Memberikan konsep dan layanan pegawai
memberikan konsep dan pandangan-pandangannya dalam menyikapi hal-hal yang
dianggaptabu dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian Tabu dan Eufemisme
Tabu
atau
pantangan
adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda,tindakan, atau orang yang
dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, ataumasyarakat. Pelanggaran tabu
biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang.Beberapa tindakan atau
kebiasaan yang bersifat tabu bahkan dapat dilarang secara hukum danpelanggarannya dapat
menyebabkan pemberian sanksi keras. Tabu dapat juga membuat malu,aib, dan perlakuan
kasar dari masyarakat sekitar.Dalam setiap kelompok masyarakat, terdapat kata-kata tertentu
yang dinilai tabu.Kata-kata tersebut tidak diucapkan, atau setidaknya, tidak diucapkan di
depan para tamudalam kondisi formal dan penuh sopan santun. Kata “tabu”
(taboo)
diambil dari bahasa
Tongan
1
, merupakan rumpun bahasa Polynesia yang diperkenalkan oleh Captain James
Cook kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Eropa lainnya
2
yang artinya
tindakan yang dilarang
atau
dihindari
. Ketika suatu tindakan dikatakan tabu, maka segalasesuatu yang berhubungan dengan
tindakan tersebut juga dianggap tabu. Seseorang padaawalnya dilarang melakukan sesuatu;
kemudian dilarang untuk berbicara mengenai apapunyang berhubungan dengan hal
tersebut.Tindakan dan perkataan yang terlarang merefleksikan adat-istiadat dan
pandanganmasyarakat. Ada beberapa kata yang boleh diucapkan dalam situasi tertentu, tetapi
tidak dalam situasi yang lain; misalnya, pada masyarakat Zuni Indian, terdapat
laranganmengucapkan kata
takka
yang berarti “katak” dalam upacara keagamaan. Kata ini digantikandengan rangkaian kalimat
yang kompleks, yang secara literal berarti “
sesuatu yang duduk disungai dan bersuara
“.Harimurti Kridalaksana membagi istilah “tabu” menjadi dua dilihat dari efek
yangditimbulkannya yaitu
tabu positif
karena yang dilarang itu memberi efek kekuatan yangmembahayakan dan
tabu negatif
disebabkan larangan tersebut dapat menberikan kekuatanyang mencemarkan atau merusak
kekuatan hidup seseorang. Sehingga untuk menggantikankata yang dianggap tabu tersebut,
seseorang mempergunakan eufemisme.
3
Dalam masyarakat pemakai bahasa, kata dan ekpresi tabu mungkin tidak terlihatsenyata
eufemisme, yang merupakan bentuk dari “penghalusan” keadaan-keadaan tertentusehingga
lebih pantas untuk diucapkan. Kata dan ekspresi eufemistik membuat seseorangdapat
membicarakan tentang hal-hal yang tidak menyenangkan dan menetralisasikannya.Sebagai
contoh ungkapan yang diekspresikan terhadap orang yang sedang sekarat danmeninggal
dunia, pengangguran, dan kriminal. Kata dan ekspresi eufemistik jugamemperbolehkan
penutur untuk memberikan label terhadap pekerjaan dan tugas-tugas yangtidak
menyenangkan dan membuatnya terdengar lebih menarik. Eufemisme merupakanendemik
masyarakat pada umumnya; pemujaan terhadap sesuatu yang biasa-biasa saja danterkesan
sepele menjadi terlihat serius.Beberapa publikasi yang ditulis Nadel (khususnya tahun 1954)
terdapat ceritamengenai orang-orang Nupe dari Afrika Barat yang berbeda di antara
masyarakat palingsopan di dunia, yang sangat mempermasalahkan ekspresi mana yang cocok
saat sedangbercakap-cakap dan mana yang tidak. Secara kontinyu mereka menggunakan
circumlocution
(ungkapan-ungkapan tidak langsung) dan eufemisme untuk menghindari secara
langsungpengucapan hal-hal yang bersinggungan dengan bagian-bagian tubuh, fungsi-fungsi
tubuh,seks, dan sebagainya yang dianggap tabu atau tidak enak (
sâru
:Jawa) untuk diucapkan. Padasaat yang bersamaan, mereka memperlihatkan ketertarikan
yang luar biasa terhadap bahasadan mendiskusikan kompleksitas linguistik. Hal ini terjadi
dikarenakan mereka menyadari apayang telah mereka lakukan ketika menggunakan
circumlocution
dan eufemisme.
4
Sebagaimana yang dikatakan Nadel : “Saat menggunakan metafora maupun bentuk
ekspresimanipulasi lainnya, mereka (orang-orang Nupe) selalu sadar akan implikasi
semantik yangditimbulkan dari kalimat tersebut”. Orang-orang Nupe itu ternyata telah
membentuk cara-caratidak langsung yang bisa digunakan untuk mengucapkan hal-hal tabu,
cara yang bisadigunakan ketika berada dalam situasi yang memungkinkan bagi mereka
membebaskan diridari aturan-aturan normal, misalnya di waktu menceritakan kisah-kisah
tertentu atau saatberada dalam pesta-pesta khusus.Tabu dan eufemisme berdampak pada
setiap orang, disadari atau tidak tetapi tetap sajamempengaruhinya. Setiap manusia atau
masyarakat memiliki hal-hal tertentu yang engganuntuk dibicarakan, atau yang tidak layak
dibicarakan langsung secara terang-terangan.Sehingga akan muncul suatu anggapan bahwa
beberapa pemikiran/perasaan tidak bolehdiungkapan dengan kata-kata sebagai sesuatu yang
sulit dijabarkan, dan sedapat mungkin
berusaha untuk tidak mengekspresikannya meskipun kita tahu kata-kata yang bisa
digunakan.Kalau pun harus diekspresikan, kita memilih menggunakan cara-cara yang tidak
langsung(
circumlocution
).
Jenis-Jenis Tabu dan Eufemisme
Tabu memegang peranan penting dalam bahasa, yang mana permasalahan inimerupakan
kategori dari ilmu semantik.
5
Ilmu ini memperhatikan tabu sebagai penyebabberubahnya makna kata. Sebuah kata yang
ditabukan tidak dipakai, kemudian digunakan katalain yang sudah mempunyai makna sendiri.
Akibatnya kata yang tidak ditabukan itumemperoleh beban makna tambahan. Subyek yang
ditabukan sangat bervariasi, seperti seks,kematian, eksresi, fungsi-fungsi anggota tubuh,
persoalan agama, dan politik. Obyek yangditabukan pun beragam antara lain mertua,
perlombaan adu binatang, penggunaan jari tangankiri (yang menunjukkan
sinister
/ancaman) dan sebagainya.
6
Dalam hal ini untuk memudahkanpembahasan penulis ingin melihat dari segi psikologis yang
melatarbelakangi munculnyaistilah tabu.Berdasarkan motivasi psikologis, kata-kata tabu
muncul minimal karena tiga hal,yakni adanya sesuatu yang menakutkan (
taboo of fear
), sesuatu yang membuat perasaan tidak enak (
taboo of delicacy
), dan sesuatu yang tidak santun dan tidak pantas (
taboo of propriety
).
7
Dalam bagian ini penulis mencoba menguraikan dan memberikan contoh masing-masing
jenistabu tersebut untuk memperjelas klasifikasi dan perbedaannya dengan menyertakan
masing-masing bentuk eufemistiknya.1.
Taboo of Fear
Segala sesuatu yang mendatangkan kekuatan yang menakutkan dan dipercaya
dapatmembayakan kehidupan termasuk dalam kategori tabu jenis ini. Demikian juga halnya
denganpengungkapan secara langsung nama-nama Tuhan dan makhluk halus tergolong
taboo of fear
.Sebagai contoh orang Yahudi dilarang menyebut nama Tuhan mereka secara langsung.
Untuk itu mereka menggunakan kata lain yang sejajar maknanya dengan kata ‘
master
‘ dalam bahasaInggris. Di Inggris dan Prancis secara berturut-turut digunakan kata
the Lord
dan
Seigneur
sebagai pengganti kata Tuhan. Nama-nama setan dalam bahasa Prancis pun telah
digantidengan eufemismenya, termasuk juga ungkapan
l’Autre ‘the other one’
dianggaptabu dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian Tabu dan Eufemisme
Tabu
atau
pantangan
adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda,tindakan, atau orang yang
dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, ataumasyarakat. Pelanggaran tabu
biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang.Beberapa tindakan atau
kebiasaan yang bersifat tabu bahkan dapat dilarang secara hukum danpelanggarannya dapat
menyebabkan pemberian sanksi keras. Tabu dapat juga membuat malu,aib, dan perlakuan
kasar dari masyarakat sekitar.Dalam setiap kelompok masyarakat, terdapat kata-kata tertentu
yang dinilai tabu.Kata-kata tersebut tidak diucapkan, atau setidaknya, tidak diucapkan di
depan para tamudalam kondisi formal dan penuh sopan santun. Kata “tabu”
(taboo)
diambil dari bahasa
Tongan
1
, merupakan rumpun bahasa Polynesia yang diperkenalkan oleh Captain James
Cook kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Eropa lainnya
2
yang artinya
tindakan yang dilarang
atau
dihindari
. Ketika suatu tindakan dikatakan tabu, maka segalasesuatu yang berhubungan dengan
tindakan tersebut juga dianggap tabu. Seseorang padaawalnya dilarang melakukan sesuatu;
kemudian dilarang untuk berbicara mengenai apapunyang berhubungan dengan hal
tersebut.Tindakan dan perkataan yang terlarang merefleksikan adat-istiadat dan
pandanganmasyarakat. Ada beberapa kata yang boleh diucapkan dalam situasi tertentu, tetapi
tidak dalam situasi yang lain; misalnya, pada masyarakat Zuni Indian, terdapat
laranganmengucapkan kata
takka
yang berarti “katak” dalam upacara keagamaan. Kata ini digantikandengan rangkaian kalimat
yang kompleks, yang secara literal berarti “
sesuatu yang duduk disungai dan bersuara
“.Harimurti Kridalaksana membagi istilah “tabu” menjadi dua dilihat dari efek
yangditimbulkannya yaitu
tabu positif
karena yang dilarang itu memberi efek kekuatan yangmembahayakan dan
tabu negatif
disebabkan larangan tersebut dapat menberikan kekuatanyang mencemarkan atau merusak
kekuatan hidup seseorang. Sehingga untuk menggantikankata yang dianggap tabu tersebut,
seseorang mempergunakan eufemisme.
3
Dalam masyarakat pemakai bahasa, kata dan ekpresi tabu mungkin tidak terlihatsenyata
eufemisme, yang merupakan bentuk dari “penghalusan” keadaan-keadaan tertentusehingga
lebih pantas untuk diucapkan. Kata dan ekspresi eufemistik membuat seseorangdapat
membicarakan tentang hal-hal yang tidak menyenangkan dan menetralisasikannya.Sebagai
contoh ungkapan yang diekspresikan terhadap orang yang sedang sekarat danmeninggal
dunia, pengangguran, dan kriminal. Kata dan ekspresi eufemistik jugamemperbolehkan
penutur untuk memberikan label terhadap pekerjaan dan tugas-tugas yangtidak
menyenangkan dan membuatnya terdengar lebih menarik. Eufemisme merupakanendemik
masyarakat pada umumnya; pemujaan terhadap sesuatu yang biasa-biasa saja danterkesan
sepele menjadi terlihat serius.Beberapa publikasi yang ditulis Nadel (khususnya tahun 1954)
terdapat ceritamengenai orang-orang Nupe dari Afrika Barat yang berbeda di antara
masyarakat palingsopan di dunia, yang sangat mempermasalahkan ekspresi mana yang cocok
saat sedangbercakap-cakap dan mana yang tidak. Secara kontinyu mereka menggunakan
circumlocution
(ungkapan-ungkapan tidak langsung) dan eufemisme untuk menghindari secara
langsungpengucapan hal-hal yang bersinggungan dengan bagian-bagian tubuh, fungsi-fungsi
tubuh,seks, dan sebagainya yang dianggap tabu atau tidak enak (
sâru
:Jawa) untuk diucapkan. Padasaat yang bersamaan, mereka memperlihatkan ketertarikan
yang luar biasa terhadap bahasadan mendiskusikan kompleksitas linguistik. Hal ini terjadi
dikarenakan mereka menyadari apayang telah mereka lakukan ketika menggunakan
circumlocution
dan eufemisme.
4
Sebagaimana yang dikatakan Nadel : “Saat menggunakan metafora maupun bentuk
ekspresimanipulasi lainnya, mereka (orang-orang Nupe) selalu sadar akan implikasi
semantik yangditimbulkan dari kalimat tersebut”. Orang-orang Nupe itu ternyata telah
membentuk cara-caratidak langsung yang bisa digunakan untuk mengucapkan hal-hal tabu,
cara yang bisadigunakan ketika berada dalam situasi yang memungkinkan bagi mereka
membebaskan diridari aturan-aturan normal, misalnya di waktu menceritakan kisah-kisah
tertentu atau saatberada dalam pesta-pesta khusus.Tabu dan eufemisme berdampak pada
setiap orang, disadari atau tidak tetapi tetap sajamempengaruhinya. Setiap manusia atau
masyarakat memiliki hal-hal tertentu yang engganuntuk dibicarakan, atau yang tidak layak
dibicarakan langsung secara terang-terangan.Sehingga akan muncul suatu anggapan bahwa
beberapa pemikiran/perasaan tidak bolehdiungkapan dengan kata-kata sebagai sesuatu yang
sulit dijabarkan, dan sedapat mungkin
berusaha untuk tidak mengekspresikannya meskipun kita tahu kata-kata yang bisa
digunakan.Kalau pun harus diekspresikan, kita memilih menggunakan cara-cara yang tidak
langsung(
circumlocution
).
Jenis-Jenis Tabu dan Eufemisme
Tabu memegang peranan penting dalam bahasa, yang mana permasalahan inimerupakan
kategori dari ilmu semantik.
5
Ilmu ini memperhatikan tabu sebagai penyebabberubahnya makna kata. Sebuah kata yang
ditabukan tidak dipakai, kemudian digunakan katalain yang sudah mempunyai makna sendiri.
Akibatnya kata yang tidak ditabukan itumemperoleh beban makna tambahan. Subyek yang
ditabukan sangat bervariasi, seperti seks,kematian, eksresi, fungsi-fungsi anggota tubuh,
persoalan agama, dan politik. Obyek yangditabukan pun beragam antara lain mertua,
perlombaan adu binatang, penggunaan jari tangankiri (yang menunjukkan
sinister
/ancaman) dan sebagainya.
6
Dalam hal ini untuk memudahkanpembahasan penulis ingin melihat dari segi psikologis yang
melatarbelakangi munculnyaistilah tabu.Berdasarkan motivasi psikologis, kata-kata tabu
muncul minimal karena tiga hal,yakni adanya sesuatu yang menakutkan (
taboo of fear
), sesuatu yang membuat perasaan tidak enak (
taboo of delicacy
), dan sesuatu yang tidak santun dan tidak pantas (
taboo of propriety
).
7
Dalam bagian ini penulis mencoba menguraikan dan memberikan contoh masing-masing
jenistabu tersebut untuk memperjelas klasifikasi dan perbedaannya dengan menyertakan
masing-masing bentuk eufemistiknya.1.
Taboo of Fear
Segala sesuatu yang mendatangkan kekuatan yang menakutkan dan dipercaya
dapatmembayakan kehidupan termasuk dalam kategori tabu jenis ini. Demikian juga halnya
denganpengungkapan secara langsung nama-nama Tuhan dan makhluk halus tergolong
taboo of fear
.Sebagai contoh orang Yahudi dilarang menyebut nama Tuhan mereka secara langsung.
Untuk itu mereka menggunakan kata lain yang sejajar maknanya dengan kata ‘
master
‘ dalam bahasaInggris. Di Inggris dan Prancis secara berturut-turut digunakan kata
the Lord
dan
Seigneur
sebagai pengganti kata Tuhan. Nama-nama setan dalam bahasa Prancis pun telah
digantidengan eufemismenya, termasuk juga ungkapan
l’Autre ‘the other one’