BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Trade-Off Theory - Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

  2.1.1 Trade-Off Theory

  Berbagai faktor seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Trade-off theory dapat menyeimbangkan manfaat (perlindungan pajak) dan pengorbanan (bunga) yang timbul sebagai akibat penggunaan utang oleh perusahaan. Teori ini juga menjelaskan bahwa perusahaan meningkatkan utang dimana penghematan pajak (tax shield) lebih besar daripada pengorbananya, dan penggunaan utang tersebut akan berhenti dimana terjadi keseimbangan antara penghematan dan pengorbanan akibat penggunaan utang tersebut.

  2.1.2 Pecking Order Theory

  Menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencarian dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal

  equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai

  peluang pertumbuhan. Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terkahir adalah saham biasa. Teori pecking order yang dibangun berdasarkan beberapa asumsi menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal.

  Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi atau amortisasi.

  Utang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedang eksternal equity diperoleh karena perusahaan menerbitkan saham baru.

2.1.3 Dividen Theory

  Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.Selain itu ada teori tentang kebijakan deviden yaitu :

  1. Deviden irrelevance theory Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak merupakan pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen (dividends irrelevance theory) dalam nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan.

  2. Bird in The Hand Theory Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital

  gain

  ” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset.

  3. Tax preference theory Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap deviden dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan :

  a. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.

  b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.

  c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.

2.1.4 Signaling Theory

  Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram.

  Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

  Berdasarkan teori di atas maka penelitian ini berhubungan dengan pecking

  theory. Perputaran piutang dan perputaran persediaan sangat penting bagi sebuah

  perusahaan dalam mengukur efisiensi net profit margin dalam sebuah perusahaan tersebut. Adanya persediaan yang cukup memungkinkan suatu perusahaan dalam melakukan aktivitasnya sehingga tidak mengalami kesulitan dan hambatan yang mungkin akan timbul. Penetapan besarnya piutang dan persediaan yang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung jenis perusahaan dan seberapa besar perusahaan tersebut. Perputaran piutang yang tinggi maka kondisi modal yang ada akan semakin tinggi dan perusahaan tersebut akan menghasilkan laba bersih yang tinggi. Sedangkan apabila perputaran piutang rendah maka kondisi modal yang ada juga akan dikatakan rendah sehingga perusahaan tersebut akan menghasilkan laba bersih yang rendah. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar teliti dalam menginvestasikan dana perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keefektifan dan keefesienan perusahaan.Net profit

  margin diperoleh dari laba (rugi) bersih dibagi dengan penjualan pada setiap

  periode, sehingga net profit margin dipengaruhi oleh besarnya penjualan, beban pokok penjualan, beban usaha yang terdiri dari beban penjualan serta beban administrasi dan umum serta beban-beban lain bersih yang dikeluarkan guna menghasilkan laba bersih setiap periode. Net profit margin dapat meningkatkan penjualan sehingga menghasilkan laba bersih secara maksimal demikian juga sebaliknya.

  Tingkat perputaran piutang ini dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah dan lamanya piutang yang diberikan kepada pelanggan, semakin banyak pelanggan yang menggunakan kesempatan tersebut maka piutang juga akan semakin kecil dan semakin banyak juga potongan penjualan yang diberikan oleh perusahaan sehingga laba juga akan mengalami penurunan. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif akan menambah pengeluaran untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut, dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan piutang secara pasif, pengeluaran ini juga dapat mempengaruhi jumlah laba yang diterima perusahaan. Kecepatan perputaran piutang juga dapat ditingkatkan dengan jalan menjual piutang ataupun jaminan dalam transaksi peminjaman, namun hal ini juga dapat menimbulkan kerugian dan beban bunga pinjaman kredit sehingga dapat menurunkan laba.

  Persediaan yang berputar dengan lebih cepat, maka lebih sedikit risiko kerugian, jika persediaan itu turun nilainya atau jika terjadi perubahan dalam permintaan maupun perubahan mode. Di samping itu, biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang. Dengan menjual barang persediaan baik berupa bahan mentah, barang dalam proses maupun barang jadi maka dapat diperoleh kas yang dapat meningkatkan laba. Semakin tinggi perputaran persediaan menunjukkan bahwa semakin efektif dan efisien perusahaan dalam mengelola persediaannya, berarti laba yang didapatkan perusahaan semakin besar pula, sehingga net profit margin perusahaan semakin tinggi juga.

  Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencairan

  dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko. Teori ini menjelaskan bahwa pada saat penjualan kredit dimana banyak pelanggan yang memesan barang kepada perusahaan maka stock dalam perusahaan pun meningkat maka akan meningkatkan perputaran persediaan. Pemesanan barang yang banyak tersebut secara kredit dimana pelanggan akan menimbulkan piutang yang banyak dalam perusahaan, maka akan meningkatkan perputaran piutang juga. Dengan demikian perputaran persediaan yang meningkat akan meningkatkan perputaran piutang juga. Perputaran piutang dan perputaran persediaan yang meningkat maka akan meningkatkan net profit margin pada suatu perusahaan. Net profit margin yang meningkat tersebut akan menghasilkan laba yang tinggi. Laba yang tinggi tersebut akan menghasilkan kas yang banyak sehingga perusahaan tersebut menjadi likuid dan perusahaan tersbut akan memprioritaskan laba untuk membiayai perusahaannya. Kas tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kinerja perusahaan dan dengan demikiannilai utang dalam perusahaan pun akan menurun karena tersedianya kas yang banyak dalam perusahaan sehingga perusahaan tidak perlu meminjam uang kepada pihak lain untuk mendanai kinerja perusahaan. Oleh karena itu, pecking order theory menyatakan bahwa tingkat net

  profit margin yang tinggi akan menghasilkan laba yang tinggi juga sehingga internal equity pada perusahaan pun besar dan perusahaan akan menggunakan

  pendaanaan internal tersebut untuk mendanai proyek-proyek dan tidak terlalu perlu meminjam uang kepada kreditur (penggunaan external equity) sehingga dapat tidak menimbulkan utang yang berisiko.

2.2 Margin Laba Bersih (Net Profit Margin / NPM)

  Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

  Salah satu fungsi Net Profit Margin (NPM) adalah untukmeramalkan penghasilan jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang dan menarik investor. Sehingga perusahaan yang ingin mensejahterakan investor cenderung akan mengungkapkan informasi net profit

  margin secara luasdalam laporan keuangan. Rasio ini diinterpretasikan juga

  sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya perusahaan pada peiode tertentu. Rasio ini membandingkan antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih. Kalau rasio ini semakin tinggi berarti menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Apabila rasio ini rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.

  Prastowo (2005 : 97) rasio Net Profit Margin (NPM) merupakan “rasio yang mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan.

  Rasio ini memberi gambaran laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan ”. Alexandri (2008 : 200) Net Profit Margin (NPM) adalah “rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak

  ”. Bastian dan Suhardjono (2006 : 299)

  Net Profit Margin adalah “perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.

  Semakin besarNet Profit Margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut

  ”. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan agar lebih berhasil untuk menghasilkan margin laba tertentu, misalnya angka Net Profit

  Margin dapat dikatakan baik apabila lebih dari 5%.

  Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ( ) = %

  Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating

  expenses ). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat

  diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio

  profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expenses nya.

2.3 Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

  Ketika penjualan dilakukan secara kredit, berarti piutang dagang akan meningkat. Piutang juga merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas.

  Bagi sebagian perusahaan, piutang merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang, hal ini berarti profitabilitas perusahaanpun dapat dipertahankan. Maka, arti penting cara perusahaan mengelola piutang dagangnya tergantung pada apa yang dijual perusahaan secara kredit.

  Pada umumnya, manajemen ingin menagih piutang dengan segera, sehingga dapat mengurangi periode penagihan dan meningkatkan rasio perputaran. Mungkin saja, manajemen perusahaan sengaja memperpanjang masa pembayaran piutang tersebut dengan pertimbangan dapat dipertanggungjawabkan.

  Atau arti lain, tagihan yang lebih lambat bisa berarti bahwa manajemen tidak teliti dalam menjalankan tagihannya. Dengan kata lain, perusahaan mungkin tidak mengelola secara efektif piutang-piutangnya.

  Mulyadi (2002 : 87), piutang merupakan “klaim kepada pihak lain atasuang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”. Piutang pada umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok, piutang usaha dan piutang non usaha.Gitosudarmo dan Basri (2002 : 81) piutang merupakan

  “aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.” Pos piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin.Smith dan Skousen (2005 : 286) piutang dapat didefenisikan dalam arti luas sebag ai “hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas. Selain itu juga setiap penjualan yang terjadi secara kredit, maka secara langsung akan menyebabkan mu nculnya piutang bagi perusahaan”. Secara umum piutang dapat didefinisikan sebagai tagihan yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman kepada perusahaan lain dan menerima promes/wesel, melakukan suatu jasa atau beberapa tipe transaksi lainnya yang menciptakan hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang terhutang. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha dana diklasifikasikan ke dalam neraca sebagai aktiva lancar.

  Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa variabel penting tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

  1. Standar Kredit Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan beberapa jumlah yang dapat diberikan. Standar kredit sangat berhubungan dengan angka kredit.Sundjaja dan Barlian (2002 : 24

  9) angka kredit adalah “prosedur yang dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukur keseluruhan kemampuan sipeminjam dalam membayar kredit, yaitu dengan pembobotan rata- rata data keuangan dan karakteristik”.

  2. Persyaratan Kredit Adapun yang dimaksud dengan persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan atau disebut juga dengan syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu potongan tunai, periode potongan tunai, dan periode kredit.

  3. Kebijakan Kredit dan pengumpulan Piutang Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya. Sundjaja dan Barlian (2002 : 252) kebijakan penagihan piutang adalah “sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada saat jatuh tempo.”

  Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam Sutrisno (2008 : 55), sebagai berikut:

  a) Ketentuan tentang batas kredit (plafon kredit) Pada sistem penjualan kredit, masing-masing pelanggan akan diberikan batas maksimal kredit yang bisa diambil (plafon kredit) untuk masing-masing pelanggan harus sama, tetapi tergantung dari besarnya usaha yang dimilki oleh pelanggan dan tingkat kepercayaan perusahaan kepada pelanggan. Semakin besar plafon kredit yang diberikan untuk pelanggan semakin besar investasi untuk piutang.

  b) Kebiasaan pembayaran pelanggan Seperti disebutkan di atas bahwa dalam syarat pembayaran biasanya menawarkan diskon atau potongan bila dibayar lebih awal. Apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar memanfaatkan masa diskon (discount period), maka investasi pada piutang semakin sedikit. Tetapi nilai kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin kecil.

  Tetapi bila kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin besar.

  c) Kebijakan dalam penagihan piutang Kebijakan dalam penagihan piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara menagih secara langsung maupun memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan. Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dan tingkat perputarannya. Semakin lama syarat pembayarannya berarti semakin lama modal terikat dalam piutang yang juga berarti bahwa tingkat perputaran piutangnya semakin rendah, dan sebaliknya semakin cepat perputaran piutang padaperusahaan.

  Salah satu cara untuk menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perputaran piutang. Perputaran piutang merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir (2002 :

  75) yaitu “semakin tinggi turn

  over menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya

  kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit

  ”.

  Syamsuddin (2000 : 48), perputaran piutang merupakan “perbandingan antara jumlah penjualan kredit selama peride tertentu dengan piutang rata- rata”.

  Keown dkk (2011 : 78) rasio perputaran piutang usaha menunjukkan “seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih atau “perputaran piutang” selama tahun tersebut”.

  Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan d alam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutangnya. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan model kerja yang tertanam dalam piutang rendah.

  Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.

  Rasio perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: =

  −

2.4 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

  Perusahaan yang bergerak di bidang barang konsumsi harus menyimpan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya. Kegagalan untuk melakukan hal tersebut bisa berakibat buruk terhadap laba operasi yang diperoleh karena hilangnya penjualan atau pendapatan.

  Syamsuddin (2000 : 280) persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan industri. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan bahan mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi, sedangkan barang jadi harus selalu tersedia sebagai buffer

  stock agar memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang timbul.

  Sejumlah aspek dari persediaan memerlukan elaborasi yang lebih mendalam, misalnya tentang beberapa macam persediaan, berapa jumlah persediaan yang dianggap tepat atau baik menurut pandangan dari beberapa fungsi atau departemen yang berbeda di dalam perusahaan, hubungan antara persediaan dengan jumlah modal yang dinvestasikan serta hubungan antara persediaan dengan piutang perusahaan.

  Tujuan memegang persediaan adalah untuk memisahklan operasi-operasi perusahaan yakni membuat setiap fungsi bisnis independen dari fungsi lainnya sehingga penundaan atau penghentian pada suatu bidang tidak mempengaruhi produksi dan penjualan produk jadi.

  Keown dkk (2010 : 312) terdapat beberapa jenis-jenis persediaan yaitu:

  1. Persediaan bahan mentah Ini mencakup bahan-bahan dasar yang dibeli dari perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan yang bersangkutan.

  2. Persediaan work-in-process Ini mencakup barang setengah jadi yang membutuhkan kerja tambahan sebelum menjadi barang jadi.

  3. Persediaan barang jadi Ini mencakup barang yang telah selesai proses produksinya tetapi belum dijual. Untuk mengontrol investasi dalam persediaan, manajemen harus berusahamenyelesaikan dua masalah yaitu: a) Masalah jumlah pemesanan (order quantity), yakni penentuan ukuran order optimal bagi suatu persediaan dilihat dari segi kegunaan, biaya pemeliharaan, dan biaya pemesanan.

  b) Masalah point problem (order point), menentukan seberapa rendah persediaan dikosongkan sebelum pemesanan kembali.

  Yamit (2005 : 9), biaya-biaya yang timbul dalam persediaan sebagai berikut: 1) Biaya pembelian (purchase cost)

  Yaitu, harga per unit apabila item dibeli dari pihak lain, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. 2) Biaya pemesanan (order cost/set up cost)

  Biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. 3) Biaya simpan (carrying cost/holding cost)

  Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk penyimpanan persediaan. 4) Biaya kekurangan persediaan

  Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Jika terjadi kekurangan atas permintaan suatu item, perusahaan harus melakukan back order atau mengganti dengan item lain atau membatalkan pengiriman.

  Para pemilik dan manajer berusaha keras untuk membuat persediaan barang-barangnya terjual secepat mungkin karena barang-barang yang tidak terjual akan mengurangi laba. Makin cepat penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya, yang berarti perusahaan mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat penjualannya, maka rendah labanya. Idealnya suatu usaha dapat beroperasi tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya.

  Sundjaja dan Barlian (2002 : 136) perputaran persediaan hanya akan mempunyai arti “jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama atau perputaran persediaan perusahaan masa lalu. Perputaran persediaanmengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan”.

  Agus (2001 : 56) perputaran persediaan dihitung dengan cara “membagi harga pokok penjualan (cost of goodssold) dengan rata-rata persediaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan”.

  Keown dkk (2011 : 78) rasio perputaran persediaan menandakan “likuiditas relatif persediaan yang diukur dengan berapa kali penggantian persediaan perusahaan selama tahun tersebut.”

  Munawir (2002 : 77) perputa ran persediaan adalah “rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan

  ”. Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan dijual dan diganti dalam waktu satu mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan.

  Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan perputaran barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.

  Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus sebagai berikut: =

  − Munawir (2007 : 77), menerangkan bahwa

  “turnover persediaan adalah

  • – merupakan ratio atau jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ”.

  Dibutuhkan konsistensi dalam penggunaan harga pokok penjualan sebagai pembilang karena, seperti juga persediaan, akun ini disajikan berdasarkan biaya perolehan. Sebaliknya, penjualan, mencakup margin laba. Persediaan rata

  • –rata dihitung dengan menambah saldo awal dan saldo akhir persediaan, dan membaginya dengan dua. Perhitungan rata
  • –rata ini dapat diperhalus dengan rata– rata angka persediaan kuartalan atau bulanan.

2.5 Tinjauan Peneliti Terdahulu

  Penelitian mengenai pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas telah beberapa kali dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

  Penelitian yang dilakukan oleh Diah Gumelar Andayani (2009) yang meneliti “pengaruh perputaran modal kerja dan struktur aktiva terhadap tingkat profitabili tas perusahaan yang terdaftar di BEI”. Hasil penelitiannyaadalah perputaran kas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

  Penelitian yang dilakukan oleh Ricardo Sitorus (2010) yang meneliti “pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya adalah secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap net profit margin (NPM). Tetapi, secara parsial, perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap net profit margin, sedangkan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap net profit margin (NPM).

  Penelitian yang dilakukan oleh Jepri Supomo Purba (2011) yang meneliti “pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya adalah perputaran kas dan perputaran persediaan tidak memilki pengaruh terhadap ROI, tetapi perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap ROI.

  Penelitian yang dilakukan oleh Irfani Wulan Sari (2012) yang meneliti “pengaruh perputaran modal kerja, piutang, dan aktiva tetap terhadap profitabilitas PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) cabang Belawan International Container

  Terminal (BICT

  )”. Hasil penelitiannya adalah secara simultan perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap Return

  

on Investment . Dan secara parsial perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan

aktiva tetap tidak berpengaruh terhadap Return on Investment.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitan Hasil Penelitian

  1. Diah Pengaruh Variabel Perputaran kas dan Gumelar Perputaran Modal independen: struktur aktiva Andayani Kerja dan perputaran kas, mempunyai pengaruh (2009) Struktur Aktiva perputaran piutang, negatif yang tidak terhadap Tingkat perputaran signifikan sedangkan

  Profitabilitas persediaan, struktur perputaran piutang dan Perusahaan yang aktiva persediaan berpengaruh Terdaftar di BEI dependen: terhadap profitabilitas profitabilitas (ROA).

  2. Ricardo Pengaruh Variabel Secara parsial Sitorus Perputaran Modal independen: perputaran piutang dan (2010) Kerja terhadap perputaran piutang, perputaran persediaan

  Profitabilitas pada perputaran berpengaruh signifikan Perusahaan persediaan tetapi secara parsial, Manufaktur yang dependen:net profit perputaran piutang Terdaftar di Bursa margin berpengaruh secara Efek Indonesia signifikan sedangkan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap (NPM).

  3. Jepri Supomo Purba (2011)

  Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia

  Variabel independen: perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dependen: profitabilitas (ROI)

  Perputaran kas dan perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh tetapi perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap ROI.

  4. Irfani Wulan Sari (2012)

  Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Piutang, dan Aktiva Tetap terhadap Return

  on Investment

  (ROI) Variabel independen: perputaran modal kerja, perputaran piutang, aktiva tetap dependen: Return

  on Investment

  Secara simultan perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan aktiva tetap berpengaruh secara signifikan dan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI. Peneliti ini merupakan replikasi dari penelitian Ricardo Sitorus (2010) dengan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi, periode penelitian selama tiga tahundari tahun 2010 sampai tahun 2012, serta menggunakan metode penelitian yang berbeda.

2.6 Kerangka Konseptual

  Erlina (2011 : 28) kerangka konseptual adalah “suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penulisan, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Begitu juga jika ada variabel lain yang menyertainya, maka peran variabel tersebut harus dijelaskan.

  Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penulisan, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: H

1 Perputaran Piutang

  (X

  1 ) Net Profit Margin

  H

  3

  (Y) H

2 Perputaran Persediaan

  (X

  2 )

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual dan Variabel Penelitian Semakin tinggi account receivableturnover suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya. Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijaksanaan seperti ini cukup sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijaksanaan penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.

  Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang, hal ini berarti profitabilitas perusahaanpun dapat dipertahankan.

  Semakin tinggi inventory turnover yang diperoleh, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Tetapi di luar itu, tingginya

  inventory turnover mungkin saja menimbulkan suatu masalah. Misalnya inventory

turnover dapat ditingkatkan dengan menahan persediaan sekecil mungkin.keadaan

  ini tentu saja mengandung risiko yang tidak kecil, karena adanya stock

  out /kekurangan persediaan sehingga permintaan-permintaan terhadap produk

  perusahaan tidak dapat dipenuhi. Lebih jauh lagi hal ini akan menyebabkan hilangnya kepercayaan dari para langganan perusahaan sehingga akan mengganggu volume penjualan di masa-masa yang akan datang.Semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin besar pula keuntungan (profitabilitas) yang diperoleh.

2.7 Hipotesis

  Erlina (2011 : 41) hipotesis merupakan “penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi”.

  Hipotesis dari penulisan ini adalah: H : Perputaran piutang berpengaruh terhadap net profit margin.

1 H 2 : Perputaran persediaan berpengaruh terhadap net profit margin.

  H

  3 : Perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh terhadapnet profit margin .

Dokumen yang terkait

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis - Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal - Pemanfaatan Lignin Isolat Lindi Hitam Dari Toba Pulp Lestari

0 0 31

I. IDENTITAS RESPONDEN No. Identitas Keterangan - Pengaruh Penilaian Kinerja, Kompensasi Dan Jenjang Karir Terhadap Tingkat Intention to Leave Karyawan Pada PT. Bank CIMB Niaga Cabang Pematang Siantar

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penilaian Kinerja, Kompensasi Dan Jenjang Karir Terhadap Tingkat Intention to Leave Karyawan Pada PT. Bank CIMB Niaga Cabang Pematang Siantar

0 0 9

Pengaruh Penilaian Kinerja, Kompensasi Dan Jenjang Karir Terhadap Tingkat Intention to Leave Karyawan Pada PT. Bank CIMB Niaga Cabang Pematang Siantar

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Nyamuk - Efektifitas Fermentasi Gula Sebagai Atraktan Nyamuk

0 0 23

Uji Sifat Kimia Tanah Ultisol dan Produksi Tanaman Sawi Akibat Perlakuan Bahan Organik dan Bahan Mineral

0 1 12

Uji Sifat Kimia Tanah Ultisol dan Produksi Tanaman Sawi Akibat Perlakuan Bahan Organik dan Bahan Mineral

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16