PEMBUATAN ASAP CAIR DARI CANGKANG BUAH KARET SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

  

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI CANGKANG BUAH

KARET SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

Prasetyowati*, Muhammad Hermanto, Salman Farizy

  • Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  

Abstrak

  Ketersediaan cangkang buah karet di Indonesia sangat potensial untuk diolah menjadi asap cair. Asap cair diperoleh dari pengembunan asap hasil penguraian senyawa senyawa organik pada proses pirolisis. Pada penelitian ini dilakukan penyelidikan pengaruh variasi temperatur dan waktu pemanasan terhadap proses pirolisa cangkang buah karet menjadi asap cair, dengan variasi kondisi operasi yang dilakukan adalah o o o o suhu pemanasan sebesar 150 C; 200 C; 250 C; 300

  C, dengan waktu pemasan selama 1 jamt; 2 jam; 3 jam. Parameter-parameter yang diukur untuk menentukan kualitas asap cair adalah volume, pH, konsentrasi asam asetat dan konsentrasi fenol. Dari hasil penelitian diperoleh kualitas asap cair terbaik o pada pemanasan pada suhu 300 C selama 3 jam, dimana asap cair yang diperoleh memiliki pH 1,94 kadar asam asetat 211,5 ppm dan kadar fenol 2,5098 ppm. Asap cair ini dapat digunakan sebagai koagulan lateks.

  Kata kunci : Cangkang buah karet, Asap cair, Pirolisis, Koagulan, lateks

Abstract

  Availability Rubber seed Shell(RSS) in Indonesia is very potential to be processed into liquid smoke. Liquid smoke obtained from the condensation of smoke compounds decomposition of organic compounds in the pyrolysis process. In this research, the effect of temperature variation investigation and heating time on the pyrolysis process Rubber Seed Shel(RSS) into liquid smoke, with variations of o operating conditions was conducted the heating temperature of 150 ° C; 200 C; 250° C, 300° C for 1 hours; 2 hour, 3 hours. The parameters were measured to determine the quality of liquid smoke is the volume, pH, concentration of acetic acid and phenol concentration. The result showed the best qualities of liquid smoke on heating at 300 ° C for 3 hours, where the liquid smoke obtained had a pH 1.94 acetic acid levels 211.5 ppm and phenol 2.5098 ppm. Liquid smoke is applicated for coagulant latex.

  Key words : Rubber Seed Shell, liquid smoke, pyrolysis, coagulant, latex 1.

  namun ada juga sebagian orang

   PENDAHULUAN

  menggunakannya sebagai bahan pembuat Cangkang buah karet adalah bahan yang berbagai kerajinan tangan. Sedangkan untuk selama ini dikenal sebagai bahan yang kurang penggunaannya sebagai bahan pembuat asap bermanfaat. Sebenarnya ada manfaat lebih dari cair masih sangat sedikit. Asap cair kebanyakan bahan tersebut yaitu sebagai bahan untuk dibuat dengan menggunakan bahan cangkang mempercepat penggumpalan lateks dan bahan kelapa sawit serta jenis kayu-kayuan. Dengan untuk menghilangkan bau karet yang sudah adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka dibekukan. Hal ini dikarenakan cangkang buah beberapa hasil samping pertanian seperti karet mengandung senyawa fenol dan senyawa cangkang buah karet dapat diolah menjadi aromatik lainnya. Cangkang buah karet produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi memiliki lapisan yang sangat keras dan proses yang sangat potensial untuk diolah menjadi asap pembakarannya berlangsung lambat sehingga cair. Dengan meningkatnya produksi asap cair menghasilkan banyak asap, dan memiliki yang menggunakan bahan dasar cangkang buah kandungan senyawa aromatik dan mengandung karet maka akan mengurangi terjadinya senyawa asam yang lebih banyak dibandingkan pencemaran udara karena adanya penguraian dengan kayu lunak. senyawa-senyawa kimia dari proses pembuatan Cangkang buah karet dapat digunakan lateks, dll. sebagai bahan baku pembuatan arang aktif, Tujuan Penelitian ini adalah:

  1) Untuk mendapatkan kadar fenol dan asam yang digunakan sebagai koagulan lateks dari pembuatan asap cair.

  3. Industri kayu Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap daripada kayu yang tanpa diolesi asap cair (Darm$adji, 1999).

