Kompleksitas dalam Ujaran dan Pikiran
. Kompleksitas dalam Ujaran dan Pikiran
Pada umumnya suatu pemikiran yang kompleks dinyatakan dalam kalimat
yang kompleks pula. Hal ini, dapat diartikan pula apabila dalam
mengungkapkan sebuah kalimat, dibutuhkan pemikiran yang kompleks.
Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks muncul, karena dalam
kalimat tersebut terdapat proposisi yang jumlahnya sangat banyak. Dalam
penerapan proposisi-proposisi tersebut dapat bertindak sebagai anak
kalimat yang menjadi pelengkap untuk kalimat induk, selain itu, kalimat
itu dapat diperpanjang selama setiap akhir dari kalimat tersebut adalah
nomina.
Kompleksitas makna dapat terwujud dalam bentuk-bentuk lain, salah satu
penyebabnya adalah karena keadaan. Menurut kalian psikolinguistik, hal
ini terbagi menjadi dua, yakni netral (unmarked) dan tak netral (marked).
Seperti terlihat pada contoh berikut :
1. UNS mempunyai 120.000 mahasiswa yang terbagi menjadi 9
fakultas.
2. UNS mempunyai 70.000 mahasiswi.
Kata mahasiswa pada (a) bersifat netral, karena kata mahasiswa
mempunyai arti luas, yakni semua pelajar baik laki-laki dan perempuan.
Sedangkan pada (b) mempunyai makna pelajar perempuan saja, pada
makna ini disebut tak netral, karena telah mengerucut pada salah satu
kelompok jenis kelamin saja.
Dalam sebuah kalimat yang menggunakan bahasa Inggris, netral dan tak
netral akan lebih mudah untuk dijelaskan, seperti pada kalimat berikut ini:
1. How tall is your daughter?
2. How short is your daughter?
Dalam kalimat tersebut jika ditanyakan pada seseorang maka lebih
mudah untuk menjawab pertanyaan (a) daripada (b), karena kalimat (a)
mempunyai sifat netral. Dalam pembelajaran psikolinguistik konsep netral
(unmarked) umumnya merujuk pada makna positif. Dalam bahasa Inggris,
kata-kata netral mempunyai sisi kebalikannya, misal happy menjadi
unhappy. Sedangkan pada kata tak netral, misal sad, tidak dapat kita
membuat sisi positifnya.
Pada umumnya suatu pemikiran yang kompleks dinyatakan dalam kalimat
yang kompleks pula. Hal ini, dapat diartikan pula apabila dalam
mengungkapkan sebuah kalimat, dibutuhkan pemikiran yang kompleks.
Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks muncul, karena dalam
kalimat tersebut terdapat proposisi yang jumlahnya sangat banyak. Dalam
penerapan proposisi-proposisi tersebut dapat bertindak sebagai anak
kalimat yang menjadi pelengkap untuk kalimat induk, selain itu, kalimat
itu dapat diperpanjang selama setiap akhir dari kalimat tersebut adalah
nomina.
Kompleksitas makna dapat terwujud dalam bentuk-bentuk lain, salah satu
penyebabnya adalah karena keadaan. Menurut kalian psikolinguistik, hal
ini terbagi menjadi dua, yakni netral (unmarked) dan tak netral (marked).
Seperti terlihat pada contoh berikut :
1. UNS mempunyai 120.000 mahasiswa yang terbagi menjadi 9
fakultas.
2. UNS mempunyai 70.000 mahasiswi.
Kata mahasiswa pada (a) bersifat netral, karena kata mahasiswa
mempunyai arti luas, yakni semua pelajar baik laki-laki dan perempuan.
Sedangkan pada (b) mempunyai makna pelajar perempuan saja, pada
makna ini disebut tak netral, karena telah mengerucut pada salah satu
kelompok jenis kelamin saja.
Dalam sebuah kalimat yang menggunakan bahasa Inggris, netral dan tak
netral akan lebih mudah untuk dijelaskan, seperti pada kalimat berikut ini:
1. How tall is your daughter?
2. How short is your daughter?
Dalam kalimat tersebut jika ditanyakan pada seseorang maka lebih
mudah untuk menjawab pertanyaan (a) daripada (b), karena kalimat (a)
mempunyai sifat netral. Dalam pembelajaran psikolinguistik konsep netral
(unmarked) umumnya merujuk pada makna positif. Dalam bahasa Inggris,
kata-kata netral mempunyai sisi kebalikannya, misal happy menjadi
unhappy. Sedangkan pada kata tak netral, misal sad, tidak dapat kita
membuat sisi positifnya.