BENCANA ALAM TANAH LONGSOR JURUSAN TARBI

BENCANA ALAM TANAH LONGSOR
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“ ILMU ALAMIAH DASAR”
Dosen Pengampu :
NINIK ZUROIDAH, M.Si.

Disusun Oleh :
LAILATUL BADRIYAH (9321 114 11)

JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) KEDIRI
2011

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “TANAH LONGSOR”
denan lancar.
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ninik Zuroidah, M.Si. selaku dosen Ilmu Alamiah
Dasar sekaligus pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini

sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik penulis maupun pembaca
utamanya untuk menambah pengetahuan kita semua. Akhirnya saya mohon kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah saya selanjutnya.

Kediri, 15 Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan makalah
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian tanah longsor

B. Penyebab tanah longsor
C. Mekanisme perusakan
D. Kajian bahaya
E. Gejala dan peringatan dini
F. Parameter
G. Komponen yang terancam
H. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana
1. Tahap awal (preventif)
2. Tahap bencana
3. Tahap pasca bencana
I.

Hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Dampak terhadap kebutuhan pokok manusia

J. Hubungan tanah longsor dengan ayat al-qur’an
BAB III: PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat dimana saja dan kapan
saja, disamping menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan
masyarakat. Gerakan tanah adalah salah satu bencana alam yang sering
mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan
kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang membawa dampak social dan ekonomi.
Bencana adalah sesuatu yang tidak kita harapkan, oleh karena itu pemahaman
terhadap proses terjadinya gerakan tanah berikut faktor penyebabnya menjadi sangat
penting bagi pemerintah maupun masyarakat. Alternatif penanggulangan bencana
baik dari aspek pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi) maupun
penanggulangan (rehabilitasi) perlu dikaji secara mendalam.
Mitigasi adalah segala usaha untuk meminimalisasi akibat terjadinya suatu bencana
pada saat bencana terjadi maupun pasca bencana, yang dalam hal ini dilakukan baik
dalam skala lokal, nasional, maupun regional. Walaupun demikian korban akibat
bencana alam tanah longsor masih saja terjadi, hal ini menunjukkan bahwa mitigasi
bencana harus ditingkatkan pelaksanaannya.
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian tanah longsor ?
2. Apa penyebab terjadinya tanah longsor ?
3. Apa mekanisme perusakan dari tanah longsor ?
4. Bagaimana kajian bahaya dari tanah longsor ?
5. Bagaimana gejala periongatan dini dari tanah longsor ?
6. Apa saja komponen yang terancam akibat tanah longsor ?
7. Bagaimana upaya mitigasi dan pengurangan bencana tanah
longsor ?
8. Apa hubungan bencana alam tanah longsor dengan Ilmu Alamiah
Dasar ?

9. Apa hubungan bencana alam tanah longsor dengan ayat AlQur’an ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau
batuan penyusun lereng tersebut.
Ada enam jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,

runtuhan batu, rayapan tanah, aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia
adalah aliran bahan rombakan.
a. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
b. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
d. Rutuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan
yang parah.
e. Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hamper tidak dapat dikenali. Setelah

waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon,
pohon, atau rumah miring kebawah.
f. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak di dorong oleh air. Kecepatan
aliran terantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai pada ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
B. Penyebab Tanah Longsor
Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah atau batuan penyusun
lereng. Penyebab longsoran dapat di bedakan menjadi penyebab yang berupa:
- Factor pengontrol gangguan kestabilan
- Proses pemicu longsoran
Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol oleh kondisi morfologi (terutamakemiringan lereng),
kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng.
Meskipun suatu lereng rentan atau berpotensi untuk longsor, karena kondisi kemiringan lereng batuan

atau tanah dan tata airnya, namun lereng tersebut belum akan longsor atau terganggu kestabilannya
tanpa dipicu oleh proses pemicu.
Factor pengontrol gangguan kestabilan lereng:

- Penggundulan hutan, tanah longsor umumnya banyak terjadi daerah yang relative gundul
dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
- Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara
kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi
tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila
terdapat pada lereng yang terjal.
- Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan
lebih dari 2,5 m dan sudut lereng cukup tinggi memiliki potensi untuk terjadinya tanah
longsor terutama terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakantanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
- Ancaman tanah longsor biasanya di mulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah yang besar. Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan.
- Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
- Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya
genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk
mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga

mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena
akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam umumnya terjadi di
daerah longsoran lama.
Proses pemicu longsoran dapat berupa:
- Peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air yang
merenggangkan ikatan antar butir tanah dan akhirnya mendorong butir-butir tanah untuk
longsor. Peningkatan kandungan air ini sering disebabkan oleh meresapnya air hujan, air
kolam atau air selokan yang bocor atau aiar sawah ke dalam lereng.
-

