MAKALAH KAPITA SELEKTA HUKUM ADMINISTRAS
MAKALAH
KAPITA SELEKTA HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA HUKUM LINGKUNGAN
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
Disusun Oleh: Satrio Aji Enggartyasto / 8111415238
Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang
Semarang
2017
i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ....................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
Pendahuluan ............................................................................................. 1
Pembahasan . ............................................................................................. 3
Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan .................................... 3
Bentuk Penegakan Hukum Lingkungan............................................... 4
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan .......... 7
Penutup ....... ............................................................................................. 8
Daftar Pustaka ........................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat dimana makhluk hidup dapat hidup dan
tinggal, sesuai dengan pasal 1 angka 1 Undang-undang nomor 32 tahun 2009,
“Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi
alam
itu
sendiri,
kelangsungan
perikehidupan,
dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” Hukum lingkungan sebagai
hukum atau aturan yang mengatur lingkungan memiliki peran yang penting
untuk menjaga melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
kerusakan dan/ atau pencemaran lingkungan hidup. Semua dapat dilakukan
dengan cara perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pegawasan, dan penegakan hukum.
Penegakan hukum lingkungan sebagai salah satu upaya untuk menjaga
kelestarian alam agar dapat dinikmati manfaatnya oleh para generasi yang akan
datang, harus dimaksimalkan dengan sebaik mungkin, sungguh-sungguh, dan
konsisten oleh semua masyarakat. Pentingnya menjaga konsistensi hukum
adalah karena hukum sebagai sebuah sistem selalu berorientasi kepada tujuan.
Hukum dapat diartikan sebagai perangkat aturan yang biasanya dituangkan
kepada dokumen tertulis yang disebut undang-undang.1
Hal ini bukan tanpa sebab, karena pembangunan ekonomi nasional
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
Tahun
1945
diselenggarakan
berdasarkan
prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Untuk menjamin kepastian hukum, rasa aman, nyaman, tentram, dan
membarikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatakan
lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian perlindungan terhadap
Dr. Martitah, S.H., M.Hum. Mahkamah Konstitusi “Dari Negative Legislature ke Positive
Legislature ? . hlm 5.
1
1
keseluruhan ekosistem , maka diperlukan instrumen hukum yang akan menjadi
landasan dalam penyelesaian sengketa. Salah satunya dalah dengan adanya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 yang karena kurang lengkapnya
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.
2. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk-bentuk penegakan hukum lingkungan ?
2. Bagaimana penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan ?
3. Tujuan
a. Mengetahui bentuk-bentuk dari penegakan hukum lingkungan.
b. Mengetahui penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa
kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam
segala aspek dan sesuai dengan kehidupan wawasan Nusantara. Dalam rangka
mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum
seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai
kebahagian hidup berdasarkan Pancasila. Oleh Sebab itu, perlu dilaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup,
berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Untuk itu dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang
serasi, selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang terganggu keseimbangannya perlu dikembalikan
fungsinya sebagai kehidupan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan
masyarakat dan keadilan antar generasi dengan cara meningkatkan pembinaan
dan penegakan hukum.
Pada saat melakukan pembangunan dengan memperhatikan pelestarian
fungsi lingkungan, kita dihadapkan pada kasus-kasus perusakan dan
pencemaran lingkungan. Hampir setiap hari media massa memberitakan
kerusakan lingkungan yang terjadi didaerah. Kasus-kasus lainnya yang tidak
sempat diberitakan, tentu masih banyak lagi. Sedang isu pokok Penegakan
Hukum Lingkungan sampai dengan sekarang ini masih berkisar pada masalah
pencemaran oleh pihak industri atau perusahaan, masalah pencemaran sungai,
masalah perusakan hutan. Selain itu beberapa faktor pengahambat penegakan
hukum lingkungan antara lain adalah :
3
Kurangnya Sosialiasi Kepada Masyarakat Terkait Hukum
Lingkungan,
Budaya Hukum yang Masih Buruk,
Infrastruktur Penegakan Hukum, dan
Infrastruktur Penegakan Hukum.
B. Bentuk Penegakan Hukum Lingkungan
Penegakan hukum lingkungan hidup adalah satu elemen penting dalam
upaya mencapai tujuan mengapa Negara Indonesia yang adil dan makmur.
Tujuan Negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, tujuan itu adalah
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa;
Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan social.
Penegakan hukum sendiri menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH
adalah “proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu
lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.”
Di Indonesia, regulasi yang mengatur tentang perlindungan hidup
diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam regulasi itu, ada 3 cara penegakan
hukum yang bisa dilakukan dalam upaya perlindungan lingkungan hidup.
Tiga penegakan hukum itu adalah :
Penegakan hukum administrative
Penegakan hukum pidana
Penegakan hukum perdata.
1. Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Hidup
Penegakan hukum administrasi menurut J. Ten Merge melalui 2
cara yaitu cara pengawasan dan sanksi administrasi. Pengawasan jika
4
kita lihat dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup
pengawasan
dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat.
Peran
pengawasan pemerintah dalam pasal 71 disebutkan dilakukan oleh
Gubernur, Walikota atau Bupati. Dalam pasal 71 angka 2 disebutkan
pula, peran itu dapat didelegasikan kepada pejabat berwenang. Adapun
peran pejabat yang diberi wewenang itu adalah :
melakukan pemantauan;
meminta keterangan;
membuat salinan dari dokumen dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
memasuki tempat tertentu;
memotret;
membuat rekaman audio visual;
mengambil sampel;
memeriksa peralatan;
memeriksa instalasi dan/atau alat
transportasi; dan/atau
menghentikan pelanggaran tertentu.
Sedang peran masyarakat menurut pasal 70 adalah :
pengawasan sosial;
pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
penyampaian informasi dan/atau laporan.
Sedang sanksi administrasi menurut pasal 76, Kepala Daerah
(Gubernur, Walikota dan Bupati) dapat memberikan sanksi
administrasi kepada pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi
yang diberikan menurut pasal 76 ayat 2 adalah :
teguran tertulis;
paksaan pemerintah;
pembekuan izin lingkungan; atau
pencabutan izin lingkungan.
5
2. Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup
Perturan pidana yang bisa menjadi dasar hukum penegakan hukum
lingkungan adalah Undang-Undang No. 39 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut ketentuan dalam Peraturan
tadi, ada perbuatan yang dapat dipidana oleh aparat penegak hukum.
Perbuatan hukum yang dimaksud berupa pelanggaran-pelanggaran
atas ketentuan yang diatur dalam undang-undang PPLH. Sedikitnya ada
7 ketentuan yang dapat menjadi dipidana jika ketentuan dilanggar oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Ketentuan yang dimaksud adalah :
Ketentuan tentang baku mutu
Ketentuan tentang rekayasa genetika
Ketentuan tentang Limbah
Ketentuan tentang Lahan
Ketentuan tentang Izin Lingkungan
Ketentuan tentang Informasi Lingkungan Hidup
3. Penegakan Hukum Perdata Lingkungan Hidup
Penegakan hukum lingkungan dalam perdata dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu :
Class Action atau Gugatan Masyarakat
Hak Gugat Organisasi
Hak Gugat Pemerintah baik itu pemerintah pusat dan daerah
Class Action atau gugatan masyarakat dalam UU PPLH diatur dalam
pasal 90. Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok
untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup. Gugatan dapat diajukan apabila terdapat
kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara
wakil kelompok dan anggota kelompoknya.
6
Hak gugat organisasi sendiri diatur dalam pasal 92 UU PPLH, hak ini
dapat diberikan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
C. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Dalam pasal 85 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, telah
dijelaskan mengenai tata cara penyelesaian sengketa lingkungan hidup di
luar pengadilan. Kesepakatan yang dapat dicapai dalam penyelesaian
tersebut adalah mengenai :
Bentuk dan besarnya ganti rugi
Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan perusakan
Tindakan
tertentu
untuk
menjamin
tidak akan
terulangnya
pencemaran lingkungan
Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup
Mediator dapat digunakan dalam penyelesaian sengketa lingkungan
hidup di luar pengadilan untuk membantu menyelesaikannya.
Adapunpenyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadialn tidak
berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup.
7
BAB III
PENUTUP
Penegakan hukum lingkungan sangatlah penting untuk dilakukan. Berbagai
cara dapat dilakukan untuk melindungi lingkungan agar selalu lestari dan
bermanfaat salah satunya adalah dengan kehadiran hukum itu sendiri. Selain itu
merupakan hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat, dimana hal ini telah ada pada pasal 28H Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penegakan hukum mungkin dapat berjalan dengan baik jika hanya aparatur
negaranya saja yang melakukannnya. Akan tetapi peran semua warga negara dalam
menjaga dan melindungi lingkungan adalah jauh lebih baik untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
8
DAFTAR PUSTAKA
Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi “Dari Negative Legislature ke
Positive Legislature ?”. Konstitusi Press: Jakarta.
Rangkuti, Sundari Siti. 2005. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nasional. Surabaya: Airlangga University Press.
Soemartono, Gatot P. 2004. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
Supriadi, 2006. Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar.
Jakarta: Sinar Grafika.
