Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005

  Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005 Materi : Konvensi Ecosob

  KONVENSI EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA Syahrial M.W, SH Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat

  Jl Siaga II No 31 Pejatien Barat, Jakarta 12510 Telp (021) 7972662, 79192564 Fax : (021) 79192519 Website : www.elsam.or.id Email : [email protected]

1. TERBENTUKNYA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA

  Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia (selanjutnya disebut DUHAM) telah diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal

  10 Desember 1948, dengan pemungutan suara 48 menyetujui, 0 menolak, dan 8 abstain. DUHAM memuat pokok-pokok hak azasi dan kebebasan fundamental manusia sebagai standart acuan pencapaian bersama bagi semua rakyat dan bangsa. Dokumen tersebut merupakan kesepakatan bersama yang merujuk sebagai Magna Charta International dalam hak-hak azasi manusia.

  Di sana ada dua bagian yang termaktub dalam DUHAM. Bagian pertama adalah persetujuan berkaitan dengan hak azasi dan kebebasan fundamental mengenai hak-hak sipil dan politik. Bagian kedua persetujuan adalah mengenai hak azasi dan kebebasan fundamental hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Karena DUHAM bukan sebuah instrumen yuridis yang memiliki kekuatan mengikat, maka pokok-pokok hak azasi manusia dan kebebasan fundamental tersebut harus dituangkan dalam instrumen-instrumen yang mengikat secara hukum.

  Komisi Hak Azasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sebelumnya telah mempersiapkan rancangan DUHAM 1948 meminta kepada Majelis Umum PBB untuk menyusun rancangan kovenan tentang HAM beserta rancangan tindakan pelaksanaannya. Tahun 1949 Majelis Umum PBB menerima sebuah resolusi yang menyatakan bahwa penikmatan kebebasan sipil dan politik serta kebebasan ekonomi, sosial dan budaya bersifat saling berkaitan dan saling tergantung. Pada tahun 1951 Komisi HAM menyusun rancangan pasal- pasal tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya serta rancangan pasal-pasal mengenai pelaksanaan bidang tersebut.

  Dalam sidangnya di tahun 1951 Majelis Umum PBB meminta Komisi HAM untuk merancang dua kovenan tentang HAM, satu kovenan mengenai hak sipil dan politik dan satu kovenan memuat hak ekonomi, sosial dan budaya. Secara khusus dalam sidang tersebut Majelis Umum menyatakan bahwa kedua kovenan tersebut harus sebanyak mungkin memuat ketentuan yang sama dan harus memuat pasal yang menetapkan bahwa “semua rakyat mempunya hak atas penentuan nasib sendiri”.

  Pada tahun 1953 dan 1954 , Komisi HAM menyelesaikan dua rancangan kovenan sebagaimana yang dimaksudkan oleh Majelis Umum PBB. Kedua kovenan tersebut mulai dipublikasikan pada tahun 1954 agar masing-masing pemerintah pada setiap negara anggota dapat mempelajarinya secara mendalam serta membuka opini publik untuk memberikan masukan secara bebas. Pada tahun 1955 Majelis Umum PBB merekomendasikan agar Komisi Ketiga Majelis Umum PBB membahas rancangan naskah kedua kovenan tersebut pasal demi pasal. Sebelas tahun kemudian, tepatnya tahun 1966, rancangan naskah kedua tersebut dapat terselesaikan, yakni Rancangan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan Rancangan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik. Disamping kedua kovenan tersebut telah diselesaikan pula Rancangan Protokol Opsional pada Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik. Pada 16 Desember 1966 dengan Resolusi 2200 A (XXI), Majelis Umum PBB menerima ketiga instrumen sebagai dokumen internasional di bidang azasi manusia.

  Ketiga dokumen tersebut (DUHAM, Kovenan Internasional Hak Sipil dan

1.2. KATEGORI HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA YANG DIATUR DALAM KOVENAN

A. Hak-Hak Ekonomi 1.

  b. hak atas kecukupan pangan (pasal 11 ayat 1).

  3. Hak atas kesehatan fisik dan mental (pasal 12).

  b. hak atas perlindungan terhadap keluarga (pasal 9).

  hak atas keluarga, ibu dan anak- anak (pasal 10).

  2. Hak atas keluarga, ibu dan anak a.

  e. hak atas jaminan sosial (pasal 9).

  d. hak untuk terbebas dari kelaparan (pasal 11 ayat 2).

  c. hak atas pemukiman (pasal 11 ayat 1).

  a. hak atas standart kehidupan yang layak (pasal 11 ayat 1).

  Politik, dan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) dikenal sebagai the International Bill of Human Rights.

  kehidupan yang layak

  Hak untuk mendapatkan standart

  B. Hak-Hak Sosial 1.

  d. hak untuk melakukan pemogokan (pasal 8 ayat 1d).

  c. hak untuk membentuk dan bergabung dengan serikat pekerja (pasal 8).

  b. hak atas pemberian upah yang layak untuk hidup (pasal 7a).

  hak untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan baik (pasal 7).

  b. hak untuk memilih secara bebas atau menerima suatu pekerjaan (pasal 6).

   Hak atas pekerjaan a. hak atas upah yang layak (pasal 6).

  Tanpa memperhatikan apakah suatu negara telah secara formal mengadopsi secara khusus dokumen-dokumen tersebut, hak- hak yang termaktub di dalam dokumen- dokumen tersebut telah mencapai status sebagai hukum kebiasaan internasional (customary international law). Ketiga dokumen tersebut telah diakui sebagai standart acuan bersama untuk setiap negara di dunia. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mulai berlaku pada tanggal 3 Januari 1976, sesuai dengan pasal 27 kovenan tersebut.

2. Hak-hak buruh a.

C. Hak-Hak Budaya a.

  terhadap kemajuan pengetahuan 1. Hak atas pendidikan (pasal 15).

  a. hak atas pendidikan (pasal 13).

  b. hak untuk menjadi bagian dalam b. hak untuk mendapatkan wajib kehidupan budaya (pasal 15). belajar tingkat dasar (pasal 14).

  c. hak atas kebebasan.

