HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA HOMOSEKSUAL: GAY DENGAN PELAKSANAAN SEKSUAL DI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT ABIASA BANDUNG TAHUN 2013 Achmad Setya Roswendi ABSTRAK - View of HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL
PADA HOMOSEKSUAL: GAY DENGAN PELAKSANAAN SEKSUAL DI
LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT ABIASA BANDUNG
TAHUN 2013
Achmad Setya Roswendi
ABSTRAK
Infeksi menular seksual merupakan satu kelompok penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual.Pada umumnya banyak diderita oleh orang-orang yang melakukan hubungan seksual beresiko secara heteroseksual maupun homoseksual.Di Jawa Tengah yang mengetahui pengetahuan infeksi menular seksual pada gay sebanyak 97,1% dan 2,8% hanya mengetahui sebatas macam IMS seperti HIV/AIDS. Menurut Health Protection Agency (HPA) pada tahun 2011 Kasus penyakit gonorrhea di Inggris naik 25 persen, Hampir 21.000 kasus baru terdiagnosa dimana sepertiganya dialami oleh para gay. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: Gay dengan pelaksanaan seksual. Metode penelitian yang digunakan adalah Analitik. Sampel pada penelitian ini adalah homoseksual: gay yang berusia 17-30 tahunsebanyak 70responden dengan teknik
purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui pemberian kuesioner.
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian responden sebanyak 30 (42,9%) memiliki pengetahuan yang cukup dan dari 70 responden didapatkan bahwa, yang melakukan praktik pelaksanaan seksual sebanyak 65 (92,9%) hampir seluruh responden.Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: Gay dengan pelaksanaan seksual dengan nilai p value= 0,960. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agarditingkatkannya penyuluhan kesehatan tentang infeksi menular seksual oleh tenaga medis maupun LSM Abiasa Bandung kepada masyarakat dan khususnya pada kalangan gay, karena walapun sebagian pegetahuan pada gay memiliki pengetahuan yang cukup tentang infeksi menular seksual tetapi masih banyak gay yang memiliki pengetahuan yang kurang. Kata Kunci : Pengetahuan tentang infeksi menular seksual, pelaksanaan seksual Kepustakaan : 22 buku, 2003 - 2013
RELATIONSHIP KNOWLEDGE ABOUT SEXUALLY TRANSMITTED
INFECTIONS IN HOMOSEKSUAL: GAY with SEXUAL
IMPLEMENTATION in ABIASA NON-GOVERNMENTAL
ORGANIZATION BANDUNG IN 2013
Achmad Setya Roswendi
ABSTRACT
Sexually transmitted infections are a group of diseases which is transmitted primarily
through sexual intercourse. This diseases generally affects many people who have sex are
at risk of heterosexsual and homosexual. In centeral Java who know the knowledge about
sexually transmitted infections In gay as much as 97,1% dan 28,% only know limited
kinds of STI such as HIV/AIDS. According to the Health Protection Agency (HPA) in
2011 cases of gonorrhea rose 25 percent in the UK, nearly 21,000 new cases are
diagnosed in the third were experienced by gay. This study aims to determine the
relationship between knowledge about sexually transmited infections in gay sex with
execution. Research method used is analytic. Samples in this study were homosexual: gay
17-30 year old were 70 respondents with purposive sampling technique. Data was
collected by questionnaries throught the provision of. The result showed that the majority
30 (42,9%) of respondents have sufficient knowledge and of the 70 respondents showed
that, who practice the implementation sexually by 65 (92,9%) almost all respondents.
