Keulamaan kebangsaan dan kekinian catata

I

}r

'h+^rtrrr

fr
B.r

KEULAMAAN, KEBANGSAAN,DAN
KEKINIAN: CATATANKIPRAH SOSIAL
POLITIK MUI DI INDONESIA
Dr. phil. Al Makin, S.Ag.
DosenfakultasUshuluddin, pascasarjanaUIN Sunan Kalijagadan
program Internasionalpascasarjana
ICRS(InternationalForum for
CrossCultural and ReligiousStudies)UGM Yogyakarta
Peneliti National University of Singapore(2011-2012)
Wacani pembuka
Keulamaan pada konteks saat ini perlu dipikirkan ulangapakah itu menyangkut dimensi religiositasumat, politik bangsa
dan sosiologi masyarakatterkait dengan peran figur ulama, atau

hubungan lembagakeulamaanitu sendiri dan relevansinyadalam
perjalanansejarahbangsa Indonesia.Paling tid'ak definisi keulama;Lnmenunfut pembatasanulang: apakah masih relevansdengan
semangatkebangsaandan kekinian ataukah sudah lapuk tergerus
zamargkarena konsep dan pengertian agamaifu sendiri. Dari agamalah peran ulama berujung dan berpangkal,namun agamasendiri
juga berkembang begitu cepat seiring perkembangan umat-yang
terkait dengan persoalan ekonomi, politik, dan isu-isu duniawi
lain.

428

BAGIAN KETIGA : ANALISIS PERAN SOSIAL BI,JDAYADAN POLITIK MUI

Faktor keindonesiaan(Kull, 2005),baik dari sisi sejarahmaupun sosiologi,perlu juga diketengahkankarenamenyangkut maslahah ummat yang bertempat dan berkonteks dalam suasanatertentu. Membincang ulama tidak bisa dilepaskan dari tempat dimana
mereka berperan. Maka makalah yang saya tulis ini akan menyoal
tentang keulamaan, kebangsaan,dan kekinian. Tetapi akan lebih
difokuskan lagi pada sisi keindonesiaan.Persoalanberbangsadan
bernegarasaatini masih sangaturgen untuk diperbincangkarykarena isu kelunturan patriotisme dan nasionalisme yang mengarah
(ataupaling tidak menjadi faktor utama)radikalismedan separatisme yang hangat kembali ke permukaanwacanapublik (Freedman
2006,Makin 2009,2010,2011).
Keulamaanberkonteks kebangsaan

Jauh melampui dari lembagaresmi ulama Indonesia(MUI),
peranulama dalam perjalananpeletakanbatu fondasiIndonesiatak
terabaikan.PadadasarnyamasyarakatIndonesiaitu sendirireligius,
dan juga religiusitassudah menjadi faktor yang rnelekatpada diri
masyarakatini jauh-jauh hari sebelumkemerdekaan.Relasiantara
Timur Tengah(terutamaMesir denganUnivesitasal-Azhamya dan
saudi Arabia denganlegitimasigeografisnyasebagaisumber Islam
awal) dan Nusantara(Laffan,2003;Azra2004)pada masapra-kolonial dan kolonial Belandamembuktikan bahwa keagamaansudah
menjadi formula tersendiri yang mempunyai pengaruhkuat dalam
budaya dan kemasyarakatan.
Fatwa ulama sering menjadi acuan ketika persoalanmasyarakat, baik masa kolonial maupun kemerdekaan.Fatwa Sayyid Utsman (Kaptein1997,2007)dalam kebijakanpemerintahBelandaterhadap pemerintah Indonesia menunjukkan bahwa fatwa bukanlah
monoton persoalan ritual praktis.Tetapi persoalan politik dan lainlain yang aktual dalam kehidupan nyata juga terkait fatwa. Sayyid
Utsman menasehatipara ummat Islam pribumi agar bekerjasama
dengan pemerintah kolonial Belanda,yang dipandang sebagaipe-

FATWA MAIELIS ULAMA INDONESIA DALAM
SOROTAN

429


merintahan yang sah karena melindungi kepentingan
umat Islam.
Terserahdari sudut mana mata memandang, apakah
merihatnya
sebagai sebuah pengkhianatan nasionalisme, atau
sebuah pan_
dangan berbeda dari kaum terjajah terhadap penjajah. yang
jeras
fatwa relasi Belandadan pribumi menunjukkan kepentingan
fatwa
itu sendiri yang bisa dimanfaatkan sebagaiwahana
politik.
Ketika, dan bahkan sebelumnegaraIndonesia didirikary
perdebatanantarakaum Nasionaris,sosialis,Marxist, dan
Isramistelah
mengemuka.Ini menyangkutperan agamadan negara,
apakahke_
duanya merupakanentitasyang menyatu, atau pemisahan
antara
unsur politik dan moral. BangsaIndonesiamemang tidak

secarategas menyatakanpemisahantotal, sebagaimanayang
dikonsepkan
masyarakatEropaatauAmerika.
Sekularismefotal, seperti yang terjadi di Turki, bukan
tuiuan
para pemimpin kala itu. para pemimpin bersediakompromi
antar
berbagaifaksi yang mempunyai pandanganberbeda,
baik dari me_
reka yang terdidik tradisional di rimur Tengah maupun
mereka
yang terdidik ala Belanda.pendidikan Barat itu terjadi
karena im_
pas politik Etis, barasBudi, dorongan kuat dari faksi
Liberar Belanda di parlemennyasana.
Patut dicatatbahwa penggunaanagamasecaraberlebihan
di
ruang pubiik sejakawal telah menjadi ajangkritik baik
oleh kaum
Nasionalisatau Islamis.Keputusanuntuk memilih pancasila

sebagai dasarnegara,yang tidak terralusekulersekarigustidak
agamis,
merupakanpolitik jalan tengah.Ini kadangseringrnemicu
berbagai
interpretasi yang tidak monoton. Kita semua masih membuka
diri
untuk urusan interpretasi pancasila(Driyarkar a 2006,Ismail
2004).
Sampaikina sejauhmana pemisahanagama dan negara,
mo_
ral dan politik, iman dan kenegaraan,masih layak untuk
diperdebatkan. Namury kaum Islamis, dengan keyakinan agama
mengatur
negar4 tidak bisa lagi memasuki wilayah kenegaraan.
Jelassekari,
bahwa politik mempunyai logika sendiri yang berbeda
dengan