  2. Hak atas kehidupan budaya dan ilmu pengetahuan

1.3. KANDUNGAN KEWAJIBAN HUKUM KOVENAN

  Sebelum menjelajah pasal-pasal yang titik berangkat memulai suatu rentetan terkandung di dalam kovenan maka perlu tindakan. dikemukakan kata kunci-kata kunci yang 2. adalah menanggapi

  Menjamin memiliki konsekuensi kewajiban secara pemenuhan yang sepantasnya dari hukum. Penjelasan ini diperlukan untuk sesuatu, untuk mengemukakan bahwa mengenali kandungan kewajiban hukum sesuatu telah terjadi atau akan terjadi. dalam rangka melaksanakan hak-hak 3.

  Meyakini adalah memastikan bahwa ekonomi, sosial, dan budaya hukum. sesuatu akan terjadi, memberikan Berikut ini adalah kata kunci yang sesuatu bagi atau untuk orang-orang. digunakan dalam definisi kewajiban dalam 4.

  Mengakui artinya mengakui keabsahan kovenan : atau kemurnian watak, atau klaim, atau 1. eksistensi, dari memberikan perhatian

   to take steps (mengambil langkah-

  langkah); dan pertimbangan, menemukan atau 2. menyadari watak dari, memperlakukan

   to guarantee (menjamin); 3.

  sebagai, mengakui, menyadari, atau

   to ensure (meyakini); 4.

  mengakui bahwa.

   to recognize (mengakui); 5.

  5. atau memberikan

   to respect or to have respect for Menghormati

  (menghormati atau memberikan penghormatan adalah memberikan penghormatan); perhatian kepada sesuatu.

  6.

  6.

   to undertake (berusaha); Berusaha artinya komitmen diri sendiri 7.

  untuk melakukan, menjadikan diri to promote (meningkatkan). seorang yang bertanggungjawab atas,

1.3.1. Pengertian harafiah yang bisa

  terlibat dalam, masuk ke dalam

  membantu pemahaman dari makna kata

  menerima sebagai kewajiban, berjanji

  kunci-kata kunci tersebut adalah : untuk melakukan.

  7. berarti memajukan, Meningkatkan 1.

  Mengambil langkah-langkah adalah suatu menolong memajukan, menggalakkan, cara yang diambil, terutama sebagai mendukung dengan aktif.

2. POKOK-POKOK DAN STRUKTUR KOVENAN

  Mengingatkan bahwa pengakuan atas martabat yang inheren dan atas hak yang sama dan tidak dapat dipisahkan dari semua umat manusia merupakan landasan kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia.

  Paragraf ketiga mukadimah tersebut mengukuhkan konsep berpikir yang sudah hidup di Majelis Umum PBB pada 1949 tentang berkaitannya hak ekonomi, sosial, dan budaya dan hak sipil dan politik dalam

  Pernyataan kesadaran bahwa individu, yang mempunyai kewajiban terhadap individu lainnya dan komunitasnya, bertanggung jawab untuk bekerja bagi pemajuan dan pentaatan hak-hak yang diakui dalam kovenan.

  e.

  Mengingatkan kewajiban negara- negara menurut piagam PBB untuk memajukan dan pematuhan hak azasi dan kebebasan manusia.

  d.

  Pengakuan bahwa penikmatan kebebasan dari rasa takut dan kekurangan hanya dapat tercapai apabila tercipta kondisi yang didalamnya setiap orang dapat menikmati hak ekonomi, sosial, dan budaya serta hak sipil dan politiknya.

  c.

  Pengakuan bahwa hak-hak tersebut berasal dari martabat manusia yang melekat padanya.

  b.

  INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA 2.1. MUKADIMAH

  Terdiri atas lima alinea, yang memuat maksud dan pertimbangan dibuatnya kovenan tersebut. Kutipan lengkapnya adalah sebagai berikut :

  mempunyai kewajiban terhadap individu lainnya dan pada masyarakat dimana ia berada, berkewajiban untuk mengupayakan kemajuan dan pentaatan dari hak-hak yang diakui dalam kovenan ini.

  Menyadari bahwa individu, yang

  dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memajukan penghormatan dan pentaatan secara universal pada hak- hak asasi manusia dan kebebasan.

  Menimbang kewajiban Negara-Negara

  Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, keadaan ideal dari manusia yang bebas dari penikmatan kebebasan dari ketakutan dan kemelaratan, hanya dapat dicapai apabila diciptakan kondisi dimana semua orang dapat menikmati hak- hak ekonomi, sosial dan budayanya, juga hak-hak sipil dan politiknya.

  Mengakui bahwa sesuai dengan

  dari martabat yang melekat pada manusia.

  Mengakui bahwa hak-hak ini berasal

  asas yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan terhadap martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak terpisahkan dari semua anggota keluarga manusia merupakan landasan dari kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia.

  Menimbang bahwa sesuai dengan asas-

  Mukadimah yang terdiri dari lima paragraph hampir secara keseluruhan sama dengan yang termuat dalam kovenan hak sipil politik. Memuat : a. upaya umat manusia guna menikmati kebebasan dari rasa takut dan kekurangan. Penegasan yang sama tercantum dalam

  Mukadimah Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.

2.2. BATANG TUBUH

  Kewajiban umum negara-negara pihak (pasal 2, 3, 4, 5). 3)

  Kewajiban negara-negara pihak untuk mengakui dan menjamin hak-hak azasi yang dimuat dalam kovenan (pasal 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15). 4) Ketentuan yang mengatur masalah pelaporan pelaksanaan instrumen yang harus dilakukan oleh negara- negara pihak serta tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial (pasal 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22). 5) Ketentuan tentang berbagai bentuk aksi internasional bagi pencapaian hak-hak yang dimuat dalam kovenan (pasal 23). 6)

  Penegasan bahwa ketentuan- ketentuan yang termaktub dalam instrumen tersebut tidak mengurangi tanggung jawab organ-organ PBB dan badan-badan khusus mengenai masalah-masalah yang disebut dalam kovenan sebagaimana yang ditetapkan oleh Piagam PBB serta akta konstitutif badan khusus masing- masing (pasal 24). 7)

  Penegasan hak inheren semua rakyat untuk menikmati kekayaan dan sumber alamnya (pasal 25). 8)

  Ketentuan Penutup yang mengatur masalah-masalah prosedural (pasal 26, 27, 28, 29, 20, 31).

  Batang tubuh kovenan ini antara lain memuat : 1) Prinsip-prinsip umum (pasal 1). 2)

1. Prinsip-Prinsip Umum

Pasal 1 Bagian I yang terdiri hanya dari satu pasal,

  b. Hak semua rakyat untuk secara bebas menggunakan kekayaan dan sumber daya alamnya.

  c.

  Kewajiban negara-negara pihak yang bertanggung jawab atas administrasi wilayah yang belum berpemerintahan sendiri untuk memajukan realisasi hak penentuan nasib sendiri dan harus menghormati hak ini.

  Ketentuan sebagaimana tersebut di atas, termaktub pula dalam pasal 1 kovenan internasional tentang hak sipil dan politik.

  Hak semua rakyat atas penentuan nasib sendiri dan atas dasar hak ini, hak untuk memilih secara bebas status politik dan secara bebas menjalankan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya.

  menetapkan prinsip-prinsip tentang hak semua rakyat dan kewajiban negara-negara yang bertanggung jawab atas administrasi wilayah yang belum berpemerintahan sendiri.

  a.

2. Kewajiban Umum Negara Pihak

  Pasal 2-5 yang termasuk Bagian II dan yang menetapkan kewajiban negara-negara pihak dalam kovenan ini memuat pokok-pokok :

Pasal 2 : 1. Kewajiban negara pihak untuk

  mengambil langkah–langkah untuk secara bertahap merealisasikan secara penuh hak-hak yang diakui dalam kovenan dengan segala cara yang tepat, termasuk terutama melalui tindakan-tindakan legislatif.

  2. Kewajiban negara pihak untuk menjamin bahwa hak-hak sebagaimana disebut dalam kovenan akan dilaksanakan tanpa diskriminasi jenis apapun yang berkenaan dengan ras, warna kulit, kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan lainnya, kelompok kebangsaan atau kelompok sosial, hak milik, kelahiran, atau status sosial lainnya.

  3. Kelonggaran bagi negara-negara berkembang untuk menentukan sejauh mana negara-negara tersebut untuk menjamin hak-hak ekonomi yang diakui dalam kovenan ini bagi orang asing.

  Catatan : Tentang Kewajiban Negara

  Pasal 2 (1) menyangkut kewajiban Negara Peserta Kovenan mengandung kepentingan khusus untuk mencapai pemahaman seutuhnya atas Kovenan dan harus dilihat sebagai mempunyai hubungan yang dinamis dengan semua ketentuan Kovenan lainnya. Pasal ini menjelaskan sifat dari kewajiban legal umum yang ditempuh oleh Negara Peserta Kovenan. Kewajiban Negara Peserta diekspresikan melalui penggunaan istilah-istilah “berupaya mengambil langkah-langkah”, to

  the maximum available resources, achieving progressively the full realization, dan by all appropriate means including particularly adoption of legislative measures.

  Kewajiban Melakukan (Obligation of Conduct) dan Kewajiban Hasil (Obligation of Result)

  Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya telah menjelaskan bahwa kewajiban Negara Peserta meliputi baik kewajiban melakukan maupun kewajiban hasil. Komisi Hukum Internasional (International Law Commission) merumuskan kedua kategori kewajiban tersebut dan Komite menggunakannya sebagai rujukan untuk mengelaborasi kewajiban Negara Peserta Kovenan (ESCR). Kewajiban melakukan berarti bahwa Negara harus mengambil langkah spesifik (aksi atau pencegahan). Kewajiban hasil berarti kewajiban untuk mencapai hasil tertentu melalui implementasi aktif kebijakan dan program. Namun, harus diingat bahwa melakukan dan hasil tidaklah bisa dipisahkan. Konsep kewajiban melakukan dan hasil memberikan perangkat efektif bagi pemantauan implementasi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.

  Konsep ini juga menunjukkan bahwa realisasi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan suatu proses dinamis yang melibatkan baik intervensi jangka pendek maupun jangka panjang.

  Berupaya Mengambil Langkah-langkah

  Pemakaian istilah setiap negara peserta berupaya mengambil langkah-langkah, sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 (1) biasanya ditafsirkan sebagai mengandung arti implementasi kovenan secara bertahap. Meskipun realisasi sepenuhnya atas hak- hak yang relevan bisa dicapai secara bertahap, namun langkah-langkah ke arah itu harus diambil dalam waktu yang tidak lama setelah kovenan berlaku bagi negara peserta bersangkutan. Langkah-langkah tersebut haruslah dilakukan secara terencana, konkrit dan diarahkan kepada sasaran-sasaran yang dirumuskan sejelas mungkin dalam rangka memenuhi kewajiban-kewajiban kovenan.

Pasal 3 Kewajiban negara pihak untuk menjamin

  Istilah all appropriate measures berkaitan baik dengan melakukan (conduct) maupun hasil. Negara peserta tidak bisa menghindar dari kewajibannya dengan hanya mengatakan bahwa kebijakan-kebijakannya bertujuan untuk pembangunan ekonomi sehingga kemiskinan dan buta huruf akan serta merta terhapuskan. Mengenai istilah adoption of

  legislative measures, bahwa hal itu sama

  sekali tidak menyelesaikan kewajiban Negara Peserta. Keberadaan hukum semata tidaklah cukup membuktikan negara peserta telah menjalankan kewajibannya sesuai kovenan. Selain dari undang-undang, dibutuhkan sebuah penyediaan judicial

  remedies sehubungan dengan hak yang

  mungkin, sesuai dengan perundangan nasional, dianggap tidak bisa diajukan ke pengadilan.

  Dengan Segala Cara yang Tepat, Termasuk Khususnya Pengambilan Langkah-langkah Legislatif

  Kewajiban untuk mencapai secara bertahap mengharuskan negara pihak untuk bergerak secepat mungkin ke arah terwujudnya hak- hak tersebut. Dalam keadaan apapun hal ini tidak dapat ditafsirkan dengan mengandung arti bahwa negara berhak untuk mengulur usaha secara tidak terbatas dalam memastikan realisasi sepenuhnya. Interpretasi demikian memberikan perspektif konseptual yang penting guna menolak gradualisme dalam kebijakan ekonomi, yang berarti bahwa untuk menjamin kesejahteraan sosial adalah merupakan suatu proses jangka panjang yang bertahap dimana pertumbuhan ekonomi akan menetes kepada semua orang.

  persamaan laki-laki dan perempuan dalam penikmatan hak ekonomi, sosial, dan budaya sebagaimana ditetapkan dalam kovenan ini.

  Catatan : Non Diskriminatif

  Pasal 2 (2) dan Pasal 3 menyangkut aspek non-diskriminasi. Pasal 2 (2) serupa dengan instrumen-instrumen lainnya dalam mengatur agar hak-hak yang terkandung dalam Kovenan harus direalisasikan tanpa diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atas pandangan lainnya, kewarganegaraan atau asal-usul sosial, kepemilikan, status kelahiran atau status lainnya. Pasal 3, di pihak lain lebih spesifik.

  Pasal ini mengatur persamaan hak antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati hak-hak yang ditetapkan dalam Kovenan.

  Hingga Batas Maksimum dari Sumber Daya yang Ada

  Negara pihak berkewajiban, tanpa memandang tingkat pembangunan ekonominya untuk memastikan penghormatan terhadap hak-hak subsistensi minimum semua orang. Setiap negara mempunyai kewajiban minimum untuk

  Mencapai Secara Bertahap Mencapai Realisasi Sepenuhnya memenuhi tingkat pemenuhan minimum 1.

  Tidak satupun ketentuan dalam dari setiap hak yang terdapat dalam kovenan ini dapat ditafsirkan sebagai kovenan. Hal ini berkaitan dengan “sumber secara tidak langsung memberikan daya yang tersedia”, maka penggunaan kepada negara, kelompok, atau sumber-sumber daya yang tersedia, perseorangan suatu hak untuk prioritas akan diberikan bagi terwujudnya melakukan kegiatan atau tindak hak-hak yang diakui dalam kovenan apapun yang bertujuan dengan memastikan bahwa setiap orang menghancurkan hak atau kebebasan terpuaskan kebutuhan subsistensinya yang diakui dalam kovenan ini atau maupun tersedianya pelayanan-pelayanan untuk membatasi hak atau kebebasan terpenting. tersebut lebih besar daripada yang ditentukan oleh kovenan ini.

  Pasal 4 Pengakuan oleh negara pihak bahwa

  2. Pembatasan atau penyimpangan dari pembatasan terhadap hak-hak sebagaimana hak azasi manusia yang fundamental tercantum dalam kovenan ini hanya dapat manapun yang diakui atau terdapat ditentukan melalui undang-undang, dalam suatu negara berdasarkan sepanjang pembatasan itu sesuai dengan undang-undang, kovensi, peraturan, sifat-sifat hak-hak tersebut dan semata-mata atau kebiasaan, tidak diperkenankan dengan maksud untuk memajukan dengan dalih bahwa kovenan ini tidak kesejahteraan umum dalam suatu mengakui hak tersebut atau masyarakat yang demokratis. mengakuinya secara lebih sempit.

  Catatan : Ketentuan Pembatasan

  Kovenan ini tidak mengenal adanya hak tertentu yang tidak bisa ditangguhkan seperti halnya dalam ICCPR. Namun begitu,

  Pasal 4 menyatakan bahwa pembatasan yang dikenakan terhadap realisasi hak haruslah ‘diatur dengan undang-undang’ dan harus dilakukan semata-mata demi tujuan untuk mendahulukan (promoting) kesejahteraan umum dalam masyarakat yang demokratis.

  Pasal 5 Pasal ini menetapkan dua larangan pokok

  berikut : 3.

   Kewajiban Spesifik Negara Pihak

  Pasal 6 Pasal 6 – 15 yang termaktub dalam Bagian Pasal ini menetapkan kewajiban negara III merupakan pasal-pasal normatif,

  pihak untuk mengakui hak setiap orang atas merupakan inti dari kovenan ini. pekerjaan dan untuk mengambil langkah

  Muatannya adalah sebagai berikut : yang tepat guna melindungi hak ini.

  Perburuhan Internasional mengenai kebebasan berserikat dan kebebasan berorganisasi tahun 1948.

  Catatan :

  22 ICCPR dan juga dalam Konvensi ILO No. 87 dan 98. Pasal 8 kovenan ini berbeda dari berbagai instrumen tersebut karena di sini diakui hak mogok yang tidak diatur dalam berbagai instrumen lain di atas.

  Pasal 7 Pasal ini menetapkan kewajiban negara

  pihak untuk mengakui hak setiap orang untuk menikmati kondisi kerja yang adil dan baik serta menentukan secara garis besar pokok-pokok yang dapat menjamin kondisi kerja demikian.

  Pasal 8 Pasal ini, yang terdiri dari tiga ayat,

  menetapkan pokok-pokok berikut : i. Hak setiap orang untuk membentuk serikat buruh dan hak untuk bergabung dengan serikat buruh pilihannya. Pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dan yang perlu dalam suatu masyarakat yang demokratis demi kepentingan keamanan nasional atau, ii. Ketertiban umum atau bagi perlindungan hak dan kebebasan orang lain. iii.

  Hak serikat buruh untuk membentuk federasi atau konfederasi nasional dan hak federasi atau konfederasi nasional untuk membentuk atau bergabung pada organisasi serikat buruh internasional. iv. Hak serikat buruh untuk bekerja secara bebas tanpa pembatasan, selain pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dan yang perlu dalam suatu masyarakat demokratis demi kepentingan keamanan nasional atau ketertiban umum atau bagi perlindungan hak dan kebebasan orang lain. v.

  Pasal 7 menjamin hak atas upah yang layak, upah yang sama untuk pekerjaan yang sama, non-diskriminasi dalam persyaratan rekrutmen serta kondisi kerja yang aman dan sehat. Hak untuk membentuk dan bergabung dengan serikat buruh ini diakui dalam Pasal

  Hak atas pekerjaan memiliki dua ranah yang signifikan. Pertama, akses terhadap kesempatan kerja dan hak untuk tidak disingkirkan dari pekerjaan secara semena- mena. Akses ke kesempatan kerja meliputi kesamaan kesempatan termasuk non- diskriminasi, latihan dan pendidikan. Hak untuk tidak disingkirkan dari pekerjaan meliputi perlindungan dari pemecatan semena-mena. Pasal 7 merupakan suplemen dari hak bekerja yang diakui dalam Pasal 6.

Pasal 9 Pasal ini menetapkan kewajiban negara

  • Jaminan bagi orang cacat (invalidity

  Larangan pengambilan tindakan legislatif yang akan mengurangi atau menerapkan hukum sedemikian rupa yang akan mengurangi jaminan yang ditetapkan dalam konvensi organisasi

  Hak untuk melakukan pemogokan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan hukum negara yang bersangkutan. vi. Pembatasan hak-hak sebagaimana tersebut dalam ayat 1 dapat diterapkan pada anggota angkatan bersenjata, kepolisian atau pemerintahan negara. vii.

  pihak untuk mengakui hak setiap orang atas jaminan sosial termasuk asuransi sosial.

  Catatan :

  Skema yang dapat menjadi rujukan (merupakan identifikasi dari Komite Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) adalah :

  • Pelayanan kesehatan;

  benefits);

  • Jaminan hari-tua;
  • Jaminan kecelakaan kerja (employment

  injury benefits);

  • Asuransi kesehatan (cash sickness
  • Jaminan pengangguran;
  • Jaminan bagi yang selamat dari kecelakaan (survivors’ benefits);
  • Jaminan keluarga;
  • Jaminan melahirkan (maternity benefits).

  benefits);

  Pasal 10 Pasal ini yang terdiri dari tiga ayat,

  mewajibkan negara pihak untuk mengakui bahwa : i.

  Perlindungan dan bantuan seluas mungkin harus diberikan kepada keluarga; ii. Perhatian khusus harus diberikan kepada para ibu selama periode sebelum dan sesudah melahirkan; iii.

  Tindakan perlindungan dan bantuan khusus harus diambil bagi anak dan remaja tanpa diskriminasi.

  Pasal 11 Pasal ini mewajibkan negara pihak untuk

  mengakui dua hak sebagai berikut : i. Hak setiap orang atas standart kehidupan yang memadai baginya sendiri dan bagi keluarganya, termasuk pangan, sandang, dan perumahan yang memadai; ii. Hak fundamental setiap orang untuk bebas dari kelaparan.

  Catatan : Pasal 11 mencakup hak yang sangat luas.

  Pasal ini memberikan hak atas standar kehidupan yang layak, hak atas peningkatan kondisi hidup yang berkesinambungan, serta hak atas pangan, sandang dan papan yang memadai.

  Hak atas pangan

  Cakupannya hingga sejauh mana hak untuk memperoleh cukup pangan telah terpenuhi serta sumber-sumber informasi yang ada mengenai hal ini. Informasi tersebut berkenaan dengan :

  (a) Informasi rinci (termasuk data statistik yang dijabarkan menurut area geografis yang berbeda-beda) mengenai cakupan hingga sejauh mana kelaparan dan/atau kurang gizi terjadi. Terutama yang menyangkut secara khusus kelompok-kelompok yang rentan atau kurang diuntungkan seperti buruh tani, petani kecil, pengangguran desa, pengangguran kota, kaum miskin perkotaan, buruh migran, masyarakat terasing (indigenous peoples), anak-anak, kalangan lanjut usia, serta kelompok- kelompok rawan lainnya. Juga setiap perbedaan yang signifikan diantara situasi kaum lelaki dan perempuan dalam setiap kelompok;

  (b) Informasi mengenai perubahan- perubahan, jika memang terjadi selama periode pelaporan menyangkut kebijakan nasional, perundang-undangan serta praktek yang berpengaruh negatif pada akses terhadap kecukupan pangan oleh kelompok-kelompok ini maupun sektor-sektor lainnya.

  (c) Informasi mengenai langkah-langkah reforma agraria yang ditempuh guna menjamin agar sistem agraria dimanfaatkan secara efisien dalam rangka untuk meningkatkan keterjaminan pangan (food security) di tingkat rumah tangga tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap martabat kemanusiaan baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan.

  Hak atas pemukiman yang layak

  Cakupan hak atas pemukiman tidak boleh Catatan : ditafsirkan secara sempit, apa ia harus dilihat sebagai suatu hak untuk tinggal di Cakupan hak atas kesehatan adalah berkenaan dengan kesehatan jasmani dan suatu tempat dengan rasa aman, damai dan bermartabat. Hal ini sesuai dengan mental penduduk. Menyangkut seberapa besar akses kepada perawatan kesehatan setidaknya dua alasan. Pertama, hak atas pemukiman secara integral terkait dengan tersedia bagi penduduk, serta kelompok hak asasi manusia lainnya serta dengan mana yang kesehatannya lebih buruk dibanding mayoritas penduduk sehingga prinsip-prinsip dasar dimana Kovenan ini dilandaskan. Maka dari itu, “martabat yang memberikan konsekuensi perlindungan yang lain dalam segi-segi aksional melekat pada diri manusia” dimana hak- hak dalam Kovenan ini konon berasal implementasi hak atas kesehatan. Hak atas kesehatan meliputi hak atas lingkungan mensyaratkan agar istilah “pemukiman” ditafsirkan dengan cara yang yang aman dan sehat. memperhitungkan berbagai pertimbangan

  lainnya, diantaranya yang paling penting ialah bahwa hak atas pemukiman harus Pasal ini menyangkut hak atas pendidikan , dijamin bagi semua orang tanpa merupakan pasal terpanjang dari pasal- memandang pendapatan atau aksesnya pasal normatif kovenan ini. Pasal ini terhadap sumber daya ekonomi. Kedua, menetapkan pokok-pokok berikut dalam rujukan dalam pasal 11 (1) harus dipahami sebagai merujuk tidak hanya kepada bidang pendidikan : pemukiman namun kepada pemukiman yang layak. Pemukiman yang layak i. Negara wajib mengakui hak setiap orang atas pendidikan. menyangkut aspek aspek aspek legal atas

  Pendidikan harus diarahkan penguasaan, ketersediaan pelayanan (bahan pada perkembangan kepribadian fasilitas dan infrastruktur), keterjangkauan, manusia seutuhnya dan aksesibilitas, kelayakan huni, aksesibilitas, lokasi, kelayakan budaya, sembari kesadaran akan harga dirinya, dan memperkuat penghormatan mengakui bahwa faktor-faktor sosial, atas hak-hak asasi dan ekonomi, budaya, iklim, ekologi serta kebebasan manusia yang faktor-faktor lain turut berperan dalam mendasar. Pendidikan harus menentukan apa yang disebut sebagai memungkinkan semua orang layak. untuk berpartisipasi secara

  efektif dalan suatu masyarakat yang bebas, meningkatkan rasa pengertian, toleransi serta

  Pasal ini mewajibkan negara untuk : persahabatan antar semua bangsa dan semua kelompok, i. Mengakui hak setiap orang untuk menikmati standart kehidupan ras, etnis atau agama, dan lebih memajukan kegiatan-kegiatan tertinggi yang mungkin dicapai dalam kesehatan fisik dan mentalnya; Perserikatan Bangsa-Bangsa ii. untuk memelihara perdamaian. Akan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. ii.

  Negara wajib mengakui dan mengupayakan hak tersebut secara penuh, melalui :

  a. Pendidikan dasar harus diwajibkan dan tersedia secara cuma-cuma bagi semua orang; b.

  Pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya, termasuk pendidikan teknik dan kejuruan tingkat lanjutan pada umumnya, harus tersedia dan terbuka bagi semua orang dengan segala cara yang layak, dan khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma- cuma secara bertahap; c. Pendidikan tinggi juga harus tersedia bagi semua orang secara merata atas dasar kemampuan, dengan segala cara yang layak, khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap; d.

  Pendidikan mendasar harus sedapat mungkin didorong atau ditingkatkan bagi orang-orang yang belum mendapatkan atau menyelesaikan pendidikan dasar mereka; e. Pengembangan suatu sistem sekolah pada semua tingkatan harus secara aktif diupayakan, suatu sistem beasiswa yang memadai harus dibentuk dan kondisi- kondisi materiil staf pengajar harus terus menerus diperbaiki. iii. Negara pihak diharuskan untuk menghormati kebebasan orangtua dan wali yang sah untuk memilih sekolah bagi anak-anak mereka dan memastikan bahwa pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka. iv. Tidak satupun ketentuan dalam

  pasal ini yang dapat ditafsirkan sebagai pembenaran untuk mencampuri kebebasan individu dan badan-badan untuk mendirikan dan mengurus lembaga-lembaga pendidikan sepanjang prinsip-prinsip yang dikemukakan ayat 1 Pasal ini selalu diindahkan.

  Pasal 14 Pasal ini memberikan kelonggaran kepada

  negara pihak yang pada waktu menjadi pihak dalam kovenan ini belum mampu menerapkan pendidikan dasar wajib dan cuma-cuma untuk, dalam waktu dua tahun, menyusun dan menerima rencana aksi yang terperinci bagi pelaksanaan bertahap prinsip wajib belajar cuma-cuma bagi semua orang.

  Pasal 15 Pasal ini berkenaan dengan hak-hak di

  bidang budaya dan ilmu pengetahuan : i.

  Negara wajib mengakui hak setiap orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya. Untuk menikmati manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapannya; untuk memperoleh manfaat dari perlindungan atas kepentingan moral dan material yang timbul dari karya ilmiah, sastra atau seni yang telah diciptakannya. ii.

  Langkah-langkah yang harus diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini untuk mencapai perwujudan sepenuhnya dari hak ini, harus meliputi pula langkah-langkah yang diperlukan guna melestarikan, ekonomi disamping ketentuan lain yang mengembangkan dan berkaitan dengan kewajiban dasar manusia, menyebarkan ilmu pengetahuan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, dan kebudayaan. pembatasan dan pelarangan, Komisi iii. Negara wajib menghormati kebebasan Nasional HAM, pengadilan HAM. yang mutlak diperlukan untuk penelitian ilmiah dan kegiatan yang Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya kreatif. yang terdapat dalam undang-undang ini iv. negara untuk meliputi :

  Mengharuskan mengakui manfaat yang akan diperoleh dari pemajuan dan a.

  Hak atas pekerjaan (pasal 6); pengembangan hubungan dan b. Hak untuk mendirikan serikat pekerja kerjasama internasional di bidang (pasal 38); ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

  c. Hak atas jaminan sosial (pasal 41 ayat 1);

  Catatan : d.

  Hak atas tempat tinggal dan kehidupan yang layak (pasal40);

  Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya dalam e.

  Hak atas pendidikan (pasal 12);

  Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

  f. Hak atas pengembangan dan perolehan manfaat dari ilmu Undang-undang Nomor Tahun 1999 pengetahuan dan teknologi, seni, dan tentang HAM yang diundangkan pada 23 budaya (pasal 13). September 1999 dibuat untuk mentransformasikan pokok-pokok yang

  Hak-hak yang tercantum dalam undang- tercantum dalam ketetapan MPR Nomor undang ini adalah bersifat pokok, detail dan

  XVII/ MPR/ 1998 tentang HAM, undang- rinciannya harus dicari pada peraturan undang ini mencakup hak-hak sipil dan perundang-undangan yang relevan. politik dan hak ekonomi, sosial, dan 4.

   Pelaporan

  i. Pasal-pasal yang menetapkan

  Bagian IV dalam kovenan ini mengatur tanggung jawab dan kewenangan mengenai segi-segi pelaporan, yang terbagi negara pihak (pasal 16, 17, dan 20). dalam dua hal : ii. yang menetapkan

  Pasal-pasal tanggung jawab dan wewenang ECOSOC (pasal 18, 19, 21, dan 22).

5. Tanggung Jawab dan Kewenangan Negara Pihak

  a. laporan harus Semua disampaikan pada Sekretaris

  Mewajibkan negara pihak, sesuai Jenderal Perserikatan Bangsa- dengan bagian dari Kovenan ini, Bangsa yang akan untuk menyampaikan laporan menyampaikan salinan kepada mengenai langkah-langkah yang telah Dewan Ekonomi dan Sosial, diambil, dan kemajuan yang telah untuk dipertimbangkan sesuai dicapai dalam pematuhan hak-hak ketentuan Kovenan ini; yang diakui dalam Kovenan ini. b.

  Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa juga harus menyampaikan salinan laporan atau bagian laporan yang relevan dari negara-negara Pihak kovenan ini yang juga adalah anggota dari badan khusus, kepada Badan-Badan Khusus tersebut sepanjang laporan-laporan tersebut atau bagian darinya berhubungan dengan masalah-masalah yang menjadi kewenangan dari Badan Khusus tersebut sesuai dengan instrumen konstitusinya.

  Pasal 17 1. Laporan

  negara pihak disampaikan secara bertahap, sesuai dengan program yang ditetapkan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial dalam jangka waktu satu tahun sejak Kovenan ini mulai berlaku, setelah berkonsultasi dengan Negara Pihak dan Badan Khusus yang bersangkutan.

  2. Laporan tersebut menunjukkan faktor-faktor dan kesulitan- kesulitan yang mempengaruhi tingkat pemenuhan kewajiban- kewajiban dalam kovenan ini.

  3. Apabila sebelumnya telah diberikan informasi yang relevan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa atau pada suatu Badan Khusus oleh Negara Pihak pada Kovenan ini, maka informasi tersebut tidak lagi perlu diberikan, tetapi cukup dengan merujuk secara jelas pada informasi yang pernah diberikannya tersebut.

  Pasal 20 Negara Pihak pada Kovenan ini dan Badan-

  badan Khusus yang terkait, dapat menyampaikan tanggapan-tanggapan kepada Dewan Ekonomi dan Sosial tentang rekomendasi sesuai dengan pasal 19, atau mengenai rujukan terhadap rekomendasi umum tersebut, dalam setiap laporan Komisi Hak Asasi Manusia atau dokumen yang dirujuk di dalamnya.

6. Tanggung Jawab dan Kewenangan ECOSOC

Pasal 18 Sesuai dengan tanggung jawabnya

  menurut Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa di bidang hak-hak asasi dan kebebasan manusia yang mendasar, Dewan Ekonomi dan Sosial bersama- sama dengan Badan-badan Khusus dapat menyusun laporan tentang kemajuan yang dicapai dalam mematuhi ketentuan-ketentuan dalam Kovenan ini dalam hal-hal yang termasuk dalam ruang lingkup kegiatan mereka. Laporan-laporan ini dapat mencakup hal-hal khusus dari keputusan dan rekomendasi terhadap penerapan tersebut yang telah disetujui oleh organ-organ yang berwenang.

Pasal 19 Dewan Ekonomi dan Sosial dapat

  menyampaikan pada Komisi Hak Asasi Manusia, laporan-laporan mengenai hak asasi manusia yang disampaikan oleh Negara-negara Pihak sesuai dengan pasal 16 dan 17, dan laporan-laporan mengenai hak asasi manusia yang disampaikan oleh Badan-badan Khusus sesuai dengan pasal 18, untuk dipelajari dan diberikan rekomendasi umum, atau sekedar untuk informasi belaka.

  Pasal 21 Dewan Ekonomi dan Sosial dari waktu ke

  waktu dapat menyampaikan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, dan ringkasan dari informasi yang diterima dari Negara Pihak pada Kovenan ini dan Badan- badan Khusus, tentang langkah-langkah yang telah diambil dan kemajuan yang dibuat yang telah dicapai dalam mematuhi hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini.

  Pasal 22 Dewan Ekonomi dan Sosial dapat meminta

  perhatian badan-badan Perserikatan Bangsa Bangsa lainnya, Badan Perlengkapan dan Badan-badan Khusus yang bersangkutan untuk memberikan bantuan teknis, tentang hal-hal yang timbul dari laporan-laporan yang diatur dalam bagian ini, yang dapat membantu badan-badan tersebut dalam memutuskan kelayakan langkah-langkah internasional yang dapat mendukung penerapan Kovenan ini secara bertahap dan efektif, sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

7. Aksi Internasional

Pasal 23 Negara Pihak pada Kovenan ini setuju

  bahwa tindakan internasional untuk pemenuhan hak-hak yang diakui dalam kovenan ini mencakup metode-metode seperti penandatanganan konvensi, penetapan rekomendasi, pemberian bantuan teknis serta penyelenggaraan pertemuan-pertemuan regional dan pertemuan teknis untuk keperluan konsultasi dan pengkajian, yang dilakukan bersama dengan pemerintah-pemerintah yang bersangkutan.

  Catatan :

  Berdasarkan Pasal 23, negara-negara pihak menyepakati bahwa aksi internasional bagi pencapaian hak-hak yang diakui dalam kovenan ini mencakup metode sebagai berikut : a.

  Pembuatan konvensi;

  b. Penerimaan rekomendasi; c.

  Pemberian bantuan teknis; d.

  Penyelenggaraan pertemuan regional dan pertemuan teknis dengan maksud untuk dapat mengadakan konsultasi dan studi yang diorganisasikan bersama dengan negara-negara pihak yang bersangkutan.

8. Organ-organ PBB dan Badan Khusus

Pasal 24 Tidak ada satu hal pun ketentuan dalam Kovenan ini dapat ditafsirkan sedemikian

  rupa sehingga mengurangi ketentuan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan konstitusi dari Badan-badan Khusus yang menetapkan atas tanggung jawab masing-

  masing badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Badan Khususnya, berkenaan dengan masalah-masalah yang diatur dalam Kovenan ini.

  9. Hak Inherent Rakyat atas Kekayaan dan Sumber Daya Alam

  Pasal 25 Pasal 25 menandaskan bahwa tidak ada satu

  hal pun dalam Kovenan ini yang dapat ditafsirkan sehingga mengurangi hak-hak yang melekat dari semua bangsa untuk menikmati dan memanfaatkan kekayaan dan sumber daya alam mereka secara bebas dan penuh.

  10. Ketentuan Penutup

  Ketentuan penutup mengatur masalah- masalah prosedural yang memuat hal pokok-pokok sebagai berikut :

  terbuka untuk ditandatangani oleh setiap Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa atau anggota dari Badan-badan Khususnya, oleh Negara Pihak pada Statuta Mahkamah Internasional dan oleh Negara lainnya yang telah diundang oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menjadi Pihak pada Kovenan ini. ii.

  Harus diratifikasinya Kovenan, bahwa semua instrumen ratifikasi harus diserahkan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk disimpan. iii.

  Terbukanya kovenan ini terbuka untuk diaksesi oleh Negara dengan merujuk pada ayat 1 pasal ini. iv.

  Aksesi akan berlaku dengan diserahkannya instrumen aksesi pada Sekretaris Jenderal

  Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk disimpan. v.

  Kewajiban Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memberitahukan kepada semua Negara yang telah menandatangani Kovenan ini atau yang telah melakukan aksesi, mengenai penyimpanan setiap instrumen ratifikasi atau aksesi.

Pasal 26 i. Menyatakan bahwa kovenan ini

Pasal 27 Pasal ini mengatur mulai berlakunya

  kovenan, menetapkan : i. Bahwa kovenan akan mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal diserahkannya instrumen ratifikasi atau instrumen aksesi yang ketiga puluh lima untuk disimpan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. ii. Setiap negara yang meratifikasi atau melakukan aksesi atas

  Kovenan ini setelah disimpannya instrumen ratifikasi atau aksesi yang ketiga puluh lima, Kovenan ini akan mulai berlaku tiga bulan setelah tanggal disimpannya instrumen ratifikasi atau aksesi tersebut.

  Pasal 28 Pasal ini, berlaku bagi negara-negara

  pihak yang berbentuk federal, menetapkan bahwa kovenan ini berlaku di semua bagian negara federal yang bersangkutan, tanpa pembatasan atau pengecualian apapun.

  Pasal 29 Pasal ini mengatur mengenai kemungkinan

  proses perubahan kovenan, memuat pokok- pokok hal sebagai berikut : i.

  Negara Pihak dalam kovenan ini dapat mengusulkan perubahan dan menyampaikannya pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal harus memberitahukan setiap usulan perubahan tersebut kepada semua Negara Pihak, dengan permintaan untuk memberitahukan padanya apakah mereka setuju diadakan Konferensi negara-negara Pihak untuk membahas dan melakukan pemungutan suara terhadap usulan tersebut. Dalam hal sekurang-kurangnya sepertiga dari Negara Pihak menyetujui diadakannya konferensi, Sekretaris Jenderal akan mengadakan konferensi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perubahan yang ditetapkan oleh mayoritas Negara Pihak yang hadir dan yang memberikan suara pada konferensi harus disampaikan pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendapat persetujuan. ii.

  Perubahan-perubahan mulai berlaku apabila disetujui oleh Majelis Perserikatan Bangsa- Bangsa, dan diterima oleh duapertiga mayoritas Negara- negara Pihak Kovenan ini sesuai prosedur konstitusi masing- masing. iii.

  Apabila perubahan-perubahan telah berlaku, maka perubahan- perubahan tersebut akan mengikat Negara-negara Pihak yang telah menerimanya, sedang negara Pihak lainnya masih tetap terikat pada ketentuan- ketentuan Kovenan ini dan perubahan-perubahan terdahulu yang telah mereka terima.

Pasal 30 Tanpa mengindahkan pemberitahuan

  yang dibuat menurut pasal 26 ayat 5, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus menyampaikan kepada semua Negara yang dimaksud dalam ayat 1 dari pasal tersebut hal- hal sebagai berikut : a.

  Penandatanganan, ratifikasi dan aksesi sesuai dengan pasal 26; b. Tanggal mulai berlakunya

  Kovenan ini sesuai dengan pasal 27 dan tanggal mulai berlakunya perubahan-perubahan sesuai dengan pasal 29.

  Pasal ini menetapkan tugas Sekretaris Jendral PBB untuk memberitahukan semua negara yang telah menandatangani atau mengaksesi kovenan ini, untuk menyimpan setiap piagam ratifikasi atau aksesi dan memberitahukan negara-negara yang dapat menandatangani atau menjadi pihak dalam kovenan ini.