  Lateks

  Proses distilasi dilakukan untuk menghilangkan beberapa jenis senyawa yang berbahaya dan menjadikan asap cair lebih jernih biasanya berwarna kuning cemerlang. Komponen hasil pada tahap ini adalah fenol, karbonil dan kelompok asam yang mempuyai sifat antioksidan dan antimikroba.

  Distilasi

  Kondesasi adalah peristiwa pengembunan uap, dimana uap yang memiliki suhu relative lebih tinggi akan di embunkan dengan dikontak secara tidak langsung menggunakan cairan yang memiliki suhu lebih rendah sehingga uap panas akan menjadi cairan. Dalam hal ini uap hasil pirolisa cangkang biji karet di kondensasi akan menghasilkan produk cair yang berwarna kecoklatan (asap cair).

  Kondensasi

  Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain dari pirolisis yaitu “destructive distillation” atau destilasi kering, dimana proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pengasapan yaitu dengan menggunakan asap cair yang diperoleh dengan cara pirolisis kemudian dilakukan kondensasi. Menurut Maga (1987) asap cair merupakan suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari asap kayu dalam air yang dapat diperoleh dari hasil pirolisis kayu.

  Pirolisis adalah peruraian pada biomassa dengan bantuan panas tanpa adanya oksigen atau dengan jumlah oksigen yang terbatas. Biasanya terdapat tiga produk pada proses pirolisis yaitu gas, pyrolisis oil, dan arang, yang mana proporsinya tergantung dari metode pirolisis, karakteristik biomassa dan parameter reaksi Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila cangkang dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang agak tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun cangkang dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982).

  Pirolisis

  2. Industri perkebunan Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti antijamur, antibakteri dan antioksidan tersebut yang dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.

  2) Mempelajari pengaruh temperatur, massa dan waktu terhadap pembuatan asap cair.

  Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara mendonorkan hidrogen. Dalam jumlah sangat kecil, asap cair efektif untuk menghambat autooksidasi lemak, sehingga bisa mengurangi kerusakan pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

  1. Industri pangan Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan antioksidannya.

  Asap cair memiliki banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai industri, antara lain :

  Manfaat Asap Cair

  Senyawa yang terdapat di dalam asap dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu fenol dan senyawa turunannya, karbonil (keton dan aldehid), asam, furan dan derivatnya, lakton, ester, alkohol, hidrokarbon alifatik dan hidrokarbon polisiklis aromatis (Girard, 1992). Komponen yang terpenting dalam menyumbang reaksi pengasapan ada tiga senyawa yaitu fenol, asam dan karbonil.

  Asap cair merupakan suatu hasil proses pengembunan atau kondensasi darihasil pembakaran secara langsung maupun secara tidak langsung dari bahan baku yang mengandunglainnya Bahan baku yang biasanya digunakan untuk membuat asap cair adalah bahan kayu-kayuan. Jenis bahan pengasap sangat menentukan kualitas dan kuantitas unsur kimia dalam asap cair.

  Asap Cair

  3) Mempelajari potensi pemanfaatan asap cair sebagai koagulan lateks.

  Lateks diproduksi olehsel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, yaitu pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil Bahan yang dibutuhkan adalah : lateks di bagianApabila pada

  1. Cangkang biji karet jaringan pembuluh sel ini terbuka, akan terjadi

  2. Media Pendingin pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan

  3. Indikator pp keluar sebagai getah kental.

  4. NaOH 0,1 M Pada banyak tumbuhan lateks biasanya 5.

  Aquadest berwarna putih, namun ada juga yang berwarna

  6. 3 PO 4 H kuning, merah atau jingga. Susunan bahan

  7. 4 Cl NH lateks dapat dibagi menjadi dua komponen.

  8. 4 OH NH Komponen yang pertama adalah bagian yang 9.

  Amino Antipirin mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan

  10. Kalium Fersianida yang terkandung secara merata yang disebut 11. 3 )

  Cloroform (CHCl dengan serum. Bahan-bahan bukan karet yang

  12. Natrium Sulfat Anhidra terlarut di dalam air, seperti protein, garam 13. 4 )

  Tembaga Sulfat (CuSO mineral, enzim dan lainnya termasuk ke serum. Komponen kedua adalah bagian yang Prosedur Penelitian didispersikan, yang terdiri dari butir-butir karet Prosedur penelitian sebagai berikut : yang dikelilingi lapisan tipis protein. Bahan

  Pengambilan Contoh

  bukan karet yang jumlahnya kecil ternyata mempunyai peran penting dalam Sampel diambil di perkebunan karet Pangkalan mengendalikan kestabilan sifat lateks dan Balai Sumatera Selatan. karetnya.