Getaran pada lereng akibat gempa bumi ataupun ledakan, penggalian, getaran alat atau
kendaraan. Gempa bumi pada tanah pasir dengan kandungan air sering mengakibatkan
liquefaction (tanah kehilangan kekuatan geser dan daya dukung, yang diiringi dengan
penggenangan tanah oleh air dari bawah tanah).

-

Peningkatan beban yang melampau daya dukung tanah atau kuat geser tanah. Beban yang
berlebihan ini dapat berupa beban bangunan ataupun pohon-pohon yang terlalu rimbun
dan rapat yang ditanam pada lereng lebih curam dari 40 derajat.


-

Pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan
gaya penyangga.

a. Akibat susutnya muka air yang cepat di danau atau waduk dapat menurunkan gaya
penahan lereng, sehingga mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya
diikuti oleh retakan.1
Namun secara garis besar penyebab tanah longsor dapat dibedakan sebagai faktor alam
dan manusia:
1. Faktor alam
Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
1

Prih Hardaji dkk, Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia (Jakarta: Direktorat
Mitigasi, 2007), 26-29.

a.


Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung,
struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.

b.

Iklim: curah hujan yang tinggi.

c. Keadaan topografi: lereng yang curam.
d.

Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi
dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.

e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
2. Factor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b.

Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.


c.

Kegagalan struktur dinding penahan tanah.

d.

Penggundulan hutan.

e.

Budidaya kolam ikan diatas lereng.

f.

Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.

g.

Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat,
sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.

h.

Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.2

C. Mekaisme Perusakan
Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jaan, pipa dan kabel baik akibat gerakan di
bawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran. Gerakan tanah yang berjalan lambat
menyebabkan penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan. Rekahan pada
tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya didalam
tanah. Runtuhan lereng yang tiba-tiba dapat menyeret permukiman turun jauh di bawah lereng.
Runtuhan batu (rockfalls) yang berupa luncuran batuan dapat menerjang bangunanbangunan atau permukimanran di bawahnya. Aliran butiran (debris flow) dalam tanah yang lebih
lunak, menyebabkan aliran lumpur yang dapat mengubur bangunan permukiman, menutup aliran
sungai sehingga menyebabkan banjir, dan menutup jalan. Liquefaction adalah proses terpisahnya
air didalam pori-pori tanah akibat getaran sehingga tanah kehilangan daya dukung terhadap
bangunan yang ada diatasnya sebagai akibatnya bangunan akan amblas atau terjungkal.
D. Kajian Bahaya
2

Anwar dkk, Aplikasi Citra Satelit Dalam Penentuan Daerah Rawan Bencana Longsor (Bandung: Pusat Penelitian
Geoteknologi, 2001), 17.

1. Identifikasi morfologi dan endapan-endapan longsor masa lalu dengan metode geologi
teknik atau geoteknik, untuk memperhitungkan kemungkinan kejadian longsor kembali
yang mengancam permukiman atau prasarana penting.
2. Identifikasi factor pengontrol yang dominan mengganggu kestabilan lereng, serta
kemungkinan factor pemicu seperti gempa bumi, badai atau hujan deras, dan sebagainya.
3. Pemetaan topografi untuk mengetahui tingkat kelerengan.
4. Pemetaan geologi untuk mengetahui stratigrafi lereng, mengetahui jenis tanah dan batuan
penyusun lereng dan sifat keteknikannya, serta mengetahui sebaran tanah atau batuan
tersebut.
5. Pemetaan geohidrologi untuk mengetahui kondisi air tanah.
6. Pemetaan tingkat kerentanan gerakan massa tanah atau longsoran dengan cara
mengkombinasikan atau menampilkan hasil penyelidikan di point 1 dan 2, serta hasil
pemetaan di point 3, 4, dan 5.
7. Identifikasi pemanfaatan lahan yang berupa daerah tanah urugan, timbunan sampah atau
tanah.
8. Antisipasi bahaya longsor susulan pada endapan logsoran yang baru terjadi.
E. Gejala dan Peringatan Dini
-

Muncul retakan memanjang atau lengkung pada tanah atau pada konstruksi bangunan,
yang biasa terjadi setelah .

-

Terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok penahan.

-

Tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit di buka, kemungkinan akibat deformasi
bangunan yang terdorong oleh massa tanah yang bergerak.

-

Tiba-tiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.

-

Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air atau mata air, air tersebut tiba-tiba
menjadi keruh bercampur lumpur.

-

Pohon-pohon atau tiang-tiang miring searah kemiringan lereng.

-

Terdengar suara gemuruh ayau suara ledakan dari atas lereng.

-

Terjadi runtuhan atau aliran butiran tanah atau kerikil secara mendadak dari atas lereng.

F. Parameter
-

Volume material yang bergerak atau longsoran (m3)

-

Luas daerah yang terkubur (m2)

-

Kecepatan gerakan (cm/hari, m/jam)

-

Ukuran bongkah batuan (diameter, berat, volume)

-

Jenis dan intesitas kerusakan (rumah)

-

Jumlah korban (jiwa)

G. Komponen yang Terancam

-

Permukiman yang dibangun pada lereng yang terjal dan tanah yang lunak, atau dekat
tebing sungai.

-

Permukiman yang dibangun dibawah lereng yang terjal.

-

Permukiman yang dibangun di mulut sungai yang berasal dari pegunungan diatasnya
(dekat dengan pegunungan atau perbukitan), rawan terhadap banjir bandang.

-

Jalan dan prasarana komunikasi yang melintasi lembah dan perbukitan.

-

Bangunan tembok.

-

Bangunan dengan fondasi yang lemah.

-

Struktur bangunan degan fondasi yang menyatu.

-

Utilitas bawah tanah, pipa air, pipa gas dan pipa kabel. 3

H. Upaya Mitigasi dan Pengurangan Bencana
Mitigasi bencana tanah longsor berarti segala usaha untuk meminimalisasi akibat terjadinya tanah
longsor. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan bahaya tanah longsor dibagi
menjadi 3 yaitu:
1. Tahap awal (preventif)
Langkah pertama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana tanah longsor adalah:
a. Identifikasi daerah rawan dan pemetaan. Dari evaluasi terhadap lokasi gerakan tanah yang telah
terjadi selama ini ternyata lokasi-lokasi kejadian gerakan tanah merupakan daerah yang telah
teridentifikasi sebagai daerah yang memiliki kerentanan menengah hingga tinggi.
b. Penyuluhan pencegahan dan penanggulangan bencana alam gerakan tanah dengan memberikan
informasi mengenai bagaimana dan kenapa tanah longsor, gejala gerakan tanah dan upaya
pencegahan serta penangulangannya.
c. Pemantauan daerah rawan longsor dan dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk
mengetahui mekanisme gerakan tanah dan faktor penyebabnya serta mengamati gejala
kemungkinan akan terjadinya longsoran.

3

Prih Hardaji dkk, Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia (Jakarta: Direktorat
Mitigasi, 2007), 29-31.

Gambar 1. Bagan alir sistem manajemen bencana longsor
d. Pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik
dalam skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menggalang kebersamaan
segenap lapisan masyarakat (gambar 1).
e. Perencanaan pengembangan sistem peringatan dini di daerah rawan bencana.
f. Pola pengelolaan lahan untuk budidaya tanaman pertanian, perkebunan yang
sesuai dengan azas pelestarian lingkungan dan kestabilan lereng.
g. Hindari bermukim atau mendirikan bangunan di tepi lembah sungai terjal.
h. Hindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang akan
mengganggu kestabilan lereng sehingga mudah longsor.
i. Hindari membuat pencetakan sawah baru atau kolam pada lereng yang terjal
karena air yang digunakan akan mempengaruhi sifat fisik dan keteknikan yaitu
tanah menjadi lembek dan gembur sehingga kehilangan kuat gesernya yang
mengakibatkan tanah mudah bergerak.
j. Penyebarluasan informasi bencana gerakan tanah melalui berbagai media dan
cara sehingga masyarakat, baik secara formal maupun non formal.

2.Tahap bencana
Hal penting yang harus dilakukan ketika suatu daerah terkena bencan tanah longsor diantaranya:
a. Menyelamatkan warga yang tertimpa musibah
b. Pembentukan pusat pengendlian (Crisis Center).
c. Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.
d. Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan dan penyediaan air bersih.
e. Pendistribusian air bersih, jalur logistik, tikar dan selimut.
f. Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.
g. Evaluasi, konsultasi dan penyuluhan.
3. Tahap pasca bencana
Berlalunya bencana tanah longsor bukan berarti permasalahan sudah selesai, masih ada beberapa
tahapan yang perlu kita lakukan:
a. Penyusunan dan penyempurnaan peraturan tata ruang dalam upaya mempertahankan fungsi
daerah resapan air.
b. Mengupayakan semaksimal mungkin pengembalian fungsi kawasan hutan lindung.
c. Mengevaluasi dan memperketat studi AMDAL pada kawasan vital yang berpotensi
menyebabkan bencana.
d. Mengevaluasi kebijakan Instansi/Dinas yang berpengaruh terhadap terganggunya ekosistem.
e. Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana, sabuk hijau dan di
sepanjang bantaran sungai.
f. Normalisasi areal penyebab bencana, antara lain seperti normalisasi aliran sungai dan bantaran
sungai dengan membuat semacam polder dan sudetan.
g. Rehabilitasi sarana dan prasarana pendukung kehidupan masyarakat yang terkena bencana
secara permanen (seperti: perbaikan sekolah, pasar, tempat ibadah, jalan, jembatan, tanggul dll).
h. Menyelenggarakan forum kerjasama antar daerah dalam penanggulangan bencana. 4

I.

Hubungan Tanah Longsor dengan Ilmu Alamiah Dasar
Hubungan bencana alam tanah longsor dengan Ilmu Alamiah Dasar yaitu, terdapat pada
pembahasan dampak perkembangan IPA dan teknologi terhadap kehidupan manusia.
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi membawa pembaharuan dalam
bidang kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi terjadi jikaa seseorang
menggunaakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan, setiap inovasi diciptakan
untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak
kemudahan serta sebagai cara baru dalam mlakukan aktifitas manusia. Khusus dalam
bidang teknologi masyarakat juga sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh
inovasi-inivasi yang telah dihasilkan dalam decade trakhir ini. Namun manusia tidak
mampu menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek
negative bagi manusia.
2. Dampak Terhadap Kebutuhan Pokok Manusia
a. Pangan (makanan)
Dampak positif

4

Anwar dkk, Aplikasi Citra Satelit Dalam Penentuan Daerah Rawan Bencana Longsor (Bandung: Pusat Penelitian
Geoteknologi, 2001), 22-24.



Ditemukannya bibit unggul yang dalam waktu singkat dapat diproduksi
berlipat ganda.



Diterapkannya cara pemupukan yang tepat serta digunakannya bakteri yang
sanggup memperkuat akar tanaman dengan mengambil zat hara dengan lebih
baik sehingga hasilnya bertambah banyak.

Dampak negative


Pemakaian pestisida ternyata tidak hanya dapat memberantas hama tanaman,
tetapi juga dapat membunuh hewan ternak, dapat meracuni hasil panen, dan
bahkan manusia sendiri.

b. Sandang (pakaian)
Dampak positif


Adanya mesin tekstil yang mempercepat proses pembuatan pakaian.

Dampak negative


Bahan-bahan yang berupa polimer sintesis kalau menjadi sampah tidak dapat
dihancurkan oleh bakteri-bakteri pembusuk.



Sampah plastic kalau dibakar akn menyebakan menipisnya lapisan ozon.

c. Papan (tempat tinggal)
Dampak positif


Dengan menerapkan teknologi maju, manusia mampu membangun rumah
dan gedung-gedung pecakar langit.

Dampak negative


Dengan peralatan modern orang dengat sangat mudah membabat hutan unuk
pembangunan rumah, gedung, dan lain-lain yang akhirnya terjadi banjir,
erosi, tanah longsor, pendangkalan sungai, kematian sumber air, kemerosotan
kesuburan tanah dan lain sebagainya. 5

Disini untuk dampak terhadap kebutuhan pokok manusia di bidang papan
(tempat tinggal) sangat berhubungan erat dengan sumber daya alam yaitu, tanah.
1) Pengertian tanaah
Tanah adalah sebuah sumber daya alam.jika dibandingkan dengan
sumber daya alam lainnya, kedudukan tanah adalah istimewa. Keistimewaan ini
terletak pada kenyataan bahwa tanah bisa dipandang sebagai:
a) “Hasil”, jika dilihat dari sudut barang tanbang.
b) “Penghasil”, jika dilihat dari sudut tumbuhan dan tanaman, tanah lah
yang menhasilkan sumer daya hutan.
c) “Tempat”, dimana semua makhluk melaksanakan kehidupan. 6

5

6

Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 112-114.
Mustafa Kamaludin, Ekologi dan Sumber Daya Alam (Bandung: Angkasa, 2001), 21.

