I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Persepsi Petani Terhadap Kemitraan Sayuran Dengan Asosiasi Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  Dewasa ini dunia pertanian semakin berkembang dengan pesat, termasuk teknologi dan pengetahuan tentang tanaman sayuran yang terus mengalami kemajuan. Teknik bercocok tanam sayuran pun mengalami perbaikan mulai dari persiapan dan pengolahan lahan, pemeliharaan, dan panen. Hal ini dilakukan untuk menunjang terwujudnya produksi yang lebih baik dari segi kuantitas dan kualitas. Jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi menjadi salah satu penyebab para petani maju terus mengusahakannya, karena dengan melaksanakan usahatani sayuran petani berharap akan memperoleh pendapatan yang tinggi.

  Sayuran merupakan sumber mineral, serat, dan gizi seperti vitamin A, vitamin C, vitamin B1 dan B2, vitamin E, vitamin K, zat besi, kalsium, fosfor, karbohidrat, dan masih banyak lagi. Lepas dari peran gizinya, sayuran menduduki tempat khusus dalam sistem pertanian karena metode pengusahaannya yang sangat intensif, karena sayuran dipanen dalam bentuk segar (kandungan airnya tinggi). Pola usahatani sayuran yang intensif inilah yang menyebabkan pertanian sayuran biasanya hanya dalam skala kecil. Petani yang memiliki lahan yang sangat sempit sudah dapat hidup baik dengan mengusahakan sayuran secara intensif, berbeda dengan padi-padian atau polong-polongan yang membutuhkan sepuluh kali luas lahan untuk mencapai tingkat hidup yang sama (Williams, et al, 1993).

  Syarat utama tumbuhnya sayuran adalah ketersediaan air. Tanaman sayuran hanya dapat diusahakan di daerah-daerah yang tidak kekurangan air. Pada daerah tropis sayuran tetap bisa tumbuh apabila daerah sekitarnya mempunyai sumber air yang cukup, sehingga sayuran tetap tidak kekurangan air. Salah satu daerah penghasil sayuran di Jawa Tengah adalah Kabupaten Boyolali, dimana dari 19 kecamatan terdapat 18 kecamatan yang mengusahakan berbagai jenis sayuran (BPS Kabupaten Boyolali, 2010).

  

commit to user sayuran karena iklim yang cocok. Boyolali bagian barat merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 700-3000 m yang meliputi empat kecamatan yaitu Ampel, Cepogo, Musuk, dan Selo. Keempat kecamatan itu ditandai oleh iklim yang sejuk dan sesuai untuk pertanian sayuran terutama untuk komoditas kol, wortel, dan bawang merah. Selain empat kecamatan diatas, secara umum Kabupaten Boyolali beriklim tropis dengan curah hujan 1856-3136 mm/tahun. Curah hujan yang cukup tinggi tersebut, maka ketersediaan air juga tinggi sehingga tanaman sayuran dapat tumbuh subur di Kabupaten Boyolali, dengan dukungan lahan yang subur serta keterbatasan lahan petani di Kabupaten Boyolali mendorong petani untuk mengusahakan sayuran (BPS Boyolali, 2012).

  Arus liberalisasi pasar, perubaban pola konsumsi, serta inovasi teknologi pertanian meningkatkan produksi dan volume perdagangan hasil- hasil pertanian bernilai tinggi seperti produk hortikultura. Peningkatan produksi dan volume perdagangan hasil produk hortikultura tersebut diikuti tumbuh suburnya sektor supermarket dan pola kemitraan antara perusahaan atau kelompok agribisnis dengan petani kecil. Sistem kemitraan tersebut ternyata dapat berkembang pesat di tengah kesulitan petani mengakses informasi pasar yang akurat, rendahnya harga serta kualitas produk sayuran (Salam, 2008). Demikian pula yang terjadi di Kabupaten Boyolali terbentuk kemitraan antara Aspakusa Makmur dengan petani sayuran.

  Pemerintah Kabupaten Boyolali menangkap peluang agribisnis sayuran dan melakukan pengembangan agribisnis sayuran dengan mendatangkan ahli dari Taiwan untuk bekerjasama membina petani sayuran. Atas prakarsa pimpinan Taiwan Technical Mission, Mr. Lee Ching Shui, pada bulan November 2005 mendirikan Aspakusa Makmur. Aspakusa Makmur adalah Kelompok Agribisnis yang dibina Taiwan Technical Mission dalam hal budidaya, serta pasca panen sampai pemasarannya sehingga dapat berkembang baik dan produk sayurannya dapat menembus supermarket. Peran pemerintah dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa

  commit to user kelompok agribisnis Aspakusa Makmur. Kelompok ini berlokasi di Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali yang beranggotakan petani asparagus, bunga kucai, sayur-sayuran dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali (Dokumen Aspakusa Makmur, 2008).