  Persiapan Cangkang Buah Karet

  Lateks terdiri atas bahan bukan karet (non- rubber) dan partikel karet yang terdispersi

  1. Cangkang buah karet dibersihkan dari dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan tanah ataupun kotoran yang menempel koloid dengan partikel karet dan bukan karet 2.

  Cangkang buah karet ditumbuk dan yang tersuspensi di dalam suatu media yang dipecah. mengandung berbagai macam zat. Di dalam 3.

  Pecahan cangkang buah karet dijemur lateks mengandung 25-40% bahan karet mentah dengan bantuan sinar matahari selama 3 (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri hari. dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet 4.

  Cangkang buah karet yang sudah kering mentah mengandung 91-95% karet murni, 2-3% ditumbukkan menjadi pecahan-pecahan protein, 1-3% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% yang lebih kecil. jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu, Fe dan Mn.

  Proses Pembuatan Asap Cair

  Partikel karet tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.05-3.00 mikron

  1. Menyiapkan 1 unit kondensor dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong.

  2. Menimbang potongan cangkang buah karet sebanyak 200 gram

  2.

  3. METODOLOGI PENELITIAN Memasukkan potongan cangkang buah karet ke reaktor

  Sampel 4.

  Menghubungkan corong asap dengan Sampel yang digunakan pada penelitian ini kondensor menggunakan selang dan adalah cangkang buah karet. sambungkan termokopel ke reaktor.

  5. Menyalakan kompor, tunggu sampai suhu

  Alat dan Bahan

  yang dikehendaki tercapai dan jaga suhu Alat yang dibutuhkan : agar tetap konstan

  1. Reaktor (tempat pembakaran cangkang 6.

  Hasil kondensasi di tampung di erlenmeyer biji karet) dan lakukan proses kondensasi sesuai 2. Unit Kondensor dengan lama pembakaran

  3. Alat Titrasi 7.

  Mencatat volume asap cair yang didapat 4. Beker Gelas dan menimbang arang yang terbentuk.

  5. Erlenmeyer 6.

  Gelas Ukur 7. Neraca Analitik 8. Spektofotometer 9. Kompor 10.

  Termokopel Digital

  Diagram Alir Penelitian 4. Cangkang Buah Karet mencatat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi

  5. (Pengeringan, Penumbukan, dan Penimbangan) asap cair. Persiapan Bahan Baku Menghitung kandungan asam asetat dalam Kadar Asam(mg/ml)= Buah Karet Bentuk Buah Karet Bentuk Pirolisis Cangkang Pirolisis Cangkang Ml titran x N NaOH x BM asam asetat Kepingan Remahan Volume Asap Cair (ml) Arang keterangan ml titran = vol NaOH yang untuk Asap Cair titrasi

  N NaOH = Normalitas larutan Volume Asap Cair Pengukuran BM asam Asetat = 60 gr/mol Analisa Asap Cair : 1. Analisa Fenol Pengukuran pH Asap Cair 2. Analisa Asam Asetat 3. Analisa pH Pengukuran pH asap cair dengan menggunakan Pengujian Penggumpalan pH meter, sebelum dilakukan pengukuran pH Pembuatan Larutan Lateks meter terlebih dahulu di kalibrasi Asap Cair 5% dan 10% 90 - 95 ml Aquadest Pengujian pada koagulasi lateks 1.

  Menyiapkan lateks yang masih encer yang Lateks 50 ml Penggumpalan Lateks dengan Asap Cair 5 ml baru di ambil dari perkebunan.

  2. Membuat larutan asap cair 5% dan 10 % dengan mengencerkan asap cair pekat

  

Gambar 1. dengan air bersih. Perbandingan asap cair :

  Blok Diagram Alir Pembuatan Asap Cair dari Cangkang Karet air = 1 : 19, yaitu 5 ml asap cair dan 95 ml air.

  Analisa Kandungan Fenol 3.

