Rasa Hormat dan Sikap Saling Menghargai

Rasa Hormat dan Sikap Saling Menghargai
Selamat pagi rekan-rekan
Mudah-mudahan ikhtiar kita hari ini selalu ada dalam kelancaran dan tetap semangat dalam
menjalani aktivitas.
Ketika bertugas, apakah anda pernah melakukan kesalahan penerjemahan atau salah
penyampaian? atau mungkin anda menemukan penerjemah lain melakukan kesalahan saat
bertugas?
Saya yakin setiap interpreter atau translator pasti pernah melakukannya, entah itu yang masih
baru, atau bahkan yang sudah veteran sekalipun pasti pernah “tidak sengaja” melakukan
kesalahan penerjamahan.
Contoh nyata ini mah, saya pernah gara-gara ga fokus mau bilang 部品交換してください
(Tolong ganti partnya), eh malah 部品結婚してください (Nikahi partnya), jauh pisan coy,
kebayang ngga itu yang denger terjemahan saya sampe ngakak (hadeuh….).
Atau pernah juga pas nerjemahin dokumen, saltik (salah ketik), mau ngetik “pengajuan (提案)”,
eh malah jadi “pengajian”, beda 1 huruf doang coooooy, 1 huruf!! bayangkan!! artinya jauh
pisan.
Bagaimana menyikapi permasalahan tersebut?
Begini bro, pertama, jangan pernah menganggap remeh kesalahan dalam penerjemahan.
Mengapa demikian? karena kita adalah penyambung lidah, “jembatan komunikasi”, artinya kalau
sampai kita salah menyampaikan pesan, akan timbul miskomunikasi, perbedaan persepsi, atau
bahkan perselisihan, dan karir kita yang dipertaruhkan.

Kedua, kesalahan ada bukan untuk disesali atau ditangisi, tapi untuk DIPERBAIKI. Ketika kita
menyadari kita melakukan kesalahan penerjemahan, maka segera koreksi “maaf, tadi
maksudnya…..”, atau “mohon maaf, ada koreksi…”, sampaikan dengan jujur bahwa tadi kita
salah menerjemahkan dan jangan lupa, ucapkan maaf.
Kalau dokumen mungkin kita masih bisa tertolong oleh editor atau tim Quality Control dan
sudah sepantasnya mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada mereka.
Lalu bagaimana jika kita menemukan orang lain yang salah menerjemahkan?
Kalau kita menemukan orang lain yang salah, maka sudah sewajarnya kita segera melakukan
koreksi atau mengingatkan, mengapa demikian? karena kalau dibiarkan maka dia akan berpikir
apa yang dikerjakannya sudah benar dan akhirnya menjadi kebiasaan. Jangan membenarkan
yang biasa tapi biasakan yang benar (sok tah nu rek nyieun status, mangga dicopas hohoho).

Tetapi perlu diingat juga, mengingatkan pun ada etikanya. Jangan sampai niat baik kita
memberikan koreksi malah jadi mempermalukan (顔を潰す) orang yang bersangkutan. Ingatkan
dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung.
Da kita mah praktisi komunikasi atuh, jadi ya sudah sewajarnya kalau kita juga perlu menjaga
ucapan kita. Tujuannya bukan hanya memberikan koreksi, tapi kita juga menghargai upaya dan
kerja keras yang dilakukan orang tersebut. Menerjemahkan itu bukan pekerjaan mudah dan tidak
sebercanda itu.
Percaya deh, manusia mah meskipun tahu dia itu salah, tetep aja kesel kalo diingetin mah. Udah

ga usah senyum-senyum kalo ngerasa mah, da emang kitu kanyataanna bray.
Nah, kalau suatu hari kita mendapat koreksi, kita harus menerima dengan lapang dada dan hati
yang ikhlas, walaupun ya tipikal orang beda-beda.
1. Silent killer → ini kalo ngasi komen tiis tapi ngoet (halus tapi nyelekit)
2. Head shooter → ini kalo ngasi komen, langsung to point, ga bertele-tele
3. Dark Finisher →ini kalo ngasi komen kaya lagunya Utopia, “Kuajak kau melayang tinggi, dan
kuhempaskan ke bumi” (bacanya jangan sambil nyanyi).
Ya sebetulnya masih banyak tipikalnya tapi suka tidak suka, mereka tetap dibutuhkan agar hasil
pekerjaan kita lebih baik hasilnya. Jadi tetap cool meskipun mendapat kritikan pedas walaupun
saya tau itu sulit, sesulit tetap cool saat melihat kecoa terbang.
Ada pepatah “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak (木を見て森
を見ず).” Tahu kan yah artinya? Melihat kesalahan orang lain itu mudah sekali, apalagi kalau
kita niatnya cari-cari kesalahan (粗探し Arasagashi), tetapi sering kali kita malah lupa kalau
tidak belum tentu lebih baik dari orang lain.
Maka dari itu, di sini pentingnya sikap saling menghargai dan saling menghormati, jangan
sampai kita malah mendiskreditkan pihak lain, menjatuhkan rekan sesama penerjemah, karena
menghargai orang lain itu sebetulnya menghargai diri kita sendiri.
Ada pepatah Jepang, 他人の振り見て我が振り直せ yang artinya “Lakukan perbaikan
terhadap diri sendiri dengan bercermin dari orang lain”, artinya kita jangan cuma kesalahan
orang lain itu sebagai bahan cemoohan atau hiburan semata, tapi kita juga harus menyadari kalau

mungkin saja saat ini, atau suatu hari nanti kita akan melakukan hal yang sama.
Memang sih tidak semudah kelihatannya, menumbuhkan rasa hormat dan sikap saling
menghargai adalah langkah awal menjaga perdamaian dunia. (pasang pose ala Kamen Rider)
Segitu dulu, semoga tidak puas.