430


BAGIAN KETIGA: ANALISIS PERAN SosIAL BUDAYA DAN POLITIK MUI

iman dan agama adalah formulasi yang bisa dikatakan telah diterima oleh rakyat Indonesia(Sjadzali200g).
Politik adalah bidang manusiawi yang bersifat sementaradan
cepat berubah. Agama adalah pesan morar langit yang hakiki dan
tidak perlu menyokong kepentingan sesaatdari politisi. publik pasca-reformasi,tentunya, sangatjeli melihat dan mengkiritisi pengggunaan agamadalam ranah politik (Makin 20A\.
Agama tidak bisa lagi dijadikan alat penopangkekuasaan,sebagaimanayang terjadi di Eropa abadpertengahanataumasakerajaan-kerajaandi Nusantaradari Majapahit,Demak,maupun Mataram. Candi dan istana,masjid dan istana,dan gerejadan parlemery
tidak bisa menyatu dalam sistem pemerintahan.pun kekuasaan
tidak bisamengatasnamakanagama.
Keduanya; agama dan politik, mempunyai cara tersendiri
untuk menyampaikanpesan. pesan politik jelas, terutama dalam
kontek kontestasidemokrasi saat ini, yakni untuk menarik massa
sebanyakmungkin, guna meraih simpati publik dalam ajang per_
tarungan dalam prosedur demokrasi jujur dan teruji. sementara
itu, agama adalah alat kontrol moral, memberi wejangan norma
dan dogma tidak pandang bulu apakah itu untuk penguasaatau
untuk rakyat.Agama tidak bisadigunakan sebagaidalil kekuasaary
karena itu sungguh menjerumuskan.Agama tidak bisa dijadikan
alat propagandapemerintah.Tetapi agamamemberi petunjuk mo_
ral kekinian yang jujur dan ikhlas.

Keunikan Indonesiayang berpancasilaadalah tetap dipertahankannyalembagaagama,seperti KementrianAgama dan Majelis
Ulama, yang tetap memegang peranan penting dalam bermasyara_
kat. Dua lembaga yang mewakili aspirasi umat Islam sejak lam4
yang kini juga patut dipikirkan ulang tentang peta, kiprah, dan
masa depan keduanya.
Departemen Agama telah menunjukkan prestasinya dalam
menggodok ide progresif dalam ranah pendidikan, dimana para

FATWA MAIELTS ULAMA TNDONESTADALAM SOROTAN

4g1

sa4anaprogresif Muslim terlahir dari rahim pendidikan tradisional
dibawah naungan kementrian ini, dari pesantrerymadrasatr,
sampai perguruan tinggi Islam. suatu har yang tidak mungkin didapati
di negara Muslim manapury pemikir progresif seperti Nurcholish
Madjid, Abdurrahman wachid, Ahmad wahib, Munawir sadzari,
Mukti Ali, Harun Nasution, Azyumardi Azra,Komaruddin Hidayat, dan lainlain telah lahir untuk melihat kembali tradisi keagamaan secarakritis. Perpaduanantaramodernitasdan tradisionalisme,
agama dan pengetahuary spirit morai dan intelektual dilahirkan
oleh para pemikir Muslim Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, kritik terhadap tradisi keagamaan
yang paling tajam tidak dilahirkan dari lembagamanapurykecuari
lembaga Islam itu sendiri. para cendikiawan dan intelektuar
terkemuka Indonesia'tetapmempertahankanafiliasinya pada IAIN/
STAIN/UIN dengan tetap memegang tradisi keagamaarynamun
kritis terhadap prakteknya. Mereka berdiri pada garda depan
penafsiranulang teks dan tradisi keisramanIndonesia.Karva-karva
yang layak dikaji dari bidang pemikiran Islam, seperti}{urrr,
Nazution (1986),sampaitafsir sepertieuraisy Syihab.
Dari Madrasah, pesantreryhingga perguruan tinggi Islam,
.
tradisi khas keindonesianlahir, dimana agama dan tradisi lokal
diramu menjadi identitas Islam tersendiri, yang berbeda dengan
Islam yang berkonteks Timur Tengatr,India, maupun pakistan.
Tugas para ulama dan cedikiawan sejak awal telah mengarah pada
penciptaandan sokonganterhadappilar tradisi keindonesiaanitu
sendiri (Dhofier 1999,L98S).
Namun, akhir-akhir ini tradisi itu menyurut, karena sisi negatif dari reformasi yang terbuka, sehingga munculnya kelompok-kelompok yang akan menutup keterbukaan itu sendiri. Ironis,
sebuah gong kebebasan telah mendorong kelompok-kelompok
anti-kemerdekan, termasuk kemerdekaan berfikir dan kritis.