  Mengambil 5 ml asap cair 5% untuk 1. menggumpalkan 50 ml lateks. Perbandingan

  Mengambil beberapa ml asap cair lalu menambahkan dengan aquadest sampai asap cair 5% : lateks = 1 : 10.

  4. volume nya 100 ml Mencampurkan larutan asap cair 5% ke 2. lateks, aduk hingga rata 5-10 detik

  Menambahkan H3PO4 sebanyak 1 ml dan CuSO4 sebanyak 1 ml.

  5. Mendiamkan sampai terbentuk gumpalan 3. dan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk

  Mendestilasi sampai di dapat destilat sekitar 80 ml. proses penggumpalan.

  4. Menambahkan 30 ml air aquadest dan melanjutkan destilasi sampai jumlah

  3.

  destilat 100 ml.

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

  Menambahkan destilat dengan 2 ml

  Hasil Pembuatan Asap Cair

  NH4Cl, dan NH4OH sebanyak 1 ml 6.

  Hasil Pembuatan asap cair dari cangkang Menambahkan 0,5 ml larutan amino antipirin,kocok. buah karet pada berbagai variabel waktu, suhu pirolisis, dan ukuran partikel cangkang buah 7. Menambahkan 0,5 ml larutan kalium ferisianida kocok dan diamkan karet dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

  8. Mengekstrak dengan chloroform 5 ml 9.

  Menyaring ekstrak melalui kertas saring yang di beri zat 1 gr natrium sulfat anhidridat 10. Mengukur segera hasil saringan dengan spektofotometer pada panjang gelombang

  480 nm.

  Analisa Kandungan Asam Asetat dengan Cara Titrasi 1.

  Mengambil beberapa 0,2 ml hasil asap cair yang di dapatkan lalu tambahkan aquadest

  Gambar 2.

  Pengaruh Waktu dan Temperature Sampai volumenya 100 ml. Pirolisis Cangkang Buah Karet dengan Bentuk 2. 3 tetes indikator

  Menambahkan Kepingan terhadap Volume Asap Cair phenolptalin

  3. Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N.

  Gambar 3.

  Pengaruh Waktu dan Temperatur Pirolisis Cangkang Buah Karet dengan Bentuk Remah-remah terhadap Volume Asap Cair

  Hasil penelitian disajikan pada gambar diatas memperlihatkan bahwa perubahan tiap temperatur dan waktu memberikan pengaruh terhadap volume asap cair yang dihasilkan. Grafik diatas memperlihatkan setiap peningkatan temperatur dan waktu pirolisis, volume asap cair yang diperoleh semakin meningkat. Baik untuk sampel yang berbentuk kepingan maupun berbentuk remah-remah. Peningkatan volume asap cair untuk setiap peningkatan temperatur dan volume dikarenakan setiap penambahan panas pada proses pirolisis akan menguraikan banyak zat yang terkandung pada cangkang buah karet. Sehingga asap yang terkondensasi semakin meningkat.

  Pada proses pirolisis cangkang buah karet volume asap cair diperoleh paling banyak pada kondisi temperatur 300 C dan waktu selama 3 jam. Baik sampel yang berbentuk kepingan maupun sampel yang berbentuk remah-remah. Sehingga diperoleh hubungan antara variabel waktu dan temperatur. Hal ini sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan oleh Bakkara (2007) juga memperoleh hubungan waktu dan temperatur terhadap volume asap cair yang terkondensasi dari proses pirolisis serbuk gergaji kayu karet.

  Dari hasil pirolisis diperoleh perbedaan hasil volume asap cair antara sampel bentuk kepingan dan bentuk remah-remah. Pada kondisi temperatur 150 C dan waktu pirolisi 1 jam, untuk sampel kepingan diperoleh volume asap yang terkondensasi 75 ml, sedangkan sampel remah-remah diperoleh volume yang lebih banyak yaitu 82 ml. Hal ini dikarenakan pada sampel berbentuk kepingan , luas permukaan sampel lebih kecil dibandingkan pada sampel berbentuk remah-remah.

  Pada proses pirolisi cangkang buang karet, hasil kondensasi asap cair yang paling banyak adalah pada suhu 300 o C dan waktu 3 jam. Untuk sampel berbentuk kepingan volume tertinggi pada suhu 300 C dan waktu 3 jam yaitu 103 ml asap cair. Sedangkan sampel berbentuk remah-remah pada kondisi yang sama ,volume asap cair yang diperoleh 107 ml.

