Analisis laporan keuangan PT. Astra Inte

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh
perusahaan dalam menggambarkan bagaimana kondisi keuangan pada periode
tertentu. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil
proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan
informasi keuangan baik kepada pihak internal maupun eksternal, yang meliputi
neraca, perhitungan laba-rugi dan laba yang ditahan, laporan perubahan posisi
keuangan serta catatan atas laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana
memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam
laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan dan bagaimana
menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Informasi yang
didapat dari laporan keuangan sangat penting dalam mengetahui posisi keuangan,
hasil-hasil yang dicapai serta kegagalan yang diterima perusahaan.

Didalam


menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah satunya
adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut
meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage), rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, dan rasio pertumbuhan. Diharapkan dengan analisis ini dapat
diketahui gambaran keadaan keuangan perusahaan, sehingga interpretasi
pengguna laporan terhadap laporan keuangan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan, terutama bagi direktur dalam rangka menetapkan
kebijakan.
Pada laporan ini penulis ingin menganalisis laporan keuangan PT. Astra
Internasional Tbk untuk periode 2012-2015. Pada analisis ini ditujukan agar dapat
mengevaluasi dan mengetahui bagaimana aktivitas perusahaan selama tahun
2012-2015 sehingga penulis dapat mengetahui aktivitas-aktivitas perusahaan
1

dilihat dari kinerja keuangannya, kelemahan-kelemahan aktivitas kinerja
keuangan perusahaan, kebijakan-kebijakan perusahaan, dan berupaya memberikan
simpulan dan saran dalam memperbaiki kinerja keuangannya di tahun berikutnya.
I.2 Rumusan Masalah
Analisis laporan keuangan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan
untuk membatasi ruang lingkup permasalahan di atas, maka penulis membuat

rumusan masalah diantaranya:
1. Bagaimana analisis laporan keuangan PT. Astra Internasional tbk pada
periode 2012-2015?
2. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan serta perkembangannya
selama periode 2012-2015?
3. Bagaimana kesimpulan dari laporan keuangan dalam menilai kinerja
keuangan PT Astra International Tbk pada periode 2012-2015?

Pada proses analisis nantinya penulis akan menggunakan Current Ratio,
Debt To Total Asset, Retrun on Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) untuk
menilai kinerja perusahaan pada PT. Astra Internasional Tbk pada tahun 20122015.
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui kinerja
perusahaan PT. Astra Internasional Tbk dilihat dari Current Ratio, Debt To Total
Asset, Retrun on Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) tahun 2012-2015.

2

BAB II
LANDASAN TEORI


II.1

Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah

organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil
proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan
informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono
(2004: 34) “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat
keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan
Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas”.
II.2

Tujuan Laporan Kuangan
II.2.1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan
posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya

secara wajar sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles) atau Prinsip-prinsip Standar Akuntansi Keuangan.
II.2.2. Tujuan Umum
a.

Memberikan Informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi, dan kewajiban perusahaan. Dengan maksud sebagai
berikut :


Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan.



Untuk menunjukan posisi keuangan dan investasinya.



Untuk


menilai

kemampuan

menyelesaikan utang-utangnya.

3

perusahaan

dalam



Menunjukan kemampuan sumber-sumber kekayaannya
yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.

b.

Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan

bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan
maksud :


Memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan
pemegang saham



Menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak,
mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan.



Memberikan informasi kepada manjemen untuk digunakan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan.




Menunjukan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan
laba dalam jangka panjang.

c.

Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

d.

Memberikan informasi yang diperlukan lainya tentang perubahan
harta dan kewajiban.

e.

Mengungkapkan informasi relevan lainya yang dibutuhkan para
pemakai laporan

II.2.3. Tujuan Kualitatif Laporan Keuangan
Informasi keuangan yang disajikan akan bermanfaat tentunya bila

memenuhi beberapa kriteria atau standar. Berikut ini beberapa kriteria
kualitas informasi keuangan:
a. Relevance

: memilih informasi yang benar-benar sesuai dan

dapat membantu pemakai laporan dalam pengambilan keputusan.
b. Understanability : informasi yang dipilih untuk disajkan bukan saja
penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti pemakai
c. Verifiability : Hasil akuntansi harus dapat diperiksa oleh pihak lain
yang akan menghasilkan pendapat yang sama.
4

d. Neutrality : Laporan akuntansi harus bersikap netral terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan.
e. Timelines

:

Laporan


akuntansi

hanya

bermanfaat

untuk

pengambilaan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
f. Comparability : Informasi akuntansi harus dapat saling di
bandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama
baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
g. Completeness : Informasi akuntansi yang dilaporkan harus harus
mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
II.3

Pengguna Laporan Keuangan dan Tujuan Penggunaannya
a.