Based on the results of statistical tests found that unsuccessful Ho is rejected it means
there is no relationship between knowledge about sexually transmitted infections in
homosexual: gay sex with exection with p value= 0,960. Based on the results of the study
suggested that increased health education about sexually transmitted infections by
medical and non-governmental organization abiasa bandung city to the comumunity and
pacticularly among gay, because although some knowledge about sexually transmitted
infections, but there are many gays who have knowledge less.Keywords : Knowledge about sexually transmitted infections, sexual implementation
Bibliography : 22 books, 2003 - 2013A. PENDAHULUAN
Laporan perkembangan HIV di Indonesia, Triwulan I Januari
- –Maret Tahun 2013 jumlah infeksi baru HIV yang dilaporkan sebanyak 5.369 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (74,2%), diikuti kelompok umur 20- 24 tahun (14,0%), dan kelompok umur ≥50 tahun (4,8%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (50,5%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (8,4%), dan homoseksual (7,6%).Kasus AIDS dari bulan Januari-Maret Tahun 2013 jumlah dilaporkan sebanyak 460 orang.Persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun (39,1%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (26,1%) dan kelompok umur 40-49 tahun (16,5%). Jumlah AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Jawa Tengah (175), Sulawesi Tengah (59), Banten (34), Jawa Barat (33) dan Riau (32).Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada
heteroseksual (81,1%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (7,8%), dari ibu positif HIV ke anak (5%) dan homoseksual (2,8%). (Depkes, 2013) Salah satu melakukan hubungan seksual beresiko adalah terkena infeksi menular seksual (IMS). Faktor resiko tersebut meliputi, tanpa penggunaan pengaman/condom dalam berhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan. Komunitas homoseksual beresiko tinggi terinfeksi IMS dan HIV. Tidak sedikit diantara mereka, yang menjalin relasi hanya One night stand (melakukan hubungan seksual hanya satu waktu) saja, berganti-ganti pasangan melakukan aktifitas seks tanpa kondom dan melakukan seks anal dan oral seks.(Chin, 2010)
Perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor pengetahuan yang merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Menurutteori Lawrence green (1980), perilaku manusia berawal dari tingkat kesehatan, dimana kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Alfred Kinsey (1948) seorang peneliti yang menemukan ada sekitar 6% dari populasi adalah gay murni, karena faktor genetik. Dengan kata lain bila ada sebuah desa terpencil dengan populasi sebanyak 100 orang, maka ada 6 orang yang terakhir gay dipopulasi itu. Bila ditambahkan dengan populasi biseksual tentu jumlahnya akan banyak lagi. Di New York City tercatat jumlah gay sebesar 4,5% dari populasi, yakni sekitar 272.500 jiwa, menempati ke-1 di USA kota dengan presentasi gay tertinggi adalah san Fransisco, yaitu 15,4%. Tapi karena jumlah penduduk lebih sedikit dari NYC maka populasi mereka hanya sekitar 95.000, ke-4 di seluruh USA. (Ino, 2012, Benarkah didesa tidak ada gay dan lesbian,diperoleh pada tanggal 16 Juli 2013)
Himpunan Abiasa adalah lembaga yang bergerak dalam bidang pemberdayaan komunitas Gay, LSL dan masyarakat umum. Termasuk di dalamnya adalah issue kesehatan yaitu pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS dikalangan Gay dan LSL lainnya, termasuk (pria penjaja seks) di Jawa Barat. Abiasa dibentuk pada tanggal 5 januari 2005 di Bandung Jawa Barat.
Data yang di dapat dari LSM Abiasa, di kota Bandung yang mengakui dirinya adalah Gay (Priode 2011
- – 2012 ).
Tabel 1. 1 Distribusi Jumlah Gay di Kota Bandung Tahun 2011-2012 No Tahun Jumlah
1 2011 5000 orang 2. 2012 7800 Orang
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah Gay yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Kota Bandung, menggambarkan adanya kemungkinan mereka melakukan hubungan seksual beresiko yang tidak aman dan akan menimbulkan tingginya penularan penyakit infeksi menular seksual. Dalam studi pendahuluan yang dilakukanpada tanggal 5 April 2013 terhadap 10 responden pada gay, didapatkan data bahwa 6 orang sama sekali tidak mengetahui tentang IMS dan 4 orang yang lainnya hanya sebatas tahu tentang pengertian IMS dan jenis IMS seperti HIV-AIDS. Kemudian dari 10 responden tersebut didapatkan data bahwa 7 orang sering dan 3 orang pernah melakukan perilaku seksual beresiko seperti melakukan anal seks, oral seks, dan fisting (berupa tangan tapi bukan mengepal, dimasukan kedalam rectum pasangan). Berdasarkan data dari studi pendahuluan peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: gay dengan pelaksanaan seksual di LSM Abiasa Bandung Tahun 2013.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik, dan menggunakan pendekatan cross sectional . Hipotesis peneliti: Terdapat hubungan pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: gay dengan pelaksanaan seksual di LSM Abiasa Bandung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah adalah pengetahuan pada homoseksual: gay tentang infeksi menular seksual. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan seksual pada homoseksual: gay. Skala peneltian untuk pengetahuan dan pelaksanaan perilaku seksual adalah skala ordinal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh gay yang ada di LSM Abiasa Bandung dengan besar populasi 2500 orang. didapatkan populasi yang berusia 17-30 sebanyak 690 orang/3 bulan, jadi populasi ± 230 orang/ bulan. Perhitungan sampel dengan mengguanakan rumus: n = (Notoatmodjo, 2010) Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,dan didapatkan jumlah sampel sebesar 70 responden. Instrumen yang digunakan berbentuk kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan pelaksanaan seksual. Kedua instrument tersebut dilakukan uji validitas dan realibilitas, hasil uji validitas dan reabilitas digunakan sebagai instrument penelitian. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Univariat untuk pengetahuan dan pelaksanaan perilaku penyimpangan seksual dilakukan penghitungan untuk mendapatkan distribusi frekuensi untuk masing masing variabel. Analisis bivariat dengan metode chi square (X²) dengan tabel silang 2x2 antara variabel bebas dengan variabel terikat batas kemaknaan yang dipakai adalah nilai alpha 0,05 (5%). Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di LSM Abiasa Bandung pada bulan juni - Juli 2013.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Variabel Frekuensi Pengetahuan Homoseksual: Gay
Tentang Infeksi Menular Seksual di LSM Abiasa Bandung Tahun 2013
Kategori Frekuensi PresentaseBaik 16 22,9% Cukup 30 42,9% Kurang 24 34,3%
Total 70 100%
Pada Tabel 4.1 menunjukan bahwa homoseksual: Gay di LSM Abiasa Bandung sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang infeksi menular seksual, bisa dilihat dari 70 responden terdapat sebagian 30 (42,9%) responden yang memiliki pengetahuan cukup.
Hal ini sesuai dengan peneliti mugiyono (2010) bahwa pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: Gay, dari 84 responden terdapat 27 (32,1%) reponden memiliki pengetahuan yang cukup. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan tellinga. Semakin luas pemikiran dan penalaran seseorang yang diterima dari lingkungan memungkinkan pengetahuan seseorang tentang infeksi menular seksual lebih baik. Pengetahuan merupakan peran yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Jika tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang masih rendah, maka akan mempengaruhi perilaku kesehatan. Pengetahuan yang baik menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan positif, dimana dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat.
4.2 Distribusi Variabel Frekuensi Pelaksanaan Seksual Pada Homoseksual: Gay
di LSM Abiasa Bandung Tahun 2013 Kategori Frekuensi PresentaseTidak Melakukan 5 7,1% Melakukan 65 92,9%
Jumlah 70 100%
Pada Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa homoseksual: Gay di LSM Abiasa Bandung telah melakukan pelaksanaan seksual, bisa dilihat dari 70 responden didapatkan bahwa, yang melakukan praktik pelaksanaan seksual sebanyak 65 (92,9%) hampir seluruh responden.
Salah satu risiko dari melakukan hubungan seksual adalah terkena infeksi menular seksual (IMS). Faktor resiko tersebut meliputi, tanpa penggunaan pengaman/condom dalam berhubungan seksual, perilaku seks pada usia dini dan berganti-ganti pasangan. Komunitas homoseksual beresiko tinggi terinfeksi IMS dan HIV.Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tidak sedikit diantara mereka, yang menjalin relasi hanya One night stand (melakukan hubungan seksual hanya satu waktu) saja, berganti-ganti pasangan melakukan aktifitas seks tanpa kondom dan melakukan seks anal dan oral seks.