]ika
kelompok itu mendapat angin segar, tak ayaf kemerdekaan dan

432

BAGIAN KETIGA: ANALISIS PERAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK MUI

kreatifitas manusia Indonesia akan diberangus.
Keulamaan dan kebangsaanmerupakan ciri khas Indonesia,
dimana berdirinya NU dan Muhammadiyah (yangjuga dalam konteks kebangsaanbersama dengan Budi Utomo, Syarikat Islam, dan
lain-lain), dengan semangatIslam dannasionalisme awal abad dua
puluh, telah mengawali berdirinya Indonesia itu sendiri.
Pada masa puncak nasionalisme,masa akhir pendudukan
Belanda di Indonesia, dan datangnya Jepang di bumi ini, Islam
dan kebangsaanmencapaititik puncak. Tjokroaminoto(1963)telah
menunjukkan ramuan tersendiri, dimana menurut keyakinannya
Islam dan sosioalismebisa dijadikan rumus baru dalam mengentaskan nasib umat. Tjokroaminoto menggarisbawai pentingnya
interpretasipesanIslam secarasosialis,dimana prinsip kesetaraan
dan keadilan dikaji ulang dengan bahasaMarxist dan Hegel kala
itu. Ramuan ini menjadi penopang generasiselanjutnya,dimana

peran ulama dan cendikiawansekular berusahadiramu, dan telah
melahirkan tokoh agama dan nasionalissemisalNatsir, Soekarno,
Sjahrir, dan Moh.ammadHatta.
Pada masa Soekarno, Islam bahkan berusaha disatukan
dengan komunisme dan nasionalisme,rumusan unik yang telah
lama dimulai pada masa muda Soekarnosebagaiintelektual muda
yang belum berperan rnaksimal sebagaipolitisi. Namun konsep
ini gagal.Patut pula dicatat bahwa Soekamo sendiri mempunyai
tradisi Muhammadiyah dan Islam modernis yang kuat. Tulisantulisan awal Soekarno muda menyuratkan ifu, bahwa keislaman
yang kritislah yang dipilih. Soekarnomengkritisi penggunaan tabir
memisahkankaum wanita dan pria, juga kekolotan para pemimpin
agamadi desa(1965).
Pada masa Soehartolab MUI didirikan, yang sebetulnya hanyalah peresmiandari peran ulama dalam bermasyarakatdan bernegara.Soehartosendiri mempunyai agenda politik dimana disitu
diharapkan peran keulamaan tidak hanya mewarnai kebangsaan,

FATWA MAJELIS ULAMA TNDONESIA DALAM SOROTAN

433

tetapi juga mendukung agendapolitik rezim yang berkuasasehingga radikalisme dan separatismebisa ditepis dengan dilembagakannya fungsi keulamaan. Tampaknya,terlepas dari sejauh mana keberhasilan kelembagaanulama itu sendiri, fungsi ini bisa dibilang

berhasildan bisa tidak. Keduanyamempunyai catatantersendiri.
Urgensi Kebangsaan
Faktamenunjukkan dari sekianfatwa yang dikeluarkan oleh
MUI banyakmenyangkut persoalandasar akidah, syariahbahkan
fiqh, yang merupakan bagian sempit dari Islam yang luas bagai_
kan bahari pasifik. Islam dan keilmuwan keislamansangatlahluas,
sehingga manuskrip-manuskrip abad pertengahan yang belurn
tergarap bertumpuk-tumpuk di situs-situs penting Timur Tengakr,
seperti Suriah,Mesiq,Bagdad,yaman, Marocco,bahkan Kordoba.
Manuskrip-manuskripitu, yang sebagianbesartersimpandi museum dan perpustakaanJerman,Inggris,dan Amerika, menunjukkan
kekayaankeilmuwan keislamanyang tak terbatas.Mungkin kita
mengakseskura.g dari sepuluhpersendari yang ada.yang terbaca
dan terakseskita sangatsedikit,hanya fiqh ciansyariahyang kebebr-rlan
berkembangdi Nusantarayang kebeturanbermazhabsyafii
dan ahlussunah.Islam Indonesiamerupakansecuil dari gambaran
mozaik Islam dunia yang kaya.
walaupun fatwa tentangfiqh tenfu bermanfaatdalam menerangi keberagamaanmasyarakatsecaraluas. Namun peran MUI
sendiri dipersempitdari visi kebangsaanmenjadi visi kepentingan
politik, jebakan yang kadang tidak mudah dikbnali apa yang dimaksud dengan kebangsaanitu dan bagaimana membedakannya
dengan kepentingan politik itu sendiri.
Kebangsaanadalah pengertian luas dan jangka panjang. Ke_
bangsaanberarti tidak memihak partai politik tertentu, juga kepentingan sesaatseseorangatau suafu partai, namun memberi fondasi
dan konsep yang bisa dioperasikan oleh semua fihak. Keba^gsaan
adalah pengorbanan yang tak temilai karena memikirkan jauh ke

,

434

BAGIAN KETIGA : ANALISIS PERAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK MUI

depan tentang nasib bangsa ini, melampui politik kekinian. Kebangasanbukan kepentingan untuk menduduki jabatan politik tertentu, atau keunfungan politis tertenfu demi menopang kekuasaan.
Kebangsaan telah dicontohkan formulasi awal dan perjuangan
Budi Utomo, Syarikat Islam, sampai Masyumi awal. Rasanasionalisme merekatidak sertamerta bekepentingankekuasaan.Bahkan
dari segi kekuasaanmereka tidak sempat mengecapkenikmatan
kemerdekaanini.
Dalam konteks kebangsaansaat ini, ambilah contoh, lunfurnya rasapatriotismesejakmasareformasiyang merupakan agenda
utama. Ini mungkin peran yang bisa dimainkan oleh MUI, disamping Kementrian Pendidikan nasional dan Kementrian Agama.
MUI bisa mengambil sikap dan mendukung kembali program
pengertiankebangsaanpada level publik, sementarapada lembaga
pendidikan dasar dan tinggi dimainkan oleh dua kementrian tersebut.
Radikalismedan fundamentalismeyang melahirkan kekerasan, sepertipembunuhanmassal,denganpengebomanbunuh diri,
yang tertopangoleh pemaknaandoktrin sempitjihad, juga menggejala. lrdonesia merupakanbagian dari negara-negaraMuslim yang
menjadi korban dan sebagainkecil jumplahnya menjadi pelaku kekerasanmengatasnamakan
agamadan meminjam nama mayoritas
Islam yang cintai damai dan moderat.
MUI sekali lagi perlu lagi menegaskan peran pentingnya
identitaskebangsaan,karenatindakan kembali ke semangatkeislaman konteks tertentu diluar konteks Indonesia lah yang menjadi
penyebabfundamentalisme-Lahimya fanatisme adalah penegasian
konteks Indonesia dan kebangsaarysehingga menghilangkan jati
diri dan percayadiri.
Dalam berbagai pandangary MUI hendaknya memisahkan
kepentingan sesaatpolitik, dan fatwa yang mengandung kepentingan politik, tetapi fokus pada jangka panjang. Karena ombak

