BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Nyamuk - Efektifitas Fermentasi Gula Sebagai Atraktan Nyamuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Tinjauan Umum Mengenai Nyamuk

  Nyamuk adalah salah satu komponen lingkungan manusia. Di lingkungan permukiman merupakan tempat perindukan nyamuk. Banyak penyakit khususnya penyakit menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, malaria, filariasis ditularkan melalui perantara nyamuk (Achmadi. 2013).

  Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia mulai dari daerah kutub sampai ke daerah tropika, dapat dijumpai 5.000 meter diatas permukaan laut sampai kedalaman 1.500 meter di bawah permukaan tanah didaerah pertambangan (WHO, 1999).

  2.2 Jenis Jenis Nyamuk

2.2.1 Nyamuk Aedes Aegypti

  Nyamuk spp. merupakan vector utama dari demam berdarah dengue (DBD) yang terdiri dari Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir semua di pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak (Siregar. 2004).

  Nyamuk Ae. Aegypti di sebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar hitam. Di Indonesia sering disebut sebagai salah satu dari nyamuk-nyamuk rumah (soegijanto, 2004).

  2.2.2 Nyamuk Culex

  Nyamuk memiliki tubuh bewarna kecoklatan, promboscis bewarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik bewarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum bewarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan disekitr sisiknya. Sayap bewarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang bewarna lebih puct, seluruh kaki bewarna gelap, kecuali pada bagia persendian. Nyamuk ini aktif pada malam hari, dan lebih menyukai menggigit manusia setelah matahari terbenam (Lestari, 2009).

  2.2.3 Nyamuk Anopheles

  Nyamuk Anopheles sering juga dikenal dengan salah satu nyamuk yang menularkan penyakit malaria. Cirri nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Warnanya bermacam – macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya bercak – bercak putih. Nyamuk Anopheles biasanya menggigit pada malam hari (Gandahusada, 1998).

  2.2.4 Nyamuk Mansonia

  Nyamuk Mansonia sering ditemui di rawa – rawa, sungai besar di tepi hutan atau dalam hutan. Larva dan pupa melekat dengan sifonnya pada akar – akar atau ranting tanaman air, seperti eceng gondok, teeratai, kangkung, dan lain sebagainya. Nyamuk Mansonia memiliki bentuk tubuh besar dan panjang, bentuk sayap asimetris dan memiliki warna tubuh kecoklatan. Nyamuk Mansonia bersifat zoofilik / antropofilik, eksofagik, eksofilik, dan aktif pada malam hari (Pasiga, 2013).

2.3 Klasifikasi Nyamuk

  2.3.1 Klasifikasi Nyamuk Ae. Aegypti

  Menurut Soegijianto (2004) kedudukan nyamuk Ae. Aegypti dalam klasifikasi hewan, yaitu: Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Family : Culicidae Genus : Aedes

  2.3.2 Klasifikasi Nyamuk Culex

  Menurut Dharmawan (1993) kedudukan nyamuk Culex dalam klasifikasi hewan, yaitu: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Family : Culcidae Genus : Culex Spesies : Culex quinquenfasciatus Say.

  2.3.3 Klasifikasi Nyamuk Anopheles

  Menurut Borror (1992) kedudukan nyamuk Anopheles sp. dalam klasifikasi hewan, yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culcidae Genus : Anopheles Spesies : Anopheles sp.

2.3.4 Klasifikasi Nyamuk Mansonia

  Kedudukan nyamuk Mansonia dalam klasifikasi hewan yaitu: Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Genus : Mansonia

2.4 Siklus Hidup Nyamuk

  Pada dasarnya, siklus hidup nyamuk berawal dengan peletakan telur oleh nyamuk betina. Dari telur muncul fase kehidupan air yang masih belum matang disebut larva (jamak = larvae), yang berkembang melalui empat tahap, kemudian bertambah ukuran hingga mencapai tahap akhir yang tidak membutuhkan asupan makanan yaitu pupa (jamak = pupae). Didalam kulit pupa nyamuk dewasa membentuk diri sebagai betina atau jantan, dan tahap nyamuk dewasa muncul dari pecahan di bagian belakang kulit pupa. Nyamuk dewasa makan, kawin, dan nyamuk betina memproduksi telur untuk melengkapi siklus dan memulai generasi baru (Achmadi, 2013).

