Representasi Misi Kemanusiaan Dalam Film Fiksi Ilmiah Gravity (Studi Semiotika Roland Barthes mengenai Makna Misi Kemanusiaan Dalam Film Fiksi Ilmiah Gravity)

(1)

iv

mission in Gravity fiction movie) By

Dwiyan Septiyana Taufiq 41810188

This Thesis Under The Guidance Of: Adiyana Slamet, S.IP.,M.Si.

The study intends to find out a representation of humanity mission in the gravity fiction movie. In description, it is focused on any several micro problems including denotative, connotative, and the myth of gravity movie.

The study uses qualitative method with semiotic analysis of Roland Barthes in discover denotative, connotative and the myth of gravity movie. Data collection technique used is literature, browsing, and documentation study. The analyzed objects are eight sequences of the gravity movie.

The result shows that there are three implications according to the semiotic. The denotative meaning is on astronaut performing mission of Hubble telescope starship and saving process of each other when space disaster occurred. The connotative one is on evacuation of astronaut when the rain of starship debris happened in out space. Meanwhile the myth is on the sign of mission in repair the Hubble telescope starship accomplished.

The conclusion is that the mission of human being represent that it is must be implement or accomplished voluntary without reward and assisting each other in the out space disaster.

The suggestion for producer is capable in create the movie on interesting present and contain the understanding value by public.

Keywords: semiotic, human nature mission, and movie.

A. Latar Belakang masalah

Gravity adalah film fiksi ilmiah yang di produksi oleh Warner Bros Pictures bergenre fiksi ilmiah menceritakan kisah astronot NASA yang sedang melaksanakan misi memperbaiki Hubble Telescope yang rusak di luar angkasa oleh Sandra Bullock sebagai Dr Ryan Stone dan rekannya astronot berpengalaman George Clooney sebagai Matt Kowalski.

Film yang menceritakan tentang misi perdana seorang astronot misi perdana Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) dan misi terakhir astronot veteran Matt


(2)

v menipis.

Itulah mengapa dalam film ini rasa kemanusiaan kedua astronot ini saling membantu untuk menyelesaikan misi sebuah satelit yang lepas dan menghancurkan pesawat ulang alik mereka. Seluruh kru dan rekan dari Dr Ryan Stone dan Matt Kowalski telah meninggal karena kehidupan di luar angkasa oksigen semakin menipis sehingga sehingga kesulitan bernafas.

Film ini dirilis pada 4 Oktober 2015 di sutradarai oleh Alfonso Cuaron yang berkebangsaan Mexico. Gravity berdurasi 90 menit. Gravity meraih 7 penghargaan piala Oscar di antaranya Best cinematography, Best Director, Best Film Editing, Best Original Score, Best Sound Editing, Best Sound Mixing, Best Visual Effect. Itu lah beberapa penghargaan dari film Gravity penghargaan tersebut di dapat pada tahun 2014.

Dalam Film Gravity Sandra Bullock berperan sebagai Ryan Stone dan George Clooney sebagai Matt Kowalski keduanya merupakan astronot NASA yang ditugaskan untuk memperbaiki salah satu stasiun milik NASA ISS. Terjadi kejadian bencana, puing-puing dari sebuah serangan rudal menghantam sebuah satelit dan puing-puingnya mengarah dengan kecepatan peluru kearah para astronot yang sedang mengerjakan tugas NASA, satu astronot dihempas puing hingga tak tertolong, Ryan Stone terjebak pada salah satu bagian stasiun yang berputar terkena puing-puing.

Para astronot kehilangan kontak dengan Houston (sebutan markas NASA), Ryan masih berputar-putar tak menentu diruang angkasa bersama bagian stasiun, sementara Matt masih terikat dengan stasiun utama memandu Ryan untuk segera melepaskan diri dengan melepas sabuk pengaman yang mengikatkan dirinya pada bagian bagian stasiun tersebut, setelah berhasil melepaskan sabuk tersebut, Ryan malah terhempas jauh meninggalkan Matt dan stasiun, semakin jauh. Beruntung bagi Ryan, ternyata masih bisa berkomunikasi dengan Matt. Matt menggunakan


(3)

vi

terdekat, yaitu stasiun Suyoz milik uni soviet yang mempunyai semacam pesawat penyelamat.1

Pada saat mereka mulai mendekat pada stasiun Suyoz, Matt tak bisa menurunkan kecepatannya, mereka berdua meluncur bertabrakan dengan bagian stasiun suyoz. Ryan beruntung, kakinya nyangkut pada tali parasut yang menempel pada stasiun, sementara Matt masih tidak dapat pegangan dan akhirnya ditangkap oleh Ryan. Karena melihat kaki Ryan yang tersangkut tali parasut hampir lepas karena menolong Matt, Matt melepaskan genggaman Ryan dan menjauh dari Ryan ke ruang angkasa. Ryan yang masih berada didalam pesawat penyelamat tampak putus asa, karena mendapati bahwa ia tak bisa mengoperasikan pesawat tersebut dan tak bisa berbahasa Rusia, ia pun tak bisa segera menolong Matt. Ditengah keputus asaan Ryan, bayangan-bayangan Matt muncul sebagai penyemangat dan kadang menjadi inspirasi bagi Ryan untuk menyelesaikan setiap halangan yang muncul. Hingga ia menemukan sebuah manual book, step by step dengan gambar bagaimana mengoperasikan pesawat tersebut. Ryan pun selamat berkat Matt yang tanpa sadar, selama ini dekat dengannya, semua kebijaksanaan diingat kembali oleh Ryan, semangatnya juga yang membuat Ryan bangkit dari keputus asaan.

Misi kemanusiaan adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dengan suka rela oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi untuk menjalankan tugas sebagai pahlawan yang rela berkorban dalam misi tugasnya sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam prestasi gemilang dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya


(4)

vii

memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan dan yang ditugaskannya.

Fikisi Ilmiah adalah suatu fiksi spekulatif yang terutama membahas tentang pengaruh sains dan teknolpgi di imajinasikan terhadap masyarakat dan individual. Batasan dan genre ini tidak pernah diterangkan dengan jelas dan garis pembatas sub genrenya yang tidak tetap.

Fiksi adalah sebuah istilah sastra yang berarti tidak benar terjadi atausebuah karangan belaka, kata sifatnya adjektif adalah fiktif, fiksi yang melibatkan, sebagian atau seluruhnya, dengan informasi atau peristiwa yang tidak benar terjadi melainkan berupa imajinasi dan teoritis yang ditemukan.

Film adalah suatu gambar yang bergerak, dengan sebuah alur cerita. Film juga suatu media komunikasi massa yang berisikan pesan dan makna yang dapat memengaruhi penontonnya. Pada dasarnya, film dapat diartikan sebagai potret sebuah cerita kehidupan yang digambarkan oleh sebuah objek yang kemudian dimainkan di bioskop atau televisi. Film juga diartikan sebagai gambar hidup atau lukisan gerak dengan cahaya yang melukiskan lakon kehidupan yang dikemas dalam sebuah pertunjukan berbentuk audio visual. (Effendy, 1981, dalam Ardianto, 2012:145).

Film merupakan salah satu bentuk media massa. Media massa secara umum memiliki fungsi sebagai penyalur informasi, pendidikan, dan hiburan. Film merupakan media audio visual yang sangat menarik karena sifatnya yang banyak menghibur khalayak oleh alur ceritanya. Dengan pasar yang ada sekarang, mulailah banyak orang–orang yang membuat rumah produksi (production house) untuk memproduksi film-film yang menarik serta tumbuh sineas–sineas muda yang mampu membuat karya film menarik.


(5)

viii

yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang kemudian melahirkan berbagai studi komunikasi massa. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk memengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap masyarakat (Sobur, 2009:127).

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda. Kemudian diturunkan dalam bahasa Inggris menjadi Semiotics. Dalam bahasa Indonesia, semiotika atau semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berperilaku dan berkomunikasi tanda merupakan unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti. Semiotika atau dalam istlah Barthes adalah semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (Humanity) memaknai hal-hal (Things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179 dalam Sobur, 2009:15).

Semiotika dapat dikaji melalui analisis semiotika dari Roland Barthes yang lebih mengedepankan pada aspek makna denotasi, makna konotasi dan makna mitos. Makna denotasi sendiri merupakan makna harfiah atau makna yang sesungguhnya. Sementara konotasi merupakan makna yang menjadi kiasan dari sebuah makna, sedangkan mitos sendiri merupakan pengungkapan apa yang terjadi pada periode tertentu.

