Implementasi Wireless Sensor Node untuk Pemantauan Lahan Pertanian Berbasis Protokol 802.15.4
Vol. 2, No. 11, November 2018, hlm. 5777-5783 http://j-ptiik.ub.ac.id
Implementasi Wireless Sensor Node untuk Pemantauan Lahan Pertanian
Berbasis Protokol 802.15.4
1 2 3 Muhammad Misbahul Munir , Sabriansyah Rizqika Akbar , Adhitya BhawiyugaProgram Studi Teknik Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: ibah07@live.com, sabrian@ub.ac.id, bhawiyuga@ub.ac.id
Abstrak
Wireless Sensor Node merupakan elemen utama dalam Wireless Sensor Network (WSN). Denganmenggunakan WSN petani dapat mengetahui kondisi lahan pertanian sehingga dapat menangani lahan dengan tepat. Pada WSN, protokol IEEE 802.15.4 lebih cocok digunakan untuk memantau lahan pertanian karena memiliki 40% peningkatan efisiensi energi dibandingkan dengan IEEE 802.11. Untuk membentuk WSN dengan topologi tree dibutuhkan 3 jenis node, yaitu End device, Coordinator, dan
PAN Coordinator. Setiap node terdiri dari Arduino Nano dan MRF24J40MA yang menggunakan
komunikasi SPI. Pada End device hasil pengambilan data sensor suhu, kelembapan udara, dan kelembapan tanah memiliki perbedaan dengan data alat ukur. Posisi dalam penempatan node berpengaruh terhadap kinerja dari jaringan wireless sensor node. Berdasarkan packet loss, rentang maksimum pada pengiriman data sensor adalah 104 meter dari End device ke Coordinator dan 96 meter dari Coordinator ke PAN Coordinator. Jarak yang optimal adalah 15 meter dari End device ke
Coordinator . Setiap pengiriman data sensor dilakukan setiap 10 detik dengan payload sebesar 17 byte.
Kata kunci: Wireless Sensor Network, topologi tree, kinerja wireless sensor node
Abstract
Wireless Sensor Nodes is the main element in Wireless Sensor Network (WSN). Farmers can findout the condition of farmland by using WSN to handle the land appropriately. On WSN, IEEE 802.15.4
Protocols more suitable to monitor farmland because it has a 40% improvement in energy efficiency
compared to IEEE 802.11. To form the WSN with tree topology, it takes 3 types of nodes, i.e. End
device, the Coordinator, and the PAN Coordinator. Each node consists of the Arduino Nano and
MRF24J40MA that uses communication SPI. In the End device the results data captured by temperature,
humidity, and soil moisture sensors are different with data from measurement device. The position of
node placement affected on performance of wireless sensor node. Based on packet loss, maximum
distance in the transmission of sensor data is 104 metres from the End device to the Coordinator and
96 metres from Coordinator to the PAN Coordinator. The optimal distance is 72 meters of the End
device to the Coordinator. Each transmission of sensor data is carried out every 10 seconds with 17
bytes of data payload.Keyword: Wireless Sensor Network, tree topology, performance of wireless sensor nodes
sebesar 7,4%/tahun dan impor sekitar 1.
PENDAHULUAN 13,1%/tahun (Kementerian Pertanian, 2015).
Pertanian menjadi tulang punggung Dari sisi lingkungan, salah satu faktor ekonomi dari negara-negara berkembang seperti penting yang mempengaruhi produksi pertanian
Indonesia. Metode tradisional pertanian yang adalah kondisi tanah. Bagi tanaman, tanah dipraktikkan di Indonesia tidak memadai dalam berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, memenuhi permintaan untuk produk pertanian tempat persediaan udara bagi akar tanaman, karena pertambahan jumlah penduduk. Selama tempat persediaan unsur hara, dan sebagai periode 2010-2014 kondisi perdagangan tempat persediaan air (Rina, 2015). Kondisi komoditas tanaman pangan Indonesia dalam tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor posisi defisit, dengan laju pertumbuhan ekspor
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya
5777 meliputi suhu, cahaya, kelembaban tanah, pH tanah, dll ( Fahmi, et al., 2017).
Untuk mengetahui kualitas tanah, petani umumnya hanya mengandalkan pengalaman bertani selama bertahun-tahun dengan melihat kondisi permukaan tanah dan keadaan tanaman (Bakhri & Sudaryono, 2016). Petani juga tidak menggunakan alat ukur yang presisi untuk mengetahui kualitas tanah sehingga penangan pada lahan pertanian tidak tepat dan terlambat. Agar penanganan tepat dan tidak terlambat maka diperlukan pemantauan lahan pertanian setiap hari. Ada 2 jenis pemantauan lahan pertanian yaitu secara manual dengan mendatangi lahan pertanian dan pemantauan otomatis dengan teknologi wireless sensor node.
node untuk mengetahui kinerja pengiriman data
2. PERANCANGAN SISTEM WIRELESS
sensor dari jaringan wireless sensor node pada lahan pertanian.
SENSOR NODE
Coordinator. Hasil penelitian akan didapatkan
channel = 11. Sistem dibentuk dari 1 PAN Coordinator , 1 Coordinator, dan 2 End device. PAN Coordinator memiliki alamat 0x3, sedangkan Coordinator memiliki alamat 0x2.
Konfigurasi pin modul transceiver MRF24J40MA dengan Arduino Nano ditunjukkan pada Gambar 2, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi Serial Peripheral Interface (SPI).
Coordinator
Perancangan Coordinator dan PAN
2.1 Perancangan Perangkat Keras 1.
Node 1 yang memiliki id 0x1 dan alamat 0x6 dan Node 2 memiliki id 0x1 dan alamat 0x7.
pada End device, Node terbagi menjadi 2 yaitu
Gambar 1 Perancangan topologi sistem Gambar 1 merupakan topologi sistem, sistem dibentuk dengan PAN ID = 0xcafe dan
dari pengujian akurasi sensor hujan, sensor suhu dan kelembapan udara (DHT11), dan sensor kelembapan tanah (YL-69) serta penempatan
perancangan perangkat keras dan perangkat lunak.
Wireless sensor node merupakan elemen utama dalam Wireless Sensor Network (WSN).
Pada perancangan sistem wireless sensor Gambar 2 Konfigurasi pin Coordinator dan
WSN berfungsi untuk mengambil data yang ada di lahan pertanian kemudian diolah dan dikirimkan menggunakan jaringan nirkabel (Dargie & Poellabauer, 2010). Dengan menggunakan WSN petani dapat mengetahui kondisi lahan pertanian sehingga dapat menangani lahan pertanian dengan tepat. Isu utama dalam desain sistem pada WSN adalah konservasi energi terutama jika digunakan pada lahan pertanian (Sachan, et al., 2012). Energi adalah sumber yang sangat vital, sehingga untuk membentuk WSN diperlukan sebuah protokol jaringan agar antar node bisa saling berkomunikasi dengan penggunaan energi yang sedikit.
Pada WSN ada beberapa protokol yang digunakan yaitu IEEE 802.11b/g dan IEEE 802.15.4. IEEE 802.15.4 lebih cocok digunakan untuk memantau lahan pertanian dengan penggunaan energi yang sedikit, karena memiliki 40% peningkatan efisiensi energi dibandingkan dengan IEEE 802.11 (Nair, et al., 2015). Selain itu, 802.15.4 fokus penerapannya pada pemantauan dan kontrol dengan bandwidth 0,020-0,25 Mbps. Sehingga 802.15.4 tepat digunakan pada lahan pertanian. (Sohraby, et al., 2007).
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan, penulis melakukan penelitian mengenai “Implementasi Wireless sensor node Untuk Pemantauan Lahan Pertanian Berbasis Protokol 802.15.4”. Pada penelitian ini topologi yang digunakan adalah tree dengan 3 jenis node, yaitu End device, Coordinator, dan PAN
node berisi tentang tentang topologi,
PAN
Coordinator 2. Perancangan End device
Gambar 3 merupakan konfigurasi pin End
device yang digunakan oleh Arduino Nano
dengan MRF24J40MA, sensor hujan, sensor suhu dan kelembapan udara (DHT11), dan sensor kelembapan tanah (YL-69).
Gambar 3 Konfigurasi pin End device
Gambar 4 Flowchart End device 2. Perancangan Coordinator dan PAN
2.2 Perancangan Perangkat Lunak 1.
digunakan untuk mengambil data sensor menggunakan sensor hujan, DHT11 dan YL-69, data dari sensor akan diproses oleh Arduino Nano agar dapat dikirimkan kepada Coordinator menggunakan modul transceiver MRF24J40MA.
