PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA DENGAN INKURI TERBIMBING

PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA DENGAN INKURI TERBIMBING Sri Lestari

  SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta bcl.fisika@gmail.com

Abstrak

  

Artikel ini memaparkan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan pemecahan

masalah fisika setelah mengimplementasikan pembelajaran inkuri terbimbing.Penelitian

ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas yang terdiri atas 2 siklus dengan subjek penelitian siswa kelas XI IPS 1

yang berjumlah 29 orang pada semester I tahun ajaran 2016/2017. Data dikumpulkan

dengan tes kemampuan memecahkan masalah, dan lembar observasi aktifitas siswa.

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I sampai pada siklus II pembelajaran

menggunakan inkuri terbimbingdapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

fisika. Hasil kemampuan menyelesaikan soal mengalami peningkatan yang signifikan,

pada siklus I adalah 41,38% atau12 siswa yang dinyatakan lulus atau tuntas dengan rata-

rata nilai kelas 64,45, pada siklus II adalah 76% atau 22 orang yang dinyatakan lulus

atau tuntas dengan rata-rata nilai kelas 75,52, sehingga standar keberhasilan kelas telah

terpenuhi pada akhir siklus kedua. Hasil analisis dapat dijelaskan bahwa pembelajaran

melalui inkuri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah fisika.

  Kata kunci: Pembelajaran inkuri terbimbing, kemampuan memecahkan masalah

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017 PENDAHULUAN

  Pembelajaran pada kurikulum 2 0 1 3 m e r u p a k a n p e m b e l a j a r a n kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

  yaitu pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkandata,mengasosiasi/ menalar, dan mengomunikasikan.

  Dalam pembelajaran fisika di sekolah, siswa belajar bukan dengan cara menghafal tetapi harus terlibat aktif dalam pembelajaran, dengan demikian hasil pembelajaran yang diharapkan adalah berupa adanya perubahan kemampuan dan perilaku pada siswa, yaitu perubahan sebagai hasil dari pembelajaran, seperti bertambahnya p e n g e t a h u a n s i s w a , p e r u b a h a n pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, dan sebagainya. Untuk itu kapasitas intelektual/inteligensi dan kemampuan analisa merupakan bagian kemampuan dasar yang harus diketahui guru sebagai suatu upaya untuk meningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran fisika guna mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini didasarkan anggapan bahwa, intelegensi merupakan salah satu kemampuan dasar manusia yang dibawa sejak lahir, dan setiap individu mempunyai intelegensi yang berbeda-beda dan diukur secara kuantitatif. Karena sifat yang berbeda

  Permasalahan besar dalam proses pembelajaran fisika di SMA saat ini adalah kurangnya usaha pengembangan berpikir yang menuntun siswa untuk memecahkan suatu permasalahan secara aktif. Proses, yang dikembangkan saat ini lebih bersifat pasif dan menghafal yang banyak mendorong siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan target supaya dapat menjawab semua soal ujian yang diberikan. Kenyataan ini menunjukkan adanya kecenderungan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar. Siswa lebih banyak mendengar, mengingat dan menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh guru di papan tulis.

P e n g u a t a n p r o s e s p e m b e l a j a r a n dilakukan melalui pendekatan saintifik

  SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, sehingga ada program lintas peminatan. Pada tahun pelajaran 2016/2017 terdapat satu kelas jurusan IPS yang berminat mengambil mata pelajaran Fisika sebagai mata pelajaran lintas peminatan. dilakukan, pada saat pembelajaran fisika siswa kelas XI IPS 1 terbatas hanya pada apa yang di peroleh dari paparan guru. Tipe belajar yang mereka lakukan hanya mengandalkan kemampuan melihat dan mendengar saja, dan sedikit sekali melakukan aktivitas bertanya, menyampaikan pendapat, atau melakukan kerja ilmiah, sedangkan pemahaman konsep sains akan lebih kuat apabila siswa dapat menemukan p e r m a s a l a h a n s e n d i r i , b e r p i k i r, menganalisis, bertanya, menyampaikan pendapat, dan memberikan penjelasan

  • – beda ini, maka intelegensi individu satu dengan yang lain dapat tidak sama kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya.

  Sri Lestari - Pembelajaran Fisika di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ....

  bagi temannya.