2.4.1 Siklus Hidup Nyamuk Ae. aegypti

  a. Telur Telur nyamuk Ae. Aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5 – 0,8 mm. Permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu persatu pada benda – benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85% melekat didinding TPA, sedangkan 15% lainnya jatuh ke permukaan air (Soegijanto. 2004).

  Telur Aedes spp. Dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu dan insensitas yang bervariasi hingga beberapa bulan, tetapi hidup. Jika tergenang air, beberapa telur mungkin menetas dalam beberapa menit, sedangkan yang lain membutuhkan waktu lama terbenam dalam air, kemudian penetasan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu. Bila kondisi lingkungan tidak menguntugkan, telur-telur mungkin berada dalam status diapauses dan tidak akan menetas hingga waktu istirahat berakhir. Telur-telur Aedes spp. dapat berkembang pada habitat container kecil (lubang pohon, ketiak daun, dan sebagainya) yang rentan terhadap kekeringan (Sayono, 2008).

  b. Larva Telur menetas menjadi larva yang sering juga disebut jentik. Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dan kebanyakan nyamuk menggantungkan diri pada permukaan air. Jentik-jentik nyamuk biasanya menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus pada permukaan air, guna untuk mendapatkan oksigen di udara (Sembel, 2009).

  Larva nyamuk Ae. Aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu – bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis), dan larva yang terbentuk berturut – turut disebut larva instar I, II, III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri – duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan sudah (siphon) belum menghitam. Larva instar II ertambah besar, ukuran 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah bewarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat di bagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen) (Soegijanto. 2004).

  c. Pupa Stadium pupa ini merupakan tahapan akhir dari siklus hidup nyamuk dalam air. Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada didekat permukaan air. Umumnya nyamuk jantan yang terlebih dahulu keluar sedangkan nyamuk betina muncul belakangan (Supartha, 2008).

  d. Nyamuk Dewasa Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan famili Culicidae. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk jantan lebih kecil dari pada nyamuk betina (Lestari, 2010).

  Nyamuk Ae. Aegypti memiliki ciri khas yaitu mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagiannya badannya terutama pada akinya. Morfologi yang khas adalah gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya (Gandahusada, 2000). Nyamuk ini hidup didalam dan disekitar rumah. Boleh dikatakan bahwa nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (antrothpillic) dari pada darah binatang. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (Soegijanto, 2004). Nyamuk Ae. Albopictus secara morfologis sangat mirip dengan nyamuk Ae. Aegypti yang membedakan hanyalah pada strip putih yang terdapat pada skutumnya. Pada Ae. Albopictus strukturnya juga bewarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal dibagian dorsalnya (Supartha, 2008).

2.4.2 Siklus Hidup Nyamuk Culex

  a. Telur Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air yang dapat mengapung karena di letakkan secara bergerombolan dan bersatu membentuk rakit. Seekor nyamuk mampu meletakkan 100-400 butir telur.

  b. larva Larva nyamuk culex memiliki siphon dengan beberapa kumpulan rambut yang membentuk sudut pada permukaan air. Larva culex memiliki 4 tingkatan, yaitu:

  1. Larva Instar I, berukuran paling kecil 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-duri pada dada betina belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas

  2. Larva Instar II, berukursn 2,5 – 3,4 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas. Duri – duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.

  3. Larva Instar III, berukuran 4 -5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur menetas.

  Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan bewarna coklat kehitaman.

  4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur menetas (Kardinan, 2003) c. Pupa Merupakan stadium akhir nyamuk di dalam air. Pada stadium ini pupa tidak membutuhkan makan. Pupa membuuhkan 2 – 5 hari. Sebagian kecil pupa kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet, panjang dan ramping, setelah 1 - 2 hari akan menjadi nyamuk culex (Kardinan, 2003).

  d. Nyamuk Dewasa Ciri – ciri nyamuk culex dewasa adalah bewarna hitam belang- belang putih, kepala bewarna hitam dan bewarna putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva (Kardinan, 2003).

2.4.3 Siklus Hidup Anopheles

  a. Telur Telur Anopheles berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan di air langsung yang diletakkan secara terpisah yaitu satu persatu. Nyamuk dewasa mampu menghasilkan telur 50 – 200 butir telur. Telur menetas dalam waktu 2 – 3 hari (Safar, 2010)

  .

  b. larva Larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air, karena mereka tidak mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih hari, dan hidup dengan memkan algae, bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dipermukaan (Safar, 2010).

  c. pupa Pada stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut respiratoru trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O

  2

  dari udara. Bentuk fase pupa seperti kma, dan setelah beberapa hari pada bagian terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa (Safar, 2010).

  d. Nyamuk dewasa Nyamuk Anopheles jantan dapat hidup sampai satu minggu, sedangkan nyamuk betina mampu bertahan hidup selama 1 bulan. Nyamuk dewasa mempunyai prombocis yang berfungsi sebgai menghisap darah atau makanan lainnya (missal: nectar atau cairan lainnya sebagai sumber gula). Perkawinan terjadi setelah beberapa hari menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi sekitar rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari nyamuk Anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.

2.4.4 Siklus Hidup Nyamuk Mansonia

  a. Telur Telur Mansonia terdapat pada permukaan bawah daun tumbuhan inang diletakkan saling berdekatan membentuk rakit, bentuk kelompok yang terdiri dari

  • 6 butir. Telurnya berbentuk lonjong dengan salah satu ujungnya meruncing.

  b. Larva Larva mansonia mempunyai siphon berujung lancip, bergigi dan berpigmen gelap. Ujung siphon ditusukkan ke akar tumbuhan air.

  c. Pupa Stadium pupa, Mansonia memiliki cororng pernafasan seperti diri dan bentuk segmen 10 juga seperti duri. Untuk menjadi nyamuk dewasa pupa membutuhkan waktu 1 – 3 hari (Gandahusada, Illahude, Wira Pribadi, 1998).

  e. Nyamuk Dewasa Nyamuk dewasa mansonia betina memiliki palpi lebih pendek dari promboscis dan pada jantan palpi lebih panjang dari promboscsi. Sisik dayap lebar asimetris, berselang – selang terang dan gelap.

2.5 Perilaku Nyamuk Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan selalu ada variasi.

  Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik di daerah yang sama maupun yang berbeda. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dikenal sebagai ransangan dari luar. Ransangan dari luar ini misalnya, perubahan cuaca/iklim/musim atau perubahan lingkungan baik alamiah maupun karena hasil samping kegiatan manusia. Ada 3 (tiga) macam tempat yang diperlukan untuk siklus kelangsungan hidup nyamuk. Hubungan antara ketiga tersebut dapat dilukiskan dengan bagan sebagai berikut (Sumantri, 2010).

  Perilaku Berkembang Biak

  LINGKUNGAN

  Perilaku Beristirahat Perilaku Mencari Makan

2.5.1 Perilaku Nyamuk Ae. Aegypti

  1. Perilaku Makan

  Ae. aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari

  hewan berdarah panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menggigit, pertama di pagi hari selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selam beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. Jika masa makannya terganggu

  Ae. aegypti dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini semakin

  memperbesar efesiensi penyebaran epidemic. Dengan demikian, bukan hal yang luar biasa jika beberapa anggota keluarga yang sama mengalami awitan penyakit yang terjadi dalam 24 jam, memperlihatkan bahwa mereka terinfeksi nyamuk infektif yang sama. Ae. aegypti biasanya tidak menggigit di malam hari, tetapi akan menggigit saat malam dikamar yang terang (WHO, 2004).

  2. Perilaku Istirahat

  Ae. aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, dan

  tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk dikamar tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupun didapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di tumbuhan, atau ditempat terlindung lainnya. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka suka adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju dan gorden, serta dinding (WHO. 2004).