Pada flowchart End device yang ditunjukkan pada Gambar 4, End device memulai inisialisasi perangkat sebagai End device, hal ini diperlukan untuk menentukan perangkat sebagai End device atau Coordinator dan PAN Coordinator. Kemudian menentukan PAN Id seperti yang digunakan oleh PAN Coordinator, setelah menentukan PAN Id selanjutnya menentukan tipe modul, channel, inisialisasi variabel global dan inisialisasi pin yang digunakan Arduino Nano agar terhubung dengan periperal. Kemudian menentukan alamat yang digunakan
End device dengan format hexadesimal, setelah
End device merupakan perangkat yang
Perancangan End device
Coordinator Coordinator merupakan perangkat yang
digunakan untuk menghubungkan antara End
device dengan PAN Coordinator . PAN Coordinator merupakan perangkat yang
digunakan untuk mengatur semua device yang ada serta sebagai gateway WSN. Coordinator dan PAN Coordinator bersifat full-function device.
Pada flowchart Coordinator dan PAN
Coordinator yang ditunjukkan pada Gambar 5,
program dimulai dengan inisialisasi perangkat sebagai Coordinator atau PAN Coordinator, hal ini diperlukan untuk menentukan perangkat sebagai End device atau Coordinator dan PAN
Coordinator , kemudian menentukan PAN id
seperti yang digunakan oleh PAN Coordinator, setelah menentukan PAN id selanjutnya menentukan tipe modul, channel, inisialisasi variabel global dan inisialisasi pin yang digunakan Arduino Nano agar terhubung dengan periperal. Kemudian menentukan alamat yang D13/SCK digunakan Coordinator atau PAN Coordinator D12/MISO D11/MOSI D8 D6 D2 3V3 GND 3V3 5V A0 A1 D4
ditentukan alamatnya maka End device akan membaca data sensor yang digunakan dan mengirimkannya kepada Coordinator, setiap pengiriman packet akan diberi urutan dari pengiriman packet tersebut. dengan format hexadesimal, setelah ditentukan alamatnya maka Coordinator/PAN Coordinator akan memperbarui topologinya kemudian
Coordinator
2 Urutan packet Byte
Gambar 7 Perangkat End device
dengan masing-masing node menggunakan 3 sensor yaitu sensor hujan, sensor kelembapan udara dan suhu udara (DHT11), dan sensor kelembapan tanah (YL-69). Komponen yang digunakan untuk mengolah data sensor adalah Arduino Nano, serta modul yang digunakan untuk komunikasi antar node berbasis protokol 802.15.4 adalah modul MRF24J40MA. Konfigurasi pin pada perangkat tersebut sesuai dengan perancangan pada Gambar 3 dan masing-masing komponen dihubungkan menggunakan kabel jumper. Pada Gambar 7 menunjukkan hasil implementasi dari perancangan perangkat End device.
device , implementasi perangkat ini ada 2 node
Berdasarkan perancangan perangkat End
3.1 Implementasi Perangkat End device
NODE
4 3.
2 Kelembapan tanah Float
4 Hujan Integer
4 Suhu udara Float
1 Kelembapan udara Float
Id Integer
/PAN Coordinator siap untuk menerima data dan akan update topologi, setelah menerima packet maka packet tersebut akan dihitung sesuai urutannya, kemudian
Nama Data Tipe Data Ukuran Data (Byte)
Tabel 1 Struktur Detail Data Payload
Perancangan Data Payload Ukuran data payload yang akan dikirimkan dengan modul transceiver MRF24J40MA sebesar 17 Byte dengan pembagian yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Gambar 6 Perancangan Transmisi packet 4.
maksimal ukuran data frame sebesar 127 Byte dengan pembagian 9 Byte MAC Header (MHR), 1-116 Byte Data Payload (MSDU), dan 2 Byte MAC Footer (MFR).
packet digunakan. Pada MAC Data Frame
Perancangan transmisi packet Gambar 6 merupakan struktur transmisi
Coordinator 3.
Gambar 5 Flowchart Coordinator dan PAN
Coordinator akan mengirimkan data sensor tersebut kepada server.
tersebut kepada PAN Coordinator atau PAN
Coordinator akan mengirimkan data sensor
IMPLEMENTASI WIRELESS SENSOR
dan 349 pada node 2.
3.2 Implementasi Perangkat Coordinator
Pada pengujian sensor kelembapan & suhu
dan PAN Coordinator
udara, pengambilan data dilakukan oleh node 1 Berdasarkan perancangan perangkat dan 2. Pengujian sensor kelembapan & suhu dan PAN Coordinator, Arduino
Coordinator
udara mempunyai hasil 40% & 30.00˚C pada Nano yang digunakan untuk mengolah data
node 1, pada node
2 yakni 41% & 30.00˚C, sensor, serta modul yang digunakan untuk sedangkan dengan alat ukur kelembapan & suhu komunikasi antar node berbasis protokol udara mempunyai nilai 48% & 30.5˚C. 802.15.4 adalah modul MRF24J40MA. Konfigurasi pin pada perangkat tersebut sesuai
Tabel 2 Pengujian Pengambilan Data Sensor dengan perancangan pada Gambar 2 dan masing-masing komponen dihubungkan
Nilai Nama Keadaan Nilai
menggunakan kabel jumper. Pada Gambar 8 Id alat
sensor lingkungan Sensor ukur
menunjukkan hasil implementasi dari
1 - YL-69 2-3 21.9%
perancangan perangkat Coordinator dan PAN
- 2 YL-69 2-3 23.8% Coordinator .