Elizabeth B. Hurlock (dalam kumalasari, 2012) Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku salah satunya yaitu factor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga dimana anak mulai tumbuh dan berkembang. Sedangkan Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Tentang Infeksi Menular Seksual Pada Homoseksual: Gay Dengan PelaksanaanSeksual Di LSM Abiasa Bandung Tahun 2013.Pengetahuan Pelaksanaan Seksual Pada Total Pvalue Homoseksual: Gay Tidak Melakukan Melakukan n % n % n % Baik 1 6,3 15 93,8 16 100 0,960 Cukup 2 6,7 28 93,3 30 100 Kurang 2 8,3 22 91,7 24 100 Total 5 7,1 65 92,9 70 100
Dari Tabel 4.3 di atas menunjukan dari 30 responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 93,3% (28 responden) hampir seluruhnya melakukan praktik pelaksanaan seksual, dan dari 24 responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 91,7% (22 responden) hampir seluruhnya melakukan praktik pelaksanaan seksual.
Berdasarkan uji statistik, memiliki nilai p-value 0,960, p-value> nilai α (0,05). Hal ini berarti Ho gagal ditolak artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: Gay dengan pelaksanaan seksual.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: gay dengan pelaksanaan seksual, dengan nilai p value= 0,960. Kaum homoseksual: Gay ini walaupun berpengetahuan baik, cukup, kurang tentang infeksi menular seksual kebanyakan dari mereka tetap melakukan praktik pelaksanaan seksual. Hal ini sesuai dengan teori bahwa perilaku seksual segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. (Sunaryo, 2004)
Menurut Soetjiningsih (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada homo seksual salah satunya yaitu pola asuh, trauma kehidupan dan tanda-tanda psikologik. Trauma kehidupan Pengalaman hubungan heteroseksual yang tidak bahagia atau ketidak mampuan individu untuk menarik perhatian pasangan lawan jenis, kadang-kadang dipercaya dapat menyebabkan homoseksual.
Berdasarkan kondisi diatas dapat menjelaskan bahwa pengetahuan bukan satu satunya yang mempengaruhi perilaku seksual pada homoseksual tapi banyakfaktor- faktor lain diantaranya pola asuh orang tua, trauma kehidupan, tanda-tandapsikologik. Perilaku seksual pada homoseksual perilaku yang beresiko terkena penyakit infeksi menular seksual karena kebanyakan diantara mereka melakukan hubungan seksual tidak aman seperti: melakukan oral seks, anal seks, fishting, dan berganti-ganti pasangan tanpa condom.
D. SIMPULAN
Hasil penelitian disimpulkan : 1.
Sebagian responden memiliki pengetahuan yang cukup 30 (42,9%) responden 2. Pelaksanaan seksual pada homoseksual: Gay dari 70 (100%) responden yang melakukan praktik pelaksanaan seksual sebanyak 65 (92,9%) hampir seluruh responden 3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada homoseksual: Gay dengan pelaksanaan seksual dengan nilai v palue=
0,960.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Chin. (2010). Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: EGC.
Dariyo.(2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia Dwi. (2008). Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press Format referensi elektronik direkomendasi oleh Depkes,2013,Perkembangan HIV-AIDS
di Indonesia Triwulan III ei 2013
Format referensi elektronik direkomendasi oleh Farid, 2008, Strategi Penanggulangan
HIV/AIDS 2003-1007 Mei 2013
Format referensi elektronik direkomendasi oleh Ino, 2012, Benarkah didesa tidak ada gay
dan lesbian uli 2013
Format referensi elektronik direkomendasi oleh Mery, Jumlah gay yang terinfeksi
menular Juli 2013
Kumalasari. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan Perilaku Kesehatan Cetakan 1. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset ____________. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta Nursalam, Pariani. (2008). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika Profil LSM Abiasa Kota Bandung. (2007) Riyanto. (2011). Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung
Seto Stuart. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta Willis. (2005). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta