Ruang Lingkup dan Sejarah Psikologi Pend

Ruang Lingkup dan Sejarah
Psikologi Pendidikan
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun Oleh :
Kelompok 1 ( Kelas B )
Reza Fajrini
Mutiara Rahayu
Richi Saputri

Program Studi Psikologi
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
TA 2013/2014

Daftar Isi
Daftar Isi..............................................................................................................i
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Tujuan...................................................................................................1
2. Pembahasan

2.1. Ruang lingkup Psikologi Pendidikan.................................................2
2.2. Sejarah Psikologi Pendidikan.............................................................5
2.3. Kaitan Psikologi Pendidikan dengan Ilmu lain................................8
2.4. Metode-metode Psikologi Pendidikan..............................................13
3. Penutup
3.1. Kesimpulan..........................................................................................15
Daftar Pustaka...................................................................................................ii

1

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia yang lahir ke dunia deberlakukan usaha-usaha
pendidikan. Hal ini telah ada sejak manusia pertama lahir walaupun dalam
bentuk yang sederhana. Dalam usaha pendidikan tersebut ada usaha dari
orang-orang untuk mempengaruhi orang lain – dalam hal ini dalam pergaualan
– untuk kemajuan yang bersangkutan. Dari sini kita dapat melihat bahwa
ranah pendidikan adalah milik setiap manusia, baik di masa dulu, sekarang,
apalagi masa depan.
Kepribadian serta kemampuan seseorang tentulah berbeda. Karenanya

seorang pendidik atau orang yang akan mempengaruhi perlulah paham
tugasnya dan keharusan berbuat sesuai kebutuhan anak didik. Dalam hal ini
“psikologi sebagai ilmu pengetahuanyang mempelajari prilaku manusia dalam
hubungan dengan lingkungan” ( Sarlito W. Sarwono 2013) tentulah sangat
berperan, terutama untuk menemukan perlakuan yang lebih tepat.
Meskipun secara khusus pengetahuan psikologi pendidikan ini adalah
kebutuhan seorang pendidik secara formal, akan tetapi mengingat setiap orang
melakukan perbuatan mempengaruhi dan mendidik, psikologi pendidikan
sudah semestinya dikenal oleh siapa saja.

1.2.

Tujuan
1) Mengetahui dan memahami sejarah dan ruang lingkup psikolgi pendidikan
2) Mengetahui dan memahami seberapa penting peran psikologi pendidikan
dalam dunia psikolgi
3) Mengetahui metode penelitian apa saja yang dapat diterapkan
4) Memenuhi tugas kelompok kerja

2. Pembahasan

2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
a) pengertian psikologi pendidikan
Ilmu jiwa pendidikan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri
1

dari 2 kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari 2 kata
bahasa yunani,yaitu psyce yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu.jadi
secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. ( Dalyono,
2005: 1)
Umumnya para ilmuan membgi psikologi menjadi 2 golongan ( Dalyono,
2005: 3), yaitu:
1) Psikologi metafisika,yang menyelidiki hakikat jiwa seperti yang dilakukn
oleh plato dan aristoteles.
2) Psikologi empiris, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah
laku manusia dengan menggunakan pengamatan (observasi), percobaan
atau eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data yang ada
hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.

Adapun mengenai pendidikan ,bersal dari kata “didik” mendapat awalan “me”,
sehingga


menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan.

Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,tuntunan,
dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1991:239). Selanjutnya , pengertian “pendidikan” menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubhan siakp dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (M. Dalyono 2005:4 )
Dalam dictionary of psychologi ( dalam Dalyono, 2005: 5) pendidikan
diartikan sebagai the institutional procedures which are employed in
accomplihing the development of knowledge, habits,

attitudes,ect. Usually

the term is applied to formal institution. Jadi, pendidikan berarti tahapan
kegiatan

yang


bersifat

kelembagaan

yang

dipergunakan

untuk

menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,
kebiasaan, kebiasaan, sikap, dan sebaginya.

b) Ruang lingkup psikologi pendidikan
Telah kita ketahui bahwa pada dasarnya ilmu jiwa pendidikn adalah sebuah
disiplin psikologi yang khusus mempelajari,meneliti, dan membahas seluruh
ingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. ( Dalyono,
2

2005:12 )

Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukan bagi
siswa. Krena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain
teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis
para siswa khususnya etika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses
belajar-mengajar. ( Dalyono, 2005: 13)
Dalam Psikologi Pendidikan oleh Dalyono secara garis besar, banyak ahli
yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga
macam :
1) Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsipprinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2) Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatn dan
peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3) Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan lingkungan
baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan
belajar sisswa.
Sementara, Samuel Smith (Pintner dkk, 1953,p,ix dalam Suryabrata, 2008:2)
menggolong-golongkan

persoalan

yang


dikupas

oleh

ahli-ahli

yang

diselidikinya menjadi 16 macam, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

11)
12)
13)
14)
15)
16)

The science of educational psychology
Heredity
Physical structure
Growth
Behavior processes
Nature and scope of learning
Factors taht condition learning
Law and theories of learning
Measurement: basic principles and definitions
Transfer of training: subject matter
Practical aspect measurement
Element of statistics
Mental hygiene

Character education
Psychology of secondary school subject
Psychology of elementary school subject.

Keenam belas pokok bahasan tersebut dikupas oleh hampir semua ahli.
3

Walaupun proporsi yang diberikan dalam pengupasan itu tidak sama.
Dalam proses pendidikan ini, persoalan psikologis apa sajakah yang relevan?,
pada hakikatnya inti persoalan pikologis terletak pada anak didik, sebab
pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik dan secara psikologis
perlakuan ini harus selaras mungkin dengan keadaan anak didik.. Karena
problem yang di ajukan di atas dapat dijawab denagn menunjuk kepaada sifatsifat psikologis yang ada pada anak didik (dalam proses pendidikan) dan ini
menentukan inti segi-segi ilmu pengetahuan psikologis yang diperlukan.
Selain itu msih terdapat beberapa masalah khusus yang jiga perlu penyorotsan
secara psikologis, seperti soal pendidikan orang dewasa, kesehatan mental
serta bimbingan dan konsling, materi yang dipakai, evaluasi hasil pendidikan
dan sebagainya. ( Suryabrata, 2008: 5 )
Crow and crow ( Dalyono,2005:15 ) secra eksplisit mengemukakan: psikologi
pendidikan


sebagai

ilmu

terapan

(applied

science)

berusaha

untuk

menerangkan masalah belajar menurut psinsip-prinsip dan fakta-fakta
mengenai tingkah laku manusia yang telah di tentukan secara ilmiah.
Crow and crow membagi ruang lingkup psikologi pendidikan,sebagai berikut:
a.


Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh

b.
c.

terhadap belajar.
Siat-sifat dari proses belajar
Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning

d.

readiness)
Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam

e.
f.
g.
h.

kecepatan dan keterbatasan belajar.
Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjaadi selama dalam belajar
Hubungan antara prosedur_prosedur menagajar dengan hasil belajar.
Teknik-teknik yang sanagat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar
Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingakn dengan
pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu

i.
j.

individu
Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah.
Akibat/pengaruh psikologi (psylogikal impact) yang ditimbulkan oleh kondisikondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.

4

Dari rangkaian pokok-pokok bahasan di atas, tampak sangat jelas bahwa masalah
belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital (inti dan amat
penting) dalam psikologi pendidikan.
Selanjutnya, walaupun begitu, tidak berarti masalah-masalah lain tidak perlu
dibahas oleh psikologi pendidikan, terbukti dengan banyaknya penelitian yang
dilakukan dan buku-buku psikologi pndidikan yang secara khusus membahas
masalah interaksi instruksional (hubungan bersifat pengajaran) antara guru dan
siswa.

2.2.

Sejarah Psikologi Pendidikan

Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi
sebelum awal abad ke-20, yaitu:
a) Wiliam james. Tak lama setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang
pertama,principles of psychology (1890), wiliam james (1842-1910) ( dalam
Santrock, 2008:4)

memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “talk to

teachers” . Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk
mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di
laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara
mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses
belajar dan mengajar di kelaas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah
satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih
tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk
memperluas ccakrawala pemikiran anak.
b) Jhon dewey. Tokoh kedua yang berperan besar ini menjadi motor penggerak
untuk mengaplikasikan psikologi di tingkat prakatis.dewey membangun
laboratorium pertama di AS, universitas chicago ( 1894), selanjutnya di
columbia university, dia melanjutkan karya inofatifnya tersebut.kita banyak
mendapat ide penting dari dewey (glassman, 2001, 2002 dalam Santrock,
2008:4)
1) Dari Dewey kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar
aktif (active learner). Sebelum Dewey mengemukakan pandangan ini, ada
keyakinan bahwa anak-anak mestinya duduk diam di kursi mereka dan
mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Sebliknya, dewey percaya
5

bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.
2) Pendidikan seharusya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan
memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
3) Kita mendapat gagasan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan
yang selayaknya. Cita-cita demokratis ini pada masa pertengahan abad ke19 belum muncul sebab saat itu pendidikan hanya diberikan pada sebagian
kecil anak, terutama anak keluarga kaya.
4) E.L.thorndike, (1874-1949). Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas
pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian
penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar mengajar
secara ilmiah (beaty, 1998 dalam santrock,2008:5). Thorndike mengajukan
gagsan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus
berfokus pada pengukuran (o’donnell & levin, 2001 dalam Santrock,2008:5)
Dieritas dan psikologi pendidikan awal. Tokoh paling menonjol dalam sejarah
awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria kulit putih, seperti
james,dewey,dan thormdike.naamun ada dua tokoh amerika keturunan afrika
(afrika-amerika) yang menonjol di bidang psikologi adalah Mamie dan kenneth
clark (dalam santrock,2008:5) yang melakukan risset tentang identitas dan konsep
diri anak-anak afrika-amerika. Pada 1917, kenneth clark menjadi orang afrikaamerika pertama yang menjadi presiden American Psylogical Associatin.yang
menunjukan bahwa tes kecerdasam secara kultural telah dibiaskan dan merugikan
anak-anak etnis minoritas.
Perkembangan lebih lanjut. Pendekatan thorndike untuk studi pembelajaran
digunakan sebagai panduan bagi psikologi pendidikan di paruh pertama abad ke20. Dalam ilmu psikologi amerika, pandangan B.f. Skinner ( dalam Santrock,
2008:5 ), yang didasarkan pada ide-ide thorndike, sangat mempengaruhi psikologi
pendidikan pada pertengahan abad ke-20. Skinner berpendapat bahwa proses
mental yang dikemukakan oleh psikolog seperti james dan dewey adalah proses
yaang tidak dapat di amatidan ilmu tentang kondissi-kondisi yang mengendalikan
perilaku. Pada 1950-an, skinner 1954 megembangkan konsep programmed
learning (pembelajaran terprogram), yakni setelah murid melalui serangkaian
langkah ia terus di dorong (rreinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
Akan tetapi, muncul keberatan terhadap pendekatan behavioral yang dianggap
6

tidak memedulikan banyak tujuan dan kebutuhan pendidik dikelas (hligard, dalam
Santrock,2008:6). Sebagai reaksinya, pada 1950-an benjamin bloom menciptakan
taksonomi

keahlian

kognitif

yang

mencakup

pengingatan,pemahaman,synthesizing, dan pengevaluasian, yang menurutnya harus
dipakai dan dikembangkan oleh guru untuk membantu murid-muridnya (bloom &
krathwohl, dalam dalam Santrock,2008:6).
Sebuah ulasan di Annual Review of psychology (wittrock 7 lumsdaine, 1977 dalam
dalam santrock, 2008:6) menyatakan, * perspektif kognitif mengimplikaiskan
bahwa analisis behavioral terhdap instruksi sering kali tidak cukup untuk
menjelaskan efek dari instruksi terhadap pembelajaran. Jadi, menjelang akhir abad
ke-20 banyak ahli psikologi pendidikan kembali menekankan pada aspek kognitif
dari psoses beajar seperti yang pernah didukung oleh james dan deewey pada awal
abad ke-20.baik itu pendekatan kognitif maupun behavioral masih menjadi bagian
dari psikologi pendidikan sampai sekarang.

2.3.

a)

Kaitan Psikologi Pendidikan dengan Cabang Ilmu psikolgi
Lainnya
Psikologi Sosial – Psikolgi Pendidikan
Para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami
perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi,
permasalahan, dan budaya. Begitu juga dalam mehami anak didik. Menurut
Linda Wilmshurst (2005 ) terkadang pendidik mestilah tahu alasan apa yang
menyebabkan seorang anak tidak mau mengerjakan tugas rumahnya, tidak
fokus dalam belajarnya, lambat dalam memahami bahasa yang baik, tidak aktif
dalam kelasnya, kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerjanya, atau juga
tidak menutup kemungkinan bagi anak yang sangat baik kemampuan
belajarnya. Hal seperti ini diperhatikan agar dapat dilakukan perbandingan
demi hasil yang optimal.

b)

Psikologi Perkembangan – Psikologi Pendidikan
Sebelum psikologi masuk lapangan pendidikan orang beranggapan bahwa
penguasaan mengenai bahan pelajaran yang akan diberikan kepada anak didik
merupakan satu-satunya syarat yang harus diberikan guru ( M.Dalyono, 2005:
7

17). Pendapat ini mengisyaratkan bahwa anak didik dapat diperlakukan
menurut kehendak guru. Kemudian terjadi perkembangan dalam ilmu
pengetahuan psikologi pada umumnya, khususnya psikologi anak ( atau
sekarang psikologi perkembangan) hingga turut mempengaruhi cabang
psikologi pendidikan.
Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua
orang anak yang kembar sekalipun tak pernah megalami respon yang sama
persis terhadap situasi belajar-mengajar di sekolah (Dalyono,2005:18).
Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, intelegensi, dan
keterampilan jasmaniah. Anak-anak itu relatif berbeda dalam kepribadian yang
tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah.
Pendidik

harus

memahami

hal

itu.

Termasuk

juga

dalam

tahap

perkembangannya. Pertambahan umur juga akan mempengaruhi respon
mereka terhadap pelajaran.
c)

Psikologi Kognisi Metakognisi – Psikologi Pendidikan
Psikologi kognisi – metakognisi dengan psikologi pendidikan terkait dengan
proses belajar, dalam hal ini menemukan proses belajar yang tepat dengan
menganalisis kemampuan kognisi anak didik dan menemukan metode yang
tepat serta gaya belajar bagi anak didik sendiri. Sehingga muncul teori yang
dikenal dengan teori belajar kognitif. Menurut Bruner ( dalam Dalyono,2005:
42 ) guru hendaknya memberi kesempatan kepada murudnya untuk menjadi
problem solver, maksudnya murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri.
Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsurunsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar

pada diri manusia

(Merghenahn, 2009) ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses
pengolahan informasi. Pada hakekatnya teori belajar kognitif lebih
menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal
pikiran manusia, dimana belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.

8

Seuss ( dalam Colin,2010 ) mengatakan “Semakin banyak yang Anda
belajar, lebih banyak tempat Anda akan pergi ", bahwa perjalanan kemampuan
kognisi sesorang dapat bertambah atau berkembang melalui proses belajar.
Untuk dapat memenuhi tujuan yang disebutkan di atas, perlu diperhatikan 6
prinsip berikut :
1. Sifat proses pembelajaran dengan membangun makna dari informasi dan
pengalaman.
2. Tujuan
proses

pembelajaran,

pelajar

dapat

menciptakan

representasi pengetahuan yang bermakna dan koheren serta menciptakan
dan mengejar tujuan yang relevan dengan instruksi dari pengajar.
3. Konstruksi pengetahuan, yang berarti menggabungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dalam hasil
penelitian oleh Ross A Thompson (2010) bahwa yang menentukan
keberhasilan mahasiswa dalam belajar ( dilihat dari hasil ujian akhir )
bukan semata-mata karena sokongan diktat, presentasi, tugas terstruktur,
dan strategi yang diterapkan seragam terhadap semua mahasiswa, akan
tetapi pengetahuan mereka terhadap ilmu pengetahuan sebelumnya
sangatlah berperan. Saat dilakukan penelitian, ditemukan 77% dari
mahasiswa yang mengikuti test, yang memiliki kapasitas pengetahuan
lebih luas dari yang lainnya dapat lebih mudah menerima dan mengingat
materi perkuliahan dibandingkan dengan mahsiswa yang berpengetahuan
standar. Maksudnya mereka yang hanya menerima kuliah dikelas saja.
Sehingga terjadi kesulitan dalam menghubungkan informasi yang baru
mereka terima serta kesulitan ketika diminta menalarkan kembali. Bahkan
kebanyakan dari mereka sama sekali tidak mempunyai jawaban.
4. Pemikiran strategis yang dilakukan dengan cara menggunakan berbagai
strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi) dengan cara mereka belajar
dan berpikir, menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable, memilih
strategiyang tepat, dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan
pembelajaran.
6. Konteks pembelajaran

dipengaruhi

oleh

faktor-faktor

lingkungan

sepertikultur, teknologi, dan praktik instruksional.
Misalnya, Hochweber (2014), Pengelolaan kelas ditemukan memoderasi
hubungan antara komposisi kelas akademik dan hubungan pendidikan
9

kelas orangtua, menunjukkan keunggulan kelas terlihat dari siswa dengan
pendidikan orang tua yang tinggi di kelas dengan kedua komposisi
akademik yang tidak menguntungkan dan manajemen kelas efektif.
Temuan kami menyoroti relevansi komposisi kelas dan pengelolaan kelas
untuk penelitian tentang penilaian dan titik guru terhadap cara yang
mungkin untuk meningkatkan praktik mendidik.
d)

Psikologi Humanistik – Psikologi Pendidikan
Menurut aliran humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk
kepentingan memanusiakan manusia atau secara umum kita kenal dengan
mendidik dalam dunia pendidikan ( Susilo, 2008 ). Sehingga dalam pelaksaan
pendidikan praktek belajar-mengajar berorientasi pada peserta didik. Teori
Humanistik menekankan proses belajar pada ranah afektif, kognitif, dan
psikomotorik yang juga sebagai lahan penilaian bagi pendidikan.
Rogers dalam bukunya “ Freedom to Learn “ menunjukkan prinsip-prinsip
belajar yang penting salah satunya adalah manusia mempunyai kemampuan
untuk belajar secara alami, belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan
melakukannya, serta belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia
modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, keterbukaan, dan
pengalaman ( Dalyono, 2005: 48)

e)

Psikolgi Gestalt – Psikologi Pendidikan
Menurut Crow and Crow ( M. Dalyono, 2005:15) secara eksplisit
mengemukakan “psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk
menerangkan masalah belajar...”. Dalam teori gestalt, proses belajar adalah
fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, seseorang
memiliki cara pandang baruu terhadap suatu problem.
Aplikasi teori gestalt dalam proses pembelajaran ( Dalyono,2005: 35-42)
adalah:
 Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-



unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan
makin efektif sesuatu yang dipelajari.

10



Perilaku bertujuan (purposive behavior): bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan
yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam



memahami tujuannya.
Prinsip ruang hidup (life space) - Lewin : bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena
itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi



dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik
Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari
suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan
dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd
menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas
dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah
dalam situasi lain.

f) Psikologi Behavior – Psikologi Pendidikan
Kita telah memahami bahwa psikologi behavior berhubungan dengan teori
trial and eror ( thorndike, dalam Dalyono, 2005: 30 ) yang bermaksud
belajar melakukan kegiatan dalam rangka memilih respon yang tepat bagi
stimulus tertentu. Ini dilakukan dengan mengadakan suatu stimulasistimulasi terhadap objek.
Dalam proses belajar-mengajar akan tampak perlakuan teori ini salah
satunya saat peserta didik belajar bahasa berkali-kali, menghindari
kecendrungan penggunaan kata atau aturan yang kata yang keliru,
sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa yang baik dan

11

benar. Hal yang dilakukan peserta didik adalah pembiasaan. ( Dalyono,
2005 : 30 )

2.4.

Metode-Metode Penelitian dalam Psikologi Pendidikan
A. Eksperimen
Menurut Dalyono dalam bukunya Psikologi Pendidikan ( 2005 ),
eksperimen ialah pengamatan secara teliti dalam waktu tertentu,guna
mempelajari

gejala-gejala

yang

ditimbulkan

dengan

sengaja,

untuk

mendapatkan sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan. Yaitu mencoba
sesuatu sehingga dapat menimbulkan dengan sengaja terhadap situasi yang
diselidiki. Hal ini merupakan keunggulan dibandingkan dengan observasi.
Kebaikannya : Disamping itu eksperimen memungkinkan adanya penyelidikan
yang sistematis dan berencana serta memberikan data yang lebih seksama dan
pasti.
Keberatannya: Tidak semua gejala dapat di selidiki dengan metode ini.
Misalnya

gejala

kejiwaan

yang

timbulnya

secara

spontan,

karena

pertimbangan moral dan lain sebagainya.
B. Case Study
Case Study adalah penyelidikan terhadap individu secara mendalam
meliputi latar belakang sosial, fisik, dan psikis. Waktunya cukup lama dan
melalui berbagai periode pertumbuhan. ( Dalyono, 2005: 12)
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatanpencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di
observasi dan dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari
kelakuan

tersebut.

(Shalahuddin,

dalam

Rachmatullah

http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/01/metode-metode-dalam-psikologipendidikan-451645.html)
C. Metode Observasi
Metode observasi naturalistik digunakan oleh psikolg sosial untuk
meneliti peranan kepemimpinan dalam dalam sebuah masyarakat atau untuk
meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi (perawatan dan
12

pemulihan) yang bersifat kemasyarakatan. Selanjutnya metode ini juga
digunakan oleh para psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para
psikolog pendidikan. Observasi ( Dalyono, 2005: 10) merupakan pengamatan
secara sistematis terhadap tingkah laku manusia.
Menurut Dalyono ( 2005 ) kebaikan dan keburukan observasi adalah sebagai
berikut :
Kebaikannya :
Lebih objektif, karena data yang dikumpulkan berjumlah banyak dengan
menggunakan pancaindra, lebih-lebih jika mempergunakan mechanical device.
Misalnya: foto, film, tape recorder, dan lain sebagainya.
Keberatannya :
Observer atau pengamat terikat pada waktu dan tempat dari gejala yang
diobservasi ( ditinjau dari segi intropeksi ).

Manfaat Metode Penelitian Dalam Psikologi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan pendidik dan peserta didik, mempunyai peran
penting dalam upaya keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Begitu pula
metode penelitian dalam psikologi pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
proses pembelajaran, khususnya interaksi antara guru dan murid yang baik,
akan tercipta suasana belajar mengajar yang tentram dan nyaman.
Ada beberapa manfaat dari metode penelitian dalam dunia pendidikan yang
dapat diambil dari keterangan diatas, yakni dengan adanya metode penelitian
terhadap peserta didik (siswa- siswi), peserta didik (Guru) dapat mengetahui
berbagai karekter sifat dan watak kepribadian yang dimiliki oleh peserta didik,
dengan mengetahui berbagai macam karakter yang dimiliki pesrta didik, Guru
dapat memahami potensi dan gejala-gejala yang tengah dihadapi oleh peserta
didik pada saat proses pembelajaran sekaligus dapat mengarahkannya ke halhal yang dapat membawa siswa kearah pembelajaran yang menyenangkan
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

13

3. Penutup
3.1. Kesimpulan
Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang
dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan, kebiasaan, sikap, dan sebaginya.
Secar garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan
psikologi pendidikan menjadi tiga macam, yakni belajar, proses belajar, dan situasi
belajar. Dimana masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan
vital (inti dan amat penting) dalam psikologi pendidikan.
Pada hakikatnya inti persoalan pikologisnya terletak pada anak didik, sebab
pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik dan secara psikologis perlakuan ini
harus selaras mungkin dengan keadaan anak didik. Oleh karena itu, cabang ilmu
psikologi lainnya seperti psikologi sosial, perkembangan, kognisi, gestalt, dan cabang
lainnya memberikan hubungan timbal balik pada psikologi pendidikan dalam teoriteori belajar untuk demi menemukan metode belajar-mengajar yang baik sesuai
dengan segala perbedaan anak didik. Yang kemudian melahirkan metode-metode
penelitian seperti experimen, case study, dan observasi yang masing-masing memiliki
kelebihan serta kekurangan. Tugas pengajar atau pendidik adalah menentukan metode
mana yang cocok untuk diterapkan sesuai situasi dan kebutuha

14

Daftar Pustaka
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Hochweber, Hosenfeld, Klieme. 2014. Classroom composition, classroom management,
and the relationship between student attributes and grades. The Jurnal of
Educational Psychology, Vol 106(1), Feb 2014, 289-300.
MacLeod, Colin M. 2010. When Learning Met Memory. The Canadian Journal of
Experimental Psychology 2010, Vol. 64, No. 4, 227–240.
Merghenahn. 2009. An Introduction to the History of Psychology. USA : Cengage.
Rachmatullah, Hadi. 2012. “ Metode-Metode Penelitian Penelitian Psikologi Pendidikan “.
Kompasiana (http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/01/metode-metode-dalampsikologi-pendidikan-451645.html. Diakses 14 April 2014).
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
School Meetings. New York: AMACOM.
Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.
Susilo K, Yan. 2008. Prinsip-Prinsip Belajar dalam Aliran Psikologi Humanistik dan
Relevansinya dengan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga. ( tidak diterbitkan ).
Wilmshurst, Linda, dkk. 2005. A Parant’s Guide Special to Education Capter 11 : A. New
York: AMACON.

ii