  3. Perilaku Berkembang Biak Nyamuk betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya. Ada spesies yang senang dengan tempat – tempat yang kena sinar matahri langsung, tetapi ada pula yang senang dengan tempat – tempat teduh. Spesies yang satu memilih tempat perindukan cukup baik dari air payau (campuran air tawar dengan air laut), spesies lainnya hanya mau berkembang biak di air tawar. Ae. aegypti senang meletakkan telur di air tawar yang bersih dan tidak langsung menyentuh tanah (Sumantri.

  2010).

2.5.2 Perilaku Nyamuk Culex

  1. Perilaku Makan Nyamuk Culex mempunyai kebiasaan menghisap darah pada malam hari. Jarak terbang nyamuk culex rata – rata hanya 7 meter.

  Nyamuk Culex sp. menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00 – 02.00 (Tanaya, 2013).

  2. Perilaku Istirahat Nyamuk Culex sp. setelah menggigit manusia dan hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 – 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang berbeda – beda. Nyamuk Culex sp. suka beristirahat didalam rumah, sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang bewarna gelap dan lain – lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat. (Tanaya, 2013)

  3. Perilaku Berkembang Biak Nyamuk Culex sp. suka berkembang biak disemarang tempat misalnya di air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka, dan saluran pipa (Tanaya. 2013).

2.5.3 Perilaku Nyamuk Anopheles

  1. Perilaku Makan Nyamuk Anopheles kebiasaan menghisap darah di dalam rumah, terjadi pada pukul 23.00 kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul

  02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit diluar rumah terjadi peningktan pada puku 2400 dan kemudian meningkat lagi pada pukul 05.00 (Rosa, 2009).

  2. Perilaku Beristirahat Nyamuk Anopheles memiliki dua cara beristirahat yaitu istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu prosesperkembangan telur dan istirahat sementara pada sebelum dan sesudah mencari darah. Nyamuk memiliki perilaku istirahat yang berbeda-beda, An. Sundaicus beristirahat ditempat-tempat yang tinggi sedangkan An. Aconitus banyak beristirahat ditempat dekat tanah (Depkes. 1999).

  3. Perilaku Berkembang Biak Perilaku berkembang biak Nyamuk Anopheles bermacam – macam sesuai dengan jenis anophelesnya. Anopheles Sundaicus, Anopheles

  subpictus dan Anopheles vagus senang berkembang bikan di air payau.

  Nyamuk Anopheles sundaicus, anopheles mucaltus menyukai tempat yang langsung mendapatkan sinar mathari. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles vagus, indefinites, leucosphirus untuk berkembang biak. Sedangkan air yang tenang atau sedikit mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles acunitus, vagus, barbirotus, anullaris untuk berkembang biak (Nurmaini, 2003).

2.5.4 Perilaku Nyamuk Mansonia

  Nyamuk Mansonia sp berkembang biak dalam kolam – kolam air tawar seperti kolam ikan. Larva – larva nyamuk ini bernapas dengan penetrasi akar tanaman air (Sembel. 2009). Nyamuk Mansonia menggigit diluar rumah dan pada malam hari (Santoso.2014).

2.6 Suhu

  Menurut Yotopranoto dalam Yudhastuti (2005) dijelaskan bahwa rata-rata

  o

  suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk 25-27 C dan pertumbuhan nyamuk

  o o

  akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10 C atau lebih dari 40 C.

  Menurut Sumantri (2010) suhu akan mempengaruhi:

  o

  1) Untuk proses metabolisme, temperature berkisar antara 32-35

  C, apabila lebih tinggi, maka fisiologis menjadi lambat.

  o

  2) Proses perkembangan, akan optimum pada suhu 25-27 C. 3) Gonotropic cycle.

  o

  4) Lama hidup nyamuk, bila suhu selalu lebih dari 27-30

  C, umur nyamuk akan menjadi lebih pendek.

  2.7 Kelembaban

  Lembab mempengaruhi distribusi dan lama hidup nyamuk. Hutan lebih peka perubahan kelembaban daripada ditempat daerah kering (Sumantri, 2010).

  Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Menurut Mardhihusodo dalam Yudhastuti (2005) kelembaban yang optimum untuk pertumbuhan embroisasi dan ketahanan hidup embrio nyamuk embrio nyamuk adalah berkisar 81,5% - 89,5%.

  2.8 Peran Nyamuk Sebagai Vektor

  Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthropoda. Beda vektor dari vehicle adalah bahwa vehicle bahwa vehicle suatu penyebar penyakit yang tidak hidup seperti air, udara, makanan, dll. Sedangkan vektor adalah benda hidup yakni serangga (Slamet. 2005)

  Saat nyamuk betina mencari mangsa untuk menghisap darah, maka nyamuk tersebut dapat membawa dan mentransmisikan (atau menularkan) mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Spesies nyamuk yang menghisap darah secara berkala atau secara oportunistis pada manusia akan lebih besar kemungkinannya menjadi vector penular penyakit. Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Insekta tersebut harus dapat terinfeksi terlebih dahulu oleh mikroorganisme pathogen dan kemudian hidup dalam waktu yang cukup lama untuk dapat menularkannya. Nyamuk menyebarkan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme melalui dua cara mekanis dan biologis.

  Penyebaran secara mekanis terjadi saat mikroorganisme pathogen pada bagian mulut nyamuk yang menghisap darah dari host yang terinfeksi dan dipindahkan ke host kedua pada saat pencarian darah selanjutnya. Satu-satunya penyakit berbasis nyamuk yang tercatat disebarkan oleh virus pada kelinci, yaitu

  myxomatosis . Virus-virus lainnya bisa disebarkan melalui penyebaran secara

  mekanis adalah hanya di laboratorium dengan mengganggu nyamuk-nyamuk yang makan darah dan memaksa mereka untuk makan pada host lainnya.

  Penyebaran secara mekanis tidak dianggap metode yang berarti dalam penyebaran pathogen oleh nyamuk dari manusia atau binatang ke manusia.

  Penyebaran secara biologis terjadi pada saat mikroorganisme pathogen mengalami perubahan yang penting pada struktur dan atau berlipat ganda di dalam nyamuk sebelum berpindah ke host yang baru (Achmadi, 2013).

2.9 Peranan Nyamuk Terhadap Kesehatan Manusia

  Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Diantara penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk, yaitu:

  1. DBD (Demam Berdarah Dengue) Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak usia dibawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan renjetan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita (Sudarto, 1996).

  Demam berdarah dengue disebabkan oleh salah satu dari empat antigen yang berbeda, tetapi sangat dekat satu dengan yang lain, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dari genus Flavivirus. Demam berdarah dengue adalah bentuk dengue yang parah, berpotensi menyebabkan kematian (Sembel, 2009).

  Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu peridode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-4 hari, rata-rata 4-7 hari. Penyakit DBD tidak ditularkan langsug dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berkhir, biasanya belangsung selama 3-4 hari (Ginanjar, 2008).

  Demam dengue di Inonesia endemis baik di daerah pekotaan maupun di daerah pedesaan. Di daerh perkotaan vektor penularnya adalah nyamuk

  

Ae.aegypti sedangkan di daerah pedesaan Ae. albopiqtus. Namun sering terjadi

  bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersama-sama pada satu daerah, misalnya didaerah yang bersifat semi – urban. Hewan primata di daerah kawasan hutan dapat bertindak sebagai sumber infeksi penularan (Sudarto. 2009).

  Nyamuk demam berdarah biasanya akan terifeksi virus dengue saat menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam akut. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjtunya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurya. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8-10 hari, kelenjar air liur nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menginnjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan mendadak penyakit ini yang ditandai dengan demam, sakit kepala, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala non spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit (WHO, 2004).

  Nyamuk mendapat virus demam berdarah dengue, demam dengue, maupun orang yang tidak tampak sakit, namun dalam aliran darahnya terdapat virus dengue. Pada saat nyamuk menggigit orang tersebut, virus dengue akan terbawa masuk bersama darah yang diisapnya ke dalam tubuh nyamuk itu. Virus dalam tubuh nyamuk tersebut akan berkembang biak tanpa ia sendiri menjadi sakit demam berdarah. Dalam waktu 7 hari, virus dengue sudah tersebar diseluruh bagian tubuh nyamuk di kelenjar air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain, virus dengue akan diindahkan bersama air nyamuk ke dalam tubuh orang tersebut (Nadesul, 1998).

  2. Malaria Malaria berasal dari bahasa Italia yitu mal = buruk dan area = udara.

  Secara harfiah malaria merupakan suatu penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat luingkungan buruk. Malaria merupakan suatu penyakit infeksi demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni, 2010).

  Penyakit malaria memiliki masa inkubasi yang bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spessies plasmodiumnya. Masa Inkubasi Plasmodium vivax yaitu 14 – 17 hari, Plasmodium ovale 11 – 16 hari, Plasmodium malariae 12 – 14 hari, dan Plasmodium falcifarum 10 – 12 hari (Entjang, 2003).

  Penularan sporozoidt malaria terjadi memalui gigitan nyamuk Anopheles betina, sesuai dengan daerah geografisnya. Penularan dalam bentuk aseksual (trofozoit) menimbulkan tropozoite induced malaria, yang dapat ditularkan melalui transfuse darah (transfusion malaria), melalui jarum suntik atau dari ibu ke bayi yang dikandungnya melalui plasenta (congenital malaria) (Soedarto, 2008). “Airport malaria” adalah malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang membawa parasit malaria dari daerah tropis ersama pesawat udara, menulari pegawai bandara atau orang – orang yang tinggal di sekitar bandara yang berada di daerah non-endemik malaria(Soedarto, 2009).

  3. Filariasis Filariasis merupakan suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam kelenjar limfe dan darah manusia, penyakit ini bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat mnetap berupa pembesaran kaki (disebut elephantiasis / kaki gajah), pembesaran lengan, payudara dan alat kelamin wanita maupun laki-laki (Zulkoni, 2010).

  Cacing filaria merupakan parasit pada manusia dan hewan. Parasit yang hidup pada saluran limfatik yaitu whucheria bancrifti, Brugia malayi, dan Brugia

  timori. Filarial tersebut dapat menyebabkan kaki gajah dan komplikasi pada saluran limfatik (Ideham, 2007).

  Filariasis ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk, dan sesuai dengan terdapatnya microfilaria di dalam darah tepi, dikenal periodic nocturnal (mikrofilaria hanya ditemukan malam hari), subperiodic diurnal (microfilaria terutama dijumpai siang hari, malam hari jarang ditemukan) dab subperiodic

  nocturnal (microfilaria terutama dijumpai malam hari, jarang ditemukan disiang hari) (Soedarto, 2009).

2.10 Pengendalian Vektor

  Pengendalian vector adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi vector pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat (Kusnoputranto, 2000). Di dalam upaya pengendalian vector nyamuk, beberapa metode yang dapat digunakan antara lain tindakan anti larva, tindakan terhadap nyamuk dewasa, dan tindakan terhadap gigitan nyamuk (Sumantri, 2010).

  Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga :

  1. Pengendalian Secara Mekanik Program yang di canangkan oleh Pemenrintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI yaitu 3M : 1) Menguras secara teratur seminggu sekali dan menabur bubuk abate ke tempat penampungan air. 2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. 3) Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak mrnjadi sarang nyamuk.

  2. Pengendalian Secara Biologis Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organism pemangsa, parasit, pesaing menurunkan jumlah nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian ini bisa dilakukan dengan memelihara ikan yang relative kuat dan tahan, misalnya ikan mujair di bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga sebagai predator bagi jentik dan pupa. Contoh jenis ikan lainnya yang juga cocok dijadikan untuk pengendalian larva ialah Panchax panchax (ikan kepala timah, Lebistus reticularis (Guppy = water ceto), Gambusia affinis (ikan gabus), dll.

