SKRIPSI KEPRIBADIAN tipe A dan B dalam

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini tepat pada waktunya.
Penulisan hasil penelitian ini disusun guna melengkapi salah satu tugas Ujian Akhir
Sekolah mata kuliah Teori Kepribadian Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Jakarta. Penelitian ini menjelaskan tentang Gambaran Kebutuhan Kasih Sayang Wanita
Dewasa Muda Yang Menikah dengan Laki Laki Biseksual Usia Pernikahan Dua Tahun
Setengah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Riblita Damayanti,M.Psi., Psikolog
selaku Dosen Teori Kepribadian yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga
kami dapat belajar mengenai hal yang berkaitan dengan masalah dan dampak dari hasil
penelitian ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.
Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima
dengan senang hati.
Akhir kata semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
bagi kita semua.

Penulis

1


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................................ii
Abstrak ..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis .....................................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................................................5
2.1.1 Dewasa Muda ........................................................................................................6
2.1.2 Kebutuhan Kasih Sayang Menurut Abraham Maslow ..........................................6
2.1.3 Biseksual ................................................................................................................6
2.1.4 Faktor Penyebab Seorang menjadi Biseksual ........................................................7
2.1.5 Dampak Psikologi Biseksual .................................................................................6
2.2 Kerangka Pemikiran .........................................................................................................6

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian .............................................................................................................14
3.2 Metode Penelitian ..........................................................................................................14
3.2.1 Wawancara .............................................................................................................6
3.2.1 Observasi................................................................................................................6
3.3 Analisa Data ...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................15
2

GAMBARAN KEBUTUHAN KASIH SAYANG WANITA DEWASA MUDA
YANG MENIKAH DENGAN LAKI LAKI BISEKSUAL USIA PERNIKAHAN
DUA TAHUN SETENGAH

ABSTRACK
This study aims to find out how the needs of the affection of women who have
bisexual husbands in the age of two and a half years of marriage. The study was
conducted on six subjects of women who had bisexual husbands. In the data collection
this research using interview. Questions in the interview are arranged with an open and
neutral nature. Questions posed by the subject include the background of sexual
deviance, the negative response (pressure) experienced by women, and the affection

received by women.
Key words : belongingness needs, bisexual
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebutuhan kasih sayang
wanita yang memiliki suami biseksual dalam usia pernikahan dua tahun setengah.
Penelitian dilakukan pada enam subjek wanita dewasa muda yang memiliki suami
biseksual. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan cara wawancara.
Pertanyaan dalam wawancara disusun dengan sifat yang terbuka dan netral. Pertanyaan
yang diajukan kepada subjek meliputi latar belakang penyimpangan seksual , respon
negatif (tekanan) yang dialami wanita dan kasih sayang yang diterima oleh wanita
tersebut.

3

Kata kunci : kebutuhan kasih sayang, biseksual

4

BAB I
PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang
Pada masa dewasa muda individu mengalami perkembangan seksual, pematangan

organ seksual sudah berfungsi baik untuk reproduksi (menghasilkan keturunan) maupun
rekreasi (mendapat kesenangan), karena proses inilah menimbulkan adanya dorongan
seksual dan rasa keterkaitan pada lawan jenis. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004)
dengan adanya dorongan seksual pada diri individu akan membuat seseorang mulai
mengembangkan konsep diri sejalan dengan peran jenis kelamin dan juga berdasarkan
bawaan biologis. Seks merupakan energi psikis, yang ikut mendorong untuk bertingkah
laku. Bukan hanya bertingkah laku di bidang seks saja tetapi juga hal- hal lainnya
termasuk pemberian dan kebutuhan akan kasih sayang.
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan kasih sayang meliputi dorongan untuk
bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada
keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima
cinta. Salah satunya, hubungan kasih sayang antar pasangan suami istri. Bagi Maslow,
cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang,
termasuk sikap saling percaya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta

meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Tidak terpenuhinya kebutuhan
ini maka orang akan menjadi rentan merasa sendirian, gelisah, dan depresi. Sering kali
cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika adanya kelemahan atau
kesalahan dari pasangannya. Salah satu kelemahan tersebut adalah biseksual yang
dialami oleh salah satu pasangan tersebut. Biseksual adalah seksualitas yang merupakan
ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun
1

wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk
menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus.
Awalnya para ahli teori penyusunan identitas memandang biseksual sebagai salah
satu bentuk penyembunyian identitas homoseksual atau sebagai tahap transisi antara
identitas heteroseksual dan identitas gay dan lesbian (fox, 1995). Akhir akhir ini,
biseksual telah di terima sebagai sebuah orientasi seksual tersendiri. Namun, kurangnya
penerimaan oleh kaum gay dan lesbian serta kaum heteroseksual membuat penyusuanan
identitas biseksual sangat menantang (Paul, 1996).