Investor
Para pemilik perusahaan ingin mengetahu sukses yang telah
dicapai oleh perusahaan, guna meramalkan kemungkinan yang akan
terjadi di masa yang akan datang. Informasi ini penting untuk dipakai
sebagai dasar membuat keputusan apakah akan tetap mempertahankan
kepemilikan saham-saham atau lebih baik menjualnya.

b. Kreditur dan Calon Kreditur
Para kreditur ingin mengetahui apakah pinjaman yang
diberikan kepada perusahaan dipergunakan sebagaimana mestinya,
sehingga memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar kembali
hutang beserta bunganya.
c.

Pemerintah
Pihak pemerintah ingin mengetahui banyak aspek yang
menyangkut suatu perusahaan antara lain: jumlah pajak yang dibayar,
jumlah tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan dan masih banyak
lagi data yang diperlukan untuk menyusun rencana program-program
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial khususnya.


d.

Langganan dan Supplier

5

Para langganan dan supplier memerlukan informasi keuangan
yang menyangkut perusahaan untuk mengetahui apakah saling
hubungan dengan perusahaan masih dapat dipertahankan.
e.

Karyawan
Karyawan tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas perusahaan, juga tertarik dengan informasi untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca
kerja dan kesempatan kerja.

II.4

Jenis-Jenis Rasio Keuangan
II.4.1

Rasio Likuiditas
Rasio

likuiditas

adalah

rasio

yang

menunjukkan

kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban
atau membayar utang jangka pendeknya. Artinya, seberapa
mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau utangnya
yang sudah jatuh tempo. Jika perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang
likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang
illikuid. Pada saat jatuh tempo, Perusahaan harus membayar
kewajiban kepada pihak luar perusahaan atau likuiditas badan
usaha, ataupun di dalam perushaan atau likuiditas perusahaan.
Untuk dapat memenuhi kewajibannya perusahaan harus memiliki
jumlah kas atau investasi atau aktiva lancar lainnya yang dapat
segera dikonversi atau diubah menjadi kas untuk memenuhi
kewajibanya seperti membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh
kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.
a.

Current Ratio
Rasio ini menunjukkan nilai relative antara aktiva lancar

terhadap utang lancar. Rasionya dihitung dengan membagi nilai

6

aktiva lancar dengan utang lancar. Formula untuk menghitung
rasio lancar adalah sebagai berikut:

Dari

formulanya

dapat

diketahui

bahwa

rasio

ini

menunujukkan sebarapa besar kemampuan aktiva yang dimiliki
perusahaan dapat digunakan jika kewajiban atau utang harus
dibayar pada saat jatuh tempo. Semakini besar nilai rasio semakin
lancar perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Jika perusahaan memiliki nilai rasio lancar dua, artinya
perusahaan memiliki aktiva lancar yang nilainya dua kali dari
utang yang harus dibayar. Nilai rasio lancar dua sudah dianggap
cukup baik bagi beberapa perusahaan. Perusahaan sudah berapa
pada keadaan yang dianggap aman untuk jangka pendek.
b. Quick Ratio
Rasio cepat menunjukkan nilai relative antara selisih aktiva
lancar dengan inventory terhadap utang lancar. Rasionya dihitung
dengan membagi nilai aktiva lancar setelah dikurangi nilai
inventory dengan utang lancar. Formula untuk menghitung rasio
cepat adalah sebagai berikut:

Dari formulanya diketahui bahwa rasio cepat tidak
memperhitungkan nilai inventori atau persedian. Hal ini akan
menyebabkan nilai rasio ini akan menjadi lebih kecil dari nilai
rasio lancar. Komponen inventory dianggap tidak dengan mudah
atau lancar dapat digunakan untuk mememenuhi kewajiban atau
utang yang segera jatuh tempo.
Walaupun persediaan termasuk dalam aktiva lancar, namun
pesediaan tidak dengan lancar dapat segera digunakan untuk