  Kandungan Fenol pada Asap Cair

  Pada asap cair yang diperoleh dari pirolisa cangkang buah karet diketahui mengandung senyawa fenol. Senyawa fenol berasal dari degradasi senyawa lignin. Senyawa fenol dapat diketahui dengan metode spektrofotometer.

  Gambar 4

  . Pengaruh suhu dan waktu pirolisa terhadap kandungan fenol pada asap cair cangkang buah karet untuk sampel kepingan

  Gambar 5. Pengaruh Temperature dan Waktu

  Pirolisis Cangkang Buah Karet dengan bentuk Remah-remah Terhadap kandungan Fenol

  Dari grafik diatas terlihat bahwa kandungan fenol pada asap cair dipengaruhi oleh waktu dan temperatur pirolisis. Pada suhu 150 C kandungan fenol lebih rendah dibandingkan suhu 300

  C. Hal ini karena pada suhu rendah lignin belum terurai sempurna. Dengan peningkatan temperatur maka senyawa lignin yang ada pada cangkang buah karet akan semakin banyak yang terdegradasi menjadi senyawa fenol.

  Kandungan fenol terendah diperoleh pada proses pirolisa pada suhu 100 C selama 1 jam yaitu 0,7120 ppm untuk jenis sampel kepingan. Sedangkan kandungan fenol tertinggi diperoleh pada temperatur 300 C dan waktu selama 3 jam yaitu 1,7623 ppm untuk sampel kepingan, dan 2,5098 ppm untuk sampel berbentuk remah- remah. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eli yulita(2012), pembuatan asap cair menggunakan serbuk kayu karet diperoleh kandungan fenol 0,1280 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan asap cair dari cangkang buah karet lebih banyak mengandung fenol dibandingkan dengan asap cair menggunakan serbuk gergaji batang karet.

  Kandungan Asam Asetat pada Asap Cair

  Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa asap cair yang diperoleh dari cangkang buah karet mengandung asam asetat. Kandungan asam asetat yang terdapat dalam asap cair berbeda pada setiap variabel temperatur dan waktu pirolisa. Kandungan asam asetat pada asap cair pada berbagai kondisi operasi dapat dilihat pada grafik berikut

  Gambar 6. Pengaruh suhu dan Waktu Terhadap

  Kandungan Asam Asetat pada Asap Cair untuk Sampel Berbentuk Kepingan

  Gambar 7. Pengaruh suhu dan Waktu Terhadap

  Kandungan Asam Asetat pada Asap Cair untuk Sampel Berbentuk Remah-remah

  Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu dan tinggi temperatur pirolisis cangkang buah karet maka kandungan asam asetat pada asap cair pun akan semakin tinggi. Tingginya temperatur pirolisis dan waktu pirolisis, menyebabkan semakin tinggi panas pada cangkang buah karet untuk menguraikan hemiselulosa dan selulosa menjadi komponen- komponen senyawa kimia yang bersifat asam terutama asam asetat.

  Diketahui bahwa setiap sampel cangkang buah karet menghasilkan asam asetat yang bervariasi pada setiap temperatur dan waktu pirolisa. Asam asetat terendah didapat dari pirolisa pada temperature 150 C selama 1 jam yaitu sebesar 156,6 ppm, dan tertinggi pada temperatur 300 C selama 3 jam yaitu sebesar 183 ppm untuk sampel berbentuk kepingan. Sedangkan sampel berbentuk remah-remah pada temperatur 150 C dan waktu 1 jam diperoleh 164,7 ppm, dan tertinggi pada temperatur 300 C selama 3 jam yaitu 211,5 ppm kandungan asam asetat dalam asap cair.

  Hasil Pengukuran Derajat Keasaman (pH)

  Senyawa asam merupakan kandungan dari produk asap cair yang dibuat dari pirolisis bahan biomassa. Seperti yang telah dilaporkan oleh Darmadji dkk. (1996) bahwa hampir 400 senyawa penyusun asap cair, diantaranya gugus asam. Derajat keasaman dinyatakan dalam pH dapat diketahui dengan uji pH menggunakan indikator dan pH-meter.

  Gambar 8.

