Pemerintah Dan Kebijakan Fiskal dan

PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN FISKAL

Disusun oleh :
Ii Fahruri

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang selalu menyertai kami di dalam memahami ilmu-ilmu yang
kami pelajari dan aplikasikan di dalam kehidupan, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.Makalah ini kami buat berdasarkan tugas
Mata Kuliah Ekonomi Makro Islam, dosen pengampu Pak Choliq Sabana.
Judul makalah ini adalah “Pemerintah Dan Kebijakan Fiskal”.Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua khususnya sebagai pelajar
dan bagi masyarakat pada umumnya.


Pekalongan, November 2015

P
Ii Fahruri

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

BAB II

PEMBAHASAN
A.
B.

C.
D.

Pengertian Kebijakan Fiskal.………………..……………………..6
Tujuan Kebijakan Fiskal……..…………………………………….7
Fungsi Kebijakan Fiskal……………………………………….....11
Bentuk Kebijakan Fiskal………………………………………....12
1. Penstabilan Otomatik………………………………………...12
2. Kebijakan Fiskal Diskresioner……………………………….13
E. Jenis-jenis Kebijakan Fiskal……………………………………..15
F. Penyusunan APBN……………………………………………...18

BAB III

PERTANYAAN

BAB IV

PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari keterlibatan
pemerintah karena pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu,
menyangkut semua kebijakan yang bermuara kepada keberlangsungan negara
itu sendiri. Setiap pemerintahan yang sedang memimpin suatu negara tentu
saja memiliki kebijakan ekonomi andalan untuk menjamin perekonomian
negara yang baik dan stabil demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan,
karena sudah menjadi kewajiban pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi agar tercapainya kehidupan yang makmur dan sejahtera bagi
rakyatnya.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi masalahmasalah ekonomi melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Namun
dalam hal ini kami akan membahas kebijakan fiskal saja.Telah di terapkan
bahwa kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian kekondisi yang

lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
Disamping dengan mengubah pengeluarannya, pemerintah dapat pula
mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat, dan tingkat kegiatan ekonomi
Negara dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam system perpajakan
dan cara-cara pemungutan pajaknya. Seperti telah di tunjukan dalam pajak
akan mengurangi pendapatan disposibel dan selanjudnya sebagian dari
pengeluaran agregat dan selanjutnya tingkat kegiatan ekonomi Negara.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL (FISCAL POLICY)
Kebijakan fiscal adalah kebijakan penyesuaian dibidang pengeluaran
dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.Atau dapat
juga dikatakan kebijakan fiscal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Adapun pemahaman lain dari kebijakan fiscal (fiscal policy) adalah

kebijakan pemerintah dengan menggunakan belanja negara dan perpajakan
dalam rangka menstabilkan perekonomian. Kebijakan ini mirip dengan
kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan
fiscal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
(Arif Apendi, 2006:28).
Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional
mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan
masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak
agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan
anggaran.1
Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah
sebagai pelaku sektor publik. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah
dianggap sebagai suatu cara untuk mengatur mobilisasi dana domestik,
dengan instrumen utamanya perpajakan. Di negara yang sedang berkembang
seperti di Indonesia, kebijakan moneter dan kebijakan luar negeri belum
berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian, peranan kebijakan fisikal
dalam bidang perekonomian menjadi semakin penting.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika

pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
1Ani Sri Rahayu, Pengantar Kebijakan Fiskal (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.6-9

4

industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan
pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.
Dalam kebijakan fiskal, indikator yang biasanya dipakai adalah
anggaran defisit, yakni selisih antara pengeluaran pemerintah dengan
penerimaan, yang biasa diformulasikan sebagai berikut :
Defisit = G – Ty + R
Keterangan :
G
T
Y
R