7

memenuhi kewajiban perusahaan. Mengkonversi nilai persediaan
menjadi uang kas membutuhkan waktu relative lebih lama jika
dibanding aktiva lainnya. Semakin besar nilai rasio cepat, maka
semakin cepat perusahaan dapat memenuhi segala kewajibannya.
II.4.2

Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan
besarnya laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode
tertentu. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien
pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk
setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini merupakan ukuran
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan
peningkatan penjualan dan menekan biaya-biaya yang terjadi.
Selain itu, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh dana yang dimilikinya untuk mendapatkan
keuntungan maksimal. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas
yaitu:
a.

Gross Profit Margin
Gross Margin on Sales biasa juga disebut sebagai Gross

Margin ratio, Margin Laba Kotor, atau margin laba kotor atas
penjualan. Pada dasarnya Rasio ini menunjukkan nilai relative
antara nilai Laba Kotor terhadap nilai penjualan. Laba kotor
adalah nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan. Formula
untuk menghitung Gross Profit Margin on Sales adalah sebagai
berikut:

Dari

formulanya

dapat

diketahui

bahwa

rasio

ini

menunujukkan sebarapa besar laba kotor yang diperoleh

8

perusahaan untuk seluruh penjualannya. Nilai rasio 0.5 atau 50
persen menunjukkan bahwa laba kotor yang diperoleh perusahaan
adalah 50 persen dari total penjualan yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar
laba kotor yang diperoleh perusahaan. Artinya profitabilitas
perusahaan

semakin

tinggi,

perusahaan

memiliki

tingkat

keuntungan dalam laba kotor yang tinggi.
b. Net Profit Margin
Rasio Margin Laba Bersih atau net profit margin ratio
menunjukkan nilai relative antara nilai keuntungan setelah bunga
dan pajak dengan total penjualan. Rasionya dihitung dengan
membagi nilai laba setelah bunga dan pajak dengan total
penjualan.

Dari formulanya diketahui bahwa Net Profit Margin Ratio
menunjukkan besarnya pendapatan bersih yang diperoleh
perusahaan dari seluruh penjualannya. Nilai rasio 0,25 atau 25
persen menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih
yang nilainya 25 persen dari total penjualan. Semakin besar nilai
rasionya, maka semakin besar profitabilitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh
perusahaan.
c.

Return On Total Asset (ROA)
Return on total asset (ROA) atau bisa disebut juga tingkat

kembalian atas investasi (ROI) yaitu mengukur kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh
laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang

9

telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh
dana (aktiva) yang dimilikinya. Laba yang dipakai disini adalah
laba setelah bunga tetapi sebelum pajak.

d. Return On Equity (ROE)
Return on equity (ROE) adalah rasio laba bersih setelah
pajak terhadap modal sendiri yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang
saham perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham. Tetapi pada rasio ini terdapat
satu kelemahan, yaitu tidak memperhitungkan adanya deviden
maupun capital gain untuk pemegang saham.

II.4.3

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan besarnya
aktiva sebuah perusahaan yang didanai dengan utang. Artinya,
seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Rasio ini merupakan ukuran
yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya. Baik kewajiban jangka pendek maupu
jangka panjang jika perusahaan dibubarkan, atau dilikuidasi.
Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang tinggi memiliki
resiko kerugian yang lebih besar daripada perusahaan dengan
rasio solvabilitas yang rendah.

a.

