saat itu. Melainkan timbul rasa emosi yang mengebu-gebu dari warga masyarakat sehingga mereka melakukan pembunuhan secara langsung tanpa memikirkannya terlebih dahulu melainkan mementingkan perasaan emosi mereka sudah memuncak.

  d.

  Masih kurangnya kesadaran tentang hukum para pelaku pembunuhan dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan (secara khusus para pelaku pembunuhan) dan secara umum masyarakat Desa Buko.

9 B.

   Upaya penanggulangan supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kec. Buko Selatan Banggai Kepulauan

  Berdasarkan hasil penelitian setelah penulis melakukan wawancara dengan mantan Kepala Desa Buko yang menjabat pada tahun 2007 pada saat terjadinya pembunuhan yang dilakukan warga masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi supaya tidak terjadi pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hal yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut: a.

  Upaya preventif b.

  Upaya represif c. Upaya persuasif d.

  Upaya reformatif Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa upaya penanggulangan kejahatan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang yang telah dinyatakan bersalah (sebagai seorang narapidana) di lembaga pemasyarakatan. Dengan kata lain upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan secara preventif dan represif. Kemudian akan dijelaskan dibawah ini 9 Hasil Wawancara dengan Kapolsek Buko. IPDA

  DARFIN di Kantor, hari rabu tanggal 11 November 2015 jam 10 Wita.

  upaya-upaya penanggulangan terhadap kejahatan yaitu sebagai berikut: a.

  Upaya preventif yaitu merupakan suatu penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha memperbaiki penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan ulangan.

  b.

  Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinyakejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat

  10 . 10 Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan .

  Jakarta. Kencana, 2006, hlm. 19. c.

  Upaya Persuasif yakni tidak dilakukan melalui kekerasan, tetapi melalui ajakan atau bimbingan supaya orang dapat bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

  Dalam rangka menanggulangi kejahatan diperlukan berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada para pelaku kejahatan, berupa sanksi pidana maupun non pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan lainnya. Apabila sarana pidana dianggap relevan untuk menanggulangi kejahatan, berarti diperlukan konsepsi politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa- masa yang akan datang.

  Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa. 12 Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum

  c.

  Peradilan yang efektif.

  b.

  Sistem dan operasi Kepolisian yang baik.

  kejahatan yang sebaik-baiknya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut akan diuraiakan dibawah ini: a.

  12 Kemudian upaya penanggulangan

  bagi aparat kepolisian ketika mengetahui atau mendapat laporan dari masyarakat berupa delik biasa dan delik aduan. Delik biasa perkara tersebut dapat diproses tanpa adanya persetujuan dari yang dirugikan (korban) walaupun korban telah mencabut laporannya kepada pihak yang berwenang, penyidik tetap berkewajiban untuk memproses perkara tersebut.

  d.

  VI tentang “Perlindungan”Rumah Tangga. Jakarta. Rineka Cipta, 2012, hlm. 85.

  Hukum Perlindungan Anak dan penghapusan kekerasan dalam rumah Bab

  Di mana penegakan hukum secara normative merupakan sebuah keniscayaan 11 Taufik Mustakim, Weni Bukamo, Saiful Azri,

  Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk memproses para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat.

  Upaya yang di tempuh untuk menyelesaikan supaya tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap dukun santet di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan adalah dengan Upaya represif dimana suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.

  11 .

  Upaya Reformatif adalah suatu bentuk usaha untuk merubah kembali seseorang yang telah melakukan kejahatan dan kejahatan itu tidak akan terulang kembali apabila dia telah kembali ke masyarakat

  Pidana. Nusa Media, Jakarta, 2010. hlm. 134 d.

  Adapun yang menjadi faktor-faktor Koodinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah yang serasi. yang menyebabkan sehingga terjadinya e. masyarakat dalam pembunuhan terhadap seseorang yang

  Partisipasi penangulangan kejahatan. disebut warga masyarakat sebagai dukun f. santet di Desa Buko Kecamatan Buko

  Pengawasan dan kesiagaan terhadpa kemungkinan timbulnya kejahatan. Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan g. organisasi antara lain yaitu sebagai berikut:

  Pembinaan

  13 kemasyarakatan .

  a.

  Masih kurangnya kesadaran tentang Usaha penanggulangan kejahatan hukum para pelaku pembunuhan dukun sebagaimana tersebut diatas merupakan santet di Desa Buko Kecamatan Buko serangkaian upaya atau kegiatan yagn Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan dilakukan oleh aparat penegak hukum (secara khusus para pelaku seperti kepolisian dalam rangka pembunuhan) dan secara umum menanggulangi kejahatan. Selain upaya- masyarakat Desa Buko. upaya penanggulangan yang telah b.

  Emosional yang sangat tinggi yaitu disebutkan diatas, untuk tercapainya hal- suatu keadaan yang kompleks, dapat hal diatas bukanlah mudah dan bukan pula berupa perasaan/pikiran yang ditandai hanya tanggungjawab petugas semata, oleh perubahan biologis yang muncul melainkan adalah tanggungjawab semua dari perilaku seseorang. Seperti yang pihak termasuk penulis dan masyarakat terlihat dalam pembunuhan di Desa secara keseluruhnya. Buko yang dilakukan warga masyarakat pada saat itu. Melainkan timbul rasa

III.PENUTUP

  emosi yang mengebu-gebu dari warga A.