Berkaitan dengan film yang pesan dan makna yang menjadi perhatian dari peneliti dalam penelitian ini ialah dari segi semiotiknya. Dengan semiotika, akan membantu peneliti untuk dapat menelaah arti bentuk suatu komunikasi yang ada didalamnya. Sederhananya semiotika itu adalah ilmu yang mempelajari tentang


(6)

ix

terdapat dalam film yang akan diteliti yakni film Gravity.

Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunaannya sehingga disebut tanda.

Berhubungan dengan film yang sarat akan simbol dan makna, maka yang menjadi perhatian peneliti disini adalah dari segi semiotikanya, dimana dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada di dalamnya yang tersirat. Semiotika itu adalah ilmu yang mempelajari tentang makna. Makna yang berada dalam film tentu saja berbeda dengan format makna yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja. Seperti dengan makna yang terdapat dalam film Gravity.

Terdapat pesan-pesan yang terkandung dalam film ini, perjuangan astronot untuk saling menyelamatkan bencana luar angkasa dan berusaha untuk kembali ke bumi. Film ini menceritakan yang penuh perjuangan penyelamatan diri serta bertarung nyawa demi mempertahankan kelompok yang dijunjungnya. Pesan tersebut pun dapat ditangkap secara visual oleh penonton film tersebut.

B. Rumusan Masalah 1. Pertanyaan Makro

Dari uraian dan latar belakang masalah di atas yang telah di jelaskan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana Representasi Misi Kemanusiaan Dalam Film Fiksi Ilmiah “Gravity”?”


(7)

x

2. Bagaimana tanda konotatif tentang misi kemanusiaan dalam Film fiksi ilmiah Gravity?

3. Bagaimana mitos tentang misi kemanusiaan dalam Film fiksi ilmiah Gravity?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan mendeskripsikan makna misi kemanusiaan pada film fiksi ilmiah Gravity. 2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui makna denotatif Misi Kemanusiaan dalam Film fiksi ilmiah Gravity.

2. Untuk mengetahui makna konotatif Misi Kemanusiaan dalam Film fiksi ilmiah Gravity.

3. Untuk mengetahui makna mitos Misi Kemanusiaan dalam Film fiksi ilmiah Gravity.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori semiotika dalam komunikasi massa. Lalu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kajian bahwa suatu film dapat mencerminkan sebagai hiburan dan pengaruhnya besar dalam kehidupan.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yaitu sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan dalam


(8)

xi

memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa program studi ilmu komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia dalam pengembangan dan penerapan ilmu komunikasi dan sebagai perbandingan bagi penelitian sejenis sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya yaitu mengkaji langsung mengenai analisis semiotik yang terdapat dalam sebuah karya film.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pemahaman mengenai kajian semiotika serta pemahaman mengenai sebuah film. Lalu Masyarakat hanya menyaksikan sebuah film dari unsur hiburannya saja, penelitian ini pun dirasa sangat berguna untuk menambah pengetahuan bagi penggemar film.

A. Pembahasan

Sesuai judul dari penelitian ini, maka pembahasan yang dilakukan yaitu analisis semiotik Roland Barthes pada Film misi kemanusiaan fiksi ilmiah Gravity. Dalam film ini tersebut terdapat makna. Dari makna denotatif, konotatif dan mitos/ideologi yang ada pada film berhasil diidentifikasi kemudian dianalisis dan memiliki maksud, arti tertentu, serta makna tersembunyi yang mendalam.

Makna merupakan sesuatu yang bersifat pesan, bisa dipersepsi indera kita tanda mengacu pada sesuatu diluar makna itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut makna.

Berkaitan dengan film yang sarat akan simbol dan makna, maka yang akan menjadi perhatian peneliti disini adalah segi semiotiknya. Dimana dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada di dalamnya. Sederhananya semiotika itu adalah ilmu mempelajari tentang makna. Makna yang


(9)

xii

makna yang terdapat dalam film fiksi ilmiah Gravity.

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikan model liguistik dan semiologi Saussarean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama: eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Bertens (2001:208 dalam Sobur, 2009:63).

Pembahasan ini peneliti membahas apa saja yang menjadi makna-makna yang terdapat dalam sequence yang menjadi subyek penelitian yang mewakili tentang symbol yang akan dijelaskan melalui pembedahan makna denotatif, konotatif, serta mitos/ideologi.

1. Makna Denotatif pada film Fiksi Ilmiah Gravity

Sequence-1 makna denotatif yang muncul dari sequence tersebut adanya rasa kemanusiaan dari Dr Ryan Stone dan Matt Kowalski yang sedang melakukan misi menyelesaikan memperbaiki kapal hubble telescope yang rusak di luar angkasa.

Sequence-2 makna denotatif yang muncul dari sequence tersebut adanya Dr Ryan Stone sedang bekerja memperbaiki bagian komponen kapal yang rusak dan hasilnya masih negative, teknisi merekomendasikan pemeriksaan visual mencari kerusakannya

Sequence-3 makna denotatif yang muncul pada seqeunce saat Matt Kowalski sedang menikmati pemandangan luar angkasa karena Matt sedang bertugas sekaligus tugas terakhirnya sebagai astronot.

Sequence-4 Matt Kowalski membantu Dr Ryan Stone dengan izin terdahulu lalu Dr Ryan Stone tidak keberatan jika Matt membantu Dr Ryan Stone, dan terlihat dari Dr Ryan Stone tersenyum melihat Matt Kowalski membantu pekerjaan Dr Ryan Stone.

Sequence-5 makna denotatif pada sequence ini Matt Kowalski berbicara pada Dr Ryan Stone mengatakan yang harus diketahui bahwa di


(10)

xiii

angkasa melaporkan bencana puing terjadi dari satelit BSE,. Lalu Dr Ryan Stone pun terapung-apung di luar angkasa akibat bencana dan Dr Ryan pun mengalami kekurangan oksigen.

Sequence-7 makna denotatif pada sequence ini adalah Dr. Ryan Stone dan Matt Kowalski berjalan menuju kapal untuk istirahat namun terjadi hampir kecelakaan keduanya hilang kendali, tetapi Matt Kowalski ingin Dr Ryan Stone selamat dari bencana luar angkasa dan Matt Kowalski pun melepas tali penghubung Dr Ryan Stone dan Matt Kowalski

Sequence-8 yaitu sequence terakhir ini adalah Pada saat berada di kapal Dr Ryan Stone berusaha menghubungi seseorang di bumi untuk menyelamatkan Dr Ryan Stone untuk kembali ke bumi, lalu tidak lama Matt Kowalski dating kembali ke kapal tersebut untuk membantu memperbaiki dan menyetel kapal Dr Ryan Stone yang mengalami gangguan.

2. Makna Konotatif pada Film Fiksi Ilmiah Gravity

Sequence-1 makna konotatif Matt Kowalski laporan kepada Dr Stone bahwa medis mengatakan suhu tubuhmu turun 35,9°C dan detak jantungnya naik sampai 70 per menit, dan Dr Stone mengatakan ia tidak apa-apa.

Sequence-2 Astronot yang merupakan profesi yang di ambil oleh Dr Ryan Stone sangat suka rela dan sangat membantu memperbaiki kapal yang komponen yang tidak berfungsi.

Sequence-3 Matt Kowalski mengatakan kita tahu kita tidak peduli dengan masalah ini tapi sebagian catatan penundaan ini tak akan lama agar bisa mematahkan rekor berjalan di luar angkasa, rekor selama 75 menit.

Sequence-4 Dr Ryan Stone sebelum menjadi astronot adalah dokter di sebuah rumah sakit dan ia berpengalaman tentang menginstal panel ini dalam


(11)

xiv terbiasa dengan ini.

Sequence-6 Bagian cuaca luar angkasa melaporkan adanya hujan puing dari satelit BSE. Dr Stone meminta transpoetasi lebih cepat. Dr Stone mengatakan kita harus pergi cepat-cepat, Kennedy bagian cuaca melaporkan kondisi tak memungkinkan mendarat ke bumi, sehingga Dr Ryan Stone terbawa angin dan meninggalkan Matt Kowalski hingga jarak cukup jauh.