Tanah merupakan lapisan atas atau luar kulit bumi yang terdiri dari bahan padat,
air, udara, dan jasad hidup yang secara bersama-sama dapat menjadi tempat pertumbuhan
tanaman.


Tanah mempunyai nilai yang amat penting bagi kehidupan manusia. Dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhannnya manusia telah memanfaatkan tanah
sebagai sumber daya, misalnya dijadikan sebagai lahan pertanian,
perkebunan, dan sebagai bahan dasar industry.

Tanah merupakan lapisan atas kulit bumi yang terbentuk dari hasih pelapukan
batuan atau bahan-bahan organic. Pelapukan merupakan proses hancurnya batuan atau
bahan organic lain karena pengaruh unsur-unsur alam, seperti cuaca, iklim, dan makhluk
hidup, baik tumbuhan, hewan, maupun manusia.7
Tanah terdiri atas:


Lapisan padat



Air dan



Jasad- jasad hidup antara lain: bakteri dan jamur
Jasad hidup tersebut berfunfsi untuk membusukkan tumbuhan dan hewan,
serta kotoran-kotoran dan sisa tumbuhan lainnya yang ada pada permukaan
tanah. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan tersebut setelah membusuk, berubah
menjadi bahan organic yang disebut humus. Hunus merupakan unsure tanah
yang amat penting, karena merupakan sumber makanan bagi tanaman dan
membuat tanah dapat menyerap air lebih baik.

Tanah berasal dari pelapukan batuan yang yeng dapat di permukaan bumi.
Batuan induk tanah tersusun atas mineral-mineral, yaitu bahan yang dibuat oleh alam
yang mempunyai susunan kimia tertentu. Oleh pengaruh suhu udara, angin, dan air hujan,
batuan tersebut lama-kelamaan menjadi lapuk atau hancur, maka mineral-mineralnya
terlepasdan membentuk bahan, yang kemudian berubah menjadi tanah. 8
2) Komposisi tanah
Sesuai dengan batasan tanah yang telah kita tarangkan diatas, maka
komposisi tanah tersebut terdiri dari bahan mineral, bahan organic, air, dan udara.
Bahan mineral dan bahan organic merupakan komponen padat,
sedangkan udara dan air merupakan pengisi pori-pori atau rongga yang terdapat
dalam komponen padat. Komposisi tanah pada umumnya adalah sebagai berikut:
a) 90% terdiri dari bahan mineral (anorganik)
b) 1% - 15% terdiri dari bahan organic
c) 5% - 9% terdiri dari udara dan air
Komposisi tanah yang subur dan cocok untuk usaha pertanian pada
umumnya terdiri dari 50% persen komponen padat (terdiri dari 45% bahan
anorganik dan 5% bahan organic) dan 50% pori-pori (terdiri dari 25%
udara dan 25% air).9
7

P. Ginting, Geografi (Jakarta: Erlangga, 2003), 11-12.

8

Mustafa, Ekoloi dan Sumber Daya Alam, 28.

9

P. Ginting, Geografi, 12.

3) Macam-macam Tanah
Berdasarkan induk dan prses perubahan yang disebabkan oleh tenaga
eksogen, tanah dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Tanah abu vulkanis: yaitu tanah yang berasal dari hasil
pelapukan bahan padat (efflata) dan bahan cair (batuan effuse),
dengan bentuk yang menyerupai abu vulkanis. Sifatnya mudah
melayang jika kena angin dan mudah menutup rapat di bagian
atas jika kena hujan.
b) Tanah podzolik: terjadi dari hasil pelapukan yang mengandung
kwarsa, pengaruh suhu rendah, dan curah hujan tinggi. Tanah ini
banyak mengandung humus, sifatnya mudah basah jika kena air
dan subur untuk di tanami brbagai jenis tanaman.
c) Tanah laterit: tanah ini terjadi karena pengaruh tenaga alam,
yaitu suhu tinggi dan curah hujan tinggi. Tanah ini juga bias
terbentuk akibat pengaturan tanaman yang kurang tepat. Sifatnya
tidak subur, dan warnanya kekuning-kuningan sampai merah.
d) Tanah mergel (margalit): tediri dari campuran batuan kapur, pasir
dan tanah liat, serta pengaruh hujan yang tidak merata sepanjang
tahun. Sifatnya subur, terdapat di daerah lereng-lereng
pegunungan, dan dataran rendah.
e) Tanah pasir: terjadi dari hasil batuan beku dan sediment. Tanah
ini tidak berstruktur, dalam keadaan berpasir dan berkerikil.
Sifatnya kurang baik untuk pertanian, sebab hanya sedikit
mengandung bahan organic.
f) Tanah gambut (tanah rawa): bahan induknya berasal dari bahan
organic (hutan dan rumput-rumputan rawa). Terbentuk karena
selalu tergenang air sehingga peredaran udara di dalamnya
sangat jelek. Proses kehancuran di dalam nya tidak sempurna
maka tanah ini kekurangan unsur hara dan kurang baik untuk
pertanian.
g) Tanah endapan (alluvial): tanah ini terjadi akibat proses
pengendapan dari batuan induk yang telah mengalami proses
pelarutan. Tanah ini dibedakan atas beberapa jenis, antara lain:
tanah endapan laterit, dan pasir vulkanis. Pada umumnya tanah
endapan merupakan tanah yang subur.
h) Tanah kapur: tanah ini terdiri dari bahan induk kapur, batuan
endapan, dan telah mengalamilaterisasi lemah. Hasil dari
pelapukan batuan kapur banyak terdapat di dasar dolina-dolina
dan mrupakan tanah pertanian yang relative subur di daerah batu
kapur, disebut tanah terru rosa.
i)

Tanah humus (bunga tanah): bahan induknya dari bahan organic
(tumbuh-tumbuhan). Proses pelapukannya dibantu oleh
serangga.

j)

Tanah padas: tanah ini amat padat karena mineral-mineral di
dalamnya dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah
sebelah atasnya.

Tanah dinyatakan subur apabila:
a) Struktur baik, yaitu jika butir-butir tanah tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil.
b) Garam-garaman (zat makanan) dalam jumlah banyak, sebagai
bahan makanan tumbuh-tumbuhan.
c) Air dalam jumlah banyak yang berfungsi untuk melarutkan
garam tersebut.
Menurut kesuburan, tanah dibedakan sebagai berikut:
a) Tanah muda: tanah yang banyak mengandung zat makanan
warnanya abu.
b) Tanah tua: tanah yang cukup mengandung zat makanan,
warnanya coklat keabu-abuan.
c) Tanah mati: tanah yang tidak mengandung zat makanan,
warnanya merah atau merah muda.
Strktur tanah ialah pengaturan dan pengelolaan fisis dari partikel-partikel
tanah. Struktur tersebut berkembang hingga batas yang cukup lanjut,
hamper bagi semua tanah, kecuali pada tanah-tanah yang berpasir mudah
tidaknya gerak air dalam tanah. Pengerjaan atau pengolahan lebih baik,
sehingga dapat memperbaiki keadaan drainase, sirkulasi udara didalam
tanah, dan persediaan bahan makanan bagi tumbuh-tumbuhan. Struktur
tanah bagi bawah keadaanya lebih baik dari pada yang lembut cenderung
untuk bermigrasi kebagian bawah bersama-sama dengan basa dan unsur
pengikat lain yang umumnya terdapat di bagian tersebut. 10
J. Hubungan Tanah Longsor dengan Ayat Al-Qur’an

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
10

Mustafa, Ekoloi dan Sumber Daya Alam, 21-22.

Bencana alam tanah longsor masih tetap berpotensi terjadi di tahun-tahun mendatang,
mengingat kondisi alam (morfologi dan geologi) di beberapa wilayah di Indonesia berbakat untuk
longsor terutama di musim hujan. Dari makalah diatas yang berjudul “Bencana Alam Tanah
Longsor” dapat di tarik kesimpulan, diantaranya: Tanah longsor adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut,
bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng ( tanah longsor) juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai
factor alami dan manusia.
Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan memberdayakan
masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor, gejala awal longsor, serta upaya
antisipasi dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan dan penyempurnaan manajemen
mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menggalang kebersamaan
segenap lapisan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Hardaji, Prih. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya. Jakarta: Direktorat
Mitigasi. 2007.

Kamaludin, Mustafa. Ekologi dan Sumber Daya Alam, Bandung: Angkasa, 2001.
Aly, Abdullah dan Rahma, Eny. Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Ginting, P. Geografi, Jakarta: Erlangga, 2003.