  3. Pengendalian Secara Kimiawi Pegendalian secara kimia yang berkhasiat membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent).

  Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena cara pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa (Gandahusada, 2000).

2.11 Fermentasi Gula

  Fermentasi berasal dari Bahasa Latin yang berarti merebus. Arti kata dari Bahasa Latin tersebut dapat dikaitkan atau kondisi cairan bergelembung atau mendidih. Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan kimia sepenuhnya suatu substrat organic melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Sari, 2011)

  Konversi gula menjadi alcohol dengan cara fermentasi yaitu gula sangat disukai oleh hampir semua makhluk hidup sebagai sumber energy, khamir dapat memecah pentose. Disakarid seperti sukrosa dan maltose difermentasi dengan cepat oleh khamir karena mempunyai enzim sukrase atau invertase dan maltase untuk mengubah maltose menjadi hektosa (Hidayat. 2006).

  Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hydrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat jugadihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dan bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya (Sari, 2011).

  Fermentasi alcohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alcohol) dan karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu

  Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatn tape, roti, atau minuman keras.

  Reaksi kimia: C

  6 H

  12 O

  6

  2C

  2 H

  5 OH + 2CO 2 + 2H

  2 O + 2ATP

  Etanol disebut juga etil alcohol, alcohol murni, alcohol absolute, atau alcohol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak bewarna, dan merupakan alcohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari- hari. Etanol termasuk ke dalam alcohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C

  2 H

  5 OH dan rumus empiris C

  2 H

6 O (Iwan, 2007). Fermentasi gula yang menghasilkan bioetanol dan CO

  2 , diharapkan senyawa tersebut mampu menarik nyamuk (atraktan) dan bersifat mematikan.

  Setiadi, dkk (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa alat perangkap nyamuk yang ditambahkan CO dari proses fermentasi larutan gula dengan ragi

  2

  menunjukkan kinerja terhadap jumlah nyamuk yang terperangkap lebih banyak 50

  • – 80% dibandingkan dengan alat perangkap nyamuk tanpa CO 2 .

  Karbon dioksida (CO ) menjadi salah satu cara bagi nyamuk untuk

  2

  menemukan mangsanya, sehingga nyamuk tertarik untuk menggigit manusia dikarenakan manusia menghembuskan CO . CO yang dihasilkan dari fermentasi

  2

  2

  gula diharapkan dapat mengelabui nyamuk untuk mendekat ke alat perangkap nyamuk (Febrinastri. 2014).

2.12 Kerangka Konsep

  Variable bebas variabel terikat

  

Fermentasi gula Jumlah nyamuk yang

Konsentrasigula 0% - Konsentrasigula 5% - terperangkap Konsentrasigula 15% -

  Konsentrasigula 25% -

  • Konsentrasigula 35%

  Faktor yang mempengaruhi Suhu

Dokumen yang terkait

I. Identitas Responden - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Kantin Sehat di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Kota

0 0 32

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kantin 2.1.1. Definisi Kantin - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Kantin Sehat di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Kota

1 1 39

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Kantin Sehat di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Kota

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner - Red Blood Cell Distribution Width (RDW) Dan Hubungannya Dengan Atherosklerosis Koroner Pada Pasien Angina Pektoris Stabil

0 1 8

BAB II TINJAUAN LITERATUR - Perancangan Integrasi Metadata Online Public Access Catalog Perpustakaan dengan Repository Universitas Sumatera Utara

0 0 31

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis - Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal - Pemanfaatan Lignin Isolat Lindi Hitam Dari Toba Pulp Lestari

0 0 31

I. IDENTITAS RESPONDEN No. Identitas Keterangan - Pengaruh Penilaian Kinerja, Kompensasi Dan Jenjang Karir Terhadap Tingkat Intention to Leave Karyawan Pada PT. Bank CIMB Niaga Cabang Pematang Siantar

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penilaian Kinerja, Kompensasi Dan Jenjang Karir Terhadap Tingkat Intention to Leave Karyawan Pada PT. Bank CIMB Niaga Cabang Pematang Siantar

0 0 9