FATWA MAIELIS ULAMA INDONESIA DALAM SOROTAN

435

kebangsaansaat ini sedang surut. MUI bekerjasamadengan para
intelektual dan para politisi lintas partai bisa mengukuhkan kembali komitmen dan patriotisme masyarakatterhadap kontrak kenegaraandan kebangsaanini.
Perlu dicampkan bahwa Indonesia adalah tempat dimana
berbagai ras, etnis, agama/ kepercayaarydan aliran bemaung, se_
rnua harus mendapattempat yang teduh dan damai. MUI bisa menegaskansernangatini kembali,denganmendukung rasa toleransi
terhadapperbedaandan jalan damai sebagaisorusi.Bukan seperti
yang diproklamiskan dalam berbagaidemonstrasiorganisasiyang
suka menampakkankekuatan di jalan-jalandan Bunderan Hi Jakarta, seperti FPI, HTL dan lain-lain.
Rasa kebangsaanbisa juga diteguhkan untuk menegakkan
praktek politik bersih dan sehat,seperti memerangikorupsi yang
sampaisaatini masih belum menemukanformulasi yang jelas.Tentu sajatidak hanya mengeluarkanfatwa haramnya dan mudaratnya
korupsi pada umat dan para pemimpin politik, tetapi juga menyangkut strategisertadukungan nyata dan moral pada upaya pemberantasankorupsi. Praktek korupsi sudah pada berbagailevel di
masyarakatIndonesia,dari pemerintahdesasampaipusat, dan ini
bukan suatu rahasiayang perlu ditutup-tutupi. Indeks korupsi Indonesia,sebagainegara Muslim terbesardi dunia yang tentu ini
memalukan,sangatlahtinggi. Dari jalan sampaigedung parlemen.
Siapapundenganmudah meneliti dan menjumpaipraktek penyuapan, jual beli kebijakan,dan pelanggaranmoral.korupsi demi jalan
pintas yang serbainstant.
Kebangsaanyang telah lama diperjuangkan oleh para pemimpin agama kita sendiri, dari Ahmad Dahlan, Hasyim Asy,ari,
Tjokromanoto, M. Natsir, sampai Rasjidi, bisa dihidupkan kembali.
Dengan begitu identitas Islam Indonesia tertuang kembali dan layak untuk ditafsirkan ulang.
Krisis politik yang terjadi pada saat Suharto turun dari sing-

436

BAGIAN KETIGA: ANALISIS PERAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK MUl

gasana kekuasaan juga mengarahkan pada krisis ekonomi, yartg
pada gilirannya menyebabkan krisis multidimensi, yang sangat
mengkhawatirkan adalah krisis identitas bangsa. Dan ini sungguh
terjadi. Gerakan-gerakantrans-nasionalisme,seperti Jemaah Islamiyatr, yang berusaha mendirikan pemerintahan islam lintas negara dengan mengembalikan konsep simplistis khilafah abad tujuh
Islam awal adalah contoh konkrit bagaimana krisis identitas telah
tergerus.Islam Indonesia terlihat tidak percaya diri lagi dengan
keindonesiaannya.Mereka berusahamencar justifikasi kebenaran
dari Timur Tengah,dan kembali pada masa lalu. Ini adalah solusi kelam yang akan membawa umat mundur ke belakang,bukan
maju ke masadepan.
PenafsiranUsul Fiqh, Tasauf,Filsafat,Sastera,dan berbagai
ilmu keislaman diingkari denganjalan simplifikasi ke teksAl Quran
dan Sunnahsecarasempit.Jalandan ijtihad para ulama terdahulu
tidak lagi dilihat, tetapi dilewati dengan keyakinan bahwa Pemahaman teksmereka diyakini paling benar,denganpuia mengesampingkan pemahamankelompok lain yang mungkin berbeda'
Ketika konflik antara Islam dan Kristen teriadi di Ambon,
sekelompokumat Islam meminta fatwa Jihad pada ulama Timur
Tengah.Inilah krisis yang dimaksud. Bagaimanamungkin ulama
Timur Tengah mengetahui kondisi Maluku dan Ambon? Bagaimana mungkin mereka mengeluarkan fatwa hanya berdasarkan
teks sematatanpa memahami kondisi sosioiogiumat? Bagaimana
mungkin pengalaman Timur Tengahyang sangat berbeda dengan
Indonesia bisa menjadi fatwa yang relevan? Mengapa pula umat
Islam Indonesia tidak percayadiri untuk meminta fatwa Ulama Indonesia sendiri? Apakah Islam Indonesia lebih rendah nilainya dari
Islam di Timur Tengah?Apakah ulama Indonesia kualitas ilmunya
dibawah ulama Timur Tengah?
Tentu itu semua menunjukkan ketidakpercayaandiri Muslim
dan ulama Islam Indonesia. Padahal dari zaman pra-kolonialisasi