  Dalam kegiatannya, hingga saat ini Aspakusa Makmur sudah beranggotakan petani mitra 112 orang yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Boyolali yaitu Kecamatan Selo, Kecamatan Teras, Kecamatan Boyolali Kota, dan Kecamatan Ampel. Hasil panen dari anggota dan mitra akan dibeli oleh Aspakusa makmur dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga di pasar, namun Aspakusa Makmur juga memberikan standar kualitas yang lebih tinggi pula. Selain petani mitra, Aspakusa Makmur juga mempunyai petani binaan. Perbedaannya adalah petani binaan Aspakusa Makmur mendapat pembinaan secara intensif dari awal tanam hingga panen dan komoditas yang ditanam ditentukan oleh Aspakusa Makmur, sedangkan petani mitra tidak ditentukan komoditasnya, mereka hanya menyetorkan hasil panennya terhadap Aspakusa Makmur namun tetap ada pembinaan dan penyuluhan dari Aspakusa Makmur kepada petani mitra untuk peningkatan kualitas sayuran yang mereka tanam, namun tidak seintensif petani binaan. Proses selanjutnya setelah Aspakusa Makmur menerima hasil panen dari petani adalah melakukan sortasi dan gradding sebelum dikirim ke berbagai supermarket, seperti : Carrefour Semarang, Hypermart Solo Grand Mall, dan Hokky Panglima Sudirman Surabaya. Dengan demikian petani akan mendapat kemudahan pemasaran dan hasil panennya dibeli dengan harga tinggi oleh Aspakusa Makmur (Dokumen Aspakusa Makmur, 2008).

  Sumber motivasi penerapan pola kemitraan adalah kebutuhan yang dirasakan oleh pihak-pihak yang ingin bermitra. Bagi petani, sumber motivasi terbesar untuk ikut dalam pola kemitraan adalah karena pemasaran terjamin dan pengaruh dari lingkungan sosialnya. Apabila komponen yang dimitrakan sesuai dengan kebutuhan, maka petani akan menjalin kemitraan. Petani akan

  commit to user yang baik dan hal ini akan terjadi bila petani bermitra dengan perusahaan karena petani akan memperoleh pengetahuan tentang mutu, standar mutu dari perusahaan mitra, dan bagaimana mencapai mutu tersebut (Purnaningsih, 2007). Komitmen petani yang kuat juga diperlukan untuk mencapai hasil kemitraan yang maksimal, dan komitmen petani tersebut dipengaruhi oleh persepsi petani terhadap pemahaman tentang pengalaman didalam kegiataan kemitraan itu sendiri.

  Kualitas kemitraan yang baik dapat tercipta dengan adanya komitmen yang baik pula dari kedua belah pihak. Komitmen dan peningkatan hasil petani berasal dari rasa sayang atau persepsi petani yang baik terhadap kemitraan itu sendiri. Persepsi yang baik terhadap jalannya kemitraan pasti akan berpengaruh positif dengan peningkatan komitmen mereka dalam menjalani kemitraan. Komitmen petani yang tinggi terhadap kemitraan yang mereka jalani akan meningkatkan keinginan petani untuk terus terlibat dalam keanggotaan kemitraan dan terus berperan aktif dalam kemitraan tersebut, sehingga mengurangi keinginan mereka untuk keluar. Maka untuk membentuk persepsi dan komitmen petani yang baik, perusahaan mitra seharusnya juga memberi penghargaan atau perlakuan yang baik dan adil, serta memperhatikan kesejahteraan petani.

B. Rumusan Masalah

  Kemitraan agribisnis merupakan kerjasama antara petani dan perusahaan besar yang saling menguntungkan, disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh perusahaan kepada petani. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kemitraan agribisnis adalah bagi petani untuk meningkatkan pendapatan, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok atau petani mitra, peningkatan skala usaha, menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra, dan kemudahan pemasaran. Sedangkan bagi perusahaan dengan menjalin kemitraan dapat menperoleh bahan baku dari petani mitra untuk kesinambungan usahanya (Mardikanto, 2007).

  commit to user Aspakusa makmur menjalin kemitraan dengan petani untuk mendapatkan pasokan sayuran dan sekaligus melakukan pembinaan terhadap petani di bawah pengawasan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali. Menurut Aspakusa Makmur dalam pelaksanaan kemitraan masih banyak masalah-masalah yang terjadi. Permasalahan yang timbul adalah petani masih kesulitan untuk memenuhi kualitas sayuran yang diinginkan oleh Aspakusa Makmur. Selama ini pasokan sayuran dari petani sekitar 30%-50%nya masih tidak lolos sortasi yang dilakukan oleh Aspakusa Makmur. Kemitraan dapat berjalan dengan baik juga diperlukan komitmen dan persepsi yang baik pula dari petani mitra. Berkaitan dengan hal-hal diatas maka perumusan masalah yang diambil adalah:

  1. Bagaimana pola kemitraan yang terjadi di Aspakusa Makmur Boyolali?

  2. Bagaimanakah faktor-faktor pembentuk persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali?

  3. Bagaimana persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali?

  4. Bagaimana hubungan faktor-faktor pembentuk persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah :

  1. Mengetahui pola kemitraan yang terjadi di Aspakusa Makmur Boyolali

  2. Mengetahui faktor-faktor yang membentuk persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali

  3. Mengetahui persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali

  4. Mengetahui hubungan faktor-faktor pembentuk persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali.

  

commit to user

D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk menambah wawasan tentang penelitian dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

  2. Bagi pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian lokal

  3. Bagi pihak Aspakusa Makmur dan petani di sekitarnya dapat menjadi bahan pertimbangan sekaligus informasi dalam rangka perbaikan maupun peningkatan kualitas kegiatan kemitraan usahatani sayuran

  4. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian yang sejenis maupun penelitian selanjutnya.

  

commit to user