Sensor Terkena
- 1 425 hujan percikan air Sensor Terkena - 2 450 hujan percikan air Sensor Terkena air
- 1 375 hujan seluruhnya Sensor Terkena air
2 349 - hujan seluruhnya 48% & 40% &
- 1 DHT11
30.5
30.0 ˚C ˚C 48% & 41% &
- 2 DHT11
30.5
30.0 ˚C ˚C
4.2 Pengujian adanya pengiriman data
Gambar 8 Perangkat Coordinator dan PAN
sensor dari End device ke Coordinator dan Coordinator.
Coordinator ke PAN Coordinator 4.
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada pengujian pengiriman data, pengujian dilakukan setiap 10 detik dengan payload
sebesar 17 byte.
4.1 Pengujian adanya pengambilan data sensor pada End device
Hasil dari pengujian pengambilan data sensor berdasarkan Tabel 2 adalah pengujian sensor kelembapan tanah mempunyai hasil
Gambar 9 Pengujian adanya pengiriman data 21.99% pada node 1 dan 23.85% pada node 2, sensor dari End device ke Coordinator dan sedangkan dengan alat ukur kelembapan tanah
Coordinator ke PAN Coordinator mempunyai nilai antara 2 dan 3 dengan rentang Gambar 9 dan Tabel 3 menunjukkan hasil nilai pengukuran 1 sampai 10. dari Hasil pengujian pengiriman dari End device
Pada pengujian sensor hujan keadaan lingkungan yang diuji adalah dengan kondisi ke Coordinator dan Coordinator ke PAN penampang sensor terkena percikan air dan
Coordinator , pengiriman data berhasil tanpa penampang sensor terkena air seluruhnya.
kehilangan data, data yang dikirimkan oleh Pengambilan data oleh dilakukan node 1 dan 2.
Coordinator berasal dari node 1 dan node 2
Pada saat sensor terkena percikan air nilai yang dengan urutan packet ke-2, nilai dari didapatkan adalah 425 pada node 1 dan 450 pada kelembapan udara 61%, suhu udara 29
C, data
˚ node 2, pada saat sensor terkena air seluruhnya hujan 1023, dan kelembapan tanah 0.10%.
nilai yang didapatkan adalah 375 pada node 1
Tabel 3 Hasil pengujian pengiriman End device adalah 15 meter. Pada jarak 20 dan 25 meter, ke Coordinator pengiriman packet sebanyak 20 kali terdapat 5 kali packet loss. Pada jarak 40 meter, pengiriman
Nama
sebanyak 16 kali terdapat 2 kali packet
Nama Berhasil Nilai packet No End sensor Terdeteksi sensor loss . Pada jarak 72 meter, pengiriman packet device
sebanyak 34 kali terdapat 5 kali packet loss. Pada
29 ˚C &
jarak 80 meter, pengiriman packet sebanyak 44
1 Node
1 DHT11 Ya 61%
kali terdapat 39 kali packet loss. Pada jarak 121
29 ˚C &
meter, pengiriman packet sebanyak 36 kali
2 Node
2 DHT11 Ya 61%
terdapat 36 kali packet loss.
Sensor
3 Node
1 Ya 1023
Tabel 4 hasil pengujian kinerja pengiriman data
hujan dari End device ke PAN Coordinator. Sensor
4 Node
2 Ya 1023 hujan Jarak End device ke Jumlah packet loss Jumlah data
PAN Coordinator
5 Node
1 YL-69 Ya 0.1% transfer Id 1 Id 2 (meter)
6 Node
2 YL-69 Ya 0.1%
15
20
20
20
4
1
4.3 Pengujian kinerja pengiriman data dari
End device ke PAN Coordinator
25
20
4 Gambar
10 menunjukkan Pengujian
40
16
1
1
pengiriman data dari End device ke PAN
72
34
2
3 Coordinator.
80
44
19
20 121
36
18
18
4.4 Pengujian kinerja pengiriman data dari End device ke Coordinator dan
End device Coordinator ke PAN Coordinator
Gambar 11 menunjukkan Pengujian dan dari kinerja pengiriman data dari End device ke
Coordinator dan Coordinator ke PAN Coordinator .
