BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau Jawa ke daerah lain yang ada di Indonesia seperti Papua,

   Kalimantan, Sumatera, Madura, Bali, Aceh dan lainnya. Transmigrasi telah

  berlangsung sejak awal abad ke-20 yaitu pada tahun 1905 setelah diberlakukannya politik Etis. Hal ini berperan dalam menangani kemiskinan yang terjadi di pulau Jawa juga merupakan salah satu pengurangan kepadatan penduduk. Program transmigrasi dilanjutkan pada zaman kemerdekaan yaitu pada masa kepemimpinan Soekarno tahun 1949. Maksud dilakukannya transmigrasi lebih kepada dampak kemiskinan yang ditimbulkan oleh kepadatan penduduk di pulau Jawa.

  Pemindahan penduduk dari pulau Jawa ke Aceh Utara, para transmigran sebelumnya mendapat bimbingan tentang kondisi masyarakat setempat untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada dasarnya mereka mengelola lahan pertanian sebagai pemenuhan kebutuhan hidup di Aceh, Karena lahan pertanian khususnya di Aceh Utara lebih luas jika dibandingkan dengan di

1 Soeratman, Dari Daerah Asal sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman, Jakarta:

  Universitas Kristen Satya Wacana, 1984, hal. 13 pulau Jawa, dan hasil pertanian yang mereka peroleh harus dibagi dengan pemerintah.

  Proses transmigrasi Jawa ke Aceh Utara berawal dari penyampaian tentang daerah baru sebagai tempat tujuan untuk tempat tinggal dan bercocok tanam. Para transmigran ke Aceh memiliki tujuan untuk peningkatan hidup yang lebih baik, selain itu mereka juga diberi peluang untuk membuka lahan pertanian atau

  

  perkebunan. Sama dengan masyarakat Jawa yang bertransmigrasi ke Desa Suka Damai Aceh Utara, mereka tiba pada 10 Oktober 1987, dan menempati daerah yang telah ditentukan oleh pemerintah.

  Transmigran yang berada di Desa Suka Damai umumnya berasal dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mereka tinggal di Desa Suka Damai diberi tanah oleh pemerintah untuk dikelola, namun tanah yang mereka tempati termasuk jenis tanah gambut yang hanya dapat ditanami pohon sawit dan karet. Pemerintah memberi jangka waktu sampai perkebunan karet dan sawit dapat dipanen maka para transmigran dapat melunasi atau berbagi hasil dengan pemerintah, yang disebut dengan Perkebunan Inti Rakyat ialah ikatan pemerintah

   yang berkaitan dengan perkebunan atau ikatan kredit.

  Proyek yang berperan baik dalam perbaikan kehidupan transmigran di daerah-daerah yang relatif subur, seperti di Desa Suka Damai terdapat beberapa 2 Swasono Edi dan Masri Singarimbun, Transmigrasi Di Indonesia 1905-1985, Jakarta : 1985,

  hal. 32 3 Mubyarto, Sepuluh Windhu Transmigrasi di Indonesia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986, hal. 7 kendala, di antaranya sosial budaya yang berbeda adat istiadat, tradisi yang berkaitan dengan masyarakat setempat seperti pemisahan antara laki-laki dan perempuan ketika berlangsung upacara keagamaan, atau pun acara pernikahan yang diadakan oleh masyarakat setempat.

  Masing-masing keluarga yang berada di Desa Suka Damai masing-masing keluarga mendapat rumah untuk tempat tinggal yang sebelumnya telah disediakan oleh pemerintah. Saat mereka telah resmi tinggal di desa tersebut, mereka melakukan aktifitas sehari-hari dengan bercocok tanam, seperti menanam singkong, sayur-sayuran dan sebagainya. Pada tahun 1989 transmigran ini mulai menanami lahan yang ada dengan kelapa sawit dan karet, karena mereka menyadari hanya dengan bercocok tanam saja tidak dapat meningkatkan taraf hidup untuk lebih baik. Lahan pertanian yang diberikan pemerintah kepada para transmigran ini telah bersertifikat sejak diadakannya Transmigrasi ke Aceh Utara di Desa Suka Damai Kecamatan Geuredong Pase. Lahan yang diberikan kepada mereka harus dibayar dengan sistem kredit atau berbagi hasil. Hal ini dilaksanakan agar masyarakat Aceh tidak beranggapan bahwa tanah atau lahan yang ada di Tanah Rencong ini tidak diberikan dengan cuma-cuma kepada para transmigran.

  Awalnya masyarakat Jawa yang hendak bertransmigrasi ke Aceh ini masih merasa enggan dan takut untuk pindah, karena pada tahun 1987 terjadi konflik antara rakyat Aceh dan Militer yaitu pemberlakuan DOM, dan mereka juga berpikir tentang perbedaan adat-istiadat dengan masyarakat Aceh, mereka beranggapan bahwa kedatangan orang Jawa ke Aceh hanya ingin menguasai lahan perkebunan yang mereka klaim sebagai milik mereka.