9
KAPITA SELEKTA HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA HUKUM LINGKUNGAN
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
Disusun Oleh: Satrio Aji Enggartyasto / 8111415238
Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang
Semarang
2017
i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ....................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
Pendahuluan ............................................................................................. 1
Pembahasan . ............................................................................................. 3
Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan .................................... 3
Bentuk Penegakan Hukum Lingkungan............................................... 4
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan .......... 7
Penutup ....... ............................................................................................. 8
Daftar Pustaka ........................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lingkungan merupakan tempat dimana makhluk hidup dapat hidup dan
tinggal, sesuai dengan pasal 1 angka 1 Undang-undang nomor 32 tahun 2009,
“Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi
alam
itu
sendiri,
kelangsungan
perikehidupan,
dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.” Hukum lingkungan sebagai
hukum atau aturan yang mengatur lingkungan memiliki peran yang penting
untuk menjaga melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
kerusakan dan/ atau pencemaran lingkungan hidup. Semua dapat dilakukan
dengan cara perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pegawasan, dan penegakan hukum.
Penegakan hukum lingkungan sebagai salah satu upaya untuk menjaga
kelestarian alam agar dapat dinikmati manfaatnya oleh para generasi yang akan
datang, harus dimaksimalkan dengan sebaik mungkin, sungguh-sungguh, dan
konsisten oleh semua masyarakat. Pentingnya menjaga konsistensi hukum
adalah karena hukum sebagai sebuah sistem selalu berorientasi kepada tujuan.
Hukum dapat diartikan sebagai perangkat aturan yang biasanya dituangkan
kepada dokumen tertulis yang disebut undang-undang.1
Hal ini bukan tanpa sebab, karena pembangunan ekonomi nasional
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
Tahun
1945
diselenggarakan
berdasarkan
prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Untuk menjamin kepastian hukum, rasa aman, nyaman, tentram, dan
membarikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatakan
lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian perlindungan terhadap
Dr. Martitah, S.H., M.Hum. Mahkamah Konstitusi “Dari Negative Legislature ke Positive
Legislature ? . hlm 5.
1
1
keseluruhan ekosistem , maka diperlukan instrumen hukum yang akan menjadi
landasan dalam penyelesaian sengketa. Salah satunya dalah dengan adanya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 yang karena kurang lengkapnya
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.
2. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk-bentuk penegakan hukum lingkungan ?
2. Bagaimana penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan ?
3. Tujuan
a. Mengetahui bentuk-bentuk dari penegakan hukum lingkungan.
b. Mengetahui penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Penegakan Hukum Lingkungan
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa
kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam
segala aspek dan sesuai dengan kehidupan wawasan Nusantara. Dalam rangka
mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum
seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai
kebahagian hidup berdasarkan Pancasila. Oleh Sebab itu, perlu dilaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup,
berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Untuk itu dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang
serasi, selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang terganggu keseimbangannya perlu dikembalikan
fungsinya sebagai kehidupan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan
masyarakat dan keadilan antar generasi dengan cara meningkatkan pembinaan
dan penegakan hukum.
Pada saat melakukan pembangunan dengan memperhatikan pelestarian
fungsi lingkungan, kita dihadapkan pada kasus-kasus perusakan dan
pencemaran lingkungan. Hampir setiap hari media massa memberitakan
kerusakan lingkungan yang terjadi didaerah. Kasus-kasus lainnya yang tidak
sempat diberitakan, tentu masih banyak lagi. Sedang isu pokok Penegakan
Hukum Lingkungan sampai dengan sekarang ini masih berkisar pada masalah
pencemaran oleh pihak industri atau perusahaan, masalah pencemaran sungai,
masalah perusakan hutan. Selain itu beberapa faktor pengahambat penegakan
hukum lingkungan antara lain adalah :
3
Kurangnya Sosialiasi Kepada Masyarakat Terkait Hukum
Lingkungan,
Budaya Hukum yang Masih Buruk,
Infrastruktur Penegakan Hukum, dan
Infrastruktur Penegakan Hukum.
B. Bentuk Penegakan Hukum Lingkungan
Penegakan hukum lingkungan hidup adalah satu elemen penting dalam
upaya mencapai tujuan mengapa Negara Indonesia yang adil dan makmur.
Tujuan Negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, tujuan itu adalah
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa;
Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan social.
Penegakan hukum sendiri menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH
adalah “proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu
lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.”
Di Indonesia, regulasi yang mengatur tentang perlindungan hidup
diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam regulasi itu, ada 3 cara penegakan
hukum yang bisa dilakukan dalam upaya perlindungan lingkungan hidup.
Tiga penegakan hukum itu adalah :
Penegakan hukum administrative
Penegakan hukum pidana
Penegakan hukum perdata.
1. Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Hidup
Penegakan hukum administrasi menurut J. Ten Merge melalui 2
cara yaitu cara pengawasan dan sanksi administrasi. Pengawasan jika
4
kita lihat dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup
pengawasan
dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat.
Peran
pengawasan pemerintah dalam pasal 71 disebutkan dilakukan oleh
Gubernur, Walikota atau Bupati. Dalam pasal 71 angka 2 disebutkan
pula, peran itu dapat didelegasikan kepada pejabat berwenang. Adapun
peran pejabat yang diberi wewenang itu adalah :
melakukan pemantauan;
meminta keterangan;
membuat salinan dari dokumen dan/atau
membuat catatan yang diperlukan;
memasuki tempat tertentu;
memotret;
membuat rekaman audio visual;
mengambil sampel;
memeriksa peralatan;
memeriksa instalasi dan/atau alat
transportasi; dan/atau
menghentikan pelanggaran tertentu.
Sedang peran masyarakat menurut pasal 70 adalah :
pengawasan sosial;
pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
penyampaian informasi dan/atau laporan.
Sedang sanksi administrasi menurut pasal 76, Kepala Daerah
(Gubernur, Walikota dan Bupati) dapat memberikan sanksi
administrasi kepada pihak yang melakukan pelanggaran. Sanksi
yang diberikan menurut pasal 76 ayat 2 adalah :
teguran tertulis;
paksaan pemerintah;
pembekuan izin lingkungan; atau
pencabutan izin lingkungan.
5
2. Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup
Perturan pidana yang bisa menjadi dasar hukum penegakan hukum
lingkungan adalah Undang-Undang No. 39 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut ketentuan dalam Peraturan
tadi, ada perbuatan yang dapat dipidana oleh aparat penegak hukum.
Perbuatan hukum yang dimaksud berupa pelanggaran-pelanggaran
atas ketentuan yang diatur dalam undang-undang PPLH. Sedikitnya ada
7 ketentuan yang dapat menjadi dipidana jika ketentuan dilanggar oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Ketentuan yang dimaksud adalah :
Ketentuan tentang baku mutu
Ketentuan tentang rekayasa genetika
Ketentuan tentang Limbah
Ketentuan tentang Lahan
Ketentuan tentang Izin Lingkungan
Ketentuan tentang Informasi Lingkungan Hidup
3. Penegakan Hukum Perdata Lingkungan Hidup
Penegakan hukum lingkungan dalam perdata dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu :
Class Action atau Gugatan Masyarakat
Hak Gugat Organisasi
Hak Gugat Pemerintah baik itu pemerintah pusat dan daerah
Class Action atau gugatan masyarakat dalam UU PPLH diatur dalam
pasal 90. Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok
untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup. Gugatan dapat diajukan apabila terdapat
kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara
wakil kelompok dan anggota kelompoknya.
6
Hak gugat organisasi sendiri diatur dalam pasal 92 UU PPLH, hak ini
dapat diberikan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
C. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Dalam pasal 85 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, telah
dijelaskan mengenai tata cara penyelesaian sengketa lingkungan hidup di
luar pengadilan. Kesepakatan yang dapat dicapai dalam penyelesaian
tersebut adalah mengenai :
Bentuk dan besarnya ganti rugi
Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan perusakan
Tindakan
tertentu
untuk
menjamin
tidak akan
terulangnya
pencemaran lingkungan
Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup
Mediator dapat digunakan dalam penyelesaian sengketa lingkungan
hidup di luar pengadilan untuk membantu menyelesaikannya.
Adapunpenyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadialn tidak
berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup.
7
BAB III
PENUTUP
Penegakan hukum lingkungan sangatlah penting untuk dilakukan. Berbagai
cara dapat dilakukan untuk melindungi lingkungan agar selalu lestari dan
bermanfaat salah satunya adalah dengan kehadiran hukum itu sendiri. Selain itu
merupakan hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat, dimana hal ini telah ada pada pasal 28H Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penegakan hukum mungkin dapat berjalan dengan baik jika hanya aparatur
negaranya saja yang melakukannnya. Akan tetapi peran semua warga negara dalam
menjaga dan melindungi lingkungan adalah jauh lebih baik untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
8
DAFTAR PUSTAKA
Martitah. 2013. Mahkamah Konstitusi “Dari Negative Legislature ke
Positive Legislature ?”. Konstitusi Press: Jakarta.
Rangkuti, Sundari Siti. 2005. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nasional. Surabaya: Airlangga University Press.
Soemartono, Gatot P. 2004. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
Supriadi, 2006. Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar.
Jakarta: Sinar Grafika.
9