Bau dan Rasa warna ph

Bau dan Rasa
Kebanyakan orang lanjut usia kehilangan beberapa indera seperti indera
penciuman dan indera perasa, atau bahkan keduanya (Murphy, 2009). Kehilangan
ini biasanya mulai terjadi di umur sekitar 60-an (Hawkes, 2006). Mayoritas
individu berusia 80 atau lebih mengalami penurunan yang signifikan dalam
penciuman (Lafreniere dan Mann, 2009). Penelitian telah menemukan bahwa
orang lanjut usia menunjukkan penurunan drastis dalam indera penciuman
dibandingkan dengan indera perasa (Schiffman, 2007). Bau dan rasa mengalami
penurunan yang lebih sedikit pada orang lanjut usia yang sehat dibandingkan
dengan rekan-rekan mereka yang kurang sehat.
Sentuhan dan Rasa Sakit
Perubahan dalam sensitifitas terhadap sentuhan dan rasa sakit juga terkait dengan
penuaan (Arneric dkk., 2014 ; Kemp dan Otherw, 2014 ; Mantyh, 2014). Salah
satu studi menemukan bahwa dengan penuaan, seorang dapat mendeteksi sedikit
sentuhan pada ekstremitas bagian bawah (pergelangan kaki, lutut, dan lainnya).
Dibandingkan pada bagian ekstremitas atas (pergelangan tangan, bahu, dan
sebagainya) (Corso, 1977). Bagi sebagian besar orang lanjut usia, oenurunan
dalam hal sensitifitas terhadap sentuhan bukan suatu masalah (Hoyer dan Roodin,
2000). Penelitian lain juga mengungkap bahwa orang lanjut usia yang buta dapat
mempertahankan sensitifitas sentuhan mereka tetap tinggi, yang kemungkinan
terkait dengan penggunaan sentuhan aktif dalam kebiasaan sehari-hari (Legge

dkk., 2008). Diperkirakan 60 hingga 75 persen orang lanjut usia melaporkan
setidaknya beberapa nyeri persisten (Molton dan Terrill, 2014). Keluhan nyeri
yang paling sering orang lanjut usia keluhkan adalah nyeri punggung (40 persen),
nyeri neuropatik perifer (35 persen), dan sakit kronis sendi (15 sampai 25 persen)
(Denard dkk., 2010). Kehadiran nyeri meningkat dengan pertambahan umur dari
orang lanjut usia, dan perempuan cenderung lebih sering mengalami nyeri ini
dibanding dengan laki-laki (Tsang dkk., 2008). Orang lanjut usia kurang sensitif
terhadap rasa sakit dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda (Harkins,
Price, dan Martinelli, 1986). Walaupun begitu, ketika orang lanjut usia merasakan

rasa sakit, mereka kurang dapat mentoleransi rasa tersebut dibandingkan dengan
orang dewasa yang lebih muda (Farrell, 2012).
Penelitian menemukan bahwa orang lanjut usia mengalami penurunan volume
otak yang berhubungan dengan pemprosesan rasa sakit dan penurunan ini paling
menonjol terjadi pada korteks prefrontal dan hippo-campus dan sedikit terjadi
pada batang otak (Farrell, 2012). Perubahan fisik lainnya dalam pemprosesan rasa
sakit terjadi pada jalur somatosensori (Yezierski, 2012). Walaupun penurunan
sensitifitas terhadap sakit dapat membantu orang lanjut usia mengatasi sakit saat
sakit dan cedera, hal ini juga dapat menutupi penyakit dan cedera yang
memperlukan perawatan atau harus disembuhkan.