Pertumbuhan dan Perkembangan dan OROFACIAL

GIGI GELIGI
SISTEM OROFASIAL

Modul Blok 10
Skenario 1
Kelompok 4

ANATOMI GIGI DESIDUI
DAN GIGI PERMANEN

Dilihat Secara Makroskopis
1. Mahkota/korona ialah bagian gigi yg dilapisi
jaringan enamel/email dan normal terletak
diluar jaringan gusi/gingiva.
2. Akar/radix ialah bagian gigi yg dilapisi
jaringan sementum dan ditopang oleh
tulang alveolar dari maksila dan mandibula.
3. Garis servikal/semento-enamel junction
ialah batas antara jaringan sementum dan
email, yg merupakan pertemuan antara
mahkota dan akar gigi.


Dilihat Secara Makroskopis
4. Ujung akar/apeks ialah titik terujung dari akar
gigi.
5. Tepi insisal (insisal edge) ialah suatu tonjolan
kecil dan panjang pd bagian korona dari gigi
insisivus yg merupakan sebagian dari
permukaan insisivus dan yg digunakan utk
memotong/mengiris makanan.
6. Tonjolan/cusp ialah tonjolan pada bagian
korona gigi kaninus dan gigi posterior, yg
merupakan sebagian dari permukaan oklusal.

Dilihat Secara Mikroskopis
1. Jaringan keras ialah jaringan yg
mengandung bahan kapur, terdiri dari
jaringan email/enamel, jaringan
dentin/tulang gigi, dan jaringan sementum.
• Email dan sementum ialah bagian/bentuk
luar yg melindungi dentin.

• Dentin, merupakan bagian terbesar dari
gigi dan merupakan dinding yg membatasi
dan melindungi rongga yg berisi jar. pulpa.

Dilihat Secara Mikroskopis
2. Jaringan lunak
• yaitu jaringan pulpa ialah jaringan yg
terdapat dalam rongga pulpa sampai
foramen apikal
• Mengandung bahan dasar, bahan
perekat, sel saraf, jaringan limfe,
jaringan ikat, dan pembuluh darah.

Dilihat Secara Mikroskopis
3. Rongga pulpa, terdiri dari :
• Tanduk pulpa, yaitu ujung ruang pulpa.
• Ruang pulpa, yaitu ruang pulpa di korona
gigi.
• Saluran pulpa, yaitu saluran di akar gigi,
kadang2 bercabang, dan ada saluran

tambahan (supplemental pulp canal).
• Foramen apikal, yaitu lubang di apeks
gigi, tempat masuknya jaringan pulpa ke
rongga pulpa.

Tahap pembentukan gigi
1.
INISIA
SI

2.
PROLIFERAS
I

5.
APOSISI

7/2/18

3.

HISTODIFERENSIA
SI

4.
MORFODIFERENSIAS
I

8

2.
Proliferasi

1. Inisiasi
• (JANIN 5-6 MINGGU I.U)
• Merupakan
permulaan
terbentuknya benih gigi
dari epitel mulut.
• Sel-sel
tertentu

pada
lapisan basal dari epitel
mulut berproliferasi lebih
cepat
daripada
sel
sekitarnya
• Hasilnya adalah lapisan
epitel yang menebal di
regio bukal lengkung gigi
dan meluas sampai seluruh
bagian
maksila
dan
mandibula.
7/2/18

• (JANIN 9-11 MINGGU I.U)
• Lapisan sel-sel mesenkim
yang berada pada lapisan

dalam membentuk papil
gigi
yang
kemudian
membentuk dentin dan
pulpa
• Sel-sel mesenkim yang
berada di sekeliling organ
gigi
dan
papila
gigi
memadat dan fibrous,
disebut kantong gigi


(McDonald dan Avery, 2000;
9
Finn, 2003)


3.
Histodiferensias
i

4.
Morfodiferensia
si

• (JANIN 14 MINGGU I.U)
• Terjadi diferensiasi seluler
pada tahap ini. Sel-sel
epitel
email
dalam
menjadi semakin panjang
dan
silindris,
disebut
sebagai ameloblas yang
akan

• berdiferensiasi
menjadi
email dan sel-sel bagian
tepi dari papila gigi
menjadi
odontoblas
yang akan berdiferensiasi
menjadi dentin.
7/2/18

• (JANIN 18 MINGGU I.U)
• Sel pembentuk gigi
tersusun sedemikian
rupa dan dipersiapkan
untuk
menghasilkan
bentuk dan ukuran
gigi selanjutnya.
• Proses
ini

terjadi
sebelum
deposisi
matriks dimulai.

10

4. Aposisi
•Terjadi
pembentukan
matriks keras gigi
baik pada email,
dentin, dan
sementum.
•Matriks email
terbentuk dari selsel ameloblas yang
bergerak ke arah
tepi dan telah
terjadi proses
kalsifikasi sekitar

25%-30%
11

Siklus hidup gigi.
(A-D)Tahap perkembangan gigi.
(A) Inisiasi (bud stage),
(B) Proliferasi (cap stage),
(C) Histodiferensiasi,
Morfodiferensiasi (bell stage),
(D) Aposisi dan dilanjut dengan
tahap kalsifikasi,
(E) Sebelum erupsi,
(F)Setelah erupsi,
(G dan H) Atrisi,

Histologi Pertumbuhan Gigi

PERBEDAAN GIGI SULUNG
DAN GIGI PERMANEN









GIGI SULUNG
Tanduk pulpa lebih tinggi
dan ruang lebih lebar.
Ukuran
mesio-distal
korona gigi sulung lebih
lebar daripada ukuran
serviko-insisalnya, kecuali
incisivus sentral, lateral,
kaninus
bawah,
dan
incisivus lateral atas.
Ukuran mesio-distal akarakar gigi susu depan
sempit
Pada gigi susu tidak ada
gigi premolar atau gigi
yang
menyerupai
premolar.









GIGI PERMANEN
Tanduk pulpanya lebih
rendah
dan
ruang
pulpanya lebih sempit.
Ukuran
mesio-distal
korona gigi permanen
lebih sempit daripada
ukuran
servikoinsisalnya.
Ukuran mesio-distal akarakar
gigi
permanen
depan lebar.
Pada
gigi
permanen
terdapat gigi premolar.

GIGI SULUNG

GIGI PERMANEN

• Akar-akar dan korona molar
susu
mesio-distal
dan
sepertiga servikal lebih sempit
• Akar-akar molar susu relatif
lebih sempit/ramping, panjang
dan
lebih
divergen
(memancar).
• Akar-akar gigi susu mengalami
resorpsi.
• Gigi geligi susu lebih putih.
• Pada gigi susu tidak terbentuk
sekunder dentin.
• Permukaan fasialnya lebih
licin.

• Akar-akar dan korona molar
permanen
mesio-distal
dan
sepertiga servikal lebih lebar.
• Akar-akar molar permanen lebih
lebar , pendek, dan lebih
konvergen .
• Akar-akar gigi permanen tidak
mengalami resorpsi.
• Gigi geligi permanen lebih
kuning.
• Pada gigi permanen terbentuk
sekunder dentin. Permukaan
fasialnya lebih kasar.

Kelainan gigi permanen
dan gigi sulung

1. Jumlah gigi
1. Benih tidak ada (anodonsia /hipodonsia)
Definisi :
*Anodonsia yaitu tidak dijumpainya seluruh gigi
geligi dalam rongga mulut.
*hipodonsia atau disebut juga oligodonsia yaitu
tidak adanya satu atau beberapa elemen gigi.
Kedua keadaan ini dapat terjadi pada gigi sulung
maupun gigi tetap. Gigi yang sering mengalami
hipodonsia yaitu gigi insisivus lateralis atas,
premolar dua bawah, premolar dua atas, molar
tiga dan insisivus sentralis bawah.

2. Supernumerary Teeth (Jumlah gigi
yang berlebih)
Definisi Hiperdonsia atau dens
supernumerary atau supernumerary
teeth yaitu
adanya satu atau lebih elemen gigi
melebihi jumlah gigi yang normal,
dapat terjadi pada
gigi sulung maupun gigi tetap.

2. UKURAN GIGI
1. Makrodonsia
Definisi : Makrodonsia yaitu suatu keadaan
yang menunjukkan ukuran gigi lebih
besar dari normal, hampir 80 % lebih besar
(bisa mencapai 7,7-9,2 mm). Keadaan ini
jarang dijumpai, sering di DD (Diferensial
Diagnosa/Diagnosa Banding) dengan Fusion
Teeth. Gigi yang sering mengalaminya
adalah gigi insisivus satu atas

2. Mikrodonsia
Definisi : Yaitu suatu keadaan yang
menunjukkan ukuran gigi lebih kecil dari
normal. Bentuk koronanya (mahkota)
seperti conical atau peg shaped. Sering
diduga sebagai gigi berlebih dan sering
dijumpai pada gigi insisivus dua atas
atau molar tiga. Ukuran gigi yang kecil
ini dapat menimbulkan diastema.

Faktor – faktor yang
mempengaruhi erupsi gigi
(Salzmann, 1975).

Faktor – faktor yang mempengaruhi
erupsi gigi
1.
2.
3.
4.

Faktor Keturunan (genetik)
Faktor Ras
Jenis Kelamin
Faktor Lingkungan
- Sosial ekonomi
- Nutrisi
5. Faktor Penyakit
6. Faktor Lokal

Faktor Keturunan (genetik)
Faktor keturunan dapat mempengaruhi
kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor
genetik mempunyai pengaruh terbesar
dalam menentukan waktu dan urutan
erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi.
Pengaruh faktor genetik terhadap
erupsi gigi adalah sekitar 78% .

Faktor Ras
Perbedaan
ras
dapat
menyebabkan
perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi
permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa
dan campuran Amerika dengan Eropa lebih
lambat daripada waktu erupsi orang
Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian.
Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan
Swedia termasuk dalam ras yang sama
yaitu aukasoid dan tidak menunjukkan
perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar

Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen rahang
atas dan bawah terjadi bervariasi pada
setiap individu. Pada umumnya waktu
erupsi gigi anak perempuan lebih cepat
dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini
berkisar antara 1 hingga 6 bulan .

Faktor Lingkungan


Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor
keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah
sekitar 20%. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara
lain:
• Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan
seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak dengan tingkat
ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupasi gigi yang lebih lambat
dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah.
• Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat
mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi
dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nitrisi, seperti vitamin D dan
gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan
gigi adalah sekitar 1% .

Faktor penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen
dapat
disebabkan
oleh
penyakit
sistemik dan beberapa sidroma, seperti
down
syndrome,
cleidocranial
dysostosis,
hypothyroidism,
hypopituitarism, beberapa tipe dari
craniofscial
synostostosis
dan
hemifacial atrophy .

Faktor lokal
Faktor-faktor
lokal
yang
dapat
mempengaruhi erupsi gigi adaah jarak
gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi,
adanya gigi berlebih, trauma dari benih
gigi, mukosa gigi yang menebal, dan
gigi sulung yang tanggal sebelum
waktunya (Salzmann, 1975).

Kelainan Erupsi Gigi

Gigi Natal
• Merupakan gigi
yang telah erupsi
atau telah ada
dalam mulut pada
waktu bayi
dilahirkan

Teething
• Merupakan suatu
proses fisiologis
dari waktu erupsi
yang terjadi pada
masa bayi, anak
dan remaja
(sewaktu gigi
molar tiga akan
erupsi) yang diikuti
dengan gejala lokal
maupun sistemik.

Kista Erupsi
• Suatu kista yang
terjadi akibat
rongga folikuler
disekitar mahkota
gigi sulung atau
tetap yang akan
erupsi
mengembang
karena
penumpukan
cairan.

Submerged Teeth
• Merpakan gangguan
erupsi yang
menunjukkan gagalnya
gigi molar sulung
mempertahankan
posisinya akibat
perkembangan gigi
disebelahnya sehingga
gigi molar sulung
tersebut berubah
posisi menjadi dibawah
permukaan oklusal.

Erupsi Ektopik Gigi Molar Pertama
Tetap
• Suatu erupsi gigi
molar pertama
tetap yang keluar
dari posisinya
dilengkung rahang,
mendorong molar
dua sulung
sehingga terjadi
resorpsi sebagian
atau seluruhnya
dari molar dan

Faktor yang
mempengaruhi resorbsi
gigi desidui

Resorbsi menurut etiologinya terbagi atas 2 tipe :
1. Resorbsi Internal : Resorbsi internal radang dan resorbsi
internal idiopatik
2. Resorbsi eksternal : Resorbsi permukaan. Resorbsi akibat
inflamasi, resorbsi penggantian, resorbsi
akibat tekanan, resorbsi sistemik, resorbsi
idiopatik

Resorbsi internal :
1. Resorbsi internal yang disebabkan oleh
trauma
Trauma yang dimaksud bisa berupa
kecelakaan yang apabila mengalami
perluasan resorbsi internal dari mahkota
hingga ke 2/3 servikal akar, hal inilah yang
menyebabkan tanggalnya gigi tersebut

2. Resorbsi Internal Idiopatik
Resorbsi internal idiopatik adalah resorbsi internal
dengan etiologi yang tidak diketahui. Pada sejumlah
kasus berdasarkan anamneses tidak dapat ditunjukkan
bahwa suatu kondisi tertentu sebagai penyebab
kerusakan internal. Mungkin penyebabnya adalah
trauma yang tidak dapat diingat kembali, mungkin juga
penyebab yang belum diketahui.

Resorbsi eksternal :
1. Resorbsi permukaan
Resorbsi permukaan merupakan temuan patologis yang
umum terjadi pada permukaan akar. Aktivitas osteoklas
merupakan respon terhadap injuri pada ligamen
periodontal atau sementum. Resorpsi permukaan
biasanya dapat dilihat melalui Scanning Electron
Microscopy (SEM). Kondisi ini dapat mengalami
perbaikan spontan berupa pembentukan sementum baru.

2. Resorbsi Akibat inflamasi
Resorbsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi
jaringan pulpa. Daerah yang terinfeksi biasanya berada
disekitar foramen apikal dan canalis lateralis.
Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang
berdekatan juga dapat terlibat.

3. Resorbsi Penggantian
Resorbsi penggantian biasanya terjadi pada trauma yang
berat. Resorbsi penggantian sering terjadi setelah
replantasi, terutama bila replantasi terlambat dilakukan.
Cedera pada permukaan akar biasanya berat, sehingga
penyembuhan dengan sementum tidak dapat terjadi,
yang menyebabkan kontak langsung antara tulang
alveolar dan permukaan akar.

4. Resorbsi Akibat tekanan
tekanan pada akara gigi dapat menyebabkan resorbsi
yang merusak jaringan ikat diantara dua permukaan.
Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang erupsi atau
impaksi, pergerakan ortodonti, trauma karena oklusi,
atau jaringan patologis seperti kista dan neoplasma.
Resorbsi akibat tekanan, misalnya akibat perawatan
ortodonti dapat terjadi pada apeks gigi, dengan cedera
berasal dari tekanan pada sepertiga apeks sewaktu
menggerakkan gigi akibatnya dapat terjadi
pemendekkan akar gigi.

5. Resorbsi sistemik
resorbsi sistemik adalah resorbsi yang diakibatkan
adanya gangguan sistemik. Janis ini dapat terjadi pada
sejumlah penyakit dan gangguan endokrin. Selain itu,
resorbsi ini dapat terjadi pada pasien yang menjalani
terapi radiasi.

6. Resorbsi Idiopatik
Resorbsi idiopatik sampai saat ini masih belum
diketahui secara jelas. Pada beberapa kasus dapat terjadi
resorpsi akar yang penyebabnya bukan karena faktor
sistemik maupun lokal. Resorbsi ini dapat terjadi pada
satu gigi maupun beberapa gigi.

Indikasi dan Kontraindikasi
Ekstraksi Gigi
1. Indikasi
Tujuan dokter gigi adalah menciptakan rongga
mulut yang sehat dan dapat berfungsi dengan
baik sampai akhir pertumbuhan gigi. Walaupun
demikian, ekstraksi gigi penting dilakukan
dengan berbagai alasan (Itjiningsih, 1991).
a. Karies Besar
Gigi yang mahkotanya sudah sangat rusak dan
tidak dapat direstorasi lagi.

b. Nekrosis Pulpa
Gigi dengan pulpitis irreversible yang perawatan
endodonti tidak dapat dilakukan lagi atau merupakan
kegagalan setelah dilakukan perawatan endodonti.
c. Penyakit Periodontal
Periodontitis dewasa yang berat dan luas akan
menyebabkan kehilangan tulang berlebihan dan
mobiliti gigi yang menetap.
d. Gigi Retak
Gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang
biasanya menyebabkan nyeri hebat dan tidak dapat
dikendalikan dengan perawatan endodonti.
e. Gigi Malposisi
Gigi yang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak
dan posisinya tidak dapat diperbaiki dengan perawatan

f. Gigi Terpendam
Apabila gigi terpendam menimbulkan masalah
dan menyebabkan gangguan fungsi normal dari
pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini
diekstraksi.
g. Gigi Berlebih
Dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi
normal atau menyebabkan gigi berjejal berat dan
estetis yang kurang pada gigi anterior.
h. Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis
Ekstraksi gigi dengan lesi patologis harus
dilakukan bersamaan dengan pembuangan lesinya.
i. Gigi Persistensi
Gigi desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi
masih kuat dan gigi penggantinya sudah erupsi.

j. Keperluan Orthodonti
Ekstraksi gigi premolar dilakukan
untuk perawatan orthodonti dengan
pertumbuhan gigi yang berjejal.
k. Ekstraksi Preprostetis
Untuk keperluan pembuatan protesa
dilakukan ekstraksi gigi.
l. Preradioterapi
Pasien yang akan mendapatkan
perawatan radioterapi pada rongga mulutnya
harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu
pada gigi-gigi yang merupakan indikasi pada
daerah yang akan diradioterapi.

2. Kontraindikasi
Walaupun gigi memenuhi persyaratan
untuk dilakukan ekstraksi, pada beberapa keadaan
tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi karena beberapa
faktor atau merupakan kontraindikasi ekstraksi gigi
(Itjiningsih, 1991).
a. Penderita penyakit jantung, hipertensi,
arteriosklerosis, dan diabetes mellitus kontraindikasi
pada pemberian adrenalin.
b. Penderita Trombositopenia
Penderita trombositopenia memiliki jumlah
trombosit lebih sedikit dari normal sehingga darah
sukar membeku.

c. Penderita Leukemia
Penderita leukemia memiliki jumlah leukosit yang
lebih banyak dari normal dalam darah sehingga mudah
mengalami perdarahan.
e. Penderita Hemofilia
Merupakan penyakit atau kelainan susunan darah
yang bersifat herediter dan hanya terdapat pada laki-laki.
Apabila penderita mendapatkan luka, maka darahnya tidak
dapat membeku.
f. Kehamilan
Ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada
trimester pertama, karena keadaan umum ibu hamil pada
trimester pertama sering sangat lemah dan dalam masa
pembentukan janin.
g. Peradangan di sekitar Gigi
Apabila terdapat peradangan di sekitar gigi, maka
ekstraksi gigi adalah kontraindikasi. Ekstraksi gigi dapat

Pertumbuhan dan
Perkembangan Orofasial

Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial
Perkembangan Wajah , meliputi :
1. Mata (neuro-ektoderm, ektoderm permukaan dan
mesoderm)
• Mula-mula tampak adanya gelembung ke lateral dari
bagian otak depan yang disebut gelembung optic
(optic vesicle).
• Gelembung optic membentuk lapisan baru sehingga
menjadi dua lapisan yang disebut mangkuk mata
(optic cup).
• Gelembung optic tersebut akan berpisah dengan
lapisan di dinding otak, tetapi masih dihubungkan
oleh tangkai optic (optic stalk).
• lapisan ektoderm makin menebal, bundar dan padat
yang disebut gelembung lensa (lens vesicle).

2. Hidung
• Mula-mula tampak olfactory palacode yaitu penebalan
ectoderm di daerah ventro-lateral kepala embrio.
Placode berkembang menjadi lesung olfactory hidung
(olfactory pit).
• Di sekitar lubang hidung tepinya terdapat tonjolan
medial dan tonjolan lateral yang dekat dengan proc.
maksila. jaringan di antara tonjolan medial sebelah
kanan dan kiri disebut septum nasi.
• tonjolan medial hidung bergabung dengan proc. maksila
yang terletak di sebelah lateralnya, terbentuklah rongga
hidung.
• Di sebelah dalam rongga hidung, mula-mula masih ada
membran oro-nasal. Membrane ini pecah, dan terjadilah
hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut

3. Rongga mulut
setelah pembuahan (hari ke 25)
cavum oris
primitivum (stomatodeum) berkembang
dikelilingi oleh :
1. Capsul otak di bagian atas
2. Pericardium di bagian bawah
3. Proc. Mandibula : meluas ke medial membentuk
mandibula primitiv dan memisahkan stomatodeum
dari pericardium.
4. Proc. maksila di bagian samping : terbentuk dari
proc. mandibularis dari sudut mulut dan tumbuh
ke bawah pada kedua sisi wajah di balik mata
untuk berkontak dengan proc. nasalis lateralis,
selanjutnya akan berkontak dengan ujung bawah

4. Palatogenesis
• Pada sekitar minggu perkembangn ke-6, dua
perluasan proc. Maksilaris akan tumbuh ke arah
dalam dan ke bawah sebagai proc. palatinus.
• Palatum terbentuk dari proc. maksilaris kanan dan
kiri serta proc. nasal medial.
• Maksila propium (kecuali premaksila) terbentuk
berupa proc. maksilaris dari arcus mandibularis.
Penulangan pada maksila berlangsung pada
minggu ke-9.
• Proc. Nasal medial membentuk jaringan yang
meliputi area incisivus maksila sentral dan lateral
dan sebuah proc. kecil berbentuk segi 3 yang
meluas ke belakang diketahui sebagai palatum

5. Mandibula
• Pertumbuhan mandibula didahului dengan
pertumbuhan cartilago Meckel. Pada
embrio manusia cartilago Meckel
berkembang ke bentuk sempurna pada
minggu ke-6.
• Pada mandibula terdapat 3 daerah
pembentukan cartilago sekunder yang
utama.
 cartilago condylaris (minggu ke-12 )
berperan penting pada pertumbuhan
mandibula. Pada tahap ini terlihat berupa
potongan cartilago pada aspek superior
dan lateral tulang pada proc. Condylaris.

• Pada bulan ke-5 masa kehidupan
fetus, semua cartilago sudah
digantikan sebagian besar oleh
trabekula tulang.
• Selama periode ini penebalan zona
cartilago akan berkurang perlahanlahan karena aktifitas proliferasi dari
sel-sel fibro-sellular tumbuh lebih
lambat, sampai akhirnya cartilago
menghilang dan tulang pengganti
membentuk seluruh bagian proc.
condylaris tersebut (Sadler, 2009).

6. Lingua
lingua terbentuk dalam dua bagian.
 Pars anterior lingua (oral) (3 tonjolan). -> tonjolan
mesoderma arkus mandibularis, terletak di dalam cavum
oris. Tonjolan ini terdiri :
1. tonjolan lingua lateral
2. struktur garis median dasar mulut (tuberculum impar).
3. tonjolan gabungan terletak di dalam sulkus di antara
arcus mandibularis dan arcus hyoideus (Dixon, 1993).
 Pars posterior (pharingeus). Berasal dari arcus
pharingeus tertius dan akan bertumbuh ke depan, ke
atas arkus pharingeus secundus (hyoid) pada dasar
mulut untuk bergabung dengan ujung belakang pars
anterior lingua.Daerah ini disebut juga sebagai eminentia
hypobranchialis. Bagian belakang nanti akan membentuk
epiglotis

7.Glandula salivari
• Glandula salivari terbentuk dari pita sel-sel padat dari
stomadeum pada minggu ke-6 dan 7.
• Glandula parotis adalah organ yang terbnetuk pertama
kali ke luar batas sktoderma stomadeum pada permukaan
dalam pipi yang berkembang di dekat sudut mulut.
• Glandula submandibularis terbentuk dari endoderma
yang menyelubungi dasar stomadeum, tumbuh ke
belakang pada aspek lateral lingua yang berkembang.
• Glandula sublingualis terbentuk pada minggu ke-8, dan
terbentuk dengan cara yang sama seperti glandula
submandibularis yang berasal dari endoderma pada
bagian samping lingua (Dixon, 1993).

8. Perkembangan Saraf Kranial
• Nuklei diperlukan untuk membentuk saraf kranial
sudah ada pada minggu keempat perkembangan
mudigah.
• Pada otak belakang, proliferasi pusat-pusat di
neuroepitelium membentuk delapan segmen
terpisah yang disebut rhombomere.
• Pasangan rhombomere membentuk nuklei motorik
saraf kranial IV, V, VI, VII, IX, X, XI, dan XII . Ganglia
sensorik untuk saraf kranial berasal dari plakoda
ektoderm dan sel neural krista.
• Plakoda ektoderm mencakup plakoda hidung, telinga,
dan empat plakoda epibrankial. Plakoda epibrankial
turut membentuk ganglia untuk saraf V, VII, IX, dan X

9. Perkembangan Otot Fasial
• Otot terbentuk dari kelompok sel otot primitif
(myoblastus) yang terbelah sampai masa
pertengahan kehidupan fetus.
• Hubungan syaraf dengan serabut sedang
berkembang terbentuk pada awal perkembangan
tetapi gerakan refleks dan aktifitas fungsional yang
normal baru akan terjadi pada akhir masa
kehidupan fetus.
• Otot-otot pengunyahan, wajah, alatum molle,
pharing dan laring terbentuk dari arkus pharingeus
(branchialis).
• Otot orbitalis, lingua serta infrahyoid terbentuk dari
somiti bagian atas (cervicalis) (Dixon, 1993).

ORGAN PEMBENTUK
OROFASIAL

1. Perkembangan Wajah
• ujung caput embrio membengkok di
sekitar ujung anterior notochorda
dan mencapai panjang rata-rata
3mm (sekitar hari ke-25 setelah
pembuahan), cavum oris primitivum
(stomatodeum) akan berkembang
sebagai suatu celah kecil yang
dikelilingi oleh capsula otak di bagian
atas, pericardium di bagian bawah,
processus mandibula dan maxilla

Gambar yang menunjukkan bagian-bagian eksternal yang penting dari wajah
sedang berkembang pada minggu kelima (Dixon, 1993).

2. Perkembangan Labium Oris Superius
• Perkembangan labium oris superius pada manusia sampai
sekarang ini masih belum diketahui dengan jelas dan bahkan
ada dua pendapat yang saling berlawanan tentang apa
peranan mesoderma maxillaris pada pembentukan labium
oris ini.
• Salah satu pendapat tersebut diformulasi berdasarkan hasil
penelitian klasik dari Frazer yaitu labium oris terbentuk
seluruhnya dari processus maxillaris.
• Pendapat lain yag sudah diterima kalangan luas tentang
perkembangan labium oris manusia adalah berdasarkan
konsep klasik His, bersama-sama dengan pakar embriologi
lainnya pada abad tersebut, menganggap bahwa bagian
sentral labium oris, termasuk daerah cekungan yang disebut
philtrum, berasal dari processus frontonasalis sedangkan
bagian lateral berasal dari processus maxillaris (Dixon,

3. Perkembangan Palatum
• Pada tahap perkembangan ini, celah
nasalis akan meluas ke belakang dan
membentuk
orifisium
posterior
sekunder
yang
mengarah
ke
stomatodeum. Jadi melalui cara
inilah akan terbentuk cavum nasi
primitivum. Cavum nasi dikelilingi di
bagian bawah oleh perluasan ke
mesial dari processus maxillaris dan
juga oleh mesoderma frontonasalis

Diagram regio atas wajah pada embrio
manusia berukuran 20 mm (minggu ketujuh)
dilihat dari bawah (Dixon, 1993).

11

Faktor-faktor yang
mempengaruhi orofacial

1. Herediter
faktor heriditer sebagai penyebab maloklusi.
Kerusakan genetik mungkin akan tampak setelah lahir
atau mungkin baru tampak beberapa tahun setelah
lahir.
2. Lingkungan
Pengaruh lingkungan pada pertumbuhan dan
perkembangan akan terjadi terus menerus selama
individu masih bertumbuh dan berkembang.
Ada beberapa pengaruh lingkungan yang dapat
menyebabkan kelainan pada pertumbuhan dan
perkembangan kraniofasial :
3. Trauma

1. Trauma
 Trauma prenatal
 Hipoplasia mandibula dapat disebabkan oleh tekanan
intrauterin atau trauma selama kelahiran.
 “Vogelgesicht” pertumbuhan mandibula terhambat
berhubungan dengan ankilosis persendian
temporomandibularis, mungkindisebabkan karena
cacat perkembangan oleh trauma.
 Trauma postnatal
 Fraktur rahang atau gigi
 Trauma pada persendian temporomandibularis
menyebabkan fungsi dan pertumbuhan yang tidak
seimbang sehingga terjadiasimetri dan disfungsi

2. Agen Fisik
 Ekstraksi prematur gigi susu
• Bila gigi susu hilang sebelum gigi permanen pengganti
mulai erupsi, tulang akan diatas gigi permanen,
menyebabkan erupsi terlambat,terlambatnya erupsi gigi
yang lain bergeser ke arah ruang yang kosong.
• Jenis makanan
Pada masyarakat primitif diet yang berserat
merangsang otot mastikasi bekerja keras, menambah
beban fungsi pada gigi. Diet semacam ini mencegah
karies, mempertahankan lebar lengkung gigi tetapi
menyebabkan atrisi pada gigi.
Pada masyarakat moderndiet berubah menjadi lunak
dan kurang berserat, menyebabkan beberapa maloklusi
dan kariogenik. Berkurang fungsi penguyahan dan
menyebabkan kontraksi lengkung gigi, tidak
terjadi atrisi, tidak terjadi penyesuaian oklusal
seperti yang terjadi pada perkembangan normal.

3. Kebiasaan Buruk
Beberapa kebiasaan merangsang pertumbuhan rahang
secara normal misalnya gerakan bibir dan penguyahan
yang fisiologis. Kebiasaan abnormal mempengaruhi
pola pertumbuhan fasial yang akan mempengaruhi
fungsi orofasial yang mempunyai pengaruh penting
pada pertumbuhan kraniofasial dan fisiologi oklusal.
• Mengisap jempol dan mengisap jari
• Menjulurkan lidah
• Mengisap dan menggigit bibir
• Posture
• Mengigit kuku (Menyebabkan malposisi gigi).

4. Penyakit
• Penyakit sistemik
Contoh penyakit yang dapat menimbulkan maloklusi :
– Rachit is
– Sifilis
– TBC tulang
• Kelainan endokrin : Hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar
endokrin akan menyebabkan gangguan metabolik dan
dapat
menyebabkan
gangguan
pertumbuhan
perkembangan kranio dentofasial. Misalnya Hipoplasia
gigi, menghambat atau mempercepat pertumbuhan
muka tetapi tidak merubah arah pertumbuhan,
menggangu osifikasi tulang, waktu menutupan sutura,
waktu erupsi gigi, waktu resorpsi akar gigi susu,
membrana periodontalis dan gingiva sensitif terhadap

Lanjutan
• Penyakit-penyakit lokal
– Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan
– Penyakit periodontal• Tumor
– Karies
– Prematur loss gigi susu
– Gangguan urutan erupsi gigi permanen
– Hilangnya gigi permanen
• Malnutrisi
• Selama anak dalam kandungan, ibu harus memperoleh
cukup kalsium, fosforvit A, C, D untuk menjamin
kebutuhan foetus akan zat-zat tersebut. Zat-zat inidengan
pengawasan fungsi hormon yang seimbang merupakan
faktor yangpenting bagi pertumbuhan tulang.

PERSARAFAN
OROFASIAL

Persyarafan orofacial
Terdiri atas :
- N.trigeminus (N. V)
- N.facialis (N. VII)
- N.glossofaringeus (N.IX)

a. N. Trigeminus (NV) : saraf
otak yang terbesar
• Syaraf otak terbesar dan keluar berupa
radix motoria dan sensoria (mempunyai
ganglion besar) yang terpisah.
• Fungsi : sensasi umum pada wajah, bagian
depan kepala, mata. Cavum nasi, sinus
paranasal, sebagian telinga luar dan
membran timpani, membran mukosa
cavum oris termasuk anterior lingual gigi
dan periodontal.
• N.Trigeminus bercabang menjadi:

N. Opthalmicus (N.v1)
• Merupakan divisi paling kecil dari N
V

Memasuki
rongga
tengkorak
melalui
fisura orbitalis superior
• Cabang-cabang : N. Lacrimalis, N.
Nasociliaris, N. Supraorbitalis,
N.
Supratrochlearis,
N.
Infratrochlearis.

• berjalan melalui sinus cavernosus
dalam hubungan eratnya dengan
n.cranialis III,IV dan VI serta
a.carotis interna.
• bersifat sensoris murni
• divis paling kecil dari N.V
• cabang-cabang :

• N.lacrimalis
a. berjalan di sepanjang dinding lateral
orbita dan bergabung dg serabut
communicans parasympaticus
sekretomotoris dari ramus zygomaticus.
b. Mensyarafi kulit dan konjunctiva bagian
lateral palpebra superior.
• N.supra orbitalis
a. berjalan lurus ke depan keluar dari orbita
melalui incisura orbitalis
b. mensyarafi kulit dan konjunctiva bagian
tengah palpebra sup dan kulit dahi.

N.Supratrochlearis
a. berjalan lebih ke medial dan keluar dari
orbita pada angulus medius, di atas jaringan
fibrosus dr m.obligue sup.
b. mensyarafi kulit dan konjunctiva bag
medial palpebra sup, kulit dahi bagian bawah.
N.infratrochlearis
a. berjalan ke bawah obligue sup
b. mensyarafi kulit dan konjunctiva
R.nasalis externa
mensyarafi kulit pada sisi hidung sampai ke
ujungnya.

N. Maxillaris (N.v2)
• Ukuran dan posisi berada di tengahtengah N. opthalmicus dan
N.Mandibularis
• Keluar dari rongga tengkorak melalui
foramen rotundum
• Cabang-cabang: N. infraorbitalis, N
zygomaticofacialis,
N.zygomaticotemporalis, N.
alveolaris superior.

• dipercabangkan dari bag.tengah ganglion
trigeminale
• keluar dari rongga tengkorak melalui foramen
rotundum fossa pterygo palatina
• Cabang-cabang dibagi atas 2 kelompok :
I. Di dalam cavum cranii r.meningicus
II. Di fossa pterygo palatina n.infra orbitalis
• cabang terbesar.
• ke facial muncul melalui foramen infra orbitalis
dan bercabang-cabang utk kulit : kelopak mata
bag.bawah, bibir atas, sisi hidung, n.Infra
orbitalis akan bercabang lagi menjadi :

1. N.alveolaris anterior sup
a. berjalan melalui saluran halus di dinding depan sinus maxilaris
untuk mensyarafi : RA, insisivus, caninus
b. memberikan cabang-cabang kecil utk mukosa nasi dan
beranastomose dengan n.alveolaris post sup
2. N.alveolaris posterior sup
a. muncul dari n. Maxillaris.
b. memberikan cabang-cabang utk gingiva, M, P, mucosa sinus
maxilaris, periosteum alveolaris
3. N. Zygomaticus
Dipercabangkan dari n.maxilaris di dalam fossa pterigopalatina.
Setelah keluar dr foramen stylomastoideus , N.fascialis bercabang:
a. N.auricularis post > otot auricula , kulit kepala belakang
telinga
b. R.digastricus > venter post.M.digastricus
c. R.stylohyoideus > M.stylohyideus

N. Mandibularis (N.V3)
• Merupakan cabang terbesar dari
NV
• Keluar melalui foramen ovale
• Cabang-cabang: divisi anterior
dan divisi
posterior.

b. N. Facialis (N.VII)
• Merupakan syaraf otak yang
mengurus otot-otot muka
• Keluar dari basis cranii foramen
stylomastoideum
• Cabang-cabang: N. auricula
posterior, R. digastricus, R.
stylohyoideus.

c. N. Glossopharyngeal (NIX)
• Keluar dari basis cranii melalui
foramen yugulare.
• Terdiri atas neuron motorik dan
sensorik
• Cabang-cabang: N. tympanicus, N.
carotid, N. pharyngeus, R.muscularis,
N. tonsilaris, R. lingualis

N.glossopharingeal (N.IX)
Cabang-cabang:
a. N.tympanicus
-serabut sensorik mensyarafi mukosa tengah
b. N. Carotid
c. N.pharyngicus
d. R.muscularis > mensyarafi M.stylopharyngeus
e. N.tonsilaris > memberikan serabut sensorik ke
: tonsil palatina,palatum mole, dan arcus palatina
f. R.lingualis > memberikan serabut sensorik ke
taste bud mucosa lidah 1/3 belakang dan taste
bud papilla circum valata.

Otot yang berperan pada
orofacial

1. Mastikasi
Otot mastikasi meliputi:
a. M. Temporalis : Origo luas pada permukaan
lateral cranii, dan menguncup menuju insersio
pada processus coronoideus mandibula. Fungsi
utamanya menarik rahang bawah ke atas
(gerakan seperti gunting).
b. M. Masseter : Menempati bagian lateral
mandibula. Origonya dari daerah maxillaris kepala
dan archus zygomaticus. Insersionya lebar pada
mandibula agak di belakang. fungsi secara umum
adalah menarik rahang bawah ke atas dan ke sisi
yang aktif.

c. M. Pterygoideus : Otot ini berada di sisi medial mandibula.
Otot ini terbagi dua yaitu bagian lateral (kecil) dan bagian
medial (lebih besar). fungsi utama otot pterygoideus adalah
mengangkat rahang bawah dan menarik ke dalam dengan sedikit
gerakan ke depan secara bersamaan.
d. M. Digastricus : Membuka mulut merupakan fungsi utama
m. digastricus, selain dibantu oleh gaya gravitasi. . Otot ini
tersusun ata dua venter. Venter rostralis disarafi oleh rami
mandibularis n. trigeminus atau n. mandibularis, dan venter
caudalis disarafi oleh n. facialis. Hal ini mengindikasikan otot
digastricus berasal dari lapisan mesodemis dua arkus faringeus
pertama.

2. Delugtasi
Proses penelanan adalah aktivitas terkoordinasi yang melibatkan
beberapa macam otot-otot dalam mulut, otot palatum lunak, otot
faring, dan otot laring.
a. otot-otot di dalam kavum oris proprium
Otot yang termasuk dalam kelompok ini adalah otot-otot lidah dan
otot-otot palatum lunak. Otot lidah terdiri dari otot-otot instrinsik dan
ekstrinsik
B. Otot-otot faring
Terbagi menjadi dua golongan yaitu otot-otot yang jalannya
melingkar dan otot–otot membujur faring. Otot-otot melingkar terdiri
atas muskulus konstriktor faringis superior, muskulus konstriktor
faringis media dan muskulus konstriktor faringis inferior. Sedangkan
otot-ototmembujur faring yaitu otot muskulus stilofaringeus.

C. Otot laring
Terbagi 2 bagian yaitu otot laring instrinsik dan
otot laring ekstrinsik. Otot laring ekstrinsik yaitu
muskulus krikoatiroideus, sedangkan otot-otot
laring instrinsik yaitu muskuluskrikoaritenoideus
posterior, muskulus krikoatenoideus lateral,
muskulus trieoaritenoideus, muskulus vokalis,
muskulus
tiroepiglottikus
dan
muskulus
aritenoideus.



C.

Berbicara
Dalam hal ini ada organ –organ yang berperan yaitu
bibir, lidah dan palatum. Oto-otot pada organ ini akan
membantu dalam proses pengucapan atau artikulasi. .
1. Artikulasi
Dalam hal ini ada organ –organ yang berperan yaitu
bibir, lidah dan palatum. Oto-otot pada organ ini
akan
membantu dalam proses pengucapan atau artikulasi.
Otot-otot pada lidah :
a)
b)
c)
d)

M. Genioglosus e) M. Palatoglosus
M. Hipoglosus f) M. Longitudinal superior
M. Chondroglossus g) M. Longitudinal inferior
M. Stiloglosus

Otot-otot pada palatum :
a) M. Uvula
b) M. Levatior veli palatini
c) M. Tensor palatini
2. Resonansi
Organ yang berpan di resonansi ini yaitu mulut, hidung,
laring dan rongga dada. Dibantu otot-otot pada organ ini
membuat getaran yang masuk pada dinding lateral faring bisa
menghasilakn suara.

Otot pada Laring :

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

M. Krikotiroideus
M. Krikotenoideus
M. Krikotenoideus lateral
M. Aritenoideus transversus
M. Aritenoideus pbligues
M. Vokalis
M. Ariepiglotikus
M. Tyroaritenoideus
M. Tyroepiglotikus