Debt To Asset Ratio

10

Rasio ini menunjukkan nilai relative antara nilai total utang
terhadap total aktiva. Rasionya dihitung dengan membagi nilai
total utang dengan total aktiva. Formula untuk menghitung Debt
to Asset Ratio adalah sebagai berikut:

Dari

formulanya

dapat

diketahui

bahwa

rasio

ini

menunujukkan sebarapa besar pendanaan perusahaan yang
dibiayai oleh utang disbanding dengan total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan. Nilai rasio 0.5 atau 50 persen menunjukkan
bahwa kreditor mendanai perusahaan 50 persen dari total aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar nilai rasionya,
maka semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan. Artinya
semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada
pihak lain.
b. Debt To Equity Ratio
Debt to Equity Ratio menunjukkan nilai relative antara total
utang dengan total equitas. Rasionya dihitung dengan membagi
nilai total utang dengan total equitas. Formula untuk menghitung
Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut:

Dari formulanya diketahui bahwa Debt to Equity Ratio
menunjukkan besarnya pendanaan perusahaan yang dibiayai olek
kreditor dibandingkan dengan pendanaan yang dibiayai oleh
pemegang saham. Nilai rasio 0,75 atau 75 persen menunjukkan
bahwa perusahaan dibiayai oleh utang yang nilainya 75 persen
dari total ekuitas. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin
besar utang yang dimiliki oleh perusahaan. Artinya semakin besar
kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain.

11

II.5

Sejarah PT. Astra International Tbk
PT. Astra International. Tbk (Perseroan) didirikan pada tahun 1957 di

Bandung dan dikelola serta dipimpin oleh William Soeryadjaja, Tjien Kian Tie
dan Liem peng Hong. Pada tahun 1965 PT. Astra International memusatkan
kantor pusatnya di Jakarta, dan kantor Bandung dijadikan sebagai cabang pertama
dengan nama PT. Astra

Incorporated. Perseroan

berdomisili di

jakarta,

Indonesia, dengan kantor pusat di jl. Gaya Motor Raya No.8, Sunter II, Jakarta.
PT.Astra International resmi berdiri secara hukum dan disahkan di hadapan
Notaris Sie kwan Djioe dengan akte notaris No.67 tanggal 20 februari1957 di
Jakarta, dan dalam keputusan menteri kesehatan RI No.J.A/53/5 tanggal 1 juli
1957 dan terdaftar di paniteran pengadilan negeri di Jakarta serta di umumkan
dalam tambahan no.01117 berita Negara RI No.85 tanggal 22 oktober 1957.
Perusahaan ini awalnya bergerak dibidang usaha permobilan, yaitu Toyota,
Daihatsu, Isuzu, Nissan Truck, dan pada bidang lainnya seperti :
1. PT. Federal, bergerak di bidang pemasaran sepeda motor Honda dan
sepeda Federal.
2. United Traktor, bergerak di bidang usaha mesin berat pertanian seperti :
Traktor, Messey Ferguson, Sumitomo, Link Belt dan lain-lain.
3. Bidang usaha perkantoran dan perdagangan mesin Foto Copy Xerox,
minyak pelumnas dan specialis Caltex.
4. Astra Argo bergerak dibidang usaha pertanian, perkebunan dan
perkayuan.
Pada tahun 1969 mulai mengalihkan usaha impor alat-alat berat dan
barang-barang teknik. Makin luasnya usaha tersebut dikarenakan PT. Astra makin
memperoleh kepercayaan dari para investor luar negeri untuk memasarkan
produk-produk otomotif. Pada tahun 1990, Perusahaan mengubah namanya
menjadi PT. Astra International Tbk. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran dasar
perseroan, Ruang lingkup perseroan adalah Perdagangan umum, perindustrian,
jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi.

12

Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan

meliputi perakitan dan

penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan
penyewaan alat-alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengebangan dan jasa
terkait pengembangan perkebunan. PT. Astra Intenational Tbk atau lebih dikenal
dengan Astra Group ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April
1990. Saat ini mayoritas Kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle dan
Carriage, Singapura.
Divisi usaha dan anak perusahaan, antara lain:
1. Otomotif


PT Toyota Astra Motor (Toyota dan Lexus)



PT Toyota Auto2000 (Auto 2000)



PT Astra Daihatsu Motor (Daihatsu)



PT Isuzu Astra Motor Indonesia (Isuzu)



PT Astra Nissan Diesel Indonesia (Truk Nissan Diesel)



PT Tjahja Sakti Motor (BMW dan Peugeot)



PT Serasi Autoraya (TRAC)



PT Serasi Auto Raya (Mobil 88)



PT Astra Honda Motor (Honda)



PT Astra Otoparts Tbk

2. Agro Industri


PT Astra Agro Lestari Tbk

3. Pelayanan Finansial


PT Astra Credit Company



PT Toyota Astra Financial Services



PT Asuransi Astra Buana (Garda Oto)