  Lahan-lahan perkebunan yang dikerjakan dan menghasilkan, hal ini dikarenakan orang Jawa sangat gigih dalam bekerja, siap mengelola tanah kosong

  

  menjadi perkebunan. Namun para transmigran yang hidup dengan tata pola kekerabatan dan penuh tatakrama sehingga masyarakat setempat dapat menerima mereka dengan baik di lingkungan masyarakat setempat.

  Desa Suka Damai merupakan daerah agraris, para transmigran Jawa yang ada di Desa Suka Damai ini juga merupakan petani di daerah asalnya, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan untuk mengerjakan tanah pertanian sebagai mata pencaharian. Meskipun untuk mata pencaharian mereka tidak mengalami kesulitan, namun dalam hal pembauran dengan penduduk asli (Aceh) masih terdapat hambatan-hambatan terutama dalam komunikasi dan norma-norma yang terdapat pada masyarakat Desa Suka Damai. Umumnya yang menyesuaikan diri adalah suku Jawa yang berusaha mempelajari bahasa penduduk setempat begitu pula dengan norma-norma yang ada.

  Masyarakat Jawa yang hidup di Desa Suka Damai memiliki keahlian dalam mengelola tanah dan juga dari segi fisik sangat kuat bekerja. Di daerah asalnya (Jawa) mereka tidak bisa mengelola tanah dikarenakan lahan pertanian yang telah padat dengan pembangunan. Untuk mengatasi problema yang dihadapi, 4 Nasrudin Anshoriy, Kearifan Lingkungan Dalam Perspektif Budaya Jawa, Jakarta: Yayasan

  Obor Indonesia, 2008, hal. 18 masyarakat mengambil inisiatif untuk mengikuti program transmigrasi, selain itu pemerintah juga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut program tersebut. Cara yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi sulitnya lahan yang sempit di Jawa adalah dengan mengikuti program transmigrasi.

  Pada tahun1987 masyarakat yang bertransmigrasi ke wilayah Aceh Utara tidaklah terlalu banyak, mereka datang secara bertahap ini dikarenakan sebahagian masyarakat Jawa yang enggan dan tidak mau meninggalkan tanah kelahiran mereka. Masyarakat Jawa juga mengkhawatirkan terjadinya konflik antara masyarakat Jawa dengan penduduk asli tempat mereka bermukim.

  Tahun 1988 didatangkan lagi transmigran dari Jawa ke Aceh Besar, setelah mereka dapat pengarahan, mereka ditempatkan di tempat-tempat yang telah disediakan sesuai dengan jumlah yang datang.

  Para transmigran dapat hidup sejahtera di daerah Aceh Utara karena lahan- lahan kosong dapat mereka garap menjadi lahan pertanian. Dengan peningkatan para transmigran yang datang ke daerah Aceh Utara semakin menambah luas lahan pertanian di Aceh Utara. Dari lahan pertanian inilah mereka dapat hidup lebih baik, jika dibandingkan ketika mereka masih tinggal di Pulau Jawa.

  Dengan adanya transmigrasi maka kehidupan para transmigran di desa Suka Damai tampak berhasil, karena pada awalnya tujuan dari transmigrasi yaitu mengurangi kepadatan penduduk dan meningkatkan taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang kehidupan transmigran yang ada di desa Suka Damai.

  1.2 Rumusan Masalah.

  Penelitian ini akan membahas mengenai transmigrasi dengan judul,

  “

  Kehidupan Transmigran Jawa di Desa Suka Damai, Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)”. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

  1. Apa latar belakang terjadinya Transmigrasi di Desa Suka Damai, Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara?

  2. Bagaimana kehidupan Transmigran di Desa Suka Damai

  3. Apakah dengan adanya Transmigrasi ke Aceh Utara menimbulkan perubahan bagi kehidupan para Transmigran

  1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah:

  1. Menjelaskan kondisi Desa Suka Damai sebelum kedatangan para Transmigran tahun 1987-2000

  2. Menjelaskan kehidupan para transmigran ketika berada di Desa Suka Damai 1987-2000 3 .Menguraikan perubahan terhadap kehidupan masyarakat Jawa yang bertransmigrasi ke Desa Suka Damai 1987-2000

  Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Sebagai tambahan refrensi bagi masyarakat umum agar dapat mengetahui proses transmigrasi dan perkembangan kehidupan transmigran Jawa yang ada di Desa Suka Damai.

  2. Berguna memberi sumbangan pemahaman untuk pemerintah tentang transmigrasi yang ada di Indonesia.

  3. Sebagai bahan pemikiran lebih lanjut bagi penulis dan menambah sejarah Lokal untuk menambah sumber bagi sejarah nasional.