  Pengaruh Temperatur dan Waktu Pirolisa Cangkang Buah Karet dengan Bentuk Kepingan terhadap Derajat Keasaman (pH)

  Pada grafik 8 adalah hubungan temperatur dan waktu pirolisis cangkang buah karet. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa derajat keasaman (pH) asap cair antara 1,96 – 2,65 untuk sampel berbentuk kepingan. Terlihat bahwa kandungan paling asam diperoleh pada kondisi temperatur 300 C dan waktu selama 3 jam. Hal ini dikarenakan pada suhu tinggi banyak senyawa pada cangkang yang terurai menjadi senyawa asam.

  Gambar 9.

  Pengaruh temperatur dan waktu pirolisa cangkang buah karet dengan Bentuk Remah-remah terhadap pH.

  4. KESIMPULAN 1.

  Penggunaan asap cair sebagai koagulan lateks ternyata mampu menggumpalkan lateks lebih cepat dibandingkan cuka para. Penggumpalan lateks menggunakan cuka para membutuh waktu 30 menit dan menghasilkan lateks yang berbau busuk seperti yang telah diteliti oleh Nur Asni (BPTP), sedangkan penggunaan asap cair tidak menimbulkan bau busuk. Bau busuk digantikan oleh bau asap yang khas. Hal ini dikarenakan adanya senyawa fenol yang bersifat bakteri statis yang tinggi sehingga bakteri tidak mampu berkembangbiak.

  Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eli yulita(2012) diperoleh asap cair dari pirolisis serbuk gergaji batang karet diperoleh pengukuran pH sebesar 3,38. Dengan demikian pirolisis cangkang buah karet akan menghasilkan asap cair yang lebih asam dibandingkan pirolisis serbuk gergaji batang karet.

  Aplikasi Asap Cair sebagai Koagulan Lateks

  Asap Cair pada penelitian ini telah diuji untuk koagulan lateks. Pada umumnya lateks digumpalkan menggunakan berbagai jenis asam atau dibiarkan menggumpal dengan sendirinya. Cara ini ternyata menimbulkan masalah pada bokar (bahan olahan karet) yaitu menghasilkan bau busuk yang keluar dari aktivitas mikroba.

  Aplikasi asap cair untuk koagulan lateks dengan cara mengencerkan asap cair 5% sampai 10%, dengan mencampurkan satu bagian asap cair pekat dengan 19 bagian air bersih. Asap cair pekat berwarna coklat tua jernih, sedangkan asap cair 5% berwarna kuning jernih. Kemudian untuk aplikasi pada lateks adalah dengan satu bagian asap cair 5% dengan 10 bagian lateks. Perhatikan tabel dibawah ini yang menunjukkan hasil pengujian asap cair pada lateks

  3. Asap cair dari cangkang buah karet layak dijadikan bahan alternatif koagulan lateks dengan waktu penggumpalan selama 5 – 11 menit untuk kadar 10% dan 8 – 2 menit untuk kadar asap cair 5%.

  2. Asap cair paling asam diperoleh pada suhu 300 o C dan waktu selama 3 jam untuk sampel remah-remah dengan pH 1,94.

  Kadar fenol dan asam asetat paling tinggi diperoleh pada temperatur 300 o C dan waktu selama 3 jam untuk sampel remah-remah yaitu kadar fenol 2,5098 ppm dan asam asetat 211,5 ppm.

  Bila dibandingkan dengan grafik 9 yang menunjukkan pengukuran pH untuk sampel berbentuk remah-remah diperoleh 1,94 – 2,43. Perbedaan ini menunjukkan bahwa variasi luas permukaan sampel dapat meningkatkan keasaman asap cair. Bentuk remah-remah diperoleh asap cair lebih asam dibandingkan bentuk kepingan untuk kondisi temperatur dan waktu yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

  5 %

  Sari. 2009. Proses Pembuatan Asap Cair (Liquid smoke) dari Limbah Industri.

  Pirolisa Limbah Serbuk Gergajian Kayu Karet pada Kondisi Vakum . Skripsi,

  Bakkara, Lastri. Karakteristik Cuka Kayu Hasil

  . Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19 Fakultas Teknik, Universitas sriwijaya : Indralaya.

  dan Temperatur Terhadap Pembuatan Asap Cair dari Limbah Kayu Pelawan (Cyanometra cauliflora)

  Coniwanti. 2013.Pengaruh Variabel Waktu

  . University of Maryland. Department of Mechanical Engineering. Awhu Akbar, Rio Paindoman, Pamilia

  Challenges with High Temperature air Combustion

  Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 16: Indralaya. Aswani K. Gupta. Flame Characteristics and

  Diakses pada tanggal 05 mei 2014 dari Anita Amalia K., Rahmawati, dan Tuti Indah

  8

  Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya Bau Busuk Karet.