PT Federal International Finance



PT Surya Artha Nusantara Finance



PT Bank Permata



PT Astra Aviva Life (Astra Life)

13

4. Alat-alat berat


PT United Tractors Tbk (Scania)



PT Traktor Nusantara



PT Pamapersada Nusantara



PT Kalimantan Prima Persada

5. Teknologi Informasi


PT Astragraphia Tbk



PT Astra Graphia Information Technologies-AGIT

6. Infrastruktur


PT Astratel Nusantara



PT Intertel Nusaperdana



PT Goldstar Astra



PT LG Electronics Indonesia

BAB III
14

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis akan menganalisis laporan keuangan PT.
Astra International Tbk tahun 2012-2015 untuk mengetahui keadaan serta kinerja
perusahaan pada periode tersebut. Pada laporan keuangan PT. Astra International
Tbk tahun 2012-2015 penulis akan menganalisis tentang rasio-rasio antara lain
rasio likuiditas, solvabilitas dan profitbilitas. Adapun ringkasan isi laporan
keuangan PT. Astra International Tbk tahun 2012-2015 yaitu
Ringkasan Laporan keuangan PT. Astra International Tbk
Tahun 2012-2015
2012

2013

2014

2015

Aktiva lancar

75.799

88.352

97.241

103.360

Kewajiban lancar

54.178

71.139

73.523

73.066

Persediaan

15.285

14.433

16.986

18.198

Total kewajiban

92.460

107.806 115.705 117.942

Total aset

182.274 213.994 236.029 244.141

Total ekuitas

89.814

106.188 120.324 126.199

Laba kotor

36.200

35.311

Penjualan bersih

188.053 193.880 49.821

9.395

Laba setelah pajak
22.742 22.297 5.710
Sumber: Laporan keuangan PT. Astra International Tbk

8.561
45.187
4.808

Untuk lebih memperjelas dalam melihat ringkasan laporan keuangan PT. Astra
International Tbk tahun 2012-2015 maka penulis sajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:

15

Ringkasan Laporan Keuangan PT. Astra International Tbk Tahun 2012-2015
250000
200000
150000

Jumlah

100000
50000
0

Gambar 3.1 Ringkasan laporan keuangan

Ringkasan Laporan Keuangan PT. Astra International Tbk Tahun 2012-2015
200000
180000
160000
140000
120000
100000
jumlah

80000
60000
40000
20000
0

Gambar 3.2 Ringkasan laporan keuangan

16

III.1

Analisis Secara Umum
Dari grafik diatas penulis dapat melakukan analisis secara umum untuk

melihat keadaan PT. Astra International Tbk pada tahun 2012-2015. Adapun
analisis secara umum laporan keuangan PT. Astra International Tbk pada tahun
2012-2015 yaitu sebagai berikut:
1.

Dari segi aktiva lancar dapat dilihat pada gambar 3.1 bahwa dari tahun 20122015 PT. Astra International Tbk selalu mengalami kenaikan. Ini dapat
diartikan bahwa persediaan kas baik berupa uang tunai, piutang, persediaan
dll yang dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam waktu setahun pada PT.
Astra International Tbk dalam keadaan baik.

2.

Dari segi kewajiban lancar yaitu jumlah seluruh uang yang dipinjam oleh
perusahaan yang harus dikembalikan dalam waktu setahun, dapat dilihat pada
gambar 3.1 dari tahun 2012 ke tahun 2013 kenaikan kewajiban lancar PT.
Astra International Tbk cukup signifikan dibandingkan kenaikan antara tahun
2013 ke 2014 maupun 2014 ke 2015 itu artinya utang yang harus dibayarkan
dalam jangka setahun PT. Astra International Tbk semakin besar.

3.

Dari segi persediaan yaitu barang-barang perusahaan yang akan dijual pada
masa periode tertentu, pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan namun
mulai tahun 2013 ke 2014 dan 2014 ke tahun 2015 persediaan pada PT. Astra
International Tbk terus mengalami kenaikan yang artinya semakin besar pula
aktiva yang dipunyai oleh PT. Astra International Tbk.

4.