= pengeluaran pemerintah
= tarif pajak

= pendapatan nasional
= pengeluaran untuk transfer

Kebijakan fiscal juga bisa dikatakan salah satu kebijakan ekonomi
makro yang sangat penting dalam rangka:
1. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha.
2. Mempertahankan partumbuhan ekonomi yang sustainable, kesempatan
kerja yang tinggi.
3. Membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.2
B. TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
Pada dasarnya, kebijakan fiscal bertujuan untuk mempengaruhi
jumlah total pengeluaran masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan jumlah
seluruh

produksi

masyarakat,

banyaknya


kesempatan

kerja

dan

pengangguran, tingkat harga umum dan inflasi, serta menstabilkan
perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang
beredar.
Secara umum kebijakan fiskal ditujukan untuk memelihara stabilitas
ekonomi sehingga pendapatan nasional dapat ditingkatkan sesuai dengan
penggunaan sumber daya dan efektifitas kegiatan masyarakat tanpa harus
mengabaikan redistribusi pendapatan dan upaya kesempatan kerja.
Secara garis besar tujuan kebijakan fiskal dapat digolongkan menjadi
tiga bagian yaitu:
2Ani Sri Rahayu, Pengantar Kebijakan Fiskal (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.1-2

5

1. Pertumbuhan kesempatan kerja penuh

Dengan cara mempertahankan kesempatan kerja penuh maka pemerintah
dapat mencegah laju peningkatan angka pengangguran. Meluasnya
pengangguran dapat menyebabkan timbulnya gejolak sosial, menghambat
laju pertumbuhan ekonomi hingga akhirnya pendapatan nasional targetnya
tidak tercapai.
2. Stabilitas harga
Stabilitas barang dan jasa harus tetap dijaga agar tidak terjadi fluktuasi
secara drastis.Penurunan harga yang terus menerus dapat mematikan
sektor bisnis dalam arti perusahaan banyak yang tutup sehingga
menyebabkan peningkatan angka pengangguran. Kenaikan harga yang
terus menerus akan menyulitkan masyarakat banyak dan hanya
menguntungkan segelintir pelaku bisnis saja.
3. Laju pertumbuhan potensial
Laju pertumbuhan yang lebih tinggi memerlukan modal dan tingkat
kecenderungan menabung marginal yang lebih tinggi pada tingkat
kesempatan kerja penuh.Dan sebagai akibatnya terjadi tingkat konsumsi
secara besar-besaran.
Tujuan dari kebijakan fiscal:
1. Untuk meningkatkan laju investasi
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi

disektor swasta dan sektor Negara.Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat
dipergunakan untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertentu.
Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan kebijakan investasi
berencana disektor public, namun pada kenyataannya di beberapa Negara
berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya
tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur
yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersebut. Hal ini disebabkan
tidak tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintah.
Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan
fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat
laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara
sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat
6

yang menjadi tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju
pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat
dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan
pengurangan biaya produksi.

2. Untuk meningkatkan kesempatan kerja
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal
pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk
mendirikan perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui
pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan
langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan.Namun, langkah ini harus
juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
3. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan
internasional
Kebijakan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan
stabilitas

ekonomi

menghadapi

kekuatan-kekuatan

internal

dan

eksternal.Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis
pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor.Pajak ekspor dapat
menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan
bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga
perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.
4. Untuk menanggulangi inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya
adalah dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi
dengan pajak komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian
besar tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.
Untuk menurunkan tingkat inflasi, pemerintah dapat mengambil
kebijakan fiskal berupa tindakan memperkecil pengeluaran pemerintah.Untuk
memperkecil pengeluaran, tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah
adalah dengan menunda atau membatalkan proyek-proyek pemerintah yang
telah direncanakan sebelumnya.Dengan pembatalan atau penundaan tersebut,
maka jumlah uang yang beredar di masyarakat tidak bertambah banyak
sehingga laju inflasi dapat dikurangi/diturunkan. Kebijakan fiskal lainnya
adalah dengan mengurangi atau meniadakan transfer pemerintah (Tr).
Yang dimaksud transfer pemerintah adalah pengeluaran tanpa balas
jasa langsung, misalnya bantuan bencana alam, beasiswa pelajar, bantuan
7

kepada rakyat miskin dan subsidi. Dengan mengurangi atau meniadakan
transfer pemerintah (Tr), maka laju pertambahan uang yang beredar di
masyarakat dapat dikendalikan sehingga laju inflasi juga dapat dikurangi.
5. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan
nasional terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan
mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta
apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran program
pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.
6. Meningkatkan produk domestik bruto
Untuk meningkatkan produk domestik bruto, pemerintah dapat
mengambil kebijakan fiskal yaitu memperbesar pengeluaran pemerintah
(G).Untuk memperbesar pengeluaran pemerintah (G), dapat dilakukan dengan
merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek pembangunan yang didanai
APBN.Dengan adanya proyek-proyek tersebut maka terjadi permintaan
barang dan jasa. Adanya permintaan barang akan mendorong adanya produksi
oleh masyarakat. Selain itu, kebijakan fiskal lainnya yang dapat
meningkatkan produk domestik bruto adalah peningkatan transfer pemerintah
(Tr).
7. Mengurangi tingkat pengangguran
Untuk mengurangi tingkat

pengangguran,

pemerintah

dapat

mengambil kebijakan fiskal, yaitu memperbesar pengeluaran pemerintah (G)
dan memperbesar transfer pemerintah (Tr) berupa subsidi kepada pengusaha,
pengurangan pajak terhadap pengusaha dan sebagainya. Pengeluaran
pemerintah untuk mendanai proyek-proyek pembangunan membutuhkan jasa
tenaga kerja, dengan demikian pengangguran dapat dikurangi.Proyek-proyek
tersebut membutuhkan beraneka macam barang misalnya batu, pasir, batu
bata, semen, peralatan, dan sebagainya.Semua kebutuhan tersebut disediakan
oleh masyarakat (pengusaha) yang pastinya menggunakan tenaga kerja.
8. Meningkatkan pendapatan masyarakat
Pengeluaran pemerintah (G) misalnya proyek pembangunan jalan,
jembatan, gedung pemerintah, pembelian barang berupa peralatan kantor,
rumah sakit, militer memberikan pendapatan kepada masyarakat karena
semuanya itu melibatkan tenaga kerja serta memberikan keuntungan pada
pengusaha. Penyedia (supplier) bahan bangunan mendapat keuntungan saat
8

dilaksanakan proyek pembangunan jalan, jembatan, dan gedung pemerintah.
Pedagang peralatan kantor, peralatan rumah sakit dan peralatan militer
mendapat keuntungan saat pemerintah melakukan pembelian barang.3

C. FUNGSI UTAMA KEBIJAK FISKAL
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan dalam mengelola keuangan
negara yaitu yang terdapat pada pos penerimaan dan pos pengeluaran negara
dalam APBN. Dalam pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara disebutkan bahwa APBN mempunyai sejumlah fungsi,
yakni:
1. Fungsi otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4. Fungsi alokasi
yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam
masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat berupa
Public goods seperti jalan, jembatan, pendidikan dan tempat ibadah dapat
terpenuhi

secara

masyarakat.Anggaran

layak

dan

negara

dapat

harus

dinikmati

diarahkan

oleh

untuk

seluruhn

mengurangi

pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi

3Dwi Eko Waluyo, Ekonomika Makro (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2006)