  A. Anwar dan M. Solichin. 2006. Deorub K

  Tabel 1 . Hasil pengujian asap cair sebagai

  koagulan lateks

  Konsentrasi asap cair Waktu koagulasi

  Kondisi lateks Warna lateks

  Penggumpalan alami >8 jam Lunak berbau busuk putih

  • – 12 menit Lunak berbau asap Putih, bagian luar coklat 10%

  Pada penelitian ini 5 ml asap cair 5% digunakan untuk menggumpalkan 50 ml lateks. Proses penggumpalan lateks ternyata berlangsung selama 8 – 12 menit, sedangkan untuk konsentrasi asap cair 10% lamanya penggumpalan adalah 5 – 11 menit. Namun untuk konsentrasi asap cair lebih tinggi menghasilkan lateks yang berwarna lebih gelap.

  5 – 11 menit Lunak berbau asap Putih, bagian luar coklat

  Serbuk Kayu Mahoni Terhadap Thermal

  Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Sriwijaya: Indralaya Conductivity . Fakultas Teknik, Universitas

  Darmadji .1992. Temperatur Pembuatan Asap Brawijaya. Malang Merupakan Faktor yang Paling Tim DITJEN PPHP Departemen Pertanian.

  Menentukan Kualitas Asap yang Pedoman Pengolahan Limbah 2006. Dihasilkan. Laporan Penelitian, Surabaya. Kelapa Sawit. Jakarta

  Darmadji Purnama. 2009.Teknologi Asap Cair Yulita Eli. 2012. Pengaruh Asap Cair Serbuk

  dan Aplikasinya pada Pangan dan Hasil Kayu Limbah Industri Terhadap Mutu Pertanian. Bokar.

  Universitas Gadjah Mada: Balai Riset dan Standarisasi Yogyakarta. Industri. Palembang

  Denny Setiawan, Filantri Muliannisa, Fuad Anshari, dan Nurhalimah. 2012. Fraksinasi

  dan Identifikasi komponen Volatil Asap Cair dari Cangkang Buah Sawit yang Berfungsi Sebagai Koagulan Lateks yang Ramah Lingkungan. Prestasi, Volume 1,

  Nomor 2. Dewi, Rista Utami, Hengky, & Tuti Indah

  Sari.2008. Pembuatan Asap Cair dari

  Limbah Serbuk Gergajian Kayu Meranti Sebagai

  Penghilang Bau Lateks. Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya: Indralaya.

  Doni, Marian, Rigel Andoine, dan Subriyer Nasir. 2008. Pengaruh Kondisi Operasi

  pada Pembuatan Asap Cair dari Ampas Tebu dan Serbuk Gergaji Kayu Kulim.

  Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya. Indralaya.

  Girrard.1992. Komposisi Kandungan Pada Kayu .Laporan Penelitian, Jakarta.

  L.O. Ekebafe, J.E. Imanah, F.E. Okieimen.

  2012. Effect of carbonization on the

  processing characteristics of rubber seed shell. Arabian Journal of Chemistry

  M. Yunus. 2011. Teknologi Pembuatan Asap

  Cair dari Tempurung Kepala Sebagai Pengawet Makanan.

  Diakses pada tanggal 20 maret 2014 dari Nur Asni , Linda Yanti dan Dewi Novalinda.

  Peningkatan

  Kualitas Bokar Melalui

  Penggunaan Bahan Pembeku Asap Cair Deorub pada Perkebunan Karet Rakyat di Proponsi Jambi . Balai Pengkajian

  Teknologi Pertanian (BPTP). Jambi Septyawan Dwi. 2010. Asap Cair. Diakses pada tanggal 3 juni 2014 dari S.N.A.M.Hassan, M.A.M. Ishak, K.Ismail.

  2013. A comparison Study of Rubber Sheed

  Shell and Kernel (Heave Brasiliensis) as Raw Material for Biofuel

  Production.Universiti Teknologi MARA.Malaysia

  Suryawan Bayu. 2013. Pengaruh Variasi

  Temperatur Pirolisis dan Pemadatan Char