ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KABUPATEN BOYOLALI 2014-2019

  

ROAD MAP

REFORMASI BIROKRASI

KABUPATEN BOYOLALI 2014-2019

PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI

  

ROAD MAP

REFORMASI BIROKRASI

KABUPATEN BOYOLALI 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 i

KATA PENGANTAR

  Puji syukur ke hadlirat Allah Yang Maha Kuasa, atas perkenannya, Kita dapat menyusun buku Road Map Reformasi Birokrasi Kabupaten Boyolali 2014-2019 dengan lancar.

  Reformasi birokrasi merupakan bagian dari proses yang harus dilakukan oleh birokrasi sebagai bentuk adaptasi organisasi terhadap lingkungan. Perkembangan teknologi dan informasi serta meningkatnya pemahaman dan kepedulian serta tuntutan masyarakat terhadap pemerintah semakin meningkat. Masyarakat menghendaki adanya perubahan pada birokrasi kearah terwujudnya birokrasi yang profesional, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Reformasi birokrasi merupakan kunci kemajuan pemerintah.

  Kita menyadari mereformasi birokrasi Kabupaten Boyolali bukan pekerjaan yang mudah, hal ini menyangkut sistem, pola pikir, dan pola kerja ribuan orang pegawai. Selain itu banyak kendala dan permasalahan yang akan dihadapi. Oleh karena itu, perlu komitmen dan kesungguhan semua pihak, terutama para pimpinan, dalam melaksanakan reformasi birokrasi.

  Saat ini masyarakat sudah pintar dan sangat kritis dalam menilai kinerja instansi pemerintah dan juga terhadap pelayanan yang diberikan. Masyarakat yang menilai apakah instansi pemerintah sudah reform atau belum. Hal terpenting bagi masyarakat dari pemerintah adalah pelayanan publik berkualitas baik yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

  Dokumen Road Map ini memberikan arah bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan reformasi birokrasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali serta memberikan informasi mengenai sasaran, indikator dan target kinerja, dan program/kegiatan yang akan dilakukan Pemerintah Kabupaten Boyolali kepada semua pihak yang memerlukan.

  Demikian, semoga buku ini memberikan manfaat yang sebesar- besarnya kepada Kita semua. Amien.

  Boyolali, April 2014 BUPATI BOYOLALI

  Drs. SENO SAMODRO ii

  

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pendahuluan

  Pelaksanaan reformasi birokrasi merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai jawaban atas semua permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam penatakelolaan pemerintahan menuju Good Governance, antara lain mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkat kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Untuk itu Pemerintah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.

  Reformasi Birokrasi adalah penataan ulang birokrasi pemerintah yang meliputi organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, dan pelayanan publik, serta pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) aparatur. Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah bentuk operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. Sasaran tahun pertama akan menjadi dasar bagi sasaran tahun berikutnya, begitupun sasaran tahun-tahun berikutnya mengacu pada sasaran tahun sebelumnya.

  Gambaran Birokrasi

  Gambaran umum Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali saat ini dilihat dari 3 (tiga) hal terkait dengan capaian sasaran reformasi birokrasi nasional. Pada saat ini sudah ada pilot project di 5 SKPD sebagai Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Pemerintah Kabupaten Boyolali juga telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) selama 2 tahun berturut-turut. Capaian lelang E-Proc mencapai 40% (target 100%), namun dan sudah memenuhi target nasional.

  Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) rata-rata satuan/ unit penyelenggara pelayanan publik tahun 2012 nilainya 74,73 (kategori baik) dan tahun 2013 nilainya 76,75 (kategori baik). Selain itu, sebagian besar satuan/ unit pelayanan publik telah memiliki maklumat pelayanan yang merupakan janji jaminan untuk melaksanakan pelayanan sesuai Standar iii Pelayanan (SP) yang telah ditetapkan. Pada evaluasi kinerja pemerintah daerah di bidang pelayanan publik tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Boyolali memperoleh Piala Citra Bhakti Abdi Negara (CBAN) dengan kriteria sangat baik (nilai di atas 850). Pemantapan visi pro investasi menunjukkan komitmen Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam kemudahan pelayanan perizinan usaha.

  Hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) tahun 2012 sebesar 61,59 dengan kategori CC (cukup baik). Bila dikomparasi dengan pemerintah kabupaten/kota lain, hasil cukup baik mengingat belum banyak pemerintah kabupaten/kota diatas 65 dengan kategori B (baik).

  Kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan merupakan gambaran profil birokrasi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Penerapan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (ZI- WBK) diharapkan meliputi seluruh SKPD dan memperoleh predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Sehingga nilai ZI-WBK termasuk tinggi. Nilai efesiensi (penggunaan anggaran) semakin baik, dengan adanya ketersediaan anggaran yang proporsional, kesesuaian, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) serta meningkatnya efesiensi belanja modal dengan penerapan

  e

  • –proc 100% dari paket yang dilelangkan. Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

  diharapkan tinggi yang ditandai dengan penurunan temuan pemeriksaan yang bersifat finansial. Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Boyolali tetap memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).

  Kondisi pelayanan publik diharapkan lebih baik yang ditandai dengan hasil Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) meningkat menjadi sangat baik atau diatas 81,26. Semua penyelenggara/ pelayanan publik juga mempunyai integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi pada Standar Pelayanan (SP) yang telah dibuat masing. Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Boyolali tetap memperoleh Piala Citra Bhakti Abdi Negara (CBAN) dengan nilai diatas 850.

  Akuntabilitas kinerja yang diharapkan semakin baik dengan predikat sangat baik dalam evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dengan nilai 80. Kondisi ini menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Kabupaten Boyolali tinggi dan program/ kegiatan yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan secara terukur. Adanya penilaian kinerja secara komprehensif yang menunjukkan nilai kinerja organisasi yang lebih tepat dan diharapkan nilai kinerja organisasi yang tinggi. iv

  Permasalahan yang dihadapi akan dihadapi oleh birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali sesuai prioritas, ada 4 (empat) prioritas area perubahan dari 8 (delapan) area perubahan yaitu sumber daya manusia, pola pikir dan budaya kerja, akuntabilitas dan pelayanan publik.

  Permasalahan sumber daya manusia antara lain : banyak satuan/ unit kerja yang kekurangan pegawai dan optimal, keterbatasan karier PNS dibanding dengan jabatan struktural yang ada, distribusi PNS belum merata di satuan/ unit kerja, baik secara kwantitas maupun kwalitas, dan penerapan penanganan pelanggaran disiplin PNS sulit dilakukan secara obyektif dan konsisten.

  Permasalahan pola pikir dan budaya kerja antara lain penilaian prestasi kerja pegawai belum obyektif, belum terbangunnya budaya kerja berbasis kinerja yang mengutamakan output dan outcome yang terukur, belum ada peraturan/ regulasi yang mengatur pola pikir dan budaya kerja secara lengkap, kurangnya komitmen dan ketegasan pemimpin serta jajarannya sebagai panutan (role model), dan belum terbentuknya lingkungan kerja yang kondusif dalam mewujudkan kinerja yang baik.

  Permasalahan akuntabilitas antara lain sistem informasi kinerja pemerintah kabupaten belum berjalan optimal, perbedaan kemampuan pejabat pengumpul/ penyusun data LAKIP, dokumen kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk perbaikan perencanaan dan kinerja, koordinasi antar SKPD yang membidangi perencanaan kinerja, perencanaan kegiatan, dan perencanaan keuangan belum optimal, belum semua indikator kinerja utama (IKU) dalam indikator RPJMD merupakan indikator kinerja yang baik, masih adanya kegiatan SKPD yang tidak masuk dalam dokumen perencanaan awal, dan belum ada penilaian kinerja SKPD secara komprehensif.

  Permasalahan pelayanan publik antara lain kurangnya SDM yang sesuai dengan kompetensi pada unit-unit pelayanan dan distribusi SDM yang kurang merata, kurangnya pemantauan (pembinaan) dan pengawasan SKPD terhadap unit-unit pelayanan publik, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, dan belum semua penyelenggara/ pelaksana pelayanan publik mematuhi Standar Pelayanan yang telah dibuat.

  Agenda Reformasi Birokrasi

  Prioritas pembenahan manajemen pemerintahan daerah adalah fokus perubahan yang menjadi prioritas daerah terkait dengan area perubahan Reformasi Birokrasi yang terdiri dari 4 (empat) area perubahan, yaitu sumber daya manusia, pola pikir dan budaya kerja, akuntabilitas dan pelayanan publik. v

  Prioritas pembenahan (perubahan menjadi lebih baik) Sumber Daya Manusia aparatur Pemerintah Kabupaten Boyolali antara lain redistribusi pegawai secara merata sesuai beban kerja dan kompetensinya, evaluasi struktur organisasi dan tata kerja perangkat daerah yang tepat ukuran dan tepat fungsi dengan mendasarkan pada ketersediaan sumber daya manusia, peningkatan kompetensi aparatur melalui pendidikan dan pelatihan serta pendidikan formal, pemberian sanksi yang konsisten bagi PNS yang melanggar peraturan dan disiplin pegawai, penerapan penilaian kinerja dan pemberian tunjangan kinerja pegawai yang memadahi guna mendorong peningkatan kinerja pegawai.

  Prioritas pembenahan (perubahan menjadi lebih baik) pola pikir dan budaya kerja birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali meliputi penyusunan peraturan/ regulasi yang mengatur pola pikir dan budaya kerja secara lengkap, penerapan budaya kerja berbasis kinerja mengutamakan output dan outcome yang terukur, peningkatan komitmen dan ketegasan pemimpin serta jajarannya sebagai panutan (role model), internalisasi pola pikir dan budaya kerja organisasi ke seluruh pegawai, penilaian prestasi kerja dan pemberian penghargaan pegawai secara obyektif, internalisasi Sistem Pengendalian Internal Instansi Pemerintah (SPIP) di semua SKPD untuk menciptakan pengendalian intern yang memadahi, peningkatan penerapan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan penerapan Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

  Prioritas pembenahan akuntabilitas kinerja birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali meliputi pembangunan sistem informasi kinerja instansi pemerintah daerah, peningkatan kualitas dokumen Laporan Akuntabilitas Kinjera Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten, pemanfaatan dokumen kinerja secara optimal untuk perbaikan perencanaan dan kinerja, peningkatan koordinasi antar SKPD yang membidangi perencanaan kinerja, perencanaan kegiatan, dan perencanaan keuangan, penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang baik sebagai indikator RPJM/ Resntra, evaluasi perencanaan kegiatan SKPD agar sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD dan minimalisasi kegiatan yang tidak ada dalam dokumen perencanaan awal, penerapan penilaian kinerja SKPD secara komprehensif, dan peningkatan keterbukaan informasi publik untuk mendukung akuntabilitas kinerja.

  Prioritas pembenahan pelayanan publik Pemerintah Kabupaten Boyolali meliputi peningkatan kompetensi SDM yang sesuai tugas/ pekerjaan pada satuan/unit pelayanan dan pendistribusian SDM secara merata/ proporsional, pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai dalam mendukung kelancaran pelaksanaan pelayanan publik, vi peningkatan kepatuhan penyelenggara/ pelaksana pelayan publik terhadap Standar Pelayanan yang telah dibuat, dan peningkatan pengawasan dan pembinaan SKPD terhadap unit-unit pelayanan publik yang ada di bawahnya.

  Prioritas yang harus terus diperlihara merupakan keberhasilan yang sudah dicapai atau prestasi yang sudah diraih oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali yang harus terus dipelihara dan dipertahankan. Berikut uraian Prioritas yang harus terus diperlihara antara lain mempertahankan 2 (dua) SKPD yang telah memperoleh predikat WBBM dan WBK, mempertahankan opini WTP dalam pengelolaan keuangan daerah, mempertahankan hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) rata- rata satuan/ unit pelayanan publik sebesar 76,75 (baik), mempertahankan prosentase unit pelayanan sudah mempunyai Standar Pelayanan (SP) dan berupaya meningkatkan, mempertahankan hasil evaluasi kinerja pemerintah daerah di bidang pelayanan publik tahun 2011 sangat baik (>850) dengan diperolehnya piala CBAN, mempertahankan prosentase Indikator Kinerja Utama (IKU) yang digunakan sebagai indikator kinerja dalam dokumen perencanaan dan dokumen kinerja 99,71%, dan meningkatkan aplikasi penyusunan rencana anggaran sudah menggunakan SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah).

  Prioritas peningkatan kualitas pelayanan prioritas daerah meliputi pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan perizinan usaha, dan pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil. Prioritas perubahan dalam pelayanan kesehatan adalah penerapan pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya bagi masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Prioritas perubahan dalam pelayanan pendidikan meliputi informasi layanan peserta didik, pembenahan tata laksana dan pengembangan sistem, reformasi layanan satuan pendidikan, dan beasiswa siswa dari keluarga tidak mampu.

  Prioritas perubahan dalam pelayanan perizinan usaha meliputi penyederhaan prosedur pelayanan perizinan usaha, peningkatan pelayanan melalui peningkatan koordinasi dan percepatan proses perizinan usaha di BPMP2T Kabupaten Boyolali dan proses penerbitan rekomendasi teknis dari SKPD lain yang membidangi. Prioritas perubahan dalam pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil meliputi peningkatan akses pelayanan dengan jemput bola, pembangunan sistem informasi administrasi kependudukan terpadu antara desa dan kabupaten, serta peningkatan pelayanan kependudukan melalui percepatan proses penerbitan akte kelahiran untuk bayi yang baru lahir.

  Pelaksanaan reformasi birokrasi Kabupaten Boyolali dilakukan secara bertahap. Setiap tahap diharapkan akan memberikan dampak penguatan pada langkah berikutnya. Rencana aksi merupakan uraian vii tentang rencana kegiatan Reformasi Birokrasi yang akan dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun ke depan sesuai dengan prioritas atau fokus perubahan/ pembenahan, prioritas yang harus terus diperlihara, dan prioritas pelayanan. Rencana Aksi berisi program/kriteria/sub kegiatan, tahapan/aktivitas target-target sasaran tahunan yang ingin diwujudkan, sekuensi waktu pelaksanaannya, penanggungjawab serta rencana anggaran yang diperlukan. Seedangkan pelaksanaan kegiatan Quick

  Wins adalah

  pelayanan izin prinsip “super cepat” di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu dan pelayanan akte kelahiran bayi “langsung jadi” pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

  Monitoring dan Evaluasi Monitoring pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah dilakukan

dalam tingkatan lingkup unit/ satuan kerja, lingkup pemerintah daerah, dan

lingkup nasional. Monitoring dilakukan untuk mempertahankan agar rencana aksi

yang dituangkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi dapat berjalan sesuai

dengan jadwal, target-target dan tahapan sebagaimana telah ditetapkan. Dari

proses monitoring berbagai hal yang perlu dikoreksi dapat langsung dikoreksi

pada saat kegiatan reformasi birokrasi dilaksanakan, sehingga tidak terjadi

penyimpangan dari target-target yang telah ditentukan.

  Evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi di pemerintah daerah dilakukan oleh Tim Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) yang dikoordinasikan oleh Inspektorat kabupaten. Dalam lingkup instansi pemerintah pusat, evaluasi biasanya dilakukan setiap enam bulan dan tahunan. Evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara keseluruhan termasuk tindak lanjut hasil monitoring yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan. Hasil evaluasi diharapkan dapat secara terus menerus memberikan masukan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di tahun-tahun berikutnya.

  viii

  

DAFTAR ISI

  Halaman Judul ....................................................................................... i Kata Pengantar ...................................................................................... ii Ringkasan Eksekutif

  ………………………………………………………... iii Daftar Isi ................................................................................................. ix

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1

  1.1. Reformasi Birokrasi ……………………………………….. 1

  1.2. Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah ……………..... 3

  1.3. Tujuan ............................................................................. 6

  1.4 Kegunaan ........................................................................ 6

  1.5 Sistematika Penulisan ..................................................... 6

  BAB II GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN …… 10

  2.1 Gambaran Umum Birokrasi Pemerintah Kabupaten ……. 10

  2.2 Kebutuhan/ Harapan Pemangku Kepentingan …………. 14

  2.3 Permasalaha n Birokrasi Pemerintah KabupateN ………. 16

  BAB III AGENDA REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN ……………………………………………………. 20 3.1 Fokus Perubahan Reformasi Birokrasi ....

  ……………. 20

  3.1.1 Prioritas Pembenahan Manajemen Pemerintahan Daerah ................................................................... 20

  3.1.2 Prioritas yang Harus Terus Dipelihara .................... 22

  3.1.3 Prioritas yang Terkait dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan ............................................................... 23

  3.1.4 Prioritas SKPD ........................................................ 26

  3.2 Sasaran …………………………………………………….. 27

  3.3 Kegiatan-kegiatan …………………………………………. 34

  3.4 Pengorganisasian ………………………………………... 36

  3.5 Rencana Aksi ………………………………………………. 39

  BAB IV MONITORING DAN EVALUASI ........................................... 57

  4.1 Monitoring …………………………………………………. 57

  4.2 Evaluasi …………………………………………………… 58

  BAB V PENUTUP ............................................................................ 60 LAMPIRAN ix

  x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Krisis keuangan pada 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi Indonesia pada 1998, menyebabkan munculnya berbagai permasalahan bangsa, salah satunya mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Masyarakat menuntut reformasi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak itu, terjadi berbagai perubahan penting yang menjadi tonggak dimulainya era reformasi di bidang politik, hukum, ekonomi dan birokrasi (reformasi gelombang pertama) dan telah berhasil meletakkan landasan politik, hukum, dan ekonomi bagi kehidupan demokrasi di Indonesia. Berbagai perubahan dalam sistem penyelenggaraan negara dilakukan dalam rangka membangun good governance, namun banyak pihak yang merasakan reformasi di bidang birokrasi tertinggal dibanding reformasi di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Oleh karena itu, pemerintah menegaskan kembali untuk mereformasi birokrasi guna mewujudkan

  

clean government dan good governance dalam penyelenggaraan

pemerintahan.

  Dalam skala nasional, dengan mendasarkan pada kesenjangan kondisi birokrasi dengan kondisi yang diinginkan masyarakat beserta tuntutan perkembangannya, reformasi birokrasi merupakan perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan serta merupakan pertaruhan besar Bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan saat ini dan kedepan. Hal ini berkaitan dengan ribuan proses fungsi-fungsi pemerintahan yang melibatkan jutaan pegawai dan memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Penataan ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah, revisi dan penyusunan berbagai regulasi, modernisasi berbagai kebijakan dan praktik manajemen pemerintah pusat dan daerah, serta penyesuaian tugas fungsi instansi pemerintah dengan paradigma, bukanlah pekerjaan yang mudah, sehingga memerlukan upaya luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan begitu lambatnya perjalanan program reformasi birokrasi hingga saat ini.

  Guna melaksanakan reformasi birokrasi, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

  

Design Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Negara

  Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 serta beberapa pedoman teknis penerapan reformasi birokrasi. Disamping itu masih banyak lagi Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang merupakan pedoman pelaksanaan Reformasi Birokrasi, antara lain :

  1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengajuan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Kementerian/Lembaga dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;

  2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi;

  3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penerapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah;

  4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online;

  5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 4 Tahun 2013 tentang Manajemen Perubahan

  Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tahun 2012-2014;

  6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah.

  Berikut beberapa pengertian atau istilah dalam reformasi birokrasi untuk menyamakan persepsi :

  

1. Reformasi Birokrasi adalah penataan ulang birokrasi pemerintah yang

  meliputi organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, dan pelayanan publik, serta pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture

  set) aparatur;

  

2. Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk yang berisi

  arah kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi nasional untuk kurun waktu 2010-2025;

  

3. Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah bentuk

  operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per tahun yang jelas. Sasaran tahun pertama akan menjadi dasar bagi sasaran tahun berikutnya, begitupun sasaran tahun-tahun berikutnya mengacu pada sasaran tahun sebelumnya.

1.2 Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah

  Ada dua tingkat pelaksanaan reformasi birokrasi, yaitu tingkat nasional dan tingkat instansional. Pada tingkat nasional, pelaksanaan reformasi birokrasi dibagi ke dalam tingkat pelaksanaan makro dan meso. Tingkat pelaksanaan makro menyangkut penyempurnaan regulasi nasional dalam upaya pelaksanaan reformasi birokrasi. Sementara tingkat pelaksanaan meso menjalankan fungsi manajerial, yaitu mendorong kebijakan-kebijakan inovatif, menerjemahkan kebijakan makro, dan mengoordinasikan (mendorong dan mengawal) pelaksanaan reformasi birokrasi di tingkat Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah. Pada tingkat mikro menyangkut implementasi kebijakan/program reformasi birokrasi sebagaimana digariskan secara nasional dan menjadi bagian dari upaya percepatan reformasi birokrasi pada masing-masing Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah. Berikut program- program pada tingkat tingkat mikro :

  1. Manajemen perubahan;

  2. Penataan peraturan perundang-undangan;

  3. Penataan dan penguatan organisasi;

  4. Penataan tatalaksana;

  5. Penataan sistem manajemen SDM Aparatur;

  6. Penguatan pengawasan;

  7. Penguatan akuntabilitas kinerja;

  8. Peningkatan kualitas pelayanan publik; 9. Monitoring, evaluasi dan pelaporan.

  Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi nasional, dibentuk Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional (KPRBN) dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional (TRBN). KPRBN diketuai oleh Wakil Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. TRBN diketuai oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan bertanggung jawab kepada Ketua KPRBN. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPRBN dibantu oleh Tim Independen dan Tim

  

Quality Assurance yang berperan antara lain melakukan monitoring dan

  evaluasi serta memastikan pelaksanaan reformasi birokrasi. Sedangkan TRBN dibantu oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN). Untuk tingkat Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daereah (K/L dan Pemda) dibentuk Tim Reformasi Birokrasi pada masing-masing K/L dan Pemda. Ada 8 area perubahan reformasi birokrasi meliputi organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, Sumber Daya Manusia, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, dan pola pikir.

  Organisasi Tim Reformasi Pemerintah Daerah terdiri dari tim pengarah dan tim pelaksana. Ketua Tim Pengarah adalah Bupati, sekretaris tim adalah Sekretaris Daerah dan beberapa anggota tim pejabat eselon II pada SKPD yang selalu berhubungan dengan area perubahan reformasi birokrasi, guna memastikan komitmen pimpinan tertinggi terhadap upaya reformasi birokrasi. Sementara tim pelaksana diketuai oleh Sekretaris Daerah, sekretaris tim adalah pejabat eselon II dan anggota tim pejabat lain sesuai kebutuhan.

  Guna mendorong percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi di daerah, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, pada tahun 2013 menetapkan 33 provinsi, 33 kabupaten dan 33 kota secara merata sebagai pilot project pelaksanaan reformasi birokrasi. Bagi pemerintah daerah yang tidak menjadi pilot project, pada tahun 2013 dapat melaksanakan program reformasi birokrasi sebagai

  

nonpilot project. Sedang pada tahun 2014, semua pemerintah

  kabupaten/kota wajib melaksanakan program reformasi birokrasi. Sebagai langkah awal pelakasanaan Reformasi Birokrasi, Pemerintah Daerah.

  Pelaksanaan reformasi birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali, tidak lepas dari pelaksanaan reformasi birokrasi tingkat nasional, sehingga kerangka pelaksanaannya harus sesuai dengan kerangka pelaksanaan reformasi birokrasi nasional. Program/ kegiatan yang dilaksanakan harus sesuai dengan program/kegiatan nasional. Sementara itu disisi lain, Pemerintah Kabupaten Boyolali juga sudah memiliki arah kebijakan/program/kegiatan dalam RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015. Oleh karena itu, agar pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kabupaten Boyolali dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan perlu disusun rencana program/ kegiatan Reformasi Birokrasi yang diintegrasikan dalam sistem perencanaan pembangunan yang sudah ada. Nama rencana program/ kegiatan tersebut, menyesuaikan dengan istilah nasional dan waktu berlakunya rencana tersebut, adalah Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) Pemerintah Kabupaten Boyolali 2014-2019.

  1.3 Tujuan

  Tujuan penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali 2014-2019 adalah memberi arah pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali agar berjalan secara efektif, efesien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan.

  1.4 Kegunaan

  Kegunaan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali 2014-2019 adalah : 1. menetapkan prioritas tujuan, sasaran, program dan kegiatan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali; 2. sebagai dasar perencanaan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali.

  1.5 Sistematika

  Sistematika penulisan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Sistematika Penulisan Road Map Reformasi Birokrasi

  Bab Judul dan Isi Ringkasan Eksekutif Berisi uraian singkat substansi Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah, yang mencakup gambaran kondisi saat ini, kondisi yang diharapkan, prioritas program, kegiatan, Quick Wins, anggaran, rencana penghematan yang diharapkan, rencana waktu pelaksanaan dan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

  Bab I Pendahuluan Menguraikan latar belakang perlunya disusun Road Map Reformasi Birokrasi sebagai dasar perencanaan pelaksanaan reformasi birokrasi di pemerintah daerah. Secara umum dan ringkas menguraikan isi dari Road Map Reformasi Birokrasi. Bab II Gambaran Birokrasi Pemerintah Daerah

  1. Gambaran Umum Birokrasi Pemerintah Daerah Menguraikan kondisi birokrasi pemerintah daerah saat ini dilihat dari 3 (tiga) hal terkait dengan capaian sasaran reformasi birokrasi nasional yaitu: pemerintahan bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, kualitas pelayanan publik, kapasitas dan akuntabilitas kinerja. Penguraian kondisi mencakup hal-hal yang sudah dicapai/sudah baik dan perlu terus dipertahankan atau ditingkatkan, dan hal-hal yang masih perlu disempurnakan.

  2. Kebutuhan/Harapan pemangku kepentingan Menguraikan gambaran profil birokrasi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan.

  3. Permasalahan birokrasi pemerintah daerah Menguraikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Bab Judul dan Isi birokrasi pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan harapan para pemangku kepentingan.

  Bab III Agenda Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah

  1. Fokus Perubahan Reformasi Birokrasi Menguraikan fokus perubahan reformasi, yang menyangkut 4 (empat) bagian: a. Prioritas Pembenahan Manajemen Pemerintahan

  Daerah, yaitu fokus perubahan yang menjadi prioritas daerah terkait dengan area perubahan reformasi birokrasi;

  b. Prioritas yang harus terus dipelihara;

  c. Prioritas yang terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan.

  Prioritas ini menyangkut 2 (dua) fokus, yaitu: Pertama, pelayanan sektor-sektor tertentu yang strategis dan memerlukan jangka waktu secara bertahap untuk melakukan peningkatan kualitasnya; Kedua, Quick Wins;

  d. Prioritas SKPD, yaitu fokus perubahan yang menjadi prioritas masing-masing SKPD.

  2. Sasaran Menguraikan sasaran dengan mengacu pada harapan pemangku kepentingan yang sudah diklasifikasikan sesuai prioritasinya.

  3. Kegiatan-kegiatan Menguraikan kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan klasifikasi dalam program-program reformasi birokrasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010, dan kriteria dalam komponen model Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2012). Bab Judul dan Isi 4. Rencana Aksi.

  Berisi uraian tentang rencana kegiatan reformasi birokrasi yang akan dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun ke depan. Sesuai dengan prioritas atau fokus perubahan, program/kriteria/sub kegiatan, tahapan/aktivitas target- target sasaran tahunan yang ingin diwujudkan, sekuensi waktu pelaksanaannya, termasuk pelaksanaan kegiatan

  Quick Wins, penanggungjawab serta rencana anggaran

  yang diperlukan. Rencana Aksi disusun dalam bentuk matriks yang memberikan gambaran menyeluruh mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan selama 5 (lima) tahun ke depan.

  Bab IV Monitoring dan Evaluasi Menguraikan mekanisme monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam rangka menjamin konsistensi, efektivitas dan keberlanjutan serta dampaknya bagi masyarakat dari pelaksanaan reformasi birokasi di pemerintah daerah.

  Bab V Penutup

  

BAB II

GAMBARAN BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI

  2.1 Gambaran Umum Birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali

  Gambaran umum Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Boyolali saat ini dilihat dari 3 (tiga) hal terkait dengan capaian sasaran reformasi birokrasi nasional yaitu: a) pemerintahan bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; b) kualitas pelayanan publik; dan

  c) kapasitas dan akuntabilitas kinerja. Penguraian kondisi mencakup hal- hal yang sudah dicapai/sudah baik dan perlu terus dipertahankan atau ditingkatkan, dan hal-hal yang masih perlu disempurnakan, sebagai berikut :

  1. Pemerintahan bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

  a. Nilai Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi Pada saat ini sudah ada pilot project di 5 SKPD, yaitu Inspektorat, Bappeda, Dispendukcapil, BPMP2T, dan DPPKAD. Berdasar hasil Laporan Hasil atas Laporan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani dan Wilayah Bebas Korupsi Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2013, 2 SKPD memperoleh predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani dan Wilayah Bebas Korupsi, 1 SKPD hanya memperoleh predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani, 2 SKPD belum memperoleh predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani dan Wilayah Bebas Korupsi.

  b. Nilai Efisiensi Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber- sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Pada saat ini upaya efisiensi sudah dilakukan sejak mulai perencanaan anggaran, yaitu dengan mencermati kembali rencana penggunaan

  II-10 anggaran pada Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) guna mengurangi alokasi-alokasi anggaran dan besarannya yang kurang tepat. Selain itu ada upaya juga efesiensi belanja modal pada saat pengadaan barang/ jasa. Namun belum ada data yang menunjukkan nilai efesiensi penggunaan anggaran.

  c. Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

  IPK adalah instrumen pengukuran tingkat korupsi di kota ‐kota

  Indonesia yang dikeluarkan oleh Transparency International

  ‐Indonesia. Dalam hal ini, kabupaten Boyolali belum ada penilaian IPK.

  d. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Opini BPK merupakan pernyataan atau pendapat profesional BPK yang merupakan kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Pemerintah Kabupaten Boyolali telah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) 2 tahun berturut-turut bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  e. Penurunan temuan pemeriksaan yang bersifat finansial Temuan pemeriksaan yang bersifat finansial cenderung menurun.

  f. Capaian e-proc 40% dari jumlah paket yang dilelangkan Pada saat ini telah terbentuk Unit Layanan Pengadaan (ULP) dengan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 tahun 2011 tentang Organisasi dan Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali yang mendukung peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang/jasa. Capaian lelang E-Proc mencapai 40% dan sudah memenuhi target

  II-11 nasional, namun masih di bawah target RPJMD Kabupaten Boyolali 2010-2015 sebesar 100%.

  2. Kualitas pelayanan publik

  a. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Nilai IKM rata-rata satuan/ unit penyelenggara pelayanan publik tahun 2012 nilainya 74,73 (kategori baik) dan tahun 2013 nilainya 76,75 (kategori baik).

  b. Integritas Pelayanan Integritas Pelayanan diketahui dari survei Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk: (1) mengetahui nilai integritas, indikator dan sub-indikator integritas dalam layanan publik, (2) melakukan pengukuran ilmiah terhadap tingkat korupsi dan faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi di lembaga layanan publik dengan melakukan wawancara secara langsung kepada pengguna layanan publik, (3) memberikan masukan bagi instansi pelayanan publik untuk mempersiapkan upaya pencegahan korupsi yang efektif pada wilayah atau layanan yang rentan terjadi korupsi.

  Dalam hal ini belum ada data integritas pelayanan di kabupaten Boyolali. Dalam hal integritas pelayanan ini, sebagian besar satuan/ unit pelayanan publik telah memiliki maklumat pelayanan yang dipasang/ditempel di tempat strategis satuan/ unit pelayanan dan merupakan janji jaminan untuk melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan yang telah ditetapkan.

  II-12 c. Tingkat kepatuhan pada Standar Pelayanan Sebagian besar unit pelayanan sudah mempunyai Standar Pelayanan namun tingkat (%) kepatuhan penyelenggara pelayanan publik terhadap Standar Pelayanan belum dievaluasi/ diukur secara sistematik.

  d. Nilai pemeringkatan pelayanan publik Pada evaluasi kinerja pemerintah daerah di bidang pelayanan publik tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Boyolali memperoleh Piala Citra Bhakti Abdi Negara (CBAN) dengan kriteria sangat baik (nilai di atas 850 dari nilai maksimal 1000).

  e. Visi dan misi Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Boyolali Tahun 2010- 2015 mempunyai visi terwujudnya ”Boyolali yang lebih sejahtera, berdaya saing, dan pro investasi”.

  Selanjutnya visi pro investasi akan diwujudkan melalui misi ke-3, yaitu “Menciptakan iklim usaha dan iklim investasi yang kondusif, didukung dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dan keber lanjutan”. Visi dan misi tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam kemudahan berusaha.

  3. Kapasitas dan akuntabilitas kinerja

  a. Nilai akuntabilitas kinerja Hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) tahun 2012 sebesar 61,59 dengan kategori CC (cukup baik). Bila dikomparasi dengan pemerintah kabupaten/kota lain, hasil cukup baik mengingat belum banyak pemerintah kabupaten/kota diatas 65 dengan kategori B (baik).

  II-13 b. Nilai kinerja organisasi Berdasar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Boyolali Tahun 2012, dari 71 (tujuh puluh satu) sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun 2012 dan mengacu pada sasaran dan indikator kinerja yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Boyolali 2010-205, diperoleh prosentase capaian sasaran secara keseluruhan 139.41% (kategori sangat baik). Hal ini menunjukkan kinerja Pemerintah Kabupaten Boyolali sangat baik. Namun nilai tersebut belum dapat mewakili nilai kinerja yang sebenarnya dari Pemerintah Kabupaten Boyolali. Hal ini disebabkan karena belum semua hasil kinerja (termasuk prestasi) tertuang dalam laporan tersebut.

2.2 Harapan Pemangku Kepentingan

  Kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan merupakan gambaran profil birokrasi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan yang meliputi : 1) Pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 2) Kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; dan 3 Kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Berikut kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan :

  1. Pemerintahan bersih dan bebas KKN

  a. Nilai Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi Harapan tehadap Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi adalah seluruh SKPD menerapkan zona integritas dan memperoleh predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani dan Wilayah Bebas Korupsi. Sehingga nilai Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi termasuk tinggi.

  II-14 b. Nilai Efisiensi Harapan terhadap peningkatan nilai efesiensi (penggunaan anggaran) adalah ketersediaan anggaran yang proporsional, kesesuaian, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) sesuai dengan Renscana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) serta meningkatnya efesiensi belanja modal dengan penerapan e

  • –proc 100% dari paket yang dilelangkan.

  c. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Kondisi yang diharapkan Pemerintah Kabupaten Boyolali Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang tinggi yang menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Boyolali bebas korupsi. Hal ini ditandai dengan penurunan temuan pemeriksaan yang bersifat finansial.