Pada total kewajiban dan total aset PT. Astra International Tbk sama sama
mengalami kenaikan dari tahun 2012-2015 yang artinya meskipun
mempunyai utang yang meningkat namun PT. Astra International Tbk juga
mempunyai aset yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap yang terus meningkat
pula artinya antara total kewajiban dan total aset sebanding.

5.

Dari segi ekuitas yaitu modal perusahaan dari para pemegang saham
mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke 2015 yang artinya modal perusahaan
semakin besar.
17

6.

Dari segi laba kotor dari tahun 2012 sampai tahun 2015 terus mengalami
penurunan, namun penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2013 ke
tahun 2014.

7.

Untuk penjualan bersih PT. Astra International Tbk tahun 2012 ke 2013
mengalami kenaikan penjualan namun terjadi penurunan yang sangat drastis
dari tahun 2013 ke tahun 2014 hal ini dikarenakan penjualan produk-produk
mengalami penurunan karena ekonomi sedang melemah.

8.

Dari segi laba setelah pajak atau laba bersih yang didapat PT. Astra
International Tbk dari tahun 2012 sampai tahun mengalami penurunan,
namun penurunan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2013 ke tahun
2014 yang terlihat sangat timpang. Penurunan laba bersih ini dikarenakan
sedang lemahnya ekonomi Indonesia yang berpengaruh pada penjualan
produk-produk PT. Astra International.

III.2

Analisis Menurut Rasio
III.2.1 Analisis Current Ratio
Current ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam
menganalisa laporan keuangan. Current ratio membandingkan antara
aktiva lancar dengan hutang jangka pendek atau kewajiban lancar. Current
ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam
melunasi utang-utangnya dalam jangka pendek atau tidak lebih dari
setahun kedepan. Adapun hasil perhitungan current ratio pada PT. Astra
International Tbk, yaitu

Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
Current Ratio

Current

ratio

Current Ratio
2012
2013
75799 88352
54178 71139
1,40
1,24

memberikan

2014
97241
73523
1,32

gambaran

2015
103360
73066
1,41

tentang

kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya (hutang &

18

pinjaman) dengan menggunakan aktiva lancar (kas, piutang, persediaan)
yang dimilikinya. Adapun grafik dari current ratio yaitu:

Current Ratio PT. Astra International Tbk
Tahun 2012-2015
Current Ratio
1.41

1.40
1.32
1.24

2012

2013

2014

2015

Gambar 3.3 Diagram perbandingan current ratio
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa pada hasil perhitungan
current ratio PT. Astra International Tbk tahun 2012 setiap Rp. 1 utang
lancar dijamin oleh Rp. 1,40 aktiva lancar. Pada tahun 2013 setiap Rp. 1
utang lancar dijamin oleh Rp. 1,24 aktiva lancar. Current ratio pada tahun
2013 mengalami penurunan dari tahun 2012 hal ini karena dapat dilihat
pada tabel bahwa aktiva lancar dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami
kenaikan namun kenaikan ini tidak sebesar kenaikan kewajiban lancar dari
tahun 2012 ke tahun 2013 yang mengakibatkan current ratio pada tahun
2013 mengalami penurunan. Untuk tahun 2014 dan 2015 current ratio
mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu pada tahun 2014 setiap . Rp. 1
utang lancar dijamin oleh Rp. 1,32 aktiva lancar dan pada tahun 2015
setiap Rp. 1 utang lancar dijamin oleh Rp. 1,41 aktiva lancar. Dengan
aktiva lancar yang lebih besar maka semakin baik pula kemampuan
perusahaaan dalam melunasi utang jangka pendeknya. Dapat dilihat dari
tahun 2012 sampai 2015, current ratio PT. Astra International Tbk lebih

19

dari Rp. 1 atau 100% semua, artinya perusahaan masih mempunyai
kemampuan melunasi hutang lancarnya dengan aktiva lancar.
III.2.2 Debt To Total Asset
Debt to total asset adalah analisis yang membandingkan antara
total kewajiban yaitu kewajiban jangka panjang ditambah kewajiban lancar
dengan seluruh aktiva. Adapun hasil perhitungan debt to total asset pada
PT. Astra International Tbk tahun 2012 – 2015 yaitu
Debt to total Asset
2012 2013
Total Kewajiban
9246 1078
0
06
Total Aset
1822 2139
74
94
Debt to total
0,507 0,504
asset
Dalam persen
50,73 50,38

2014
1157
05
2360
29
0,490

2015
1179
42
2441
41
0,483

49,02

48,31

Rasio debt to total asset ini menunjukkan berapa bagian dari
seluruh aktiva yang dibelanjai oleh utang. Semakin besar nilai rasio debt to
total asset maka semakin besar pula utang yang dimiliki perusahaan
artinya semakin besar pula kewajiban yang harus dipenuhi kepada pihak
lain. Adapun diagram debt to total asset yaitu
Debt to Total Asset PT. Astra International Tbk
Tahun 2012-2015
50.73

Dalam persen
50.38
49.02
48.31

2012

2013

2014

20

2015

Gambar 3.4 Diagram perbandingan Debt to Total Asset
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa total kewajiban PT.Astra
International Tbk terus mengalami kenaikan dari tahun 2012-2015 yang
artinya semakin besar pula kewajiban yang harus dipenuhi PT.Astra
International Tbk kepada kreditur. Dari segi total aset juga terlihat bahwa
dari tahun 2012-2015 terus mengalami kenaikan. Jika dihitung dalam debt
to total asset maka pada tahun 2012 dari seluruh aktiva perusahaan sebesar
50,73 % dibiayai oleh utang, yang artinya masih setengah dari total aktiva
dibiayai oleh utang. Begitu pula pada tahun 2013 debt to tottal asset
PT.Astra International Tbk juga masih diatas 50% atau sebesar 50,38%
yang hanya turun 0,35% dari tahun 2012. Penurunan aktiva yang dibiayai
oleh utang yang paling tinggi terjadi pada yahun 2013 ke 2014 yaitu
sebesar 1,36% dengan nilai debt to total aset 49,02. Tahun 2015 juga
mengalami penurunan dari 2014 dengan nilai akhir 48,31 %.
Dari seluruh perhitungan debt to total asset PT.Astra International
Tbk tahun 2012-2015 dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan PT.Astra
International Tbk pada rentang tahun tersebut cukup baik. Apabila
PT.Astra

International

Tbk

ingin

menambah

tingkat

solvabilitas

perusahaan maka dapat dilakukan dengan menambah aktiva tanpa
menambah utang atau menambah aktiva relatif lebih besar dari menambah
utang atau mengurangi utang tanpa mengurangi aktiva sehingga beban
kewajiban kepada pihak lain dapat lebih kecil.
III.2.3 Return On Asset
Return on asset (ROA) menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan
untuk operasional perusahaan. Adapun hasil perhitungan Return On Asset
PT. Astra International Tbk tahun 2012-2015 sebagai berikut:
Return On Asset
2012
2013
Laba setelah
2274
2229
pajak
2
7

21

2014
5710

2015
4808

Total Aset
Return On
Asset
Dalam Persen

1822
74
0,125

2139
94
0,104

2360
29
0,024

2441
41
0,020

12,47
7

10,42

2,42

1,97

ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan
kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan jumlah aset yang
dimiliki. ROA semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan
yang semakin baik. Adapun diagram Return On Asset PT. Astra
International Tbk sebagai berikut:
Return On Asset PT. Astra International Tbk
Tahun 2012-2015
Dalam Persen
12.48
10.42

2.42

2012

2013

2014

1.97

2015

Gambar 3.5 Diagram perbandingan Return On Asset
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa keadaan ROA PT. Astra
International Tbk dari tahun 2012-2015 terus mengalami penurunan. Pada
tahun 2012 ROA PT. Astra International Tbk sebesar 12,48% yang artinya
dari total aset yang dimiliki hanya menghasilkan 12,48% laba bersih.
Penurunan laba ROA yang paling signifikan terjadi dari tahun 2013 ke
2014 hal ini disebabkan turunnya laba bersih perusahaan yang sangat
drastis. Penurunan laba ini disebabkan karena seiring berkurangnya
konsumsi domestik kompetisi di sektor mobil dan melemahnya harga
komoditas di Indonesia. Penurunan laba ini terjadi di semua segmen anak
usaha PT. Astra International Tbk. (sumber: CNN Indonesia 31/7/15).

22

Dari