Cerpen mengenai Kasih Sayang Seorang kak

Cerpen mengenai Kasih Sayang Seorang kakak
pada Adiknya
Keindahan memang masih ada dikampung yang jauh dari hingar bingarnya budaya perkotaan.
Polusi udara belum menyentuhnya, walaupun televise dan hand phone sudah mulai
mempengaruhi gaya hidup anak-anak muda.
Hidup dua orang bersaudara Yaitu Kakak beradik yang hidup dalam keluarga yang pas-pasan,
bahkan lebih banyak kekurangannya. Tidak jarang kedua kakak-beradik ini saling mengalah.
Misal hari ini kakaknya mengalah tidak mendapat jatah, besok adiknya yang mengalah demi
kakaknya. Tidak ada iri hati dan juga tidak ada kebencian. Kebahagian adik adalah kebahagian
kakak.
Suatu hari mereka bermain besama di rumahnya. Dan si kakak tidak sengaja menjatuhkan vas
bunga milik almarhum Ibunya yang sangat berharga bagi sang Ayah. “ctar” Pecah begitu saja.
Keduanya saling pandang, bungkam dan berpelukan, tidak ada kata tuduhan dan tidak ada
kalimat saling menyalahkan. Mereka kompak, diam dan tidak memberitahukan kepada ayahnya.
Ayahnya masuk dan melihat vas bunganya sudah pecah. Ayah yakin salah satu di antara kedua
anaknya yang menjatuhkannya. Keduanya terdiam saat ditanya.
“Ayu. Kamu yang menjatuhkan vas bunganya?”, pertanyaan ayah kepada anak pertama. Ayu
diam menunduk, mengarahkan pandangan matanya ke lantai dengan ketakutan.
“Rahma. Kamu yang menjatuhkan vas bunganya?”, giliran pertanyaan diajukan kepada adiknya.
Rahma pun diam, menunduk dan mengigit bibirnya.
“Vas bunga ini tidak akan jatuh dengan sendirinya tanpa ada yang menjatuhkannya. Pasti ada

yang menjatuhkannya dari salah satu dari kalian. Kalau tidak ada yang mengaku kalian berdua
akan di hukum.
Mendengar ancaman ayahnya, Rahma langsung angkat bicara.
“Maafkan Rahma ayah, Rahma yang menjatuhkan”.
Rahma mengambil alih tanggung jawab kakaknya demi cinta dan kasih sayang. Dia tahu
konsenkuensi apa yang akan diterima dari ayahnya.
“Mana tangannya, maju ke mari...!”, perintah ayahnya yang sudah siap memukulnya dengan
sepitas bambu. Dan... “Bug... bug... bug...” Bambu itu datang secara bertubi-tubi ke telapak
tangan Rahma. Mata Rahma meneteskan air mata mulutnya merintih rintih menahan sakit.
Sang kakak tidak tahan melihat adiknya yang di pukul oleh Ayahnya. Dia hanya bisa menahan
tangis dan lari ke kamarnya. Di dalam kamar, ia tumpahkan tangisnya. Ada rasa bersalah yang

tak mungkin dimaafkan oleh adiknya. Ada sesal yang tak mungkin bisa dikembalikan. Mengapa
harus adiknya menanggung, padahal dirinya yang melakukan. Dia merasa telah berbuat
kesalahan dan mementingkan diri sendiri. Seharusnya, seorang kakak melindungi adiknya, tapi
kenapa justru adik yang menyelamatkna kakaknya dan terpaksa mengambil alih tanggung jawab
kakaknya.
Sejak saat itulah, Ayu berjanji pada dirinya sendiri akan berbuat apa saja demi sang adik untuk
membantu dalam meraih ke suksesan dan mengembalikan martabat keluarganya.
Waktu terus berjalan. Kedua kakak dan adik telah lulus SMP. Keduanya berhasil mendapatkan

NEM yang mambanggakan sekolahnya, 48.
Seharusnya mereka berdua diterima di SMA yang menjadi idaman semua siswa. Ayahnya
merasa gembira, anaknya lulus SMP. Tetapi kegembiraan itu pupus setelah menyadari betapa
tingginya biaya pendidikan. Bagaimana bisa menyekolahkan kedua anaknya, sementara
perekonomian keluarga lebih banyak kurangnya daripada pasnya. Lagi lagi kedua kakak beradik
itu diuji kebersamaan dan rasa kasih sayangnya.
Mulanya sang adik bersihkeras mengalah demi kakaknya, agar dapat melanjutkan ke SMA. Dia
memilih tidak meneruskan sekolah, membantu orang tua memperkuat perekonomian, agar
kakaknya bisa sekolah. Tetapi kakaknya sudah bersumpah dan berjanji, demi adiknya apapun
akan dilakukan. Rahma harus sekolah.
Kini Rahma sudah duduk di bangku SMA. Biaya pendidikan bisa ditanggungi, apalagi Ayu ikut
berkerja menghidupkan keluarga ini. Masalahnya, sesudah tamat sekolah, Rahma harus
melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Masih mampukah keluarga ini membiayai pendidikan Rahma
sampai tingkat selanjutnya.
“Mbak Ayu, Rahma sekolahnya sampai SMA saja ya?”, Rahma menyampaikan keinginan itu
kepada kakaknya. Dia cukup memaklumi kondisi keluarga. Tetapi Ayu tidak menanggapinya,
justru memberikan motivasi dan mendorongnya untuk terus bisa melanjutkan sekolahnya.
“Rahma, kamu harus terus bias ke pendidikan selanjutnya. Agar dapat meraih ke suksesan dan
membahagiakan keluarga ini. Mbak akan berusaha untuk membantu kamu dalam membiayai
pendidikan kamu Rahma. Mbak akan mencari pekerjaan di kota untuk mendapatkan penghasilan

yang cukup besar.
Ternyata mencari kerja di kota tidak mudah. Apalah arti ijazah SMP, paling paling menjadi
pembantu rumah tangga, atau pelayan toko. Itu pun harus punya koneksi. Masuk penampungan
Yayasan Penyedia PRT atau Baby sitter, harus nanti diberikan kepada pengelola penampungan,
atau tiga bulan gaji untuk yayasan. Cukup lama Ayu mondar mandir, pindah kerja dari satu kerja
ke tempat kerja lain hanya karena gajinya terlalu kecil.
Sedangkan dia sudah punya komitmen membiayai kuliah adiknya.
Lelah sudah usahanya untuk mengais rezeki. Dalam kelelahan itu dia bertemu dengan seorang
yang menawarkan pekerjaan dengan gaji yang cukup besar. Tanpa berfikir panjang, tawaran itu
diterima. Demi sang adik.

Sungguh tak pernah terfikir dan tak pernah dibayangkan, ternyata pekerjaan yang harus
dilakukannya adalah menemani laki laki hidung belang.
Apa mau dikata, terlanjur basah ya sudah mandi sekalian. Cita citanya hanya satu yaitu
membiayai kuliah adiknya.
Inilah sisi kehidupan kota. Wajah wajah seperti Ayu terbilang jumlahnya. Motif dan latar
belakang sangat bervariasi dan berbeda beda. Ayu harus berkerja, tidak ada pilihan lain. Dia
tersenyum disaat orang orang tersenyum, disaat orang orang tersenyum, padahal batinnya
menjerit. Dia harus tampil all out, padahal hatinya hanya untuk adiknya. Dia harus mampu
mengairahkan, padahal tidak mempunyai semangat, kecuali bagaimana cara mendapatkan uang.

Yang paling membuatnya “terpukul” adalah kata hatinya yang bertentangan dengan kenyataan.
Dia harus berbohong kepada kedua orang tuanya. Dia harus berbohong kepada adiknya, dia
harus berbohong kepada dirinya sendiri. Mereka semua tidak pernah tahu apa sebenarnya
pekerjaan Ayu, selain hanya mendapat jawaban kerja di hotel.
Perjalanan Ayu cukup panjang, dari satu meja ke meja lain, dari kamar ke kamar, dari satu
pelukan ke pelukan lain. Pernah ayu mencoba untuk berhenti, tetapi cita citanya mengalahkan
kata hatinya. Pernah juga Ayu datang kepada seorang yang memiliki ilmu agama yang kuat,
tetapi hanya mendapat nasihat supaya berhenti dari pekerjaannya tanpa memberikan solusi
pekerjaan apa yang bisa mendatangkan rezeki.
Ayu sadar apa yang dia lakukan adalah dosa besar. Maka itu di sela sela kesibukannya sebagai
pramusyahwat. Ayu masih melaksanakan ibadahnya dan berdoa menangis kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
“Tuhan adakah yang aku kerjakan ini masih mendapat bagian dari pahala?Tuhan aku mohon
Engkau memberikan jawaban, siapakah yang lebih mulia di antara orang yang melacur demi
mendapatkan kemuliaan-MU, ataukah orang yang merampok, korupsi dan menggarong uang
negara untuk melacur? Tuhan, beri aku kesempatan untuk bertobat setelah selesai tugasku
memuliakan keluarga.”
Tidak sia sia perjuangan Ayu. Rahma telah mampu menempuh pendidikannya dengan tepat
waktu, berhasil mendapatkan gelar sarjana. Tidak tanggung tanggung, Rahma menjadi
mahasiswi teladan, dan mendapat penghargaan.

Rahma tak kuasa menahan tangis ketika disebut namanya, disaat wisuda, di saat profesor
menyerahkan gulungan kertas. Air matanya terus mengalir dan dadanya sesak menahan
keharuan. Segera dia berlari meninggalkan panggung kehormatan mencari Ayu, kakaknya, di
antara kerumunan orang banyak.
Semua perhatian orang tertuju kepadanya, ada keheranan, karena upacara belum selesai. Ada
yang ikut berlari dibelakangnya, khawatir terjadi sesuatu. Ayu ditemukan duduk di deretan
paling belakang, lalu dipeluk dan dicium bertubi tubi. Keduanya terlibat dalam keharuan, tak
bisa berkata kata, selain isak tangis dan sesenggukan. Orang bertanya tanya.

Di situlah, Rahma menyatakan bahwa keberhasilannya adalah milik Ayu, kakaknya. Tidaklah
sebanding pengorbanan kakaknya dengan secarik kertas sertifikat IJAZAH yang diterima.
Terlalu tinggi nilai nilai kasih sayang dan persaudaraan seorang kakak kepada adiknya.
Ayu merasakan beban berat telah lepas dari pundaknya. Ayunan langkahnya terasa ringan.
Sumpah dan janjinya telah dibuktikan. Tanggung jawabnya telah diselesaikan. Ayu kembali
bersama Rahma, kembali ke rumah, kembali kepada fitrahnya meninggalkan semua kehidupan
suram yang bertentangan dengan nuraninya.
Tidak ada yang terpikirkan lagi kecuali sampai di rumah lalu langsung mengelar sajadah, sujud
mohon ampun kepada Tuhan.
Sesungguhnya Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Pengampun dan menerima taubat.
Kasih sayang seorang kakak terhadap adik yang di sayanginya. Atas kesalahan kecil pada masa

lalu nya ketika seorang adik rela di hukum oleh ayahnya demi melindungi kakak tercintanya. Hal
itu lah yang membuat seorang kakak sangat menyayangi sang adik dan melakukan apa saja atas
ke suksesan yang di terima adiknya termasuk menemani laki-laki hidung belang yang tak
seinginan dengan hatinya.

Dokumen yang terkait

Kajian Unsur Intrinsik dalam Kumpulan Cerpen “Gimbal-gimbal Cantik” Karya Laksita Judith Tabina dkk. dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas V dan VI

0 24 3

Analisis perbandingan sebelum dan sesudah penerapan undang-undang perpajakan nomor 36 tahun 2008 mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan implikasinya terhadap perubahan jumlah wajib pajak orang pribadi (studi pada KPP Pratama Serpong)

2 24 111

Eksistensi diri durmmer indie di Kota Bandung :(studi deskriptif mengenai eksistensi diri drummer indie di Kota Bandung)

1 8 13

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen Gumi di Kota Bandung(Studi Deskriptif mengenai Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen Gumi di Kota Bandung)

2 11 1

Tinjauan mengenai perkembangan penyaluran kredit pensiunan dan non pensiunan pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Pusat Bandung Periode 1998-2002 : laporan kerja praktek

0 34 1

Perancangan Media Informasi Kehidupan Seorang Penyayi Pop Sunda (Euis Sekar Lumigar) Melalui Fotografi

0 21 1

Pesan nonverbal dalam gerak Tarian Topeng Klana Cirebon : (studi dekskriptif kualitatif mengenai pesan nonverbal dalam geraka Tarian Topeng Klana Cirebon pada pneari di Sanggar Seni Sekar Pandan Kota Cirebon)

0 13 1

Makna ziarah sebagai media komunikasi transendental : (studi etnografi komunikasi mengenai ziarah di Pemakaman Nangka Beurit Kabupaten Subang)

9 44 155

Representasi Misi Kemanusiaan Dalam Film Fiksi Ilmiah Gravity (Studi Semiotika Roland Barthes mengenai Makna Misi Kemanusiaan Dalam Film Fiksi Ilmiah Gravity)

6 34 87