Sequence-7 makna konotatif yang diambil dari sequence ini Dr Stone mengatakan kepada Matt ulurkan tanganmu dan aku memegangimu, peganglah aku akan menarikmu, bertahanlah aku akan menarikmu, lalu Matt ingin Dr Stone melepaskan pegangannya dan ingin Dr Stone bisa bertahan hidup di luar angkasa karena tali yang digunakan kendur. Matt mengatakan kau harus melepasku atau kita berdua akan mati.

Sequence-8 Dr Ryan Stone mengatakan mayday-mayday ya mayday aku Dr Ryan Stone aku butuh bantuan. Lalu Matt tiba berada di kapal dan masuk menghampiri Dr Stone mengatakan periksa jammu tiga belas jam lebih sebelas menit, aku menemui sedikit baterai cadangan sangat membantu saat kau tidak disebelahku mengganggu konsentrasiku, aku tidak mengira kau selamat.

3. Makna Mitos pada Film Fiksi Ilmiah Gravity

Sequence-1 Bagian medis bertanya pada Dr Ryan Stone apa kau mau kembali Exploler lalu Dr Ryan Stone menjawab kami sudah seminggu disini, biar kuselesaikan ini kurasa kita tidak dapat kemajuan.

Sequence-2 Dr Ryan Stone dan Matt Kowalski sedang menjalankan misi untuk memperbaiki kapal luar angkasa yang adanya rusak beberapa komponen

Sequence-3 Matt Kowalski menghargai kesabaran Dr Ryan Stone yang sedang berusaha menjalankan misi memperbaiki kapal dan Matt yakin


(12)

xv

satu jam sedangkan Matt Kowalski adalah hanya pengemudi bis sebelum menjadi astronot.

Sequence-5 Matt Kowalski mensyukuri bahwa Matt bisa merasakan ketenangan dan keheningan berada di laur angkasa merasakan kenyamanan berada di atas bumi, namun perjalanan misi ini adalah perjalanan terakhir bagi Matt Kowalski, maka Matt sangat menikmati perjalanan terakhirnya yang akan pensiun..

Sequence-6 Bagian cuaca melaporkan adanya hujan puing dari BSE, lalu Matt Kowalski segera membantu Dr Ryan Stone yang terikat di bagian kapal dan Dr Stone berputar-putar dan hilang kendali terapung-apung jauh.

Sequence-7 Dr. Stone dan Matt Kowalski pada saat akan menuju kapal keduanya hilang kendali dan tidak bisa rem karenakan angin luar angkasa yang cukup kencang sehingga Dr Stone dan Matt Kowalski saling berpegangan menggunakan tali penghubung yang keadaan yang sudah putus.

Sequence-8 Dr. Ryan Stone meminta bantuan kepada Stasiun di Cina dan mendapatkan dari respon aningaaq stasiun di Russia, asalanya dari bumi, Dr Stone meminta aningaaq tolong buat anjingmu menggonggong lagi untukku.

1. Kesimpulan

Film merupakan salah satu bentuk media massa dimana memiliki fungsi sebagai penyampaian informasi, pendidikan serta hiburan untuk khalayak. Kemudian film juga mengandung sebuah makna yang sarat akan makna yang bisa ditelaah lebih dalam untuk dijadikan suatu diskusi dan sebuah penelitian yang diperlukan untuk sebuah metode penelitian semiotika. Untuk itu film tersebut akan dianalis agar dapat dimunculkan sebuah makna dan tanda untuk dijadikan ulasan yang mendalam.


(13)

xvi

pakaian lengkap astronot yang sedang memperbaiki kapal satelit di luar angkasa, sequence-2: terlihat Dr Ryan Stone sedang memeriksa dan memeriksa teknisi satelit kapal dari bagian visual yang rusak merupakan bagiantujuan misi ini. Sequence-3: terlihat pada Matt Kowalski sedang mengelilingi suasana luar angkasa akrena Matt menjalankan misi terakhirnya sebagai astronot, sequence-4: terlihat Dr Ryan Stone dan Matt Kowalski menyelesaikan misi dan terlihat dilbelakang mereka adanya planet bumi yang menandakan mereka sedang diluar angkasa, sequence-5: dengan alunan music instrumental Matt sambil memandang Planet Bumi bahwa pemandangan sangat indah karena Matt merasakan keheningan dan ketenangan, sequence-6: terlihat pada sequence terjadinya bencana luar angkasa dan Dr Ryan Stone mengalami kekurangan oksigen, sequence-7: terlihat Dr Ryan Stone dan Matt Kowalski memegangi tali penghubung yang sudah kendur dan Dr Stone merelakan Matt demi terselamatnya nyawa dari Dr Stone dari bencana, sequence-8: terlihat Dr Stone yang terjebak dalam kapal satelit untuk mencari sinyal untuk bisa mengevakuasi agar bisa kembali ke Bumi.

b. Makna Konotatif mengenai adegan misi kemanusiaan adalah: sequence-1: Matt Kowalski laporan kepada Dr Stone bahwa medis mengatakan suhu tubuhmu turun, dan Dr Stone mengatakan ia tidak apa-apa, seuqnce-2: Dr Stone yang mengambil profesi sebagai astronot dan sangat membantu memperbaiki satelit kapal yang komponen tidak berfungsi, sequence-3: Matt Kowalski mengatakan kita tahu kita tidak peduli dengan masalah ini tapi sebagian catatan penundaan ini tak akan lama agar bisa mematahkan rekor berjalan di luar angkasa, rekor selama 75 menit, sequence-4: Dr Ryan Stone sebelum menjadi astronot adalah dokter di sebuah rumah sakit dan ia berpengalaman tentang menginstal panel ini dalam satu jam,


(14)

xvii

bumi, sequence-7: Matt ingin Dr Stone melepaskan pegangannya dan ingin Dr Stone bisa bertahan hidup di luar angkasa karena tali yang digunakan kendur. Matt mengatakan kau harus melepasku atau kita berdua akan mati, sequence-8: Dr Ryan Stone aku butuh bantuan. Lalu Matt tiba berada di kapal dan masuk menghampiri aku menemui sedikit baterai cadangan sangat membantu saat kau tidak disebelahku mengganggu konsentrasiku, aku tidak mengira kau selamat.

c. Makna Mitos mengenai adegan misi kemanusiaan adalah: sequence-1: Bagian medis bertanya pada Dr Stone apa kau mau kembali Exploler lalu Dr Ryan Stone menjawab sudah seminggu disini, sequence-2: Dr Ryan Stone dan Matt Kowalski menjalankan misi untuk memperbaiki kapal luar angkasa yang adanya rusak beberapa komponen, sequence-3: Matt Kowalski menghargai kesabaran Dr Ryan Stone yang sedang berusaha menjalankan misi memperbaiki kapal satelit, sequence-4: Dr Ryan Stone mengatakan sebelum menjadi astronot adalah dokter di sebuah rumah sakit, sequence-5: Matt bisa merasakan ketenangan dan keheningan berada di laur angkasa merasakan kenyamanan berada di atas bumi, sequence-6: Bagian cuaca melaporkan adanya hujan puing dari BSE, lalu Matt Kowalski segera membantu Dr Ryan Stone yang terikat di bagian kapal satelit, sequence-7: Dr. Stone dan Matt Kowalski saling berpegangan menggunakan tali penghubung yang keadaan yang sudah putus, sequence-8: Dr. Ryan Stone meminta bantuan kepada Stasiun di Cina dan di Rusia mendapatkan dari respon aningaaq stasiun di Russia.

2. Saran

a. Saran bagi akademis

Analisis semiotika merupakan hasil analisis yang tepat untuk mempelajari lebih mendalam arti dari sebuah makna film. Oleh karena itu,


(15)

xviii perkembangan perfilman.

b. Saran Bagi Penonton (Audiens)

1. Film ini merupakan film yang menarik untuk di simak dan dipelajari dengan baik. Bahwa pada dasarnya segala sesuatunya sudah ada yang mengatur dengan aturan itulah yang seharusnya ditaati dengan baik. 2. Penonton harus melihat dengan jelas apa yang ditampilkan dalam film

merupakan sebuah pembelajaran khusus yang secara tidak langsung ada bagian diri masing-masing individu oleh karena itu film tidak hanya dilihat dari trailer-nya saja melainkan dilihat secara keseluruhan film agar mengetahui film yang berkualitas.

c. Saran Praktisi Film

1. Film merupakan sebuah sarana yang kompoten untuk menyampaikan suatu realitas yang terdapat di masyarakat, seperti pentingnya arti sebuah Kemanusiaan. Oleh karena itu usaha yang dilakukan oleh sang pembuat film Gravity bukan saja berisikan tanda Kemanusiaan melainkan bersisi tentang pesan yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam saling menolong dan membantu.

2. Pada karya-karya dalam memproduksi film yang isinya terdapat pesan-pesan yang sifatnya edukatif, informatif, dan menghibur, serta memiliki nilai guna untuk audiens baik dimata dunia ataupun di Indonesia sendiri

3. Jenis dan isi film yang dibuat harus semakin menampilkan keberagaman yang dapat memperlihatkan keberadaan situasi di luar angkasa yang berprofesi sebagai astronot.


(16)

xix Yogyakarta, Jalasutra

Effendy Uchana. Onong 2013. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek: Cetakan kedua puluh lima Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fiske, John 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi-Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Penerjemah. Hapsari Dwiningtyas. Jakarta. PT Rajagrafindao Persada. Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi, Cetakan Keempat. Bandung.

Remaja Rosdakarya

Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.


(17)

iv

mission in Gravity fiction movie) By

Dwiyan Septiyana Taufiq 41810188

This Thesis Under The Guidance Of: Adiyana Slamet, S.IP.,M.Si.

The study intends to find out a representation of humanity mission in the gravity fiction movie. In description, it is focused on any several micro problems including denotative, connotative, and the myth of gravity movie.

The study uses qualitative method with semiotic analysis of Roland Barthes in discover denotative, connotative and the myth of gravity movie. Data collection technique used is literature, browsing, and documentation study. The analyzed objects are eight sequences of the gravity movie.

The result shows that there are three implications according to the semiotic. The denotative meaning is on astronaut performing mission of Hubble telescope starship and saving process of each other when space disaster occurred. The connotative one is on evacuation of astronaut when the rain of starship debris happened in out space. Meanwhile the myth is on the sign of mission in repair the Hubble telescope starship accomplished.

The conclusion is that the mission of human being represent that it is must be implement or accomplished voluntary without reward and assisting each other in the out space disaster.

The suggestion for producer is capable in create the movie on interesting present and contain the understanding value by public.


(18)

iii

Dalam Film Fiksi Ilmiah Gravity) Oleh:

Dwiyan Septiyana Taufiq NIM: 41810188

Skripsi ini di bawah bimbingan: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi misi kemanusiaan dalam film fiksi ilmiah Gravity. Untuk menjelaskannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu makna denotatif, makna konotatif, dan makna mitos dalam film Gravity.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes untuk mengetahui denotatif, konotatif, dan mitos yang tersembunyi dalam film tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, internet searching, dan studi dokumentasi. Objek yang dianalisis merupakan sequence yang terdapat dalam film Gravity dengan mengambil delapan sequence.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat tiga makna sesuai dengan semiotika Roland Barthes. Makna denotatif seorang astronot sedang melaksanakan misi untuk memperbaiki kapal huble telescope dan saling menyelamatkan saat terjadi bencana luar angkasa. Makna konotatif dengan saling menolong astronot ketika bencana hujan puing luar angkasa. Sedangkan mitos merupakan sebuah tanda misi memperbaiki kapal hubble telescope bisa selesai.

Kesimpulan yang dihasilkan bahwa misi kemanusiaan memperlihatkan bahwa misi kemanusiaan merupakan misi yang harus di laksanakan atau harus di kerjakan yang sukarela tanpa pamrih dan saling menolong dengan adanya bencana diluar angkasa.

Saran bagi para sineas agar dapat membuat sebuah film dengan tampilam film yang menarik dengan mengandung nilai yang dipahami baik oleh masyrakat luas.


(19)

11 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pstaka ini, peneliti mengawali dengan penelitian terdahulu yang memang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pelengkap serta pembimbing yang membantu sehingga penulisan skirpsi ini lebih memadai.

Hal ini untuk memperkuat tinjauan pustaka berupa penelitian yang ada. Karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitisn ini adalah pendekatan kualitatif yang berbagai perbedaan serta cara pandang mengenai objek yang tertentu, meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah hal yang wajar dan untuk saling melengkapi.

2.1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Peneliti mengawali penelitian terdahulu yang relevan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan referensi yang terdahulu untuk pelengkap serta pembanding sehingga lebih memadai.


(20)

Tabel 2.1 Tabel Terdahulu

Uraian

Nama Peneliti

Alfiah Siti Destiawati Universitas Universitas Komputer Indonesia

Judul Penelitian

Representasi Solidaritas pecinta alam dalam film “Pencarian Terakhir

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui makna semiotik tentang Solidaritas dalam film Pencarian Terakhir

Metode Penelitian

Pendekatan Kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes

Persamaan dan Perbedaan dengan Skripsi ini

Persamaan dari penelitian ini pada objek penelitian, yaitu film. Pendekatan yang digunakan sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan semiotika dari Roland Barthes. Perbedaannya terletak pada film yang diteliti. Sedangkan peneliti menganalisis film “Gravity

Tabel 2.2 Tabel Terdahulu

Uraian

Nama Peneliti Eko Nugroho Universitas Universitas Komputer Indonesia

Judul Penelitian

Representasi Rasisme dalam film “This Is England”

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui makna semiotik tentang rasisme dalam film This Is England


(21)

Metode Penelitian

Pendekatan Kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes

Persamaan dan

Perbedaan dengan Skripsi ini

Persamaan dari penelitian ini pada objek penelitian, yaitu film. Pendekatan yang digunakan sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan semiotika dari Roland Barthes. Perbedaannya terletak pada film yang diteliti. Sedangkan peneliti menganalisis film “Gravity

Tabel 2.3 Tabel Terdahulu

Uraian

Nama Peneliti Dony Indra Ramadhan Universitas Universitas Komputer Indonesia

Judul Penelitian

Representasi Holiganisme dalam film “Green Street Hooligans” Tujuan

Penelitian

Untuk mengetahui makna semiotik tentang Holiganisme dalam film Green Street Hooligans

Metode Penelitian

Pendekatan Kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes Persamaan

dan

Perbedaan dengan Skripsi ini

Persamaan dari penelitian ini pada objek penelitian, yaitu film. Pendekatan yang digunakan sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan semiotika dari Roland Barthes. Perbedaannya terletak pada film yang diteliti. Sedangkan peneliti menganalisis film “Gravity


(22)

2.1.2 Tinjauan Pustaka

2.1.2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

Ilmu Komunikasi merupakan hasil suatu proses perkembangan yang panjang. komunikasi diterima dengan baik diseluruh dunia. Hal tersebut merupakan hasil dari perkembangan publistik dan ilmu komunikasi massa dimulai adanya pertemuan antara tradisi Eropa yang mengembangkan ilmu publistik dengan tradisi Amerika yang mengembangkan ilmu komunikasi massa.

Dalam hidup dan kehidupannya, manusia tidak berdiri sendiri. Manusia adalah merupakan bagian dari alam semesta, akan tetapi alam semesta pun adalah bagian daripada manusia itu sendiri. Komunikasi manusia, sebagai mahluk sosial dalam melaksanakan kehidupannya, manusia harus berhubungan dengan orang lain, dengan lingkungan pada umumnya. Semua hubungan-hubungan dengan orang lain, pada umumnya dilakukan atau dimulai dengan suara, tangis, bicara, tertawa dan seterusnya.

2.1.2.2 Pengertian Komunikasi

Istilah kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin communis yang berarti “sama”, communico, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata - kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna,


(23)

atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, “Kita mendiskusikan makna, dan “Kita mengirimkan pesan”.

Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa. Suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) baik secara langsung (tatap-muka) ataupun melalui media (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi.

Menurut Bernard Berelson dan Barry A.Stainer dalam buku Mahi M.Hikmat mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan bahasa, gambar-gambar, bilangan, grafik dan lain-lain. Jadi, komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, penyampaian informasi tersebut bukan hanya dalam bentuk bahasa tetapi bisa dalam bentuk lain misalnya saja gambar dan grafik.

Uraian diatas dapat disimpilkan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian suatu informasi atau pesan yang disampaikan dengan berbagai macam bukan disampaikan dengan bahasa saja.


(24)

Berikut adanya pendapat para ahli tentang pengertian komunikasi sebagai berikut:

A. Bernard Barelson & Gary A. Steiner

Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan symbol, kata-kata, gambar, grafis, angka dan sebagainya.

B. Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi ketika suatu sumber penyampaian suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

C. Everett M.Rodgers

Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, yang dimaksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

D. Theo Fore M. Newcomb

Tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transisi informasi terdiri dari rangsangan yang deskriminatif, dari sumber kepada penerima.

E. Raymond Ross

Komunikasi adalah proses menyortir, memilih dan pengiriman symbol-simbol sedemikian rupa agar membantu membangkitkan respons atau makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan olrh komentator.


(25)

Beberapa pengertian peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna atau pesan dari seseorang kepada orang lain dengan dimaksud untuk mempengaruhi orang lain. 2.1.2.3 Definisi Komunikasi Menurut Para Ahli

 Chal I Hovland.

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan biasanya lambing verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.

 Bernard Barelson & Gary A. Steiner

Komunikasi adalah transisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan symbol, kata-kata gambar, figure, grafik dan sebagainya.

 Theodore M. Newcomb

Tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transisi informasi terdiri dari rangsangan yang deskriminatif, dari sumber kepada penerima.

2.1.2.4 Komunikasi Verbal

Pesan Verbal adalah suatu pesan yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang dilancarkan secara lisan maupun tulisan. Tubb (1998:8) mengemukakan bahwa pesan verbal adalah semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan satu kata atau lebih. Selanjutnya Tubbs mengemukakan bahwa pesan verbal terbagi atas dua kategori yakni (1) Pesan verbal disengaja dan (2) pesan verbal tidak disengaja. Pesan


(26)

verbal yang disengaja adalah usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Pesan verbal yang tidak disengaja adalah sesuatu yang kita katakan tanpa bermaksud mengatakan hal tersebut.

Salah satu hal yang penting dalam pesan verbal adalah lambang bahasa. Konsep ini perlu dipahami agar dapat mendukung secara positif aktivitas yang dilakukan seseorang. Liliweri (1994:2) mengatakan bahwa bahasa merupakan medium atau sarana bagi manusia yang berpikir dan berkata tentang suatu gagasan sehingga dikatakan bahwa pengetahuan itu adalah bahasa. Bagi manusia bahasa merupakan faktor utama yang menghasilkan persepsi, pendapat dan pengetahuan.

Rakhmat (2001:269) mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari fungsinya, sehinggga bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan” karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkai supaya memberikan makna.


(27)

2.1.2.5 Komunikasi Non Verbal

Pesan nonverbal adalah suatu pesan tanpa kata-kata yang mengemukakan bahwa pesan nonverbal adalah semua pesan yang kita sampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata yang kita pergunakan. Dalam kaitannya dengan bahasa, pesan-pesan nonverbal masih dipergunakan karena dalam praktiknya antara pesan verbal dan nonverbal dapat berlangsung secara serentak atau simultan.Pesan merupakan salah satu unsur dalam komunikasi. komunikasi nonverbal ada enam fungsi utama, yaitu :

1. Untuk menekankan. Komunikasi nonverbal digunakan untuk menekankan atau menonjolkan beberapa bagian dari pesan verbal, 2. Untuk melengkapi. Komunikasi nonverbal digunakan untuk

memperkaya pesan verbal,

3. Untuk menunjukkan kontradiksi. Pesan nonverbal digunakan untuk menolak pesan verbal, atau memberikan makna lain terhadap pesan nonverbal.

4. Untuk mengatur. Komunikasi nonverbal digunakan untuk mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan komunikator untuk mengatur pesan verbal.

5. Untuk mengulangi. Pesan ini digunakan untuk mengulangi kembali gagasan yang sudah dikemukakan secara verbal.


(28)

Adapun, menurut DeVito (1997:187-216), Komunikasi nonverbal dapat berupa gerakan tubuh, gerakan wajah, gerakan mata, komunikasi ruang kewilayahan, komunikasi sentuhan, parabahasa dan waktu. Seorang komunikator dituntut kemampuannya dalam mengendalikan komunikasi nonverbal yang diamati adalah gerakan tubuh (gerakan tangan, anggukan kepala dan bergegas), gerakan wajah (tersenyum, cemberut, kontak mata) dan parabahasa (suara lembut, merendahkan suara dan menaikan suara).

Stewart dan Angelo (1980) dalam Mulyana (2005:112-113), berpendapat bahwa bila kita membedakan verbal dan nonverbal dan vokal dan nonvokal, kita mempunyai empat kategori atau jenis komunikasi. Komunikasi verbal/vokal merujuk pada komunikasi melalui kata yang diucapkan. Dalam komunikasi verbal/nonvokal kata-kata digunakan tapi tidak diucapkan. Komunikasi nonverbal/vokal gerutuan, atau vokalisasi. Jenis komunikasi yang keempat komunikasi nonverbal/nonvokal, hanya mencakup sikap dan penampilan.

2.1.2.6 Tinjauan Representasi

Representasi adalah bagian dari pengembangan dari ilmu pengetahuan sosial.dalam perkembangannya ada dua teori dalam teori pengetahuan sosial yaitu apa yang disebut kongnisi sosial, representasi adalah suatu konfigurasi atau bentuk atau susunan yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Tujuan dalam menerapkan ilmu pengetahuan untuk memahami bagaimana interpersonal, understanding, dan moral judgement.


(29)

Ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada dikepala kita masing-masing (peta konseptual), representasi mental merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, bahasa berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya dapat mengubungkan konsep dan ide-ide tentang sesuatu dengan tanda symbol tertentu. Media sebagai suatu teks banyak menebarkan bentuk-bentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media menunjuk pada bagaimana seseorang atau kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.

Representasi merupakan proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa ciri fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu, yang dirasa, dimengeti, diimajinasikan atau dirasakan dalam bentuk fisik.

2.1.2.7 Tinjauan Misi Kemanusiaan

Misi kemanusiaan adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dengan suka rela oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi untuk menjalankan tugas sebagai pahlawan yang rela berkorban dalam misi tugasnya sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam prestasi gemilang dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia,


(30)

sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi. Seorang pahlawan bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa negaranya disebut juga sebagai patriot. Misi tujuan dan alasan mengapa organisasi itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan dan yang ditugaskannya.

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Massa

Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Massa diartikan sebagai sesuatu yang meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.

Dalam komunikasi massa, yang memiliki otoritas tunggal adalah media massa yang memproduksi, menyeleksi, dan menyampaikannya kepada khalayak. Oleh karena itu komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik


(31)

(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanik seperti; radio, televisi, surat kabar dan film. Pesan-pesan bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

Media komunikasi yang termasuk media masaa adalah: radio siaran dan televise, keduanya dikenal sebagai media elektronik. Surat kabar dan majalah keduanga disebut sebagai media cetak Serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop (Ardianto,dkk,2013;3)

Sedangkan menurut para ahli komunikasi lainnya. Joseph A. devito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Lalu mengemukakkannya definisinya dalam dua item, yaitu:

“pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini bukan berarti bahwa khalayak meliputi seluruh produk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agar sukar untuk di definisikan. Kedua, komunikasi adalah komunikasi yang di salurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan meurut bentuknya: televisi, radio, siaran, surat kabar, majalah, dan film-film”(Efendy,19:26 dalam Ardianto,2012;5-6)


(32)

2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi Komunikasi massa secara umum antara lain adalah:

1. Fungsi Informasi, adalah penyebar informasi yang merupakan suatu kebutuhan pembaca, pendengar, atau penonton.

2. Fungsi Mempengaruhi, adalah untuk mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk, feature, iklan, artikel, dan sebagainya, dimana khalayak dapat terpengaruh oleh iklan yang ditayangkan di televisi.

3. Fungsi pendidikan, adalah sarana pendidikan bagi khalayaknya, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik, melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan yang berlaku kepada pembacanya

4. Fungsi adaptasi lingkungan, adalah setiap manusia berusaha untuk penyesuaian diri dengan lungkungannya untuk dapat bertahan hidup

5. Proses pengembangan Mental, adalah untuk mengembangkan wawasan yang membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain, karena dengan komunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelekualitasnya.


(33)

2.1.3.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri komunikasi massa Onong Uchjana Efendy, yaitu: 1. Komunikator pada komunikasi massa melembaga 2. Pesan komunikasi massa bersifat umum

3. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan 4. Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen 5. Komunikasi massa berlangsung satu arah (Efendy,2000:37) Komunikator melakukan komunikasi atas nama organisasi atau institusi, maupun instansi. Mempunyai struktur organisasi garis tanggung jawab tertentu sesuai dengan kebijakan dan peraturan lembaganya.

Komunikasi massa menyampaikan pesan yang ditujukan kepada umum, karena mengenai kepentingan umum juga. Maka komunikasi yang ditujukan perorangan atau kelompok orang tertentu tidak termasuk ke dalam komunikasi massa. Komunikasi massa mencapai komunikasi dari berbagai golongan, berbagai tingkat pendidikan, usia, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.

Komunikasi melalui media massa dapat dinikmati oleh komunikan yang jumlahnya tidak terbatas dan terpisah secara geografis pada saat yang sama. Komunikasi massa menyebarkan pesan yang menyangkut masalah kepentingan umum. Oleh karena itu, siapapun yang dapat memanfaatkannya.


(34)

2.1.4 Tinjauan Tentang Film

Film merupakan salah satu bentuk media massa. Media massa secara umum memiliki fungsi sebagai penyalur informasi, pendidikan, dan hiburan. Film merupakan media audio visual yang sangat menarik karena sifatnya yang banyak menghibur khalayak oleh alur ceritanya.

Film dimasukan dalam kelompok komunikasi massa. Selain mengandung hiburan, film juga memuat pesan edukatif. Namun aspek social kontrolnya tidak sekuat surat kabar atau majalah serta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta dalam film ditampilkan secara abstrak, dimana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang ada, atau yang ditengah terjadi pada masyarakat, bahkan dalam film cerita dibuat secara imajinatif.

Melalui bahasa yang diucapkan kita dapat menungkapkan isi hati, gagasan, data, fakta dan kita mengadakan kontak dan hubungan dengan orang lain. Demikian halnya dengan film yang juga menghasilkan bahasa. Melalui gambar-gambar yang disajikan di layar, film mengungkapkan maksudnya, menyampaikan fakta dan mengajak penonton berhubungan dengannya.

Pembuatan film dimulai pada pemulaan abad 18 dan akhir abad ke-19. Di Amerika sendiri film dimulai dibuat pada tahun 1895 dengan adanya film bisu. Selanjutnya berkembang kepada film cerita bisu, film bicara (hitam putih), film berwarna, dan hingga saat ini film bicara berwarna layar lebar (wide Screen).


(35)

2.1.4.1 Pengertian Film

Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV (Cangara, 2002:135). Gamble (1986:235) berpendapat, film adalah sebuah rangkaian gambar statis yang direpresentasikan dihadapan mata secara berturut-turut dalam kecepatan yang tinggi. Sementara bila mengutip pernyataan sineas new wave asal Perancis, Jean Luc Godard: “film adalah ibarat papan tulis, sebuah film revolusioner dapat menunjukkan bagaimana perjuangan senjata dapat dilakukan.”

Film sebagai salah satu media komunikasi massa, memiliki pengertian yaitu merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya, 2005:3).

Film merupakan gambar bergerak adalah bentuk dominan komunikasi massa visual di belahan dunia. film dapat mempengaruhi sikap, perilaku dan harapan orang-orang di belahan dunia.


(36)

2.1.4.2 Jenis Film

Jenis film dapat dibedakan pula menurut genrenya yang umumnya film yang sesuai dengan karakteristiknya. Adapun jenis – jenis film dibagi beberepa jenis ialah :

1. Film Cerita (Story Film)

Film cerita adalah film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan digedung – gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar.

2. Film Dokumenter (Documentary Film)

Film dokumenter menitik beratkan pada fakta atau peristiwa yang terjadi. Bedanya dengan jenis film berita, film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang.

3. Film Berita (Newsreel)

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar – benar terjadi. Karena sifatnya yang merupakan film berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita. 4. Film Kartun (Cartoon Film)

Film kartun pada awalnya memang dibuat untuk konsumsi anak-anak, namun dalam perkembangannya kini film yang menyulap gambar lukisan menjadi hidup itu telah diminati semua kalangan termasuk orang tua. Menurut Effendy (2003:216) titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan saksama untuk kemudian dipotret satu per


(37)

satu pula. Apabila rangkaian lukisan itu setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisan-lukisan itu menjadi hidup.

2.1.4.3 Film Sebagai Proses Komunikasi

Beberapa ahli dilihat dari sudut pandang menyebutkan ada beberapa fungsi lain dari film, seperti, Fungsi informatif, fungsi edukatif, bahkan fungsi persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy dalam Elvinaro dan Lukiati. 2004 : 136).

Telah disebutkan diatas beberapa fungsi utama dari film, dari semuanya, fungsi komunikasi adalah yang paling kuat. Hal ini dikarenakan, sejak awal keberadaannya, film telah digunakan untuk meraih sejumlah besar orang dengan muatan pesan yang ditujukan untuk mempengaruhi tindakan dan cara berpikir mereka. Film adalah salah satu alat komunikasi paling signifikan yang pernah ada sejak munculnya tulisan tujuh ribu tahun yang lalu (Monaco. 2000 : 64).

Telah disebutkan di awal bahwa keberadaan bioskop menjadi suatu kekuatan dan juga kelemahan bagi film, karena penonton diajak secara statis untuk menikmati film namun di lain pihak hal itu semakin memfokuskan perhatian pada pesan yang hendak disampaikan.


(38)

Sedangkan secara sifat, dapat dikatakan media film dapat dinikmati berbeda dengan sarana media massa lainnya, karena film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku itu beserta faktor-faktor pendukungnya. Apa yang terlihat di layar seolah-olah kejadian yang nyata, yang terjadi di hadapan matanya.

2.1.4.4 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Komuniksi massa menyiarkan informasi yang banyak dengan menggunakan saluran bernama media massa. Dalam perkembangannya film banyak digunakan sebagai alat komunikasi massa, seperti alat propaganda, alathiburan, dan alat-alat pendidikan. Media film dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah alat atau sarana komunikasi, media massa yang dibiarkan dengan menggunakan peralatan film; alat penghubung berupa film.

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi, Oey Hong Lee (1965:40), misalnya menyebutkan, film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati. (Sobur, 2009:126).

Film merupakan salah satu bagian dari kelompok komunikasi massa. Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam


(39)

ceramah-ceramah penerangan atau pendidikan ini banyak digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan. Bahkan filmnya sendiri banyak berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh.

2.1.4.5 Tata Bahasa Film

Dalam Proses Pembuatannya, film dan juga menggunakan beberapa teknik yang diterapkan berdasarkan suatu konvensi tertentu. Konvensi ini oleh para pengamat film disebut juga sebagai grammar atau tata bahasa film, walaupun konvensi ini bukanlah suatu aturan baku, telaah terhadapnya tetap harus dilakukan karena hanya dengan begitulah seseorang akan mampu mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh para pembuat film, konvensi-konvensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jarak dan sudut pengambilan gambar

a. Long Shot (LS). Sebuah shot yang menunjukan semua atau sebagian besar subjek (misalnya saja, seorang tokoh) dan lingkungan disekitarnya. Long shot masih dapat dibagi menjadi Extreme long shot yang menempatkan kamera pada titik terjauh dibelakang subjek, dengan penekanan pada latar belakang.

b. Establishing Shot, shot atau sequence pembuka, umumnya objek berupa eksterior, dengan menggunakan Extreme Long Shot. Establishing shot


(40)

digunakan dengan tujuan memperkenalkan situasi tertentu yang akan menjadi tempat berlangsungnya sebuah adegan kepada penonton.

c. Medium Shot. Pada shot semacam ini, subjek atau actor dan setting yang mengintarinya menempati area yang sama pada frame. Pada kasus seorang aktor yang sedang berdiri, frame bawah akan dimulai dari pinggang sang actor, dan masih ada ruang untuk menunjukan gerakan tangan. Medium close shot merupakan variasi dari medium shot, dimana setting masih dapat dilihat, dan frame bagian bawah dimulai dari dada sang aktor.

d. Close Up, sebuah frame yang menunjukan sebuah bagian kecil dari adegan, seperti misalnya wajah seseorang karakter dengan sangat mendetail segingga memenuhi layar.

2.1.5 Tinjauan Tentang Semiotika

Kata semiotika berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti “tanda”. Atau seme yang berarti “tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika (Kurniawan dalam Sobur, 2009:17). Tanda pada masa itu bermakna sesuatu yang merujuk pada hal lain.


(41)

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda – tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan bersama – sama manusia. (Sobur, 2009:15)

Tanda – tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn dalam Sobur, 2009:15). Manusia dengan perantaraan tanda – tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. (Sobur, 2009:15)

Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk – bentuk nonverbal, teori – teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. (Sobur, 2009:16).

2.1.5.1 Teori Semiotika Menurut Para Ahli

1. Ferdinand de Sausure, teori tentang prinsip yang mebgatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, dan tanda itu tersusun dari dua bagian yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Ferdinand bahasa merupakan suatu sistem tanda (sign) (Sobur,2009:46).

2. John Fiske, dalam bukunya pengantar Ilmu Komunikasi yang mengatakan focus utama semiotik adalah teks. Model proses linier memberi perhatian kepada teks tidak lebih seperti tahapan-tahapan yang lain di dalam proses komunikasi, memang beberapa diantaranta model-model tersebut melewati begitu saja, hamper


(42)

tanpa komentar apapun. Hal tersebut adalah salah satu perbedaan mendasar dari pendekatan proses dan pendekatan semiotik (Fiske,2012:67).

3. Charles Sanders Pierce yang terkenal karena teori tandanya didalam lingkup semiotika, pierce sebagaimana dipaparkan lechte (2001:227, dalam sobur, 2009:40), seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah mewakili sesuatu bagi seseorang. Bagi Pierce (Pateda, 2001:44, dalam Sobur, 2009:41), tanda suatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground.

4. Umberto Eco (1979, dalam Sobur, 2012:95), semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi social yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979:16 dalam Sobur, 2012:95). 5. Roland Barthes, (1912-1980), dalam teorinya tersebut Barthes

mengembangkan semioyika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda.


(43)

2.1.5.2 Tinjauan Roland Barthes

Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.

Barthes berpendapat bahwa konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua. Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung tatkala tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunaannya dan nilai-nilai kulturalnya. Ini terjadi tatkala makna bergerak menuju subjektif atau setidaknya intersubjektif. Semuanya itu berlangsung ketika interpretant dipengaruhi sama banyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda.

Bagi Barthes, faktor penting dalam konotasi adalah penanda dalam tatanan pertama. Penanda tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Jika teori itu dikaitkan dengan desain komunikasi visual (DKV), maka setiap pesan DKV merupakan pertemuan antara signifier (lapisan ungkapan) dan signified (lapisan makna). Lewat unsur verbal dan visual (non verbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna dekatan semiotik terletak pada tingkat


(44)

kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh (Barthes, 1998:172-173).

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Pada dasarnya semua hal dapat menjadi mitos; satu mitos timbul untuk sementara waktu dan tenggelam untuk waktu yang lain karena digantikan oleh pelbagai mitos lain. Mitos menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya sebagai penanda pada tingkatan yang lain

Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan situasi sosial budaya, mungkin juga politik yang ada disekelilingnya. Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa adanya pada suatu masa, dan mungkin tidak untuk masa yang lain.


(45)

2.2 Kerangka Pemikiran

Semiotik menurut Ferdinand de Saussure, adalah ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Ia mempelajari sistem– sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan tanda–tanda tersebut memiliki arti. (Ferdinand de Saussure dalam Sobur, 2003:43).

Roland Barthes merupakan seorang pemikir strukturalis yang mempraktikan model linguistic dan semiologi Sausserean. Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. (dalam Sobur, 2003:43).

Menurut Barthes dalam gambar atau foto, konotasi dapat dibedakan dari denotasi. Denotasi adalah apa yang terdapat di foto, konotasi adalah bagaimana foto itu di ambil.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini. Di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia (Barthes, 1988, Kurniawan, 2001:53. Dalam, Sobur, 2009:15).

Gambar 2.1

Peta Tanda Roland Barthes

Sumber: Paul Cober & Liza Jansz, 1999. Introducing Semiotic. NY: Totem Books, hal 51 (sobur, 2003:69)


(46)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51 dalam Sobur, 2003:69).

“Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif" (Sobur, 2003:69).

Pemetaan perlu dilakukan pada tahap-tahap kontotasi. Tahapan konotasi sendiri dibagi menjadi dua. Tahap pertama memiliki 3 bagian, yakni: efek tiruan, sikap (pose) dan objek. Sedangkan 3 tahap terakhir adalah: fotogenia, estetisme, dan sintaksis.

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideology, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Budiman,2001:28 dalam sobur, 2009:71).

Barthes tidak sebatas itu memahami proses penandaan, tetapi dia juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (myth) yang menandai suatu masyarakat. Mitos (atau mitologi) sebenarnya merupakan istilah lain yang dipergunakan oleh Barthes untuk idiologi. Mitologi ini merupakan level tertinggi dalam penelitian sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang hidup dalam


(47)

sebuah kebudayaan. Mitos merupakan hal yang penting karena tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan (charter) bagi kelompok yang menyatakan, tetapi merupakan kunci pembuka bagaimana pikiran manusia dalam sebuah kebudayaan bekerja (Berger, 1982:32 dalam Basarah, 2006: 36).

Bila konotasi menjadi tetap, ia akan menjadi mitos. Sedangkan mitos menjadi mantap, ia akan menjadi ideologi. Jadi banyak sekali fenomena budaya memaknai dengan konotasi. Tekanan teori Barthes pada konotasi dan mitos. Konotasi terus berkembang di tangan pemakai tanda.

Menurut barthes, mitos adalah tipe wicara. “Mitos merupakan sistem komunikasi. bahwa dia adalah sebuah pesan. Mitos tak bisa menajdi sebuah objek, konsep atau ide; mitos adalah cara penandaan (signification), sebuah bentuk. “tegasnya (dalam Halim, 2013:109). Ciri mitos berupa mengubah tanda menjadi bentuk. Dengan kata lain, mitos adalah perampokan bahasa.

Dalam peta tanda Barthes mitos sebagai unsur yang terdapat dalam sebuah semiotik tidak nampak, namun hal ini baru terlihat pada signifikasi tahap ketiga Roland Barthes.


(48)

Gambar 2.2

Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes

Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.88.dalam (Sobur, 2001:12)

Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna subyektif atau paling tidak intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakan pilihan terhadap konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek; sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya (Fiske, 1990:88 dalam Sobur, 2001:128).


(49)

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya.

Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan (Fiske, 1990:88 dalam Sobur, 2001:128). Dalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tahap pertama, sementara konotasi merupakan sistem signifikasi tahap kedua.

Dalam hal ini, denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna, dan dengan demikian, merupakan sensor atau represi politis. Sedangkan konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitologi (mitos), seperti yang telah diuraikan di atas, yang berfungsi untuk memgungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Barthes juga mengungkapkan bahwa baik di dalam mitos maupun idiologi, hubungan antara penanda konotatif dengan petanda konotatif terjadi secara termotivasi (Budiman dalam Sobur, 2001:70-71).

2.2.1 Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah satu seorang pemikir strukturalis yang gerol mempraktikan model liguistik dan semioligi saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra prancis yang ternama; eksponen penerapatn strukturalisme dan semiotika pada studi sastra barthes (2001;208 dalam Sobur, 2013:63) menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme ahun 1960an dan 1970-an.


(50)

Semiologi dalan gagasan Barthes merujuk pada ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda dalam budaya, yang menjadi dasar untuk menyelidiki bentuk ideology dominan yang bekerja dalam sebuah konstruksi kebudayaan dan memperlihatkan nuansa mitos, dikenal juga dengan “mekanisme mitologi”. Disisi lain, Barthes menyadari bahwa teknologi kasar (media massa, iklan, televisi, dll) merupakan kondisi yang mutlak diperlukan guna membuat intervensi dalam realitas social, sedangkan “semiologi” adalah semacam teknologi halus yang bergerak melalui kesadaran dari masing-masing subjek (Sandoval, 1991 dalam aldian, 2011:125-126).

Roland Barthes menjelaskan keenam prosedur sebagai berikut :

1. Tricks Effects (manipulasi foto), memadukan dua gambar sekaligus secara artificial adalah manipulasi foto, menambah atau mengurangi objek dalam foto sehingga memiliki arti yang lain pula.

2. Pose adalah gesture, sikap atau ekspresi objek yang berdasarkan stock of sign masyarakat yang memiliki arti tertentu, seperti arah pandang mata atau gerak-gerik dari seorang.

3. Objects (objek) adalah sesuatu (benda-benda atau objek) yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesimpulan atau diasosiasikan dengan ide-ide tertentu, misalnya rak buku sering diasosiasikan dengan intelektualitas.


(51)

4. Photogenia (fotogenia) adalah seni atau teknik memotret sehingga foto yang dihasilkan telah dibantu atau dicampur dengan teknik-teknik dalam fotografi seperti lighting, eksposur, printing, warna, panning, teknik blurring, efek gerak, serta efek frezzing (pembekuan gerak) termasuk disini.

5. Aestheticism (estetika), dalam hal ini berkaitan dengan pengkomposisian gambar secara keseluruhan sehingga menimbulkan makna-makna tertentu.

6. Syntax (sintaksis) hadir dalam rangkaian foto yang ditampilkan dalam satu judul, di mana makna tidak muncul dari bagian-bagian yang lepas antara satu dengan yang lain tetapi pada keseluruhan rangkaian dari foto terutama yang terkait dengan judul. sintaksis tidak harus dibangun dengan lebih dari satu foto, dalam satu foto pun bisa dibangun sintaks dan ini, biasanya, dibantu dengan caption.


(52)

Gambar 2.3

Metode Kerangka Pemikiran

Sumber: Peneliti, 2015

Film Fiksi Ilmiah Gravity

Semiotika Roland Barthes

Denotatif Konotatif Mitos/Ideologi

Representasi misi Kemanusiaan Dalam Film


(53)

45

3.1 Desain Penelitian

Metode merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah penelitian. Metode ialah cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk mencapai maksud yang diinginkan. Dalam penelitian ini peneliti memakai analisis semiotika. Analisis semiotika sendiri merupakan salah satu penelitian yang meneliti tanda-tanda.

“Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari system-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti.” (Sobur, 2009:96).

Dalam semiotik, mengenal istilah tanda denotasi dan konotasi yang dicetuskan oleh Roland Barthes. Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama (Sobur, 2009:63)

Dalam semiotik, penarikan kesimpulan tidak selalu sama dengan apa yang akan dibahas, karena dalam semiotika Roland Barthes mengenal makna denotatif dan makna konotatif.


(54)

“Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif" (Sobur, 2009:69).

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda ialah peran pembaca (the reader). Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem penandaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran kedua yang dibangun di atas bahasa sebagai sistem yang pertama. Sistem kedua ini oleh barthes disebut konotatif, yang didalam mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. (Sobur, 2009:69)

Didalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua (Sobur, 2009:70)

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos”, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. (Sobur, 2009:71)

Didalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga


(55)

suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. (Sobur, 2009:71)

Pemikiran Barthes menganai mitos masih melanjutkan apa yang dikatakan Saussure tentang hubungan bahasa dan makna atau antara penanda dan petanda. Bagi Barthes, mitos bermain pada wilayah pertandaan tingkat ke-dua atau pada tingkat konotasi bahasa. Konotasi bagi Barthes justru mendenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu. Berikut adalah peta tanda Roland Barthes:

Gambar 3.1

Peta Tanda Roland Barthes

Sumber : Paul Cobley & Litza Jansz. 1999, Introducing Semiotics, NY: Totem Books hal.51 dalam (Sobur, 2013:69).

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51 dalam Sobur, 2003:69).


(56)

Adapun 2 (dua) tahap penandaan signifikasi (two order og signification) Barthes dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2

Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes

Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.88 (Sobur, 2001:12)

Melalui gambar diatas, signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konnotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaanya. Konotasi mempunyai makna subjektif atau paling tidak intersubyektif. (Fiske, 1990:88 dalam Sobur, 2012:128).

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau


(57)

memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan (Fiske, 1990:88 dalam Sobur, 2001:128).

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

3.3.1 Studi Pustaka

Mencari tulisan, serta informasi lainnya tentang analisis semiotik, film dan informasi seputar film yang berkaitan dengan film Gravity. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh data sebagai analisa pada sebuah wacana media film.

3.3.2 Internet Searching

Teknik yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan melalui media internet yang didalamnya terdapat berbagai pembahasan yang mendukung penelitian ini. Hal mengenai penelitian ini yakni tentang misi kemanusiaan didapat dari cara internet searching.


(58)

3.3.3 Studi Dokumentasi

Dalam studi dokumentasi ini peneliti mengamati film dari Gravity serta mengikuti cerita yang terdapat dalam film ini dengan teliti. Data yang diperoleh, seperti makna pesan film, kode, dan tanda yang terdapat dalam film akan diamati dengan cara mengidentifikasikan tanda-tanda yang terdapat dalam film. Hal ini dilakukan untuk mengetahui makna-makna yang dikonstruksi di dalam film tersebut, baik makna denotatif maupun konotatif. Guna memperoleh data melalui studi dokumentasi, film terlebih dahulu akan dipisahkan sesuai dengan apa yang akan diteliti.

Untuk makna yang diidentifikasi, pertama adalah makna denotatif, yaitu makna yang diungkapkan oleh tanda-tanda itu secara literature yaitu makna yang dengan mudah dapat dibaca dari permukaan film. Setelah makna denotatif teridentifikasi, maka makna yang tersembunyi dibalik permukaan film tadi juga akan diinterpretasikan sehingga menghasilkan makna konotatif. Penafsiran makna konotatif ini akan mengungkap kode apa saja yang digunakan pembuat film untuk dapat memunculkan makna yang diharapkan yang dapat diterima oleh khalayak sesuai dengan idiologi yang digunakannya.


(59)

3.3 Uji Keabsahan Data

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penilaian Sugiyono dilakukan dengan apa yang terjadi di lapangan. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji kepercayaan terhadap hasil penelitian.

Dalam penelitian ini, uji keabsaan data dilakukan oleh peneliti meliputi: 1. Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

2. Diskusi Dengan Teman Sejawat

Diskusi dengan berbagai kalangan sehingga memahami masalah penelitian, akan memberi solusi dan informasi yang berarti kepada peneliti. Cara ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara dan atau hasil akhir untuk didiskusikan secara analistis. Diskusi bertujuan untuk menyingkapkan kebenaran hasil penelitian serta mencari titik-titik kekeliruan interpretasi dengan klasifikasi penafsiran dari pihak lain.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil analisis dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan


(1)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Representasi Misi Kemanusiaan Dalam Film Fiksi Ilmiah Gravity (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Makna Misi Kemanusiaan Dalam Film Fiksi Ilmiah Gravity).

Atas ridho Allah SWT dan do’a dari orang tua peneliti serta berkat kegigihan oleh peneliti, doa, semangat, bimbingan serta bantuan rekan sekitar yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, sehingga pada akhirnya peneliti pun dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian tersebut.

Tidak lupa juga, penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Yang telah membantu secara administrative Penulis dalam melaksanakan Penulisan ini dalam keramahannya saat penulis masih menjadi mahasiswa.

2. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan yang cukup membantu kelancaran melaksanakan penyusunan usulan penelitian .


(2)

vi

3. Yth. Sanggra Juliano, M.I.Kom selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah membantu baik saat penulis melakukan perkuliahan maupun saat memberikan arahan mengenai pelaksanaan penyusunan usulan penelitian.

4. Yth. Bapak Adiyana Slamet,S.IP.,M.Si selaku dosen pembimbing penulisan usulan penelitian yang telah banyak membantu memberikan bimbingan untuk menyusun meneliti usulan penelitian, yang sekaligus dosen wali bagi penulis yang telah banyak membantu saat penulis melakukan kegiatan perkuliahan dan memberikan motivasi.

5. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis dari awal sampai akhir perkuliahan.

6. Yth. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan perkuliahan, serta praktek kerja lapangan yang penulis laksanakan.

7. Keluarga Tercinta yang sangat di sayangi, Mamah, Bapak, Kakak, Adik yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis. 8. Rekan-rekan Ilmu Komunikasi ’10 terimakasih semua kebersamaannya

yang telah memberikan saling memberikan masukan dan semangat dalam hal apapun.

9. Rekan-rekan Parking Boys, Terimakasih banyak sudah memberikan motivasi, masukan, dan memberikan semangat perkuliahan dan masih tetap jalin kebersamaan.


(3)

vii

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam melakukan skripsi ini dan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang sepadan dari Allah SWT,Amien. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2015 Penulis

Dwiyan Septiyana Taufiq NIM.41810188


(4)

(5)

(6)