End device 72 m
Coordinator 72 m
PAN Coordinator PAN Coordinator
Gambar 10 Pengujian kinerja pengiriman data dari End device ke PAN Coordinator Gambar 11 Pengujian kinerja pengiriman data
Berdasarkan Gambar 10 variabel yang diuji dari End device ke Coordinator dan adalah jarak End device ke PAN Coordinator,
Coordinator ke PAN Coordinator jumlah data transfer, dan jumlah packet loss.
Berdasarkan pengujian pada Gambar 11, Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian kinerja
Variabel yang diuji adalah jarak End device ke pengiriman data dari End device ke PAN
Coordinator , jarak Coordinator ke PAN Coordinator . Jarak optimal yang diperoleh
Coordinator
Intelligent Technology and Its Application, pp. 323-328.
kelembapan udara, dan kelembapan tanah memiliki perbedaan dengan data alat ukur. Posisi dalam penempatan node berpengaruh terhadap kinerja dari jaringan wireless sensor node. Berdasarkan packet loss, rentang maksimum pengiriman data sensor adalah 104 meter dari
End device ke Coordinator dan 96 meter dari Coordinator ke PAN Coordinator. Jarak yang
optimal adalah 15 meter dari End device ke Coordinator .
6. DAFTAR PUSTAKA
Bakhri, F. R. & Sudaryono, L., 2016. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Padi Antara Kecamatan Peterongan dan Kecamatan Megaluh. Jurnal Pendidikan Geografi, 3(3), pp. 416-422.
Dargie, W. & Poellabauer, C., 2010.
Fundamentals of wireless sensor networks : theory and practice. West
Sussex: John Wiley & Sons Ltd. Fahmi, N. et al., 2017. A Prototype of
Monitoring Precision Agriculture System Based on WSN. International Seminar on
Kementerian Pertanian, 2015. RENCANA
Untuk membentuk WSN dengan topologi
STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015-2019, Jakarta
Selatan: Kementerian Pertanian. Nair, L. S., R, V. & Jacob, G. M., 2015. Energy
Efficiency Improvement Using IEEE 802.15.4 in Cooperative Wireless Sensor Networks. IOSR Journal of Electronics &
Communication Engineering (IOSR- JECE), pp. 23-28.
Rina, 2015. Pengaruh Kondisi Tanah bagi
Tanaman. [Online]
Available at: http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/ind/in dex.php?option=com_content&view=arti cle&id=735:pengaruh-kondisi-tanah- bagi- tanaman&catid=15:benih&Itemid=59 [Diakses 7 July 2018]. Sachan, V. . K., Imam, S. . A. & Beg, M. T.,
2012. Energy-efficient Communication Methods in Wireless Sensor Networks: A Critical Review. International Journal of
Computer Applications, 39(17), pp. 35- 48.
Sohraby, k., Minoli, D. & Znati, T., 2007.
Wireless Sensor Networks Technology, Protocols, and Applications. New Jersey:
tree dibutuhkan 3 jenis node, yaitu End device, Coordinator , dan PAN Coordinator. Pada End device hasil pengambilan data sensor suhu,
5. KESIMPULAN
, jumlah data transfer, dan jumlah packet loss. Tabel 5 menunjukkan hasil pengujian dari kinerja pengiriman data dari End device ke
31
Coordinator dan Coordinator ke PAN Coordinator .
Tabel 5 Hasil pengujian kinerja pengiriman data dari End device ke Coordinator dan
Coordinator ke PAN Coordinator Jarak End device ke Coordinator
(meter) Jarak Coordinator ke PAN
Coordinator (meter) Jumlah data transfer Jumlah packet loss
Id 1 Id 2
72
72
20
1 104
80
29
packet sebanyak 48 kali terdapat 24 kali packet loss pada id 1 dan id 2.
29 104
96
24
23
23 104 104
24
24
24 Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5,
pada jarak 72 meter dan 72 meter, pengiriman
packet sebanyak 40 kali tidak ada packet loss
pada id 1 dan 1 kali packet loss pada id 2. Pada jarak 104 meter dan 80 meter, pengiriman packet sebanyak 62 kali terdapat 29 kali packet loss pada id 1 dan id 2. Pada jarak 104 meter dan 96 meter, pengiriman packet sebanyak 48 kali terdapat 23 kali packet loss pada id 1 dan id 2. Pada jarak 104 meter dan 104 meter, pengiriman
John Wiley & Sons, Inc.