FATWA MAIELIS ULAMA INDONESIA DALAM
SOROTAN

437

Belandasampai reformasi, banyak pemikir, intelektual,
dan urama
Indonesia dilahirkan dari berbagai pulau, dari
Minangkabau, Madura, Yogyakarta,Jakarta,sampai Sulawesi.
Nama seperti Hamzah
Fansuri, Kyai Kholil, Hasan Besari,Nurchorish
Madjid, Munawir
Sadzali,Mukti Ali, Hamka, Saifudin Zuhri, dan
sebagainyasering
dilupakan dan lebih suka mengutip pendapat
ulama Mesir dan
saudi' sungguh mengkawatirka., tidak menghargai
ijtihad bangsa
sendiri,namun merujuk bangsaasing.
MUI bisa berperanmengembarikansemangatkeindonesiaan
padaumat Islarndi negeriini. peranyang diambil
adalahmengingatkan kembali petuah dan sejarahislam di Indonesia
yang sudah
panjang.ResepIslam dan tradisi lokal Indonesia
yang kaya, dari
sabangsampai Merauke menandakankekayaar,
ya'g1at ternilai.
NU dan Muhammadiyah sebagaipenopanghadisi
Isram rokar Indonesiadan penjagautama Islam berkonteksNusantara
bisa terus
berperandengansokonganMUI.
Faktakeragaman
Keragarnan(bhinnekaatau diversity) adarahtakdir
,
Irahi yang
tidak mungkin diingkari. Justifikasidari ayat
Ar euran maupun
tekslai'menggrulung (e.Ar-Hujurat 49:L4).Alrah
tidak menciptakan satu bangsasaja,tetapi berbagaiwarna kulit,
keyakinaryaga_
ma, tradisi, budaya dan peradaban.Indonesiaadalah
bukti nyata
ciptaan Allah yang serbabhinneka,yang kebetulan
tertera dalam
lambangburung garudayang perkasa.Tidak mungkin
umat manu_
sia dipaksa memeluk agama dan aliran yang sama,
tidak mungkin
pula agama yang satu melahirkan satu mazhab.
Islam sendiri dilahirkan dengansemangatdialog antara
Isram
dan agama lain, juga antara berbagai aliran dalam
Islam sendiri.
Berjuta-juta,atau paling tidak beribu-ribu aliran dalam
satu agama,
termasuk dalam agama Islam. Tidak semua aliran
bertahan hidup.
Dalam bidang kalam kita mendengarmazhabMu'tazilah
yang telah
sima. Dalam Ahlussunah banyak ragi arirary seperti
vutrriaiyat,

438

BAGIAN KETIGA: ANALISIS PERAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK MTI]

dan Asyariyah. Dalam bidang Filsafat kita sudah tidak mendengar
lagi aliran Platonis maupun Neo-Platonis yang dikembangkan Al
Farabi, Ibn Sina, Ibn Rushd, Al-Suhrawardi dan lain-lain. Namun
mungkin aliran itu masih hidup di sebagain filosof Syiah di Iran
semacamMulla Sadra dan para penerusnya.Banyak sekali aliran,
banyak pula yang tidak bertahan. Ini bukti dari keragaman dalam
Islam itu sendiri (Nasution 1986).
Indonesiamenjadi saksi ini semua, dari sisi sosiologis dan
juga keyakinan filosofis para pendiri bangsaini. Negeri yang terdiri
dari lebih seribulima ratus pulau, tujuh ratus dialeks,dan tiga ratus
bahasa,sangatlahragam.Betul Islam merupakanagamamayoritas.
Namun sejakawal perdebatanteologi,hukum Islam,dan ritualistik
tidak pemah berhenti.Kita bisa merujuk bagaimanSunan Kalijaga
dan para wali lainnya berdebat dengan Syekh.SitiJenartentang bagaimanaperan tasaufdan syariahdalam memperkenalkanIslam di
Jawa(Mulkhan). Perdebatanitu kebetulan,baik itu secaramitologi
maupun historisyang keduanyabelum teruji faktualnya,dimenangkan oleh orientasifiqh. Namun tasaufsebagaigerakan awa.lIslam
Indonesiatidak pernah sirna dan pupus. Sunan Kaljaga sendiri tetap menghargaitradisi cianseni local Jawa,dari wayang, gending,
gamelan,dan lain-lain.Terbukti berbagaibentuk arsitekmasjid dan
bagaimanritual berbaur dengnatradisi lokal tetapbertahanhingga
kini. Salawatan,yasinaryKasidahan,dan berbagaiseni terinspirasi
dari khazanahkeislamanberbaur dengansemangatkeislaman.
Namun fatwa MUI tentang Penegasian pluralisrne agama
telah memicu kesalahfahamantentang makna keragaman sebagai
cipataan sang Kraliq itu sendiri. Keragaman dimaknai sempit sebagi talfiq atau bidah, dari sisi fiqh. Bukan dimaknai sebagaikenyataan sejarahdan sosiologi dari umat manusia itu sendiri. Disinilah
kelemahan orientasi fiqh yang selamaini mendasari fatwa ini, dan
mungkin fatwa yang lainnya. Islam tidak hanya terdiri dari fiqh,
tidak semua persoalan yang dihadapi Islam Indonesia bisa disele-

