BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data - Pengaruh ekstrak daun meniran (phyllanthus niruri, l.) terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus, - Digital Library IAIN Palangka Raya

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data hasil pengukuran lebar daerah

  (zona) bening atau zona hambat pertumbuhan. Daerah (zona) hambat yaitu jarak antara koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper

  disc pada medium NA (Nutrient Agar) yang mengandung ekstrak daun

  Meniran (Phyllanthus niruri, L.). Pengukuran dilakukan pada saat kultur

  Staphylococcus aureus yang di tumbuhkan pada Medium NA (Nutrient Agar)

  yang berumur 1x24 jam, 2x24 jam, 3x24 jam, dan 4x24 jam dengan keadaan

  

o

  suhu yang telah dikondisikan yaitu 35

  C, karena bakteri Staphylococcus aureus

  o o

  ini merupakan bakteri yang hidup di daerah suhu optimum antara 25 C - 40

  C,

  77 atau dapat juga disebut Bakteri Mesofil.

1. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1x24 Jam.

  Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan

  Staphylococcus aureus pada umur 1x24 jam, selengkapnya dapat dilihat

  pada Lampiran 1.1 dan 1.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.1. pada halaman 65:

77 Sayuti Tamher, Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta timur: Trans info

Tabel 4.1 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan

  Staphylococcus aureus pada Umur 1x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke

  √

  Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata

  S 0% 0,0 2,121 0,707 S 10% 0,0 2,121 0,707

  1 S

2 20% 0,0 2,121 0,707

  S

  

3 30% 2,05 0,7 3,175 1,058

  S 40% 1,8 0,6 3,074 1,025

  4 S

5 50% 3,45 1,2 3,853 1,284

  S

  

6 60% 0,85 0,3 2,576 0,859

  Data pada Tabel 4.1 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,859 mm pada perlakuan S

  6 60%, dan hasil rata-rata daerah

  hambatan terbesar adalah 1,284 mm pada perlakuan S 5 (50%).

  Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada

  umur 1x24 Jam setelah ditransformasikan ke

  √

  

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F

tabel F hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5%

  Perlakuan 6 0.904 0,151 4,398*

  2.85 Galat

  14 0.480 0,034 Total 20 1,384

  Keterangan : = Berbeda Nyata ( F * hitung tabel 5% )

  ≥ F

Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun

  Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,398*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H

  1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis

  penelitian (H ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 1x24 Jam.

  Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 20,412%, mendukung nilai F hitung (4,398*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%.

  Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada umur 1x24 jam didapatkan hasil sebesar 20,412% dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 1x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus

  pada umur 1x24 jam setelah ditransformasikan ke

  √

  Beda Riel Pada Jarak P = BJND No Perlakuan Rerata

  2

  3

  4

  5

  6 7 0,05

  1 S 0% 0,707 a

  2 S 10% 0,707 a

  1

  3 S

  2 20% 0,707

  a

  4 S

  6 60% 0,859 0,152 0,152 0,152 a

  5 S 40% 1,025 0,166 0,318 0,318 0,318 ab

  4

  7 S

  R at a- rat a leba r dae rah (z ona) peng ham bat an (m m )

  0.6

  0.8

  1

  1.2

  1.4

  1.6 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

  Konsentrasi Perlakuan Ekstrak

  0.2

  KETERANGAN : S 0% = 0,707 S

  1 10% = 0,707 S

  2 20% = 0,707 S

  3 30% = 1,058 S

  4 40% = 1,025 S

  5 50% = 1,284 S

  0.4

  0.859

  5

  ekstrak yang optimal adalah pada taraf perlakuan S

  50% 1,284 0,226 0,259 0,425 0,577 0,577 0,577 b P 0,05 (p7, 14) 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 BJND 0,05 (p7, 14) = ( ) 0,323 0,339 0,348 0,355 0,359 0,361

  Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %).

  Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S

  5 (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 3 (30%),

  dan S

  4 (40%), dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan

  5

  0.707 0.707 0.707

1.058 1.025

1.284

  (50%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak Daun Meniran terdapat pada taraf perlakuan S

  3

  (30%), S

  4 (40%) dan S 5 (50%).

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

  aureus. Umur 1x24 jam.