1.2

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah meneliti mengenai bagaimana

kebutuhan akan kasih sayang yang diterima oleh wanita dewasa muda yang memiliki
seorang suami biseksual dalam usia pernikahan dua tahun setengah.

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan

kasih sayang yang diterima oleh wanita dewasa muda yang memiliki seorang suami
biseksual dalam usia pernikahan dua tahun setengah dan mengetahui bagaimana si
wanita tersebut menjalani kesehariannya saat mengetahui suaminya adalah seorang
biseksual.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

2

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengembangan studi
kondisi psikologis pada wanita dewasa muda yang telah menikah dengan laki laki
biseksual, terutama psikologi abnormal yang terkait dengan pembahasan biseksual.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.)

Bagi subjek
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi baru tentang biseksual,

sehingga subjek dapat membuka diri terhadap laki laki biseksual dan mampu membuka
wacana baru mengenai berbagai pengalaman kehidupan dan perilaku kaum biseksual,
sehingga subjek mampu melihat sisi positif, menjadi lebih menghargai, bersabar dan
peka terhadap laki laki biseksual.
2.)

Bagi laki laki biseksual
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai


dampak yang dihadapi dari biseksual dimana hal tersebut nantinya diharapkan dapat
memberikan perubahan kepada laki laki tersebut.
3.)

Bagi penulis
Penelitian ini merupakan wahana untuk menerapkan teori yang telah didapatkan

selama perkuliahan pada masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata.

BAB II
KAJIAN TEORI

3

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1 Dewasa Muda
Masa dewasa muda atau dewasa madya adalah masa transisi menuju dewasa

akhir. Dewasa dalam hal ini tentunya memiliki arti menunjukan karakteristik
kedewasaan dan bukan sekedar “dewasa” secara usia kronologis. Di Indonesia batas
kedewasaan adalah dimulai diusia 21 tahun. Hal ini berarti bahawa pada usia itu
seseorang sudah di anggap dewasa dan selanjutnya dianggap sudah mempunyai
tanggung jawab terhadap perbuatan – perbuatannya (Monks, Knoers, & Haditono,
1996).
Masa dewasa muda adalah masa bercinta dan bekerja (Lieben Und Arbeiten).
Masa dewasa muda adalah masa membina hubungan intim melawan isolasi (Erickson,
1993), membina keintiman dan pernikahan, menyesuaikan diri terhadap pernikahan,
bertanggung jawab terhadap keluarga, dan membina karir dan keluarga (Turner dan
Helms, 2000)
1. Aspek Fisik
Santrock (2001), kondisi fisik individu pada masa dewasa muda mencapai
puncaknya namun juga terhadap beberapa penurunan kemampuan fisik. Hal ini di
pengaruhi oleh gaya hidup, pola makan, rutinitas olah raga, dan penggunaan obatobatan. Kekuatan dan kesehatan otot mulai menunjukan penurunan sekitar umur 30-an.
Pada masa ini beberapa individu berhenti berpikir tentang bagaiman gaya hidup pribadi
akan mempengaruhi kesehatan hidup mereka selanjutnya pada kehidupan dewasa.
Dalam studi longitudinal, kesehatan fisik di usia 30 tahun dapat memprediksikan

4


kepuasan hidup pada usia 70 tahun yang mana lebih banyak terjadi pada laki- laki dari
pada perempuan.
2. Aspek Kognitif
Menurut Piaget (dalam santrock, 2001) dewasa muda termasuk dalam tahap
kognitif operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Tahap kognitif kognisi
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam
tahapan ini, sesorang dapat memahami hal – hal seperti cinta, bukti logis dan nilai. Ia
tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi
abu- abu” di antaranya. Di lihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial.
3. Aspek Sosio- Emosional
Tahap perkembangan Erikson yang kelima (dalam santrock, 2001) adalah EgoIdentity Vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran). Tahap ini terjadi pada
periode perkembangan masa remaja 12 sampai 20 tahun. Pada tahap ini remaja atau
individu dihadapkan pada temuan perihal pertanyaan mengenai siapa mereka,
bagaimana mereka nantinya, dan kemana tujuan mereka. Puncak dari semua yang

selama ini sudah kita lalui dan yang akan kita gunakan untuk “mengarungi bahtera
hidup” yakni menciptakan Identitas Diri bagi kita. Kegagalan kita dalam melewati tahap

5

perkembangan ini, akan menciptakan kerancuan identitas atau peran ditahapan
selanjutnya yakni dewasa muda.

2.1.2 Kebutuhan Kasih Sayang Menurut Abraham Maslow
Sesudah kebutuhan fisiologis dan keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki
atau dari kelompok social dan cinta menjadi tujuan yang dominan.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-love dan Being atau B-love.
Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D-love; orang yang mencintai sesuatu yang
tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi
tidak sendirian. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, lebih memperoleh
daripada memberi.B-love di dasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya,
tanpa keinginan memanfaatkan orang itu. Menurut Maslow, kegagalan memenuhi
kebutuhan dimiliki dan cinta menjadi sebab hampir semua bentuk psikopatologi.
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki
dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat
tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya. (Carlos dkk,
2009)

2.1.3 Biseksual
Seks merupakan energi psikis, yaitu ikut mendorong manusia untuk bertingkah
laku. Tidak hanya bertingkah laku dibidang seks saja, yaitu melakukan relasi seksual
atau bersenggama akan tetapi juga melakukan kegiatan kegiatan non seksual. Seks
adalah satu mekanisme bagi manusia agar mampu mendapatkan keturunan. Sebab itu
seks merupakan mekanisme yang vital sekali dengan mana manusia mengabdikan
6

jenisnya. Disamping hubungan sosial biasa, diantara wanita dan pria itu bisa terjadi
hubungan khusus yang sifatnya erotis, yang disebut sebagai relasi seksual. Dengan
relasi seksual ini kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak
kepuasan atau organisme (Kartono, 2009).
Hubungan seksual diantara dua jenis kelamin yang berlainan sifat dan sejenis
disebut relasi heteroseksual. Jika dilakukan diantara dua jenis kelamin yang sama
disebut sebagai homoseksual. Jika seseorang dapat mencapai kepuasan erotis secara
optimal dengan sesama jenis dan lawan jenis disebut dengan biseksual (Sadarjoen,
2005). Bisexsuality (Biseksualitas, seksualiatas ganda) merupakan keadaan merasa
tertarik sama kuatnya pada kedua jenis kelamin perempuan maupun laki laki dan
memiliki ciri-ciri karakteristik anatomis dan psikologis dari kedua jenis kelamin
(Kartono, 2004). Sedangkan Kartono (2009) biseksual adalah seseorang yang mencintai
seorang wanita atau laki-laki sekaligus.
Menurut MacDonald dalam Crooks dan Baur (2005), individu biseksual adalah
individu yang dapat terlibat dan menikmati aktifitas seksual dengan dua jenis kelamin,
yaitu jenis kelamin yang sama dan jenis kelamin yang berbeda, atau mengetahui bhawa
dirinya mau untuk melakukan hal tersebut. Kebanyakan biseksual tidak tertarik pada
wanita dan pria sama besarnya dan terkadang berpindah-pindah fase ketertarikannya
sepanjang waktu. Adakalanya pada saat ini ia tertarik kepada wanita tetapi seminggu
kemudian ia hanya tertarik kepada pria. Namun adapula beberapa biseksual yang berada
pada kondisi statis. Artinya sepanjang waktu ia mengalami ketertarikan terhadap pria
dan wanita sama besarnya.

2.1.4 Faktor Penyebab Seorang menjadi Biseksual
7

Pada fase falik, secara seksual, anak akan menyadari bahwa organ seksual
merupakan sumber kenikmatan yang ia hayati. Oedipus Complex pada anak laki- laki
dan Electra Complex pada anak perempuan merupakan drama relasi segitiga antara
ayah dan ibu, yang menentukan identitas seksual anak di kemudian hari. Dalam hal ini
anak harus menerima kenyataan akan ketidak mampuannya untuk memiliki ayah atau
ibu, baik secara emosional maupun seksual. Apabila saat tersebut lingkungan keluarga
tidak bersikap hangat, maka akan berpeluang untuk mengambil alih ciri hakiki identitas
gender (gender identity) dari ayah ataupun ibu, yaitu anak laki- laki akan
mengembangkan kepribadian homoseksual, sedangkan anak perempuan akan
mengembangkan kepribadian lesbian (sadarjoen, 2005).
Sementara kinsey (dalam nugraha,2002) mengemukakan ada tiga hal yang dapat
mendorong seseorang menjadi biseksual, yaitu :
1. Pengalaman seksual yang di dapatkan dari suatu hubungan persahabatan antara laki
– laki dan perempuan yang sangat dekat.
Misalnya pada persahabatan antara dua laki- laki yang salah satunya memiliki
kecenderungan

memiliki

perilaku

homoseksual,

meskipun

nantinya

ada

kemungkinan kedua laki- laki tersebut mencari pasangan seorang perempuan.
2. Kelompok – kelompok yang membentuk pergaualan biseksual.
Kelompok tersebut berusaha memperkenalkan filosofi tentang biseksual.
3. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud biasanya lebih bersifat memaksa, seperti di sebuah
Penjara, para pidana yang sebelumnya laki- laki normal, tetpi karena tinggal dalam
jangka waktu yang lam di dalam penjara di mana hanya terdapat para laki- laki saja,
maka penyalurannya hanya pada sesama para laki- laki. Hal seperti ini juga dapat
terjadi pada tentara (prajurit) yang berperang di hutan- hutan, di mana sulit dengan
perempuan.

8

2.1.5 Dampak Psikologi Biseksual
Di dalam diri kaum biseksual, dorongan homoseksualnya menimbulkan suatu
egodistonik, yaitu rasa terganggu akibat konflik psikis. Konflik- konflik psikis tersebut
misalnya konflik keinginan untuk membuka diri dengan ketakutan tidak diterima oleh
keluarga dan masyarakat, juga konflik dengan pemahaman terhadap agama yang
cenderung menentang kevberadaan kaum homoseksual. Konflik psikis yang timbul
menyebabkan perasaan tidak di sukai, cemas, bersalah, kesepian, malu karena merasa
dirinya tidak wajar dan depresi (Novetri, 2003). Konflik internal menimbulkan persaanperasaan negatif pada individu biseksual ini pada akhirnya dapat memunculkan tekanan
yang berujung pada kondisi stres.

2.2

Kerangka Pemikiran
Para wanita memiliki kebutuhan akan kasih sayang, salah satunya adalah kebutuhan

akan kasih sayang yang diberikan oleh seorang laki laki terutama figur seorang suami.
Namun, kebutuhan tersebut seringkali tidak terpenuhi karena kesalahan konsep diri dari
laki-laki biseksual sehingga wanita tidak menerima kebutuhan tersebut sepenuhnya.
Sehingga wanita tersebut membutuhkan dukungan, penilaian dan penghargaan positif
untuk mengurangi stress karena masalah yang dihadapi. Untuk mengurangi dampak
kejadian yang menimbulkan stress dari masalah yang dihadapi oleh wanita kami
menggunakan strategi coping.

9

Menurut MacArthur & MacArthur (1999) mendefinisikan strategi coping
sebagai upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun psikologis, yang digunakan orang
untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi dan meminimalkan dampak kejadian yang
menimbulkan stres. Beberapa karakteristik strategi coping menurut Folkman dan
Lazarus (dalam Taylor, 1999) adalah :
1. Coping merupakan suatu proses yang dinamis, sebuah rangkaian ang terdiri atas
interaksi antara individu (dengan segala kemampuan, nilai dan komitmen) dengan
lingkungan.
2. Definisi coping menggambarkan adanya keluasan cakupan. Proses coping meliputi
seluruh tindakan dan reaksi terhadap situasi stressful.
3. Coping sangat berkaitan erat dengan penilaian yang dilakukan individu terhadap
situasi yang dialami. Penilaian yang dilakukan oleh individu akan menentukan apa
yang nantinya akan dilakukan oleh individu tersebut. (Bishop, 1994).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Objek Penelitian
Dalam penelitian ini melibatkan 6 (enam) wanita dewasa muda usia 27 tahun yang

telah mengakui memiliki seorang suami yang biseksual dalam usia pernikahan dua
tahun setengah. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa karakteristik diarahkan pada
kasus-kasus tipikal sesuai masalah penelitian, bukan diarahkan pada jumlah responden
yang besar.
Pemilihan subjek pada penelitian ini dilakukan dengan berdasar kriteria tertentu
atau berlandaskan teori yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar

10

subjek penelitian dapat mewakili fenomena yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
kriteria subjek yang dimaksud adalah :
1.
Wanita dewasa muda usia 25 sampai 30 tahun yang telah menikah selama dua
2.

tahun setengah.
Pernah atau sering melihat suaminya menjalani hubungan (intim atau mesra)

3.

dengan laki laki lain disaat yang bersamaan atau berdekatan.
Wanita tersebut mengakui memiliki seorang suami berstatus biseksual kepada
keluarga dan atau teman-teman terdekatnya. Mengakui status biseksual suami,
berarti subjek telah mengetahui dan mengkomunikasikan perihal orientasi seksual
suaminya dalam menjalani kehidupan sebagai wanita yang memiliki suami
biseksual ditengah orang orang tersebut.

3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Wawancara
Data diperoleh dengan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur.
Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya-jawab secara langsung yang bertujuan
untuk mendapatkan data-data yang akurat yang berupa cerita rinci dari subjek. Sugiyono
(2011) mendefinisikan wawancara sebagai bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan
tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang
melengkapi kata-kata secara verbal. Wawancara kualitatif digunakan untuk memperoleh
pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan
topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tertentu (Banister
dkk., dalam Poerwandari, 2005, 72). Esterberg (2002) mengungkapkan tiga macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semistruktur, dan wawancara tidak
11

terstruktur. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara
tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengap untuk
pengumpulan data. Dalam wawancara tidak terstruktur peneliti dapat menggunakan
cara “berputar putar baru memukik” atau dengan kata lain membuka pembicaraan yang
tidak terkait dengan tujuan dan setelah terbuka kesempatan, baru menanyakan sesuatu
yang sesuai tujuan penelitian. (Sugiono, 2011).
Pencatatan data wawancara dilakukan dengan alat MP3 sebagai alat perekam. Alat
ini dapat mencatat jawaban secara lengkap dan menyeluruh. Peneliti meminta agar
responden tidak keberatan bila percakapan tersebut direkam, dengan menjamin
kerahasiaan dan untuk memberikan salinan pembicaraan itu untuk diperbaiki atau
diubah sesuai persetujuan subjek. Informasi yang ingin digali atau menjadi pedoman
wawancara terhadap wanita akan kebutuhan kasih saying yang diterimanya dari lakilaki biseksual dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan, yaitu wawancara
mengenai :
1.

Bentuk-bentuk perilaku kasih sayang yang diberikan oleh laki-laki biseksual
selama pernikahan dua tahun setengah dan tanggapan subjek mengenai perilaku

2.

kasih sayang yang diberikan oleh laki-laki biseksual.
Bentuk-bentuk perilaku negatif yang telah diketahui oleh subjek selama

3.

pernikahan dua tahun setengah dengan laki-laki biseksual.
Bentuk-bentuk perilaku negatif laki-laki biseksual yang dapat menimbulkan rasa
tertekan atau stres pada subjek baik melalui sepengetahuannya sendiri ataupun

4.

dari orang lain.
Kondisi subjek dan orang disekitar subjek setelah dilakukannya coping.

3.2.2 Observasi

12

Obeservasi adalah kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena
yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut
(Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan tujuan untuk
mendeksripsikan situasi dan pengalaman yang dialami subjek, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung serta orang-orang yang terlibat dalam kejadian yang diamati termasuk lakilaki biseksual atau suami subjek.
Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memahami lebih baik mengenai hal yang
diteliti sesuai dengan konteksnya; observasi memungkinkan peneliti untuk melihat halhal yang seringkali kurang disadari oleh subjek dan memungkinkan juga untuk
memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh
subjek penelitian secara terbuka saat wawancara. Jenis observasi yang digunakan adalah
observasi partisipan. Dalam observasi partisipan peneliti adalah bagian dari keadaan
alamiah, tempat dilakukannya observasi. (Black and Champion, 2001)

3.3

Analisa Data
Peneltian ini menekankan pada analisis-analisis kualitatif deksriptif. Prosedur

analisis data yang dilakukan adalah :
1. Membuat transkrip verbatim atau hasil wawancara. Hal ini dilakukan dengan
mendengarkan rekaman hasil wawancara secara seksama, kemudian menuliskan tiap
kata yang muncul dalam suatu kertas. Agar lebih efektif, hasil wawancara yang
relevan saja dengan penelitian yang dituliskan ditranskrip verbatim. Pada kertas
tersebut diberi kolom kosong dikanan yang nantinya digunakan untuk menulis
catatan-catatan.

13

2. Setelah verbatim dibuat, langkah selanjutnya adalah koding. Koding dilakukan
dengan membaca transkrip verbatim dengan seksama dan memberikan kode pada
kalimat-kalimat yang sesuai dengan apa yang hendak dicari.
3. Setelah koding selesai dikerjakan, kemudian dilakukan pembuatan tabel tabulasi
koding. Tabel tabulasi koding dibuat terpisah antara subjek satu dengan subjek yang
lain.
4. Setelah kedua tabel tabulasi koding tersebut selesai dibuat, langkah selanjutnya
adalah menggabungkan kedua tabel tabulasi koding yang telah dibuat sebelumnya
menjadi sebuah tabel tabulasi koding keenam subjek.
5. Melakukan interprestasi data dan melakukan pembahasan.
Barelson (dalam Zuchdi, 1993) menyatakan bahwa analisis isi merupakan salah
satu teknik penelitian untuk menghasilkan dekripsi yang objektif dan sistematik
mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi. Data yang diperoleh dalam peelitian ini
banyak berbentuk narasi dan dekripsi tertulis yang berasal dari transkrip wawancara
tidak terstruktur, catatan lapangan hasil observasi dan wawancara informal, maka
metode analisa data yang digunakan adalah analisis konten atau analisis isi. Analisa data
kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membuat salinan kata demi kata dari rekaman hasil wawancara yang disebut tanskip
verbatim. Transkrip verbatim ini dicatat dalam kolom-kolom yang telah disusun
peneliti sedemikian rupa sehingga memudahkan peneliti untuk pemberian kode dan
catatan-catatan penting.
2. Memberikan nama untuk setiap transkrip serta membubuhkan tanggal dan tempat
sewaktu pengambilan data wawancara.
3. Membaca transkrip verbatim dengan teliti dan berulang-ulang.
4. Tujuannya untuk membantu sebelum melakukan pengkodean dalam memperoleh
tema tentang hal-hal yang berkaitan dengan subjek penelitian.

14

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Jakarta: UMM.
Alimun, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medikal.
Carver, C.S., Scheir, M.F., & Wientraub, J.K. 1989. Assessing Coping Strategies: A
Theoritically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 56,
No. 2, 267 – 283.
Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi, (Terjemahan Kartini dan Kartono).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Coyne, J., Aldwin, C., & Lazarus, R. 1981. Depression and Coping In Stressfull
Episodes. Journal of Abnormal Psychology. Vol. 50, No. 2, 234-254.
Edward, Hoffman. 1988. A Biography of Abraham Maslow. Los Angeles: Jeremy P.
Tarcher.
Emery, Robert E dan Thomas F. Oltmanns. 2013. Psikologi Abnormal Edisi ketujuh.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hawari, Dadang. 2009. Pendekatan Psikologi pada Biseksual. Jakarta : FKUI.

15

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentaang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Julius, dkk. 1991. Psikologi umum. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sarwono. 2000. Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Robert J. Taormina, 2013,

“American Journal of Pschology”.Vol 126, No. 2,

http://translationjournal.net/journal/65naive.html, 10 July 2013.
Robert

M.

Kertzner

and

Ilan

H.Meyer,

2009,

“American

Journal

of

Orthopsychiatry”.Vol 09, http://theeffectsbisexsualsjournal.net/journal.html, 23 Juni
2009.

16