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM SOROTAN

439

saikan hanya dengan jalur fiqh. Banyak sekali pengetahuan yang
telah dikembangkan oleh umat Islam sejak awal dilupakan. Ibn
Khaldun telah mengembangkan dasar-dasarSosiologi, namun ini
tidak sempat difahami, atau lebih mendapat apresiasi dari masyarakatBarat.
Orientasi halal dan haram kadang menyebabkan perspektif
sempit, dan sering mengesampingkan berbagai faktor kompleks
dalam kehidupan. Memang halal dan haram sangat bermanfaat
karena logika simplistiknya. Namun tidak semua persoalanbissa
diselesaikan dengan halal dan haram. Juga, jangkauan itu seharusnya dikembangkan meliputi, paling tidak, maqasid syariah dan
lain-lain. sehingga filasafat hukum Islam yang bisa memperluas
pandangan tidak dikesampingkan hanya dengan fatwa halal dan
haram. Dunia ini tid.ak terdiri dari boleh atau tidak boleh, tetapi
lebih rumit dari bayangankita. Alrah tidak menciptakandunia ini
dengan cepat dan sekejap,tapi menurut sabda SayyidinaAli, se_
karang pun Allah tetap meneruskanprosespenciptaanitu sendiri,
termasuk menaikkan seseorangdalam podium unfuk berbicara,
dan mendiamkan para audiensunfuk mendengarnya.
Begitujuga fatwa tentangkehadiranjibril berkait erat dengan
kemunculanaliran baru Lia Aminuddin mungkin bisa didekati dari
sisi lain, tidak hanya dari sisi dogmatik.Memang terjadi perbedaan
itu sendiri antara Lia dan salamullahnya dengan ajaran arus utama
Ahli sunnah bermazhab Imam syafii di Indonesia. perbedaan itu
adalahperbedaarybukan sesuafuyang harusmengarahpada tindakan anarkhis. Itu seharusnya.Kenyataannyalain. sekali lagi, tidak
mungkin aliran-aliran itu dituntaskan dan diselesaikan dengan
melarangnya. Pemahaman teologi bukan satu-safunya cara menghentikannya, jika memang harus dihentikan. Faktor lain, seperti
semangattoleransi, menghadapi perbedaan,norma dan etika ketika kita berbeda adalah persoalanrain dan membutuhkan kebijakan
lain. Memang beful MUI sama sekali tidak menyarankan ummat

440

BAGIAN KETIGA: ANALISIS PERAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK MUI

secaratersirat untuk memoiokkan Lia Aminuddin dan Salamullah
dengan kekerasan.MUI samasekali tidak memilih jalan kekerasan.
Itu bukan ciri khasnya. Namun dampak dari fatwa tersesatnyaitu
menimbulkan polemik panjang dan bahkan kadang digunakan justifikasi oleh kerusuhan horisontal.
Tentang Ahmadiyah dan berbagai kontroversinya juga merupakan bukti bahwa tersesatdan tidak tersesatnyasebuah aliran,
dari kacamatahalal dan haram,sulit menyelesaikanpersoalandari
ragamnya budaya dan tidak mungkin (mungkin harapan yang terbersit) menyeragamkanfaham, teologi, dan aliran dalam konteks
Indonesia.Apakah sebuahaliran itu patut disesatkandari segi dogma dan teologi mungkin terjadi,namun dampak dan aksespenghakiman (takfir) bisa berbuntut pada akibat yang tak terprediksi. Berbagai tindakan kekerasanterhadap pengikut Ahmadiyah dan juga
pengrusakanmasjidnya merupakan anarkhismeberbahaya yang
mungkin tidak berhubungan secaralangsung dengan fatwa MUI.
Namun fatwa sering disalahgunakanuntuk membenarkantindakan anarkhis itu sendiri. Maka penjagaankeragamanperlu sikap
yang bijak untuk mencapaiharmoni antar aliran dalam Islam sendiri dan juga antaraIslam dan agamalain. Sangatlahrelevanmengingat pesan cendikiawan Muslim yang pernah dipercayamenjadi
Menteri Agama di masa Soeharto,Mukti Ali, bahwa perlunya agresetujudalam ketidaksetujuan (1'974).
ementin disagreement,
Simplifikasi hitam putih, yang sering dijadikan pedoman ltebanyakan dari kita, karena itulah jalan mudah yang mungkin cepat
difahami, sering mengarahkan kita pada keterjebakan dan keterpurukan kita pada pemahaman dunia ini sendiri sebagai ciptaan
Sang I(haliq yang rumit. Dunia ini tidak sesederhanayang bisa kita
lihat dengan mata kasat, karena ilmu pengetahuan membufuhkan
berabad-abaduntuk menerangkansebetulnyadunia ini terdiri dari
partikel apa, dari segi kimiawi, astronomi, dan sosiologi. Ilmuwan,
cendikiawan, filosof dan ulama, melakukan berbagai percobaan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESTA DALAM SOROTAN

44-t

untuk menerangkan dunia ini, dari Uthman ibn Al Bahr Al lahiz,
Al Biruni, hingga Prof. Abdussalarn.Maka sikap hitam putih, jika
tidak iman lalu kafir, jika tidak surga tentu neraka,perlu sekali lagi
dilihat ulang. Dunia sangat ragam dan keragaman itu sendiri adalahtaqdir. Kita sebagaimakhluk harus tetap rendah hati dan menerimanya, dan berusaha memahaminya tanpa menganggap pemahamangolongandan diri sendiri yang paling benar.
Kekinian
Persoalankekinian menyangkut perkembangan teknologi
dan pengetahuanyang begitu cepat dalarn konteks globalisasi.
Keulamaanharus menjawab tantanganini. Bagaimanamoral dan
normajuga menjawabtantanganyang munflrl dalam konteksantar
bangsa.
Indonesia sendiri adalah bagian dari globalisasi dimana
penyebaran Islam Indonesia tidak hanya di burni Nusantara, kas-"

rena rnobilitas manusia yang bertambah tinggi. Para rnahasiswa Indonesia bermukim di berbagai pelosok dunia, yang mana mereka
masih aktif menjalankan Islam dengan konteks yang berbeda. Fatwa-fatwa tentang perbedaan budaya dan konteks tentu merupakan
sumbangan ijithad yang berharga bagi mereka.
Begihr juga Indonesia adalah tempat bagi siapa saja, baik itu
penduduk asli Indonesia yang sudah ragam, maupun mereka yang
datang ke Indonesia unfuk tujuan wisata, karir, dan kerjasama antar negara. Tentu konteks Islam Indonesia tidak lah monoton.
Kembali ke jati diri ulama Indonesia
Sebagai penyimpul

dari pencarian filosofis historis ini, kita
kembalikan lagi semangat awal kebangsaan kita dalam wacana
keulamaan yang akan memberi maslahah bagi ummat Islam Indonesia pada khususnya, dunia Islam pada umumnya, dan manusia
itu sendiri dalam berperadaban dan berbudaya. Semangat keindonesian dalam konteks berislam dengan peran penting ulama berwa-

442

BAGIAN KETIGA: ANALISIS PERAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK MUI

wasan keindonesian akan mampu menyumbangkan suatu jati diri
yang kokoh. |ika kita berislam keindonesian (Madjid 1995),berulama keindonesian pun mungkin adanya. Ijtihad ulama Nusantara
patut juga diberi perhatian. Islam bukan hanya seperangkat doktrin, namun Islam adalah sumber ilmu pengetahuan dimana para
cendikiawan dan ulama melahirkan pengetahuan (Kuntowijoyo
2005).Keilmuwan yang dibangun ulama Indonesia, semisal fatwa
MUI, hendaknya juga dengan samangat keragaman, patriotisme,
sosilogis,dan historis bangsaini. Sangatpenting menegaskankembali keulamaanyang berbasiskebangsaan.[]

Li

FATWAMAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM SOROTAN

443

Bahan Bacaan
Ali

Mukti A (1974) Agama dan Pembangunandi lndonesia. Jakarta:
Biro Hubungan Masyarakat dengan bantuan Lembaga Lelitur

KeagamaanDepartemen Agama Republik Indonesia.
.
Ann Kull (2005)Piety and p olitics: N urchalishMadj id and his interpretation
of Islam in modern Indonesia.Lund : Dept. of History and
Anthropology of Religiory Lund University.
Azra, Azyumardi (2004) Theorigins of lslamic reformismin southeastAsia
: networksof Malay-Indonesiannnd Middle Eastern 'Lllama,in the
seaenteenth
and eightee'nth
centuries.Crows Nest, NSW, Australia :
Asian studies Association of Australia in associationwith Allen
& Unwin; Honolulu : University of Hawai'i press.
Dhofier, z (1999,1985) The pesantren tradition, the role of the Kyai
in the maintenanceof traditional Islam, trans. Tradisi pesantrery
studi tentang pandangan hidup Kyai. Tempe, monograph Series
Press.fakarta, Lembaga PenelitiaryPendidikan dan peneranp;an
ekonomi dan Soisal.
Driyarkara (2006)Karya lengkapDriyarkara, Esai-esai
filsafat pemikir yang
terlibatpenuhdalamperjuanganbnngsanya,
ed. A. Sudiarja,G. Budi
Subanar,Sunardi, T. Sarkim. Jakarta:Gramedia pustaka Utama.
yogyakarta:
Effendi, Djohan (2011) Pluralismednn kebebasan
berngama.
Interfidei.
FATWAMAJELISULAMAINDONESIA (1997)Fatwa Dewan pimpinan
MUI Tentang Malaikat Jibril Mendampingi Manusia, lakarta,22
Desember.
FATWAMAIELIS ULAMA INDONESIA (2005)pluralisme, Liberalisme,
DAN Sekularisme Agama. Jakarta: TMUNAS VIIMUI/1 1.
Freedmary L. Amy (2006)Political changeand Consolidation:Demouacy's
Rorky Road in Thailand, Indonesia,South Korea, and Malavsia
(New York Palgrave Macmillan).
Hosery Nadirsyah (2004) Behind the Scenes:Fatwas of Majelis Ulama
Indonesia (1975-1998)Journal of Islamic Studies, 15, no. 2: '1,47-

t'---

444

BACIAN KETIGA: ANALISIS PERAN SOSIAL BUDAYA DAN POLITIK MUI

179.
IchwarL Moch Nur (2005)'ulamao', State and Politics: Majelis Ulama
Indonesia After Suharto. IslamicLaw and Society,12,no.1,: 45-72.
Ismail, Faisal (2004). lslam ais-i-ais Pancasila, political tensions and
accommodationsin lndonesia 1,945-7995.Jakarta: Badan Litbang
Agama dan Diklat KeagamaanDepartemen Agama.
Kapteirg Ni co (1997)Sayyid UthmAn onthelegalvalidity of documentary
evidence, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 153, no:
L, Leiden, 85-102.
Kapteirg Nico (2007)Graeful to the Dutch government Sayyid Uthman
and the SarekatIslam in 1913in IslamicLegitiruacy
in aplural Asia,
ed. Anthony Reid and Michael Gilsnan. London: Routledge
Taylor and Francis Group.
Khaziq (2009) Islam dan Budaya Lokal, belajarmemahamirealitas agamn
dalammasyarakat.Y ogyakarta:Teras.
Kuntowijoyo (2005)Islam sebagaiilmu : epistemologi,metodologidan etikn.
Jakarta:Teraju.
Laffan, Francis (2003)lslamicnationhood
andcoloniallndonesia:theumma
belowthewinds.London ; New York : RoutledgeCurzon.
Madjid, Nurcholish (1,995)Islam agama kemanusiaan: membangun
tradisi dan aisi baru Islam IndonesiaJakarta : Yayasan Wakaf
Paramadina.
Majelis Ulama Indonesia.; Indonesia. Bagian Proyek Sarana dan
Prasarana Produk Halal (2003) Himpunan fatzna Majelis Ulama
Indonesia.]akarta : Bagian Proyek Sarana dan Prasaiana Produk
Halal, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI.
Makiru Al (2010) "Can the Ulema Council respond to the real issue"
Thelakarta Post (February 28)
Makiru AI (2010) "Disbanding Ahmadiyah costs the freedom of the
nation" Thelakarta Posf (September 17)
Makin, Al (2011) "Increased radicalism: the failure of moderate Islam"

l

f

FAT}VAMAIELIS ULAMA INDONESIA DALAM SOROTAN

44s

TheJaknrtaPost (May L6)
Makin, Al (2011) "The tale of an ungrateful nation called Indonesia"
TheJakartaPost (February 9)
MakiruAl (2011)"Pluralism versus Islamic Orthodoxy, The Indonesian
.
public debate over the case of Lia AminuddirU the founder of
Salamullah religious cult" I ournal of theInternational YaIelndonesia
Forum, Social Justice and Rule of Law: Addressing the growth of
a Pluralist Indonesian Democracy.
,
Makin, Al (2009) "Pope Benedict XVI and Islam: Indonesian Reactions
to the Regensburg