  Gambar Grafik 4.1, menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf

  6 60% = 0,859 Konsentrasi perlakuan cukup bervariasi. Pengaruh ekstrak daun meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus di umur 1x24 jam ini menunjukan hasil rata-rata sebagai berikut:

  Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S (0%), S (10%), S (20%) didapatkan hasil 0,707 , selanjutnya pada taraf

  1

  2

  konsentrasi perlakuan S

  3 (30%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,058,

  kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S

  4 (40%) diperoleh hasil rata-rata

  sebanyak 1,025, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S

  4 ini lebih

  rendah dibandingkan dengan hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S

  3 ,

  Selanjutnya pada taraf konsentrasi S (50%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak

  

5

  1,284, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S

  5 ini merupakan hasil

  rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuan yang lainnya, selanjutnya pada taraf konsentrasi S

  6 (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,859, taraf

  perlakuan konsentrasi S

  6 ini merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan

  dengan hasil rata-rata S , S , S

  3

  4 5.

2. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 2x24 Jam.

  Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan

  Staphylococcus aureus pada umur 2x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada

  Lampiran 2.1 dan 2.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan

  Staphylococcus aureus pada Umur 2x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke

  √

  Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata

  S 0% 0,0 2,121 0,707 S 10% 0,0 2,121 0,707

  1 S

2 20% 0,0 2,121 0,707

  S

  

3 30% 1,8 0,6 3,070 1,023

  S 40% 1,65 0,6 3,008 1,003

  4 S

5 50% 3,3 1,1 3,793 1,264

  S

  

6 60% 0,8 0,3 2,554 0,851

  Data pada Tabel 4.4 diatas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,851 mm, pada perlakuan S 60%, dan hasil rata-rata daerah

  6

  hambatan terbesar adalah 1,264 mm pada perlakuan S 5 (50%).

  Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada

  umur 2x24 Jam setelah ditransformasikan ke

  √

  Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F tabel F hitung Keragaman Bebas kuadrat Tengah 5%

  Perlakuan 6 0,815 0,136 4,511*

  2.85 Galat

  14 0.422 0,030 Total 20 1,237

  Keterangan : = Berbeda Nyata ( F * hitung tabel 5% )

  ≥ F

Tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun

  Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,511*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H

  1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis

  penelitian (H ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 2x24 Jam.

  Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 19,394%, mendukung nilai F hitung (4,511*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%.

  Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada umur 2x24 jam didapatkan sebesar 19,394% dan dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 2x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus

  pada umur 2x24 jam setelah ditransformasikan ke

  √

  Beda Riel Pada Jarak P = BJND No Perlakuan Rerata

  2

  3

  4

  5

  6 7 0,05

  1 S 0% 0,707 a

  2 S 10% 0,707 a

  1

  3 S

  2 20% 0,707

  a

  4 S

  6 60% 0,851 0,144 0,144 0,144 a

  5 S 40% 1,003 0,152 0,296 0,296 0,296 ab

  4

  7 S

  1.4

  0.2

  0.4

  0.6

  0.8

  1

  1.2

  1.6 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

  0.707 0.707 0.707

1.023 1.003

1.264

  Konsentrasi Perlakuan Ekstrak

  Konsentrasi KETERANGAN : S 0% = 0,707 S

  1 10% = 0,707 S

  2 20% = 0,707 S

  3 30% = 1,023 S

  4 40% = 1,003 S

  5 50% = 1,264 S

  0.851

  aureus. Umur 2x24 jam.

  5

  3

  50% 1,264 0,241 0,261 0,413 0,557 0,557 0,557 b P 0,05

  (p7, 14)

  3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 BJND 0,05 (p7, 14) = ( ) 0,303 0,318 0,327 0,333 0,337 0,339

  Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %).

  Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S

  5

  (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S

  (30%), dan S

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

  4 (40%), dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan

  ekstrak yang optimal adalah pada taraf perlakuan S

  5 (50%), sedangkan kisaran

  optimal untuk perlakuan ekstrak Daun Meniran terdapat pada taraf perlakuan S

  3

  (30%), S

  4 (40%) dan S 5 (50%).

  6 60% = 0,851 Gambar Grafik 4.2 menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf perlakuan cukup bervariasi, pengaruh ekstrak daun meniran pada umur 2x24 jam ini menunjukan penurunan lebar zona hambat disetiap konsentrasi.

  Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S

  ,

  (0%), S

  1 (10%), S 2 (20%) didapatkan hasil 0,707 hasil ini tidak ada perubahan

  dibandingkan dengan hasil rata-rata pada umur 1x24 jam sebelumnya, selanjutnya pada taraf konsentrasi perlakuan S

  3 (30%) diperoleh hasil rata-rata

  sebanyak 1,023, hasil rata-rata ini menunjukan penurunan dibandingkan dengan hasil rerata pada umur 1x24 jam, kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S

  4 (40%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,003, hasil rata-rata

  pada taraf konsentrasi perlakuan S ini juga menurun dibandingkan dengan hari

  4

  pertama, dan hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S

  4 ini lebih rendah

  dibandingkan dengan hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S

  3 di umur

  2x24 jam ini, Selanjutnya pada taraf konsentrasi S (50%) diperoleh hasil rata-

  5

  rata sebanyak 1,264, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S

  5 ini juga

  menurun dibandingkan dengan hari pertama dan pada taraf konsentrasi perlakuan S

  5 ini merupakan hasil rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuan-

  perlakuan yang lainnya di umur 2x24 jam dihari kedua ini, selanjutnya pada taraf konsentrasi S (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,851, hasil rata-

  6

  rata pada taraf perlakuan konsentrasi S

  6 ini juga mengalami penurunan

  dibandingkan dengan hari pertama, dan hasil rata-rata pada taraf perlakuan konsentrasi S

  6 merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan dengan hasil

  rata-rata S

  3 , S 4 , dan S 5.

3. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 3x24 Jam.

  Staphylococcus aureus pada umur 3x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada

  S

  Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel

  hambatan terbesar adalah 1,140 mm pada perlakuan S 5 (50%).

  6 60%, dan hasil rata-rata daerah

  60% 0,7 0,2 2,510 0,837 Data pada Tabel 4.7 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,837 mm, pada perlakuan S

  6

  S

  

5 50% 2,4 0,8 3,419 1,140

  S

  

4 40% 1,3 0,4 2,852 0,951

  

3 30% 1,3 0,4 2,851 0,950

  Lampiran 3.1 dan 3.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.7

  20% 0,0 2,121 0,707 S

  Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan

  S

  

1 10% 0,0 2,121 0,707

  S 0% 0,0 2,121 0,707 S

  Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata

  √

  Staphylococcus aureus pada Umur 3x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke

Tabel 4.7 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan

  2

Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada

  umur 3x24 Jam setelah ditransformasikan ke

  √

  

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F

tabel F hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5%

  Perlakuan 6 0,494 0,082 4,146*

  2.85 Galat

  14 0.278 0,020 Total 20 0,772

  Keterangan : = Berbeda Nyata ( F * hitung tabel 5% )

  ≥ F Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F 5% )

  hitung tabel

  ≤ F

Tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun

  Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,146*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H ) dapat diterima sedangkan hipotesis

  1

  penelitian (H ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 3x24 Jam.

  Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 16,446%, mendukung nilai F hitung (4,146*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%.

  Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24 jam sebesar 16,446% dan dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 3x24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24 jam setelah ditransformasikan ke

  √

  Beda Riel Pada Jarak P = BJND No Perlakuan Rerata

  2

  3

  4

  5

  6 7 0,05

  1 S 0% 0,707 a

  2 S

  1 10% 0,707

  a

  3 S 20% 0,707 a

  2

  4 S

  

6 60% 0,837 0,130 0,130 0,130 a

  5 S

  

3 30% 0,950 0,113 0,243 0,243 0,243 ab

  6 S

  

4 40% 0,951 0,001 0,114 0,244 0,244 0,244 ab

  7 S

  

5 50% 1,140 0,189 0,190 0,303 0,433 0,433 0,433 b

  3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 P 0,05

  (p7, 14) )

  BJND 0,05 = ( 0,247 0,260 0,267 0,272 0,275 0,277

  (p7, 14)

  Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %).

  Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S

  5 (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 3 (30%),

  S

  4 (40%), dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak

  Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S

  5 (50%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan

  ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S (30%), S (40%) dan S (50%).

  3

  4

  5

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

  0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600

  5 50% = 1.140 S

  4 40% = 0,951 S

  3 30% = 0,950 S

  2 20% = 0,707 S

  1 10% = 0,707 S

  Konsentrasi KETERANGAN : S 0% = 0,707 S

  Konsentrasi Perlakuan Ekstrak

  0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

  

0.950 0.951

1.140 0.837

  aureus. Umur 3x24 jam.