   Kesimpulan

  masyarakat sehingga mereka melakukan Berdasarkan pada pembahasan pembunuhan secara langsung tanpa yang coba penulis uraikan diatas maka memikirkannya terlebih dahulu berakhirlah semua yang penulis telah melainkan mementingkan perasaan susun dan kemudian penulis mencoba emosi mereka sudah memuncak. untuk menyimpulkan secara keseluruhan

  Masih sangat kurangnya yang telah penulis teliti atau tulis selama pemahaman warga masyarakat tentang ini akan penulis jelaskan dibawah ini. hukum (kesadaran hukum masih sangat kurang sekali). Warga masyarakat lebih 13 memilih main hakim sendiri dalam

  Soedjono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime

  menyelesaikan persoalan, padahal

  Prevention). Alumni, Bandung, 1976. hlm. 45 perbuatan yang mereka lakukan itu sangat sadar bahwa perbuatan yang merugikan mereka dan bahkan bagi orang dilakukannya merupakan perbuatan lain yang menjadi korban pembunuhan. Di yang melanggar hukum dan merugikan karenakan itu perlu diadakan penyuluhan masyarakat. tentang hukum kepada warga masyarakat Dalam rangka menanggulangi yang dilakukan oleh aparat penegak kejahatan diperlukan berbagai sarana hukum seperti dari aparat kepolisian, para prasana sebagai reaksi yang dapat praktisi/akademis yang mengetahui atau diberikan kepada para pelaku kejahatan, memahami hukum harus mengadakan berupa sanksi pidana maupun non pidana, sosialisasi kepada masyarakat tentang yang dapat diintegrasikan satu dengan pentingnya hukum bagi masyarakat. lainnya.

  Supaya warga masyarakat Apabila sarana prasarana pidana memahami pentingnya hukum bagi mereka dianggap relevan untuk menanggulangi dan semua perbuatn yang mereka lakukan kejahatan, berarti diperlukan konsepsi sudah aturan hukum yang mengaturnya. politik hukum pidana, yakni mengadakan Barang siapa melakukan suatu perbuatan pemilihan untuk mencapai hasil yang merugikan orang lain maupun buat perundang-undangan pidana yang sesuai diri sendiri akan mendapatkan hukuman dengan keadaan dan situasi pada suatu yang setimpal dengan perbuatan yang waktu dan untuk masa-masa yang akan dilakukan itu. datang. Supaya tidak akan terjadi

  Upaya penganggulangan supaya perbuatan yang merugikan orang lain tidak terjadi lagi pembunuhan terhadap maupun bagi para pelaku kejahatan. dukun santet di Desa Buko Kecamatan B.

   Saran

  Buko Selatan Kabupaten Banggai Adapun yang menjadi saran penulis Kepulauan antara lain yaitu sebagai kepada semua pihak yang terkait dalam berikut: penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut a. akan diuraikan dibawah ini:

  Upaya Persuasi yaitu melalui ajakan atau bimbingan supaya mereka dapat a. harus melakukan

  Pemerintah bertindak sesuai dengan norma yang penyuluhan hukum memberikan berlaku di masyarakat. perlindungan, pemajuan, penegakan b. hukum dan pemenuhan hak asasi

  Upaya Represif yaitu memproses secara hukum para pelaku kejahatan sesuai melalui upaya menciptakan suasana dengan perbuatannya serta yang aman, tentram, damai dan memperbaikinya kembali agar mereka sejahtera lahir maupun batin sebagai wujud hak setiap orang atas Kepulauan sebaiknya lebih perlindungan diri pribadi serta meningkatkan kesadaran hukum bahwa memberikan sanksi tegas bagi siapapun perbuatan mereka lakukan dengan cara yang melakukan dan perbuatan yang membunuh adalah perbuatan yang melanggar hukum. melanggar hukum dan dapat dihukum.

  b.

  Masyarakat Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai

  DAFTAR PUSTAKA A. Buku

  Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan , Kencana, Jakarta, 2006. P.A.F., Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan Tarhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Cetakan Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2012. Soedjono D, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Alumni, Bandung, 1976. Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Nusa Media, Jakarta, 2010. Taufik Mustakim Dkk, Hukum Perlindungan Anak dan penghapusan kekerasan

  dalam rumah Bab VI tentang “Perlindungan”Rumah Tangga. Rineka Cipta, Jakarta, 2012.

  B. Perundang-undangan

  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Acara Pidana C.

   Internet

   diunduh tanggal 8 agustus 2015. Http://madewarka.blogspot.com/2012/02/segi-hukum-praktek-teluh-dalam.html diunduh tanggal 12 November 2015.

  D. Lain-lain

  Berdasarkan BAP kasus pembunuhan di Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan pada tahun 2007. Hasil wawancara dengan salah satu pelaku pembunuhan (dirumah pelaku, Desa Berdikari) tanggal 20 Agustus 2015.

  Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dirumah Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hari kamis 12 November 2015 jam 10.00 Wita.

  Hasil wawancara dengan mantan Kades Desa Buko Kecamatan Buko Selatan Banggai Kepulauan hari sabtu 14 November 2015 jam 10.00 Wita. Hasil wawancara dengan Kapolsek Buko IPDA DARFIN di Kantor, hari rabu tanggal 11 November 2015 jam 10.00 Wita.