Address" Journal ot lslam and ChristianMuslim RelationllCMR [Francis and Taylor, Routledge, London],
vol.2O no.4, October:pp. 409421,.
Makin, Al (2011) "Inter-religious harmony and multiculturalism
education: A Study of A. Mukti

Ali's .thoughts," Fourth
International Indonesia Yale Forum, the Yogyakarta National
University, 27-28 June.
MUI, PENJELASAN TENTANG FATWA ALIRAN

AHMADryAH,

n.d.
NasutiorL Harun (1986).AkaI dan Wahyu dlam Islam.Jakarta:Penerbit
Univesitas Indonesia Press.
Sjadzali, Munawir

(2008) Islam dan tata Negara, ajaran sejarah dan

pemikiran. Jakarta: Penerbit Univesitas Indonesia Press.
Sukarno(L960 DibawnhBenderaReaolusi.Jakarta: Gunung Agung.
Tjokroaminoto, HOS (1963) lslam dan Sosialisme.Djakarta: Lembaga
Penggali dan Penghimpun Sedjarah Revo}.gii Indonesia',Endang
dan Pemuda.

ft

r

LEMBAR
HASIL PENII-A.IANSEIAWAT SEBIDANGATAU PEERREVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU
\
Keulamaan, Kebangsaan,dan Kekinian: Catatan Kiprah Sosial Politik
MUI di Indonesia. Tulisan dalam sebuah Buku Bunga Rampai berjudul
"Fatwa Majelis Ulama IndonesiaDalam Sorotan".

|udul Buku

PenulisBuku

Dr. Phil. Al Makin, S.Ag.,M.A.

IdenritasBuku

978-979-19509-2-3
a. ISBN
Cetakan1
b. Edisi
c. Tahun terbit
Juli2011
MajelisUlamaIndonesia
d. Penerbit
e. Jumiah halaman 19Halaman

KategoriPublikasiKaryaIlmiah
Buku (beri {padakategoriyang
tePat)

n

Buku Referensi
Buku Monograf

!

HasilPenilaianPeerReview:

Komponen
Yn.g Dinilai

unsur isi buku (20o/o)
b. Ruanglingkup dan kedalamanpembahasan

i
2.,

Yogyakarta,

?n't

( t4 ;; '_"il

IrY
L'{}?}

/*

t'rf:.

.1

r*\

{i

/Maret

20t4

/

{*'*'*-

u;,"'

'i
t

*t/

I-

lr

f
i

.[,

I

F

,'l !1'

/"rf '
{

Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah

198303
1 002
NrP.19530728
Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam

GATATAI{ PEN!LAt (PERESENST)
I(ARYA lLtlAH : BUKU / EDITOR BUKU

NO
I

2.

TJRAIAN
Kelenekrpan Unsur Isi Buku (2070):

I\[ILAI

(3070):
RuansLinskun dan KedalamanPembahasan

Kecukuoandan KemutahiranData./Informasi
dan Metodolosi(30%):

4.

KelenekaoanUnsur den Kualitas Penerbit (2070):

Total = 100 Vo

Yogyakarta
?//V/hry
Peresefrsf

LEMBAR
HASIL PENII-A.IANSEIAWAT SEBIDANGATAU PEERREVIEW
KARYA ILMIAH : BUKU
|udul Buku

Keulamaan, Kebangsaan,dan Kekinian: Caratan Kiprah Sosial Politik
MUI di Indonesia. Tulisan dalam sebuah Buku Bunga Rampai berjudul
"Fatwa Majelis Ulama IndonesiaDalam Sorotan".

PenulisBuku

Dr. Phil.Al Makin,S.Ag.,M.A.

IdentitasBuku

a. ISBN
b. Edisi
c. Tahun terbit
d. Penerbit
e. Jumlah halaman

KategoriPublikasiKaryaIlmiah
Buku (beri /pada kategoriyang
tepat)

E

tr

978-979-19509-2-3
Cetakan1
|uli2011
MajelisUlamaIndonesia
19Halaman

Buku Referensi
Buku Monograf

HasilPenilaianPeerReview:

Nilai Akhir
Y*g
Diperoleh

Komponen
Y"ttg Dinilai

7r
p3Lgnt}ll_d?} _kqLitlg
,_{'_Ke l_e_1_gk3
Total = (100o/o)

Yogyakart a, $YIar et 20I 4

rl

Dr.
,MA
N I P .1 9 6 s 1 I 1 14
2 001
Fak. Ushuluddin dan emikiran Islam

GATATAI{ PEN| LAt (PERESENST)
KARYA lLtllAH ! BUKU / EDITOR BUKU

URAIAN
KglenekapanUnsur Isi Buku (20yo):

( t|t \c0{\^ ilr,"r;,J,r/ Calct,v .
U[h$r,q
l.l

I

Ruans Linqkun dan Kedalaman Pembahasan(3070):

fvf',loJ ini rqs,abah^)Kr?rtV fouTL-Prt+'.r5
MUt \

9aya. tvt(sa*t inr
tnlo4{rr n. Mevrutr't+

\tbih bv i,-f^t 'inJ a.V ctrtV*' ctnt