  Dalam hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian pada semester 1 sebesar56, nilai ini dibawah nilai standar kelulusan, yakni 76. Pada ulangan harian soal-soal yang diujikan merupakan soal pemecahan masalah, dimana indikator soal tersebut aplikasi dari pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.Rendahnya nilai yang diperoleh dapat menjadi salah satu petunjuk ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran fisika. Ketidakberhasilan pembelajaran fisika ini bila dianalisis dipengaruhi oleh salah satu faktor yakni kemampuan dasar siswa dalam menyelesaikan masalah masih rendah.

Pemecahan masalah sebagai proses pembelajaran fisika memerlukan pra-

  Dalam pembelajaran fisika, penye- lesaian masalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pemerolehan pengetahuan melalui latihan berulang. Soal dalam pembelajaran fisika dapat dipandang sebagai sarana dalam upaya (1) rekonstruksi pembelajaran fisika di kelas (2) menetapkan tercapainya tujuan pembelajaran terkait dengan siswa (3) membangkitkan motivasi dan minat belajar fisika di kalangan siswa dan (4) membangun interaksi sosial budaya Suparwoto(2001 : 22). Upaya merekonstruksi pembelajaran fisika dikelas, soal/masalah merupakan representasi tampilan pengembangan bidang/cabang ilmu sehingga imple- mentasinya di sekolah seharusnya mulai dipikirkan pengembangan bidang studi fisika yang direpresentasikan dengan soal yang disusun. Sebab melalui soal ini akan dapat ditelusuri mata rantai hubungan antara soal yang disusun dengan tujuan pembelajaran. Soal yang dibahas dan cara pembahasannya dapat melalui pengetahuan baru dari pemecahan masalah tersebut. Melalui soal juga diharapkan dapat menjadi tantangan siswa dalam belajar dengan pemecahan masalah dalam kehidup- annya, sehingga soal mampu menarik minat dan motivasi untuk selalu belajar lebih baik. Interaksi budaya mengacu pada upaya untuk menjalin komunikasi antara guru dengan siswa. Soal juga dapat menghubungkan pihak siswa dengan guru melalui interaksi lewat pemecahan masalah.

  syarat yang berkaitan dengan kesiapan siswa dalam menghadapi masalah. Ke- siapan ini mengacu pada upaya mema- hami persoalan yang dipecahkan secara memadai. Apabila pemecahan masalah yang terkait dengan soal maka sejalan dengan uraian pada kegiatan belajar, upaya mengembangkan evaluasi peme- cahan masalah perlu didasarkan pada langkah penyelesaian soal/masalah pada asumsi bahwa belajar fisika adalah pemecahan masalah/soal.

  Pemecahan masalah Fisika secara sistematis perlu dilatihkan kepada siswa agar pemahaman konsep menjadi semakin utuh.Menurut Metters dan Pilot (1990:56) dikutip dalam Marda (2008:38) penyelesaian masalah Fisika dibagi dalam 4 tahap yakni tahap analisis, rencana, penyelesaian dan penilaian. Keempat langkah tersebut adalah memahami soal, merencanakan penyelesaian soal, melaksanakan rencana dan memeriksa jawaban

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  kembali. Tahap analisis/ memahami soal merupakan tahap yang mengharuskan siswa membaca secara cermat dengan memberikan tanda tertentu, hal-hal yang diketahui ditulis secara ekplisit dan disusun dalam skema otak, lalu diperkirakan jawabannya.

  Strategi pemecahan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini berpijak pada teori strategi pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Heler, et.al. Tahapan-tahapan terhadap penerapan pemecahan masalah dalam penelitian ini dikembangkan dengan beberapa tahapan, yaitu memfokuskan masalah (focus the problem) dan menguraikan secara konsep fisika (describe the physics), merencanakan solusi (plan the solution), melaksanakan rencana pemecahan masalah (execute the plan), memberikan evaluasi pada solusi (evaluate the solution).

  Gerace (2005:79)dikutip dalam Widayatun (2001:28), menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah seorang siswa tidak hanya tergantung pada tingkat kematangannya tetapi yang mereka sendiri mengalaminya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk memecahkan suatu masalah, tidak hanya ditentukan oleh pola pikir melainkan dipengaruhi oleh kerja atau pelatihan. Dengan demikian pembelajaran yang bernuansa pemecahan masalah harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang siswa untuk berfikir dan mendorong menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah. Belajar pemecahan masalah pada hakekatnya adalah belajar berpikir

  (learning to think) atau belajar bernalar (learning to reason), yaitu berpikir atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan- pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai.

  Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan, maka salah satu solusi dalam rangka meningkatkan kualitas outcome pendidikan dalam prestasi belajar, dengan menitikberatkan pada proses pembelajaran khususnya pembelajaran fisika adalah digunakannya suatu metode pembelajaran yang banyak melibatkan siswa. Penentuan model p e m b e l a j a r a n f i s i k a m e r u p a k a n kunci awal sebagai usaha pendidik meningkatkan kemampuan fisika peserta didik. Model pembelajaran y a n g v a r i a t i f d a n m e n y e d i a k a n banyak pilihan belajar memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan berkembang sesuai dengan kapasitas, gaya belajar, maupun pengalaman belajarnya. Kreativitas dan serta menelaah kecenderungan karakter belajar peserta didik mutlak diperlukan. Selain itu, mempersiapkan peserta didik melalui pengayaan pengetahuan awal merupakan usaha penting lainnya yang harus dilakukan saat pendidik menentukan desain pembelajaran yang akan dipilih dalam usaha meningkatkan kemampuan fisika peserta didik benar- benar termotivasi untuk berpikir dan berkreasi.

  Sampai saat ini berbagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah terus dilakukan, di antaranya

  Sri Lestari - Pembelajaran Fisika di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ....

  m e l a l u i p e n g e m b a n g a n m o d e l pembelajaran fisika yang inovatif berbasis riset, pengembangan model asesmen, pengembangan bahan ajar, dan media pembelajaran serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran fisika. Pengembangan model pembelajaran fisika yang inovatif berbasis riset di antaranya adalah model pembelajaran dengan pendekatan Inkuiri Terbimbing.

  M o d e l p e m b e l a j a r a n i n k u i r i terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan pemahaman konsep fisika karena siswa diberikan kesempatan luas untuk berperan aktif dalam proses pembentukan suatu konsep fisika dengan tujuan yaitu agar siswa dapat mempunyai pandangan yang luas dan mempunyai sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu model pembelajaran dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap- tahap pemecahannya.

  M o d e l p e m b e l a j a r a n i n k u i r i terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.Model pembelajaran ini membuat siswa memahami konsep- konsep pelajaran.Menurut Masnur Muslich (2008: 34) pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya siswa selama proses belajar mengajar akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran fisika. Disamping itu, bimbingan ini dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama proses berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan

  scaffolding yang diperlukan oleh siswa.

  Model pembelajaran ini terdiri dari 5 fase yaitu fase 1: Memberikan situasi masalah dan menjelaskan prosedur latihan inkuiri, fase2: Mengumpulkan data-verifikasi masalah, fase 3: (membuat dan menguji hipotesis), fase 4: Merumuskan penjelasan, dan fase 5: Menganalisis pola-pola dari proses inkuiri.(Sanjaya, 2011:32 ).

  P a d a p e m b e l a j a r a n i n k u i r i terbimbing guru dapat memunculkan kemampuan dasar fisika yang dimiliki siswa yakni metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial melalui pengamatan langsung maupun tak langsung. Kemampuan berpikir dan mengamati sangat diharapkan sehingga terjadi peningkatan penguasaan konsep

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Menurut Masnur Muslich (2008: 34) pada pendekatan ini siswa dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Nini Subini (2015) tentang pendekatan Inkuiri terbimbing, menunjukkan bahwa pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat meningkatkan minat belajar fisika siswa XI AV2 di SMK Muhammadiyah

  3 Yogyakarta.

  Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena tujuan penelitian ini adalah untuk menigkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui metode tertentu. Adapun model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart dalam Madya (2007: 9) dengan subyek penelitian siswa kelas XI IPS 1

  2 Tahun Pelajaran 2016/2017.

  Perancangan penelitian terdiri dari beberapa tahap yakni: tahap

  p e r e n c a n a a n y a n g m e l i p u t i

  penyusunan skenario pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing, menyiapkan RPP, serta soal yang akan di ujikan, tahap

  pelaksanaan yaitu melaksanakan

  kegiatan pembelajaran, tahap observasi yaitu melakukan evaluasi terhadap palaksanaan tindakan dengan lembar tes,

  tahap refleksi yaitu menganalisis

  hasil observasi serta hasil evaluasi apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika oleh siswa sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Apabila belum dapat menerima dengan baik pembelajaran maka dicari upaya pemecahan dan tindakan ulang untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika oleh siswa pada metode selanjutnya yang lebih baik. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah identifikasi masalah, identifikasi melalui pra observasi, dari identifikasi masalah ini, peneliti dapat menarik kesimpulan b a h w a k e m a m p u a n p e m e c a h a n masalah fisika dikelas tersebut perlu ditingkatkan.

  Alat pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, dan metode tes. Metode tes yang digunakan meliputi: Tes akhir, dilakukan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menerapkan p e n d e k a t a n s a i n t i f i k d e n g a n pembelajaran inkuiri terbimbing.

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes, untuk pemecahan masalah fisika siswa sesuai dengan pokok bahasan yang telah diajarkan guru. Dalam hal ini digunakan tes essay, soal tipe ini baik untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah secara utuh, karena melibatkan pengembangan persepsi dan penalaran. Soal – soal yang digunakan merupakan soal-soal berstandar BSNP dan mengacu pada buku paket yang digunakan oleh guru bidang studi. Instrumen ini terdiri dari 10 butir soal dan dikerjakan dalam waktu 60 menit.

  Analisis data dengan analisis

  Sri Lestari - Pembelajaran Fisika di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ....

  d e s k r i p t i f k o m p a r a t i f y a i t u membandingkan nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus

  II. Oleh karena itu pembelajaran ini dilangsungkan dengan dua tes yang berbeda dalam selang waktu yang berbeda. Penelitian berhasil jika telah mencapai standar nilai minimal yaitu 76 dan standar keberhasilan kelas ada 75% dari jumlah siswa.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

  a. Perencanaan Pada tahap perencanaan meliputi, penyusunan skenario pembelajaran Inkuiri Terbimbing, menyiapkan RPP, serta soal yang akan di ujikan.

  Dalam siklus I peneliti melakukan pembelajaran duapertemuan. Metode pembelajaran yang dipakai adalah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

  b. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus I materi yang diberikan Karakteristik getaran harmonik.

  P a d a p e r t e m u a n p e r t a m a p e m b e l a j a r a n d i i s i d e n g a n demonstrasi. Demostrasi bertujuan untuk memberikan situasi masalah, menggali konsep awal siswa, dan memberikan pertanyaan. Siswa menelaah masalah yang diberikan dalam demonstrasi dengan arahan pertanyaan dalam LKS. Siswa menentukan data – data yang mendukung terhadap permasalah yang diberikan. Siswa diarahkan membuat rumusan masalah dari hasil percobaan awal yang telah dilakukan. Masalah dirumuskan sedemikian rupa agar mengarah pada konsep yang ingin didapat dalam proses pembelajaran. Pertemuan kedua pembelajaran dilaksanakan dengan percobaan pengujian. Percobaan yang dilaksanakan dengan percobaan Gerak harmonis pada pegas, berdasarkan temuan- t e m u a n y a n g d i p e r o l e h d a r i percobaan, siswa secara berdiskusi diajak untuk menyusun konsep. Selanjutnya siswa menyajikan hasil kerjanya dan mencatat hasil diskusi yang berupa konsep materi yang telah dikembangkan oleh guru. Siswa melakukan refleksi atau mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri terhadap penyelesaian masalah yang telah ditemukan mulai dari langkah awal hingga sampai menemukan penyelesaiannya dengan didampingi guru. Pada pertemuan kedua pada siklus 1 siswa mengerjakan soal pemecahan masalah fisika.

  c. Pengamatan Pengamatan terhadap proses kolaborator. Dari hasil observasi, pada saat pelaksanaan praktikum tampak ada beberapa siswa masih saling berkomunikasi dengan teman terdekatnya tidak memperhatikan penjelasan materi pembelajaran, membiarkan teman yang lain untuk melakukan praktikum

  d. Refleksi R e f l e k s i p a d a p e r t e m u a n 1 diperoleh hasil bahwa berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa, guru berdiskusi dengan kolaborator m e n g e n a i h a s i l y a n g t e l a h

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  diperoleh. Hasil yang diperoleh yaitu pada fase 3 mengumpulkan data melalui eksperimen (membuat dan menguji hipotesis) siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan percobaan yang dilakukan, serta dalam mencatat hasil diskusi guru merangkumkan materi hasil diskusi. Pada tahapan penerapan konsep untuk menyelesaikan masalah, perlu dilakukan pembahasan soal mengenai penerapan rumus yang akan dipelajari oleh siswa dalam bentuk soal-soal latihan. Pada pertemuan kedua berdasarkan perolehan nilai tes pemecahan masalah dan lembar observasi aktifitas siswa, guru berdiskusi dengan kolaborator mengenai hasil yang telah diperoleh, agar siswa yang belum tuntas belajar bisa mendapatkan nilai yang baik. Dari hasil diskusi, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan perencanaan yang menekankan pada: 1) Memberi motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran dan ketika melakukan praktikum sebelum melaksanakan praktikum

  3) Memberi contoh latihan soal-soal yang akan diujikan secara optimal 4) Membuat ringkasan materi yang akan dipelajari oleh siswa. 5) Membagi kelompok kerja, setiap kelompok terdiri atas siswa yang mempunyai tingkat kemampuan beragam pintar, sedang dan kurang D a t a s t a t i s t i k k e m a m p u a n pemecahanmasalah siswa pada siklus

  I dinyatakan pada Tabel dibawah ini: Tabel 1. Data nilai tes pada siklus 1

  No Data Nilai

  1 Nilai Terendah

  54

  2 Nilai Tertinggi

  79

  3 Mean 64,45

  4 Prosentase kelulusan 41,38 %

  D a t a t e r s e b u t m e n u n j u k k a n bahwa rata-rata nilai siswa dengan tingkat keberhasilan siswa sebanyak 41,38 %atau sebanyak 12 siswa yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan 76.

  Siklus II

  a. Perencanaan Dalam siklus II ini materi yang disampaikan adalah Persamaan s i m p a n g a n , k e c e p a t a n , d a n percepatan getaran harmonis. Pada siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan.

  Pada siklus II, rencana tindakan berbeda dengan siklus I. Siswa d i k e l o m p o k a n b e r d a s a r k a n kemampuaanya masing-masing, setiap kelompok terdiri atas siswa yang mempunyai tingkat kemampuan beragam ada yang pintar, sedang dan kurang.

  b. Pelaksanaan Tindakan Sebagai hasil refleksi dari siklus I, di upayakan siswa lebih aktif dalam kelompoknya. Materi yang diberikan tentang karakteristik getaran pada getaran pegas. Pada fase memberikan situasi masalah dan menjelaskan prosedur latihan inkuiri guru menggali konsep awal siswa dengan memberikan d e m o n s t r a s i t e n t a n g a y u n a n

  Sri Lestari - Pembelajaran Fisika di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ....

  sederhana. Dari demonstrasi telah memenuhi dua ketentuan tersebut guru memberi pertanyaan kriteria ketuntasan yaitu; pertama: untuk mengetahui kemampuan dasar Kriteria Ketuntasan Minimal siswa.Siswa diberi kesempatan (KKM) yang telah ditetapkan dan, tanya jawab atau diskusi kemudian kedua: kriteria ketuntasan kelas guru memberikan ringkasan materi yaitu 76% telah dinyatakan lulus yang akan dipelajari. dari jumlah populasi siswa subyek

  c. Pengamatan penelitian. Hasil yang didapat D a l a m s i k l u s i n i d a r i h a s i l dari siklus II cukup memuaskan, pengamatan siswa mengalami s i s w a m e n g a l a m i b e r b a g a i banyak peningkatan baik dalam segi peningkatan kearah yang lebih kognitif, afektif, dan psikomotorik. baik. Hal ini membuktikan bahwa Dari segi kognitif kemampuan pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dalam memecahkan masalah mampu meningkatkan kemampuan meningkat.Dari hasil observasi, pemecahan masalah pada siswa siswa mengerjakan soal secara Data statistik kemampuan siswa mandiri. Guru memfasilitasi siswa pada siklus II dinyatakan pada Tabel untuk mengerjakan tes.Pada tes dibawah ini: pemecahan masalah siklus 2 yang diberikan setelah dikoreksi oleh Tabel 2. Data nilai tes pada siklus II guru dan peneliti didapatkan

  No Data Nilai tes

  hasil nilai terendah 66 dan nilai

  akhir

  tertinggi 87, dengan persentase 76

  1 Nilai Terendah

  66

  % kelulusan, rata-rata kelas 75,52

  2 Nilai Tertinggi

  87

  serta hasil dari lembar observasi

  3 Mean 75,52

  siswa untuk ranah afektif 74,50 %,

  4 Prosentase kelulusan 76 % ranah psikomotor 80 %.

  Data tersebut menunjukkan bahwa Dari hasil tes memecahkan masalah rata-rata nilai siswa dengan tingkat Siklus II yang diberikan ternyata 22 keberhasilan siswa sebanyak 76% atau siswa dari 29 siswa telah mampu sebanyak 22 siswa yang memperoleh mendapatkan nilai sesuai dengan nilai lebih atau sama dengan 76.

  Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 76 namun masih terlihat

  Analisis

  kesalahan yang dibuat oleh siswa

  a. Hasil tes pemecahan masalah dikarenakan faktor kekurangtelitian Teknik pengumpulan data yang siswa dalam mengerjakan tes digunakan dalam penelitian ini meng- pemecahan masalah. Berdasarkan gunakan teknik tes.Soal yang digunakan hasil tes memecahkan masalah disini terdiri dari 10 soal, setiap siklus pada siklus II, penelitian tindakan diberikan 5 soal.Hasil tes pemecahan kelas ini telah berhasil, dan masalah tertuang pada tabel3. dihentikan pada siklus ini karena

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  Nilai Teren- dah

  b. Hasil lembar observasi Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan untuk menilai k e a k t i f a n s i s w a s e l a m a p r o s e s pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Hasil yang diperoleh pada siklus I adalah untuk ranah afektif 71,50%, ranah psikomotor 76%. Pada siklus II hasil yang diperoleh adalah untuk ranah afektif 74,50%, ranah psikomotor 80%.

  Hasil tes memecahkan masalah fisika dilakukan setiap akhir siklus. Pada siklus I hasil yang diperoleh adalah nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 79, rata-rata kelas 64,45 dengan persentase kelulusan 41,38 % . Sedangkan pada siklus II hasil yang diperoleh adalah nilai terendah 66 dan nilai tertinggi 87, rata-rata kelas 75,52 dengan persentase kelulusan 76%.

  Presentase Kelulusan 20,69% 41,38% 76% Kenaikan presentase ketuntasan dari keadaan awal sampai ke- adaan akhir pada siklus II :55 %

  66 Kenaikan nilai terendah dari ke- adaan awal sampai keadaan akhir pada siklus II : 33 4.

  54

  33

  87 Kenaikan nilai tertinggi dari keadaan awal sampai keadaan akhir : 11 3.

  Tabel 3. Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika Siswa Pada Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II

  79

  76

   Dari hasil pengolahan lembar observasi pada siklus I untuk ranah afektif 71,50% dan ranah psikomotorik 76%  Dari hasil pengolahan lembar observasi pada siklus II untuk ranah afektif 74,50% dan ranah psikomotorik 80%  Kenaikan nilai rata-rata dari keadaan awal sampai keadaan akhir pada siklus II : 19,21 2. Nilai Ter- tinggi

  1. Nilai Rata- Rata 56,31 64,45 75,52

  Refleksi dan Kenaikan Keadaan Awal ke Akhir

  No Komponen Kemampuan Awal Siklus I Siklus II

  Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 dengan mengambil p o p u l a s i s i s w a k e l a s X I I P S 1 semester I yang berjumlah 29 orang, Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilaksanakan observasi kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung pasif pada saat mengikuti pelajaran fisika dan cenderung diam serta enggan mengajukan pertanyaan kepada guru, tipe belajar yang dilakukan oleh siswa hanya mengandalkan kemampuan

  Sri Lestari - Pembelajaran Fisika di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ....

  melihat dan mendengar saja jarang Penggunaan pembelajaran inkuiri s e k a l i m e l a k u k a n k e r j a i l m i a h . terbimbing bertujuan untuk meningkat- Akibatnya siswa banyak mengeluh kan kemampuan memecahkan masalah dan merasa kesulitan dalam mengikuti fisika siswa selain itu juga bertujuan pelajaran dengan alasan karena fisika untuk mengaktifkan siswa dalam pem- sulit dipahami, terlalu banyak rumus belajaran, karena didalam pembelajaran dan hitungan. Disamping itu kelas yang ini siswa tidak hanya mengeksplorasi diteliti merupakan kelas jurusan IPS kemampuan individunya, tetapi juga (Ilmu-Ilmu Sosial) yang mengambil sikap berinteraksi sosial dengan sesa- peminatan Fisika, sehingga kemampuan ma teman untuk menyelesaikan suatu dasar siswa dalam Fisika cenderung hipotesis atau menganalisi data. Berikut kurang. adalah perbandingan nilai rata-rata ke-

  Penelitian ini bertujuan untuk mampuan memecahkan masalah fisika meningkatkan kemampuan pemecahan siswa, persentase kelulusan siswa dan masalah fisika dengan menggunakan persentase nilai observasi aktiftas siswa pembelajaran Inkuiri Terbimbingdan untuk ranah afektif dan psikomotor pengaruhya terhadap keaktifan siswa. ditunjukkan pada tabel 4, dan tabel 5.

  Model pembelajaran ini terdiri dari 5 fase dan dilakukan sebanyak II siklus Tabel 4. Perbandingan Nilai Rata-rata yang masing-masing siklus terdiri Kemampuan Memecahkan Masalah atas perencanaan, pelaksanaan serta Fisika Siswa dan Perbandingan

  Persentase Setiap Siklus observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil pelaksanaan

  Tes Mem- ecahkan SIKLUS I SIKLUS II

  tindakan dimulai dari pengamatan

  Masalah

  keadaan awal hingga pelaksanaan

  Nilai rata-rata

  tindakan pada siklus II, dapat disimpulkan 64,45 75,52

  kelas

  bahwa ada pengaruh positif pada

  Persentase 41,38% 76%

  pembelajaran fisika. Tes memecahkan masalah pada siklus I digunakan untuk Tabel 5. Perbandingan Persentase mengevaluasi pembelajaran dari siklus

  Nilai Observasi Keaktifan Siswa I, tes memecahkan masalah pada siklus

  Untuk Ranah Afektif dan Psikomotor

  II digunakan untuk mengevaluasi

  Inkuri Ter- SIKLUS I SIKLUS II

  pembelajaran pada siklus II, serta untuk

  bimbing

  mengetahui ada tidaknya peningkatan

  Ranah Afektif 71,50% 74,50%

  dari siklus I juga untuk memutuskan

  Ranah Psiko- 76% 80%

  apakah penelitian berhenti atau

  motor

  dilanjutkan ke siklus III. Begitu juga untuk hasil lembar observasi aktifitas siswa terlihat kenaikkan persentase aktifitas siswa pada setap siklus yang dilaksanakan.

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  Gambar 1. Grafik Perbandingan Nilai 2, dapat disimpulkan bahwa dari Rata-rata Kemampuan Memecahkan hasilobservasi keaktifan siswa secara

  Masalah Fisika Siswa dan keseluruhan dari siklus I sampai dengan Perbandingan Persentase Ketuntasan siklus II mengalami peningkatan.

  Setiap Siklus Peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat, siswa terlibat langsung dalam percobaan dan diskusi.

  80% 78%

  Pada siklus 1 aktivitas siswa belum

  76% 74%

  maksimal, pada kegiatan praktikum

  71,50% 74,50%

  tampak ada beberapa siswa masih

  SIKLUS I SIKLUS II

  saling berkomunikasi dengan teman terdekatnya tidak memperhatikan penjelasan materi pembelajaran,

Gambar 2. Grafik Perbandingan

  Persentase Nilai Observasi Keaktifan membiarkan teman yang lain untuk Siswa Untuk Ranah Afektif dan m e l a k u k a n p r a k t i k u m . S e t e l a h

  Psikomotor dilaksanakan refleksi dan perbaikan, 80% 80% pada siklus II saat pelaksanaan 78% 78% 76% 76% p e m b e l a j a r a n s e l u r u h s i s w a 74% 74% Ranah Psikomotor memperhatikan penjelasan tentang 71,50% 74,50% materi pembelajaran, dan tampak sekali SIKLUS I SIKLUS II hampir seluruh siswa antusias dan sangat aktif dalam melakukan langkah- langkah praktikum yang ada di LKS.

  Dengan acuan hasil tes pemecahan

Berdasarkan tabel 4 dan grafik 1, dapat disimpulkan bahwa pencapaian masalah fisika dan lembar observasi

  nilai tes memecahkan masalah secara aktifitas siswa dari siklus I sampai dengan keseluruhan dari siklus I sampai dengan siklus II, dapat disimpulkan bahwa nilai rata. Pada siklus II lebih baik pembelajaran inkuri Terbimbing untuk daripada siklus I hal ini disebabkan meningkatkan kemampuan pemecahan oleh beberapa faktor antara lain masalah fisika dan mangaktifkan siswa pembagian kelompok yang merata pada saat pembelajaran dalam penelitian dengan mempertimbangkan komposisi ini terbukti. Hal ini disebabkan karena kemampuan siswa, sehingga didalam 1 dalam pembelajaran dengan inkuri kelompok kemampuan siswa beragam, terbimbing memberikan kesempatan memberikan kesempatan siswa untuk bagi siswa untuk melakukan pengamatan mengembangkanpercobaan, pemberian secara langsung tentang gejala fisis motivasi agar siswa lebih aktif dalam yang abstrak pada Getaran Harmonik, pembelajaran, dan latihan-latihan soal sehingga siswa dapat menemukan yang diberikan lebih banyak dan optimal konsep dari materi yang dipelajari dan sesuai dengan soal yang akan diujikan. menemukan pemecahan permasalahan

  Berdasarkan tabel 5 dan grafik yang ditemui selama pembelajaran. Hal

  Sri Lestari - Pembelajaran Fisika di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta ....

  Khotimah, Titin. 2007. Efektifitas

  Dasar, No.1 Volume 10 (Maret

  Wi n a r n i , E n d a n g Wi d i , 2 0 0 9 , P e n g e m b a n g a n M o d e l Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Masyarakat Belajar Untuk M e n i n g k a t k a n P e m a h a m a n Konsep Dan Life-Skills Siswa Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan

  Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Bayumedia: Malang.

  Susilo, Herawati. Dkk. 2009.Penelitian

  Fisika. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta:Yogyakarta.

  Prenada Media: Jakarta Supriadi. 2010. Teknologi Pembelajaran

  P e m b e l a j a r a n B e ro r i e n t a s i Standar Proses Pendidikan.

  S a n j a y a , Wi n a . 2 0 11 . S t r a t e g i

  Skripsi. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan

  Pembelajaran Fisika Melalui Strategi Inkuiri sebagai Model A l t e r n a t i f D i b a n d i n g k a n Dengan Strategi Ceramah Pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Listrik Dinamis Pada Siswa Kelas X MAN I Yogyakarta Tahun Pelajaran 2006/2007.

  Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta

  ini sesuai dengan peryataan Masnur Muslich (2008: 34) pembelajaran dengan inkuri terbimbing merupakan metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal.

  Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar

  h t t p : / / h e r d y 0 7 . w o r d p r e s s . c o m / 2 0 1 0 / 0 5 / 2 7 / m o d e l - pembelajaran-inkuiri

  Inkuiri. Diakses tanggal 25 Mei 2012.

  Herdian. 2010. Model Pembelajaran

  Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi Aksara: Jakarta.

  Bumi Aksara: Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-

  Tindakan Kelas Untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas.

  Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian

  D a r i h a s i l p e n e l i t i a n d a n pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, bahwa Kemampuan menyelesaikan soal fisika siswa pada pokok bahasan Gerak Harmonik dengan menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing mengalami peningkatan. Hasil yang diperoleh pada siklus I dengan nilai rata-rata kelas adalah 64,45 dengan nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 79 dengan persentase kelulusan 41%. Siklus II hasil nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,52 dengan nilai terendah adalah 66 dan nilai tertinggi 87 dengan persentase kelulusan 76%. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan.

  PENUTUP

  2009) 1-7

  T a j d i d u k a s i , Volume VII, No. 2 Juli 2017

  Wahyudin, Sutikno , dan A. Isa, 2010,Keefektifan Pembelajaran B e r b a n t u a n M u l t i m e d i a Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa.

  Jurusan Fisika, FMIPA Universitas N e g e r i S e m a r a n g , J u r n a l

  Pendidikan Fisika Indonesia 6

  (2010) 58-62