  4 (40%) 0.707 0.707 0.707

  sebanyak 0,950, hasil rata-rata ini menunjukan penurunan dibandingkan dengan hari kedua, kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S

  3 (30%) diperoleh hasil rata-rata

  (20%) didapatkan hasil 0,707 , hasil ini tidak ada perubahan dibandingkan dengan hasil rata-rata pada umur 1x24, 2x24 jam sebelumnya , selanjutnya pada taraf konsentrasi perlakuan S

  2

  (10%), S

  1

  Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S (0%), S

  Gambar Grafik 4.3 di atas menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf perlakuan cukup bervariasi, pengaruh ekstrak daun meniran pada umur 3x24 jam ini juga menunjukan penurunan lebar zona hambat disetiap konsentrasi.

  6 60% = 0,837 perlakuan S

  4 ini juga menurun dibandingkan dengan hari kedua, dan hasil rata-

  rata pada taraf konsentrasi perlakuan S

  4 ini lebih tinggi dibandingkan dengan

  hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S

  3 di umur 3x24 jam ini,

  Selanjutnya pada taraf konsentrasi S

  5 (50%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak

  1,140, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S ini juga menurun

  5

  dibandingkan dengan hari kedua, adapun pada taraf konsentrasi perlakuan S

  5

  ini merupakan hasil rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuan-perlakuan yang lainnya di umur 3x24 jam dihari ketiga ini, selanjutnya pada taraf konsentrasi S

  6 (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,837, hasil rata-rata

  pada taraf perlakuan konsentrasi S juga mengalami penurunan dibandingkan

  6

  dengan hari kedua, adapun hasil rata-rata pada taraf perlakuan konsentrasi S

  6

  merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan dengan hasil rata-rata S

  3 , S 4 ,

  dan S 5, dan hasil rata-rata S

  6 ini juga merupakan hasil rata-rata yang terendah

  setelah S (0%) , S

  1 (10%) dan S 2 (20%).

4. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 4x24 Jam.

  Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan

  Staphylococcus aureus pada umur 4x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada

  Lampiran 4.1 dan 4.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan

  Staphylococcus aureus pada Umur 4x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke

  √

  Data Asli Data Transformasi Perlakuan Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata

  S 0% 0,0 2,121 0,707 S

  

1 10% 0,0 2,121 0,707

  S 20% 0,0 2,121 0,707

  2 S

3 30% 1,2 0,4 2,805 0,935

  S

  

4 40% 1,25 0,4 2,828 0,943

  S 50% 1,9 0,6 3,194 1,065

  5 S

6 60% 0,6 0,2 2,463 0,821

  Data pada Tabel 4.10 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,821 mm, pada perlakuan S 60%, dan hasil rata-rata daerah

  6

  hambatan terbesar adalah 1,065 mm pada perlakuan S 5 (50%).

  Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada

  umur 4x24 Jam setelah ditransformasikan ke

  √

  

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F

tabel F hitung Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5%

  Perlakuan 6 0,369 0,061 3,613*

  2.85 Galat

  14 0.238 0,017 Total 20 0,607

  Keterangan : = Berbeda Nyata ( F * hitung tabel 5% )

  ≥ F

Tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun

  Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (3,613*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H

  1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis

  penelitian (H ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 4x24 Jam.

  Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 15,508%, mendukung nilai F hitung (3,613*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%.

  Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4x24 jam sebesar 15,508% dan dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 4x24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus

  pada umur 4x24 jam setelah ditransformasikan ke

  √

  Beda Riel Pada Jarak P = BJND No Perlakuan Rerata

  2

  3

  4

  5

  6 7 0,05

  1 S 0% 0,707 a

  2 S 10% 0,707 a

  1

  3 S

  2 20% 0,707

  a

  4 S

  6 60% 0,821 0,114 0,114 0,114 ab

  5 S 30% 0,935 0,114 0,228 0,228 0,228 ab

  3

  6 S

  4 40% 0,943 0,008 0,122 0,236 0,236 0,236 ab

  7 S

  5 50% 1,065 0,122 0,130 0,244 0,358 0,358 0,358 b

  P 0,05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39

  (p7, 14)

  BJND 0,05 = ( ) 0,228 0,239 0,246 0,251 0,254 0,255

  (p7, 14)

  Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %).

  Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S

  5 (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 3 (30%), S

  4

  (40%), S

  6 (60%) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan

  ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S (50%), sedangkan kisaran optimal untuk

  5

  perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S

  3 (30%), S 4 (40%) S 5 (50%) dan S 6 (60%).

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

  aureus. Umur 4x24 jam.

  1.6

  1.4 Konsentrasi

  1.2 1.065

  KETERANGAN :

0.935 0.943

  S 0% = 0,707

  1 0.821

  S 10% = 0,707

  1 0.707 0.707 0.707

  S 20% = 0,707

  0.8

  2 S 30% = 0,935

  3

  0.6 S 40% = 0,943

  4 S 50% = 1.065

  5

  0.4 S 60% = 0,821

  6

  0.2 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

  Konsentrasi Perlakuan Ekstrak Gambar Grafik 4.4 di atas menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf perlakuan cukup bervariasi, pengaruh ekstrak daun meniran pada umur 4x24 jam ini menunjukan penurunan lebar zona hambat disetiap konsentrasi, dan pada hari keempat ini merupakan tahap pengukuran terakhir dari Pengaruh ekstrak daun meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

  Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S (0%), S (10%), S (20%) didapatkan hasil 0,707 , hasil ini tidak ada perubahan

  1

  2

  dibandingkan dengan hasil rata-rata pada umur 1x24, 2x24, 3x24 jam sebelumnya, selanjutnya pada taraf konsentrasi perlakuan S

  3 (30%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 0,935, hasil rata-rata ini menunjukan penurunan dibandingkan dengan hari ketiga, kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S

  4

  (40%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 0,943, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S

  4 ini juga menurun dibandingkan dengan hari ketiga,

  dan hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S ini lebih tinggi

  4

  dibandingkan dengan hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S

  3 di umur

  4x24 jam ini, Selanjutnya pada taraf konsentrasi S

  5 (50%) diperoleh hasil rata-

  rata sebanyak 1,065, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S

  5 ini juga

  menurun dibandingkan dengan hari ketiga, adapun pada taraf konsentrasi perlakuan S ini merupakan hasil rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuan-

  5

  perlakuan yang lainnya di umur 4x24 jam dihari keempat ini, selanjutnya pada taraf konsentrasi S

  6 (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,821, hasil rata-

  rata pada taraf perlakuan konsentrasi S

  6 ini juga mengalami penurunan

  dibandingkan dengan hari ketiga, adapun hasil rata-rata pada taraf perlakuan konsentrasi S merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan dengan hasil

  6

  rata-rata S

  3 , S 4 , dan S 5, dan hasil rata-rata S 6 ini juga merupakan hasil rata-rata

  yang terendah setelah S (0%) , S

  

1 (10%) dan S

2 (20%).

5. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam.

  Rangkuman dari hasil analisis pengaruh ektrak daun meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, dapat dilihat pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam. Umur Pertumbuhan Staphylococcus aureus F tabel Perlakuan F hitung 5% 1x24 jam 2x24 jam 3x24 jam 4x24 jam S 4,398* 4,511* 4,146* 3,613* 2,85

  Keterangan : = Berbeda Nyata ( F 5% ) *

  hitung tabel

  ≥ F Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung tabel 5% )

  ≤ F

Tabel 4.13 diatas merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil analisis pengaruh ekstrak daun meniran terhadap pertumbuhan

  Staphylococcus aureus , pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam karena

  dilihat dari hasil F dan hasil F yang hasilnya lebih besar dari Syarat

  hitung hitung

  Ketentuan dari F tabel 5%, sehingga hasil hipotesis penelitian (H

  1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H ) ditolak.

  Ringkasan tabel 4.13 dapat di lihat pengaruh ekstrak daun meniran terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24, dapat diketahui dari hari pertama hingga hari terakhir terjadi penurunan daya hambat dari senyawa-senyawa yang ada didalam daun meniran. Senyawa-senyawa tersebut memberikan pengaruh yang nyata disetiap hari pengukuran lebar zona hambat ektrak daun meniran.

Gambar 4.5 Pengaruh Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus

  0.9

  S0 (0%) S1 (10%) S2 (20%) S3 (30%) S4 (40%) S5 (50%) S6 (60%

  1.4 1x24 Jam 2x24 Jam 3x24 Jam 4x24 Jam

  1.3

  1.2

  1.1

  1

  0.8

  niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam.

  0.7

  0.6

  (50%) dengan hasil 1,284mm pada umur kultur 1x24 jam, kemudian pada umur 2x24 jam menurun dengan nilai rata-rata 1,264 mm, selanjutnya pada umur 3x24 jam dengan nilai rata-rata yang kembali menurun 1,140mm, dan pada hari terakhir atau pada umur 4x24 jam dengan nilai rata-rata 1,065. Hal ini menunjukan bahwa senyawa antibakteri yang terdapat di dalam daun meniran dipengaruhi oleh 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 0.707 1.058 1.023 0.950 0.935 1.025 1.003 0.951 0.943 1.284 1.264 1.140 1.065 0.859 0.851 0.837 0.821

  5

  Adanya senyawa antibakteri yang bersifat bakteriostatik yang terdapat di dalam daun Meniran, terbukti dengan penurunan lebar zona hambat yang dihasilkan dari taraf perlakuan konsentrasi optimal yaitu pada taraf S

  Pengaruh ektrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus disebabkan oleh senyawa antibakteri yang terkandung didalamnya.

  Umur pertumbuhan Konsentrasi Ekstrak waktu daya penghambatan, yang menyebabkan daya hambatnya semakin hari semakin menurun.

B. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan

  Antibakteri merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan, penggolongannya antibakteri dikenal dengan antiseptic dan antibiotik. Berbeda dengan antibiotik yang tidak merugikan sel-sel jaringan manusia, daya kerja antiseptic tidak membedakan antara mikrooganisme dengan jaringan tubuh.

  Tumbuhan Meniran merupakan tumbuhan semak yang tumbuh liar, dan berpotensi dapat mengobati beberapa penyakit. Tumbuhan ini masih di ambil dari alam karena belum dibudidayakan, namun banyak dicari masyarakat sebagai bahan untuk obat-obatan tradisional.

  Penelitian ini dilakukan dengan memberikan beberapa perlakuan berupa ekstrak. Perlakuan ini diberikan untuk mengetahui lebar zona hambat dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

  Penelitian ini diperoleh hasil bahwa Daun Meniran memiliki senyawa- senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri, hal ini membukikan bahwasanya semua ciptaan Allah di langit dan di bumi tidak ada yang sia-sia. Sebagaimana yang tercantum dalam Firman-Nya dibawah ini:

             

  Artinya: Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-

  78 tumbuhan yang baik.

  Berdasarkan Ayat di atas menunjukan bahwasanya tumbuhan yang baik adalah tumbuhan yang bermanfaat bagi makhluk hidup, termasuk tumbuhan Meniran yang bermanfaat sebagai antibakteri. Senyawa yang berperan sebagai antibakteri diantaranya yaitu Saponin.

  Hasil Penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran, dan sarana menunjang materi yang disusun serta dikembangkan pada materi praktikum mata kuliah mikrobiologi. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dengan menggunakan pendekatan ini, mahasiswa mampu memperoleh pendidikan kecakapan hidup.

  Allah menyeru untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan berusaha memahami ilmu kekuasaan dan Kreasi seni-Nya yang tak terhingga ini dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab Allah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna tanpa cacat yang pastinya bermanfaat bersar bagi umat manusia, sebagaimana dijelaskan dalam Firman- Nya dibawah ini:

             

  

78 Arif Rifhan, Al-Quran Tiga Bahasa. Depok: Al-Huda, 2009.

  QS. Asy Syu’araa’ [26]: 7, Artinya: Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, Maka kamu akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu 79 kerjakan" .

Dokumen yang terkait

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Metode Penelitian - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun

0 0 17

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Belajar - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajara

0 0 24

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24

PERSETUJUAN SKRIPSI Judul : PENGARUH EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri, L.) TERHADAP PERTUMBUHAN

0 0 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh ekstrak daun meniran (phyllanthus niruri, l.) terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus, - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Klasifikasi Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri, L.) - Pengaruh ekstrak daun meniran (phyllanthus niruri, l.) terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus, - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian - Pengaruh ekstrak daun meniran (phyllanthus niruri, l.) terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus, - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 23