9

yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan nasional
dapat lebih merata untuk semua kalangan dan tingkat kehidupan.Kebijakan
anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan

fundamental

perekonomian.Agar

terpeliharanya

keseimbangan ekonomi terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi,
tingkat harga-harga umum yang relatif stabil dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang memadai.( Soediyono,R,1992,h.89.).
D. BENTUK KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal dapat dibedakan kepada dua golongan, yaitu:
1. Penstabilan Otomatik
Penstabil otomatik adalah bentuk-bentuk sistem fiskal yang sedang
berlaku yang secara otomatik cenderung untuk menimbulkan kestabilan
dalam kegiatan ekonomi. Dalam suatu perekonomian modern, penstabilan
otomatik terutama adalah:
 Sistem perpajakan yang progresif dan proporsional
Sistem pajak progresif ialah
suatu sistem perpajakan yang
mengenakan persentase lebih tinggi seiring dengan semakin tingginya
jumlah pendapatan, sistem pajak progresif biasanya digunakan dalam
memungut pajak pendapatan individu dan dipraktekkan hampir disemua
Negara.
Sedangkan pajak proporsional adalah suatu sistem perpajakan yang
mengenakan presentase yang sama terhadap seluruh tingkat pendapatan.
Dibeberapa Negara, sistem pajak proporsional biasanya digunakan untuk
memungut pajak atas keuntungan perusahaan korporat, yaitu pajak yang
harus dibayar adalah proporsional dengan keuntungan yang diperoleh,
misalkan 30 persen dari keuntungan adalah pajak yang harus dibayarkan.
 Kebijakan harga minimum
Kebijakan harga minimum merupakan suatu sistem pengendalian
harga yang bertujuan menstabilakan pendapatan para petani dan pada
waktu yang sama menjaga agar pendapatannya cukup tinggi. Permintaan
dan penawaran barang pertanian sifatnya inelastic. Sebagai akibatnya
10

fluktuasi dalam penawaran akan menimbulkan fluktuasiharga yang cukup
besar dan mempengaruhi kestabilan pendapatan petani. Tujuan kebijakan
ini adalah menstabilkan harga dan pendapatan serta membantu mengurangi
fluktuasi kegiatan keseluruhan ekonomi.
 Sistem asuransi pengangguran
Sistem ini adalah suatu bentuk jaminan sosial yang diberikan kepada
penganggur. Sistem ini pada dasarnya mengharuskan (i) tenaga kerja yang
sedang bekerja untuk membayar asuransi pendapatan, (ii) menerima
sejumlah pendapatan yang ditentukan pada saat menganggur.
2. Kebijakan Fiskal Diskresioner
Kebijakan fiskal diskresioner adalah langkah-langkah dalam bidang
pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara khusus membuat
perubahan keatas sistem yang ada, yang bertujuan untuk mengatasi masalahmasalah ekonomi yang dihadapi. Karena ternyata penstabil otomatik
walaupun menjalankan fungsi yang penting dalam mengurangi fluktuasi
kegiatan ekonomi dari suatu periode ke periode lainnya, namun tetap tidak
dapat mengatasi masalah pengangguran atau inflasi dalam perekonomian,
sehingga dibutuhkanlah suatu kebijakan fiskal diskresioner.
Secara umum kebijakan dikresioner dapat digolongkan dalam dua
bentuk, yaitu:
a) Kebijakan fiskal ekspansi (expansionary fiscal policy)
Kebijakan ini maksudnya adalah pada kondisi perekonomian yang
rendah ketika menghadapi masalah pengangguran, dibutuhkan suatu
kebijakan yang mampu mendorong perekonomian agar mampu tumbuh
dan mengurangi jumlah pengangguran.Bentuk kebijakan fiskal ekspansi
adalah

dengan

menambah

pengeluaran

pemerintah.

Pertambahan

pengeluaran pemerintah tersebut biasanya digunakan untuk pembangunan
infrastuktur dan kegiatan ekonomi lain sehingga mampu meningkatkan
pendapatan nasional beberapa kali lebih besar dari pertambahan
pembelanjaan pemerintah yang dilakukan.
b) Kebijakan fiskal kontraksi (contactionary fiscal policy)
Kebijakan yang kedua ini dilakukan ketika masalah inflasi yang
dihadapi atau perekonomian telah mencapai kesempatan kerja penuh dan
tingkat pengangguran sangat rendah.Tujuan dari kebijakan mengatasi
11

inflasi adalah menurunkan tingkat inflasi ke tingkatnya yang normal
dengan tetap menjamin agar kesempatan kerja penuh tercapai.
Namun kebijakan fiskal memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1) Adanya jeda waktu (time lag) dalam periode dari menyadari masalah yang
timbul sehingga kepada pengaruh yang dirasakan dari kebijakan fiskal
yang dijalankan. Sehingga akibat adanya jeda waktu tersebut adakalanya
timbul masalah dimana kebijakan yang dilaksanakan tidak sesuai lagi
dengan keadaan ekonomi yang sebenarnya berlaku. Tiga bentuk jeda
waktu yang ada adalah:


Recognition lag, yaitu periode diantara bermulanya masalah yang
dihadapi dengan masnanya disadari bahwa kebijakan perlu dijalankan



untuk mengatasi masalah tersebut.
Decision lag atau inside lag, yaitu perbedaan waktu diantara
menyadari masalah yang dihadapi dengan waktu dimana kebijakan-



kebijakan ekonomi mulai dilaksanakan atau berfungsi.
Action lago atau utside lag, yaitu perbedaan waktu diantara
pelaksanaan kebijakan dan pengaruh sepenuhnya yang dirasakan

dalam ekonomi.
2) Persaingan yang memperoleh dana diantara pemerintah dan sector swasta,
persaingan ini akan menimbulkan “crowding out” dan meyebabkan
kenaikan suku bunga dan menurunkan investasi.
3) Kebutuhan untuk membayar bunga dan mencicil pembayaran kembali
pinjaman dimasa yang akan datang. Bukan saja pinjaman pemerintah
tersebut akan meninggalkan beban kepada generasi yang akan datang,
tetapi juga menyebabkan pengurangan dana pembangunan yang dapat
dimobilisir dimasa tersebut.4
E. JENIS-JENIS KEBIJAKAN FISKAL
Secara teoretis dikenal empat jenis kebijakan fiscal, yaitu pembiayaan
fungsional (the functional finance), pendekatan anggaran terkendali (the
managed budget approach), stabilitas anggaran (the stabilizing budget), dan
pendekatan anggaran belanja berimbang (balance budget approach).
4M. Nur Rianto Al Arif, TEORI MAKROEKONOMI ISLAM Konsep, Teori dan Analis,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 149-155

12

1. Pembiayaan Fungsional (The Functional Finance)
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa
sehingga tidak berpengaruh langsung terhadap pendapatan nasional.Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja (employment).Tokoh
yang mengutarakan pembiayaan fungsional ini adalah A.P.Liner.
Berdasarkan

konsep

pembiayaan

fungsional

ini

pengeluaran

pemerintah, pajak, dan pinjaman dipertimbangkan secara terpisah. Di satu
sisi, pengeluaran pemerintah ditetapkan dengan memperhatikan akibat-akibat
tidak langsung terhadap pendapatan nasional, terutama yang berkaitan dengan
peningkatan kesempatan kerja. Disisi lain, pengenaan pajak bukan digunakan
untuk meningkatkan penerimaan negara, tetapi digunakan untuk mengatur
kegiatan dan produktivitas sektor swasta. Pada saat terjadi pengangguran,
sektor pajak dikurangi bahkan benar-benar tidak perlukan, dan pinjaman yang
diperoleh dengan menjual obligasi pemerintah digunakan sebagai alat untuk
menekan inflasi melalui pengurangan jumlah dana yang dimilki masyarakat.
Kemudian, bila pelaksanaan pajak dan pinjaman dirasakan tidak memenuhi
harapan, jalan terakhir yang ditempuh oleh pemetintah adalah melakukan
pencetakan uang.
Ada beberapa hal penting yang biasanya dilakukan oleh pemerintah
yang menganut pola pembiayaan fungsional ini, yaitu:
a. Pajak bukan hanya difungsikan sebagai alat menggali sumber penerimaan,
tetapi juga digunakan sebagai alat untuk mengatur pengeluaran sektor
swasta (private sector).
b. Apabila terjadi inflasi yang berlebihan, biasanya untuk mendanai
penarikan dana masyarakat, maka pemerintah melakukan pinjaman luar
negeri.
c. Apabila pencapaian target pajak dan pinjaman ternyata tidak tepat, maka
pemerintah melakukan pinjaman dalam negeri dalam bentuk pencetakan
uang.
2. Pendekatan Anggaran Terkendali (The managed budget approach)
13

Dalam konsep anggaran berdasarkan pendekatan pengelolaan
anggaran terkendali, pengeluaran pemerintah, penarikan pajak dan pinjaman
ditujukan untuk mencapai kestabilan ekonomi.Pengelolaan anggaran menurut
Alvin Hansen (2001), dalam tata hukum perpajakan, penerimaan dan
pengeluaran pemerintah dari perpajakan dan peminjaman adalah paket yang
tidak dapat dipisahkan dalam rangka menciptakan kestabilan ekonomi.
Berdasarkan konsep ini, hubungan langsung antara pengeluaran
pemerintah

dan

penarikan

pajak

selalu

dijaga.Kemudian

untuk

menghindarkan atau memperkecil ketidakstabilan ekonomi selalu diadakan
penyesuaian dalam anggaran, sehingga pada suatu saat anggaran dapat dibuat
deficit atau surplus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
3. Stabilitas Anggaran (The stabilizing budget)
Konsep stabilitas anggaran disebut stabilitasi anggaran otomatis
karena menekan pada mekanisme otomatis dalam politik fiscal. Penyesuaian
penerimaan dan pengeluaran pemerintah secara otomatis terjadi dengan
sendirinya dan langsung menstabilkan perekonomian sedemikian rupa tanpa
harus ada ikut campur pemerintah secara langsung yang secara sengaja atau
direncanakan. Dalam stabilisasi anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih
ditekankan pada asas manfaat dan biaya relative dari berbagai paket
program.Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran
belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh. Dengan kata lain, berdasarkan
stabilitasi perekonomian yang otomatis, pengeluaran pemerintah ditentukan
berdasarkan perkiraan manfaat dan biaya relative dari berbagai macam
program. Sedangkan pengenaan pajak ditentukan

untuk menimbulkan

surplus pada periode kesempatan kerja penuh.
Jika terjadi kemunduran dalam dunia usaha, pengeluaran pemerintah
dan pengenaan pajak tidak diubah sehingga terjadi penurunan penerimaan
pajak terutama dari jenis pajak penghasilan. Namun, disisi lain penegeluaran
pemerintah cenderung meningkat karena berbagai kewajiban pemerintah
berupa belanja untuk pembiayaan gaji pegawai, pembayaran gaji pensiunan,
14

menyokong kesejahteraan sosial dan kewajiban lainnya yang segera harus
dipenuhi.
4. Pendekatan Anggaran belanja berimbang (balanced budget approach)
Cara yang diberikan dalam hal ini adalah anggaran yang disesuaikan
dengan keadaan (managed budget). Tujuannya adalah tercapainya anggaran
berimbang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, konsep anggaran
berdasarkan pendekatan anggaran belanja berimbang menekankan kepada
keharusan keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Pendekatan ini
selalu mempertahankan anggaran belanja yang seimbang.
Berdasarkan konsep anggaran yang berimbang, pada masa depresi,
pengeluaran pemerintah akan ditingkatkan. Disisi lain penerimaan dari sektor
perpajakan ditingkatkan yang diikuti dengan upaya untuk tidak menimbulkan
deflasi yang berkelanjutan. Sebaliknya, dalam masa inflasi, sektor perpajakan
akan dimanfaatkan secara terarah untuk mencegah timbulnya dampak inflasi
yang tidak diharapkan.5

F. PENYUSUNAN APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). APBN ini merupakan rencana kerja pemerintahan
Negara dalam rangka meningkatkan hasil-hasil pembangunan secara
berkesinambungan serta melaksanakan desentralisasi fiskal.
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari 31

Desember),

yang

juga

ditetapkan

dengan

Undang-Undang

dan

dilaksanakan dengan secara terbuka dan sebesar-besarnya bertanggung jawab
untuk kemakmuran rakyat.

5Boediono. Kebijakan Fisikal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi, (Jakarta: Kompas,
2003)

15

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan
pendapatan

negara

pemerintahan

dan

dalam

rangka

pembangunan,

membiayai
mencapai

pelaksanaan
pertumbuhan

kegiatan
ekonomi,

meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan,
alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan
pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran
harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan
untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi APBN jika ditinjau dari kebijakan fisikal:
a. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan. Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat
menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka
negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan
tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar
bisa berjalan dengan lancar.
c. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah
bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan
uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
d. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi

pengangguran

dan

pemborosan

sumber

daya

serta

meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian. APBN dapat
16

digunakan untuk mengatur alokasi dana dari seluruh pendapatan negara
kepada pos-pos belanja untuk pengadaan barang-barang dan jasa-jasa
publik, serta pembiayaan pembangunan lainnya.
e. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan

rasa

keadilan

dan

kepatutan.

Bertujuan

untuk

menciptakan pemerataan atau mengurangi kesenjangan antar wilayah,
kelas sosial, maupun sektoral. APBN selain digunakan untuk kepentingan
umum yaitu untuk pembangunan dan kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan, juga disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
subsidi, beasiswa, dan dana pensiun. Subsidi, beasiswa, dana pensiun
merupakan bentuk dari transfer payment. Transfer payment adalah
pengalihan pembiayaan dari satu sektor ke sektor lainnya.
f. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian. APBN merupakan salah satu instrumen bagi pengendalian
stabilitas perekonomian negara di bidang fisikal. Misalnya jika terjadi
ketidakseimbangan yang sangat ekstrim maka pemerintah dapat
melakukan instervesi melalui anggaran untuk mengembalikan pada
keadaan normal.
2. Fungsi APBN jika ditinjau dari sisi manajemen:
a. Pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode
mendatang.
b. Alat kontrol masyarakat pada kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah
c. Untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah alam melaksanakan
kebijakan dan program-program yang direncanakan.
APBN disusun berdasarkan siklus anggaran (budget cycle). Siklus dan
mekanisme APBN ini meliputi:
a. Tahap penyusunan RAPBN oleh pemerintah;
b. Tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN dengan Dewan
Perwakilan Rakyat;
c. Tahap pelaksanaan APBN;
17

d. Tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang,
antara lain Badan Pemeriksa Keuangan; dan
e. Tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Salah satu tahap dari siklus anggaran di Indonesia adalah tahap
perencanaan

anggaran.

kementerian/lembaga

Tahapan
membuat

ini
Rencana

dimulai
Kerja

ketika

setiap

Kementerian

Negara/Lembaga. Dalam tahap inilah pemerintah menyampaikan Kerangka
Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal kepada DPR untuk
dibahas bersama. Indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan APBN adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan ekonomi
b. Inflasi
c. Nilai tukar
d. Suku bunga SBI
e. Harga minyak internasional
f. Produksi minyak Indonenesia
g. Kebijakan Anggaran di Indonesia.
Kebijakan anggaran di Indonesia ditujukan untuk mendukung
kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan, menciptakan dan
memperluas lapangan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Perkembangan berbagai faktor
eksternal yang penuh ketidakpastian (uncertainty) dan sulit diprediksikan
(unpredictable) mewarnai situasi perekonomian pada akhir-akhir ini.
Ketidakpastian kondisi perekonomian dunia memberikan dampak yang
signifikan pada perkembangan perekonomian Indonesia. Kenaikan harga
komoditi penting dinilai menjadi faktor yang turut menyumbang kondisi
ketidakpastian tadi.
Walaupun tekanan faktor luar sangat besar, pemerintah telah
melaksanakan beberapa langkah kebijakan untuk memulihkan kepercayaan
ekonomi terhadap keberlanjutan APBN. Langkah-langkah tersebut antara
lain:

18

a. Mengoptimalkan penerimaan negara, khususnya intensifikasi perpajakan
pada sektor-sektor yang mengalami booming;
b. Mendesain dan melaksanakan program ketahanan dan stabilitas harga
pangan;
c. Melakukan penghematan belanja kementerian negara/ lembaga dan
pengendalian alokasi DBH migas;
d. Memberikan kompensasi kelompok rumah tangga sasaran melalui bantuan
langsung tunai dan memperluas program penanggulangan kemiskinan;
e. Pengendalian konsumsi BBM;
f. Program penghematan listrik dan efisiensi di PT PLN;
g. Kebijakan untuk mendukung peningkatan produksi migas dan efisiensi di
PT Pertamina;
h. Kebijakan kenaikan harga BBM secara terbatas. Kebijakan ini dilakukan
sebagai opsi terakhir setelah berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka memulihkan kepercayaan ekonomi terhadap
keberlanjutan APBN, memperbaiki struktur dan postur APBN untuk dapat
melindungi masyarakat terutama yang berpendapatan rendah dari tekanan
harga komoditas pangan dan energi, dan pada saat yang sama terus
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
d. Pemerintah terus berupaya untuk melakukan penyesuaian kebijakan
ekonomi. Tujuan penyesuaian kebijakan adalah agar masyarakat selalu
dapat cukup terlindungi dari gejolak harga komoditas pangan dan energi
sehinga tidak menekan daya beli,serta terus menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi agar tidak terganggu dan dengan demikian
kemiskinan dan pengangguran akan dapat terus diturunkan.6

6Boediono. Keterangan Menteri Keuangan tentang Rencana Kerja Pemerintah, Kerangka
Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN, 2005.

19

BAB III
PERTANYAAN
1.

Apa kelemahan dari kabijakan fiscal yang diterapkan oleh pemerintah ?

2.

Apa sajakah sumber-sumber utama pendapatan pemerintah di negara-negara
berkembang? Mengapa banyak jenis pajak yang sulit dikumpulkan?
Jelaskan!
JAWABAN

1.

Kelemahan kebijakan fiscal meliputi
a. Adanya jeda waktu dalam periode dari masalah yang timbul hingga
pada pengaruh yang dirasakan dari kabijakan fiscal yang dijalani.
b. Persaingan untuk memperoleh dana diantara pemerintah dan sector
swasta.
c. Kebutuhan untuk membayar bunga dan mencicil pembayaran kembali
pinjaman dimasa yang akan datang.

2.

Sumber-sumber utama pendapatan pemerintah di negara berkembang pada
umumnya ada 2, yaitu pajak dan bukan pajak. Pajak itu sendiri dipungut
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barangbarang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Adapun
macam-macam pajak yaitu : Pajak penghasilan, Pajak pertambahan nilai dan
Pajak penjualan atas barang mewah. Sedangkan di sisi non pajak yaitu :
Retribusi, Keuntungan BUMN/BUMD, Denda dan sita serta Sumbangan,
hadiah dan hibah.

20

BAB IV
PENUTUP
Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah),
memiliki fungsi penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilitas,
alokasi, dan distribusi.
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan
kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal
lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang di gunakan pemerintah
mengelolah atau mengarahkan perekonomian kekondisi yang lebih baik
yang diinginkan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

21

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Ani Sri. 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal.Jakarta: Bumi Aksara.
Boediono. 2005. Keterangan Menteri Keuangan tentang Rencana Kerja
Pemerintah, Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan
Fiskal RAPBN.
Boediono. 2003. Kebijakan Fisikal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi,
Jakarta: Kompas.
Al Arif, M Nur Rianto. 2010. Teori Makroekonomi Islam: Konsep, Teori dan
Analisis. Bandung: Alfabeta.
Waluyo, Dwi Eko. 2006. Ekonomika Makro. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.

22