1.4 Tinjauan Pustaka

  Dalam kajian ini selain akan melakukan penelitian ke lapangan, peneliti juga menggunakan beberapa literatur kepustakaan berupa buku-buku dan laporan sebagai bentuk studi kepustakaan yang akan dilakukan selama penelitian.

  Buku yang berjudul “Transmigrasi Di Indonesia ditulis oleh Edi Swasono dan Masri Singarimbun. Menerangkan bahwa Transmigrasi merupakan

  

salah satu upaya pemerintah dalam mencapai keseimbangan penyebaran

penduduk, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan produksi dan

meningkatkan pendapatan. Transmigrasi berfungsi untuk mempercepat perubahan

pengelompokan dan penggolongan manusia dan membentuk jalinan hubungan

sosial dan interaksi sosial yang baru.Transmigrasi yang biasa digunakan di

Indonesia adalah transmigrasi umum (transmigrasi yang biayanya di tanggung

pemerintah ditujukan untuk penduduk yang memenuhi syarat) dan (transmigrasi

swakarsa yang seluruh pembiayaanya di tanggung sendiri). Pemerintah hanya

  

menyediakan lahan pertanian dan rumah. Pola transmigrasi yang digunakan

dibagi menjadi beberapa variabel menurut bidang usahanya, menurut

pembiayaannya, dan menurut tipe dan lokasi.

  Walaupun transmigrasi sudah berjalan lama, transmigrasi tetap memicu

timbulnya pengaruh-pengaruh terhadap daerah transmigran. Pengaruh tersebut

bisa berupa pengaruh baik maupun pengaruh buruk bagi masyarakat asli dan

pendatang. Berkurangnya kesempatan kerja bagi masyarakat asli, benturan

budaya antara masyarakat asli dan pendatang, dan konflik yang terjadi atas

kepemilikan lahan. Hal tersebut tidak hanya dirasakan dalam bidang ekonomi,

namun juga dibidang politik. Ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

penelitian tentang transmigrasi yang ada di Desa Suka Damai.

  Buku berjudul “ Kearifan Lingkungan Budaya Jawa ditulis oleh Nasrudin Anshoriy. Membahas mengenai tingkah laku serta tata cara hidup masyarakat Jawa yang tetap memegang sistem kekerabatan dan mudah diterima dalam masyarakat ataupun lingkungan luar karena masyarakat Jawa selalau mengutamakan kebersamaan, mementingkan kesopanan. Kesamaan keadaan inilah yang ada di masyarakat desa Suka Damai sebagai masyarakat yang bertransmigrasi dari Pulau Jawa ke Aceh Utara yaitu Desa Suka Damai.

  Selain itu buku: “Pengaruh Hubungan Antara Suku Bangsa Terhadap

  

Integrasi Nasional“ ditulis oleh Usman Pelly. Menyatakan bahwa dalam proses

  penyesuaian antara transmigran dengan penduduk setempat masing-masing sistem sosial mengalami perubahan. Dalam asimilasi terjadi suatu proses antara penetrasi dan fusi dimana seseorang atau kelompok lain dengan keterlibatan kehidupan bersama. Penyesuaian transmigran di daerah tujuan, bila sistem sosial budaya masyarakat tuan tanah lebih dominan, maka ada kecendrungan sistem sosial masyarakat pendatang berubah mengikuti sistem sosial masyarakat tuan rumah. Pertemuan sistem sosial ini mengakibatkan terjadinya pembauran dan adaptasi antara sistem sosial yang ada pada masyarakat yang mengalaminya.

1.5 Metode Penelitian

  Penulisan sejarah yang deskriptif-analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan. Ada empat tahap metode dalam penelitian sejarah: Heuristik (pengumpulan sumber); Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber); Interpretasi (analisis dan sintesis); Historiografi (penulisan).

  Tahap pertama adalah mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, tahap ini sering disebut dengan nama heuristik. Penelitian kepustakaan (library research) juga dilakukan untuk mendukung penelitian ini, pengumpulan sumber-sumber seperti artikel-artikel, buku-buku dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Di samping penelitian kepustakaan dilakukan juga penelitian lapangan (field research) dengan cara meninjau langsung objek yang diteliti, dan tidak lupa juga peneliti mencoba mewawancarai sekretaris desa dan wakil sekretaris desa yang mengerti secara detail mengenai Desa Suka Damai.

  Tahap kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari keabsahan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi), yakni dengan cara menganalisa sejumlah sumber tertulis, misalnya, buku-buku atau dokumen yang terkait dengan perpustakaan daerah. Kritik ini disebut kritik intern. Mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh keautentikannya disebut kritik ekstern.

  Tahap ketiga adalah interpretasi. Dalam tahapan ini, data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.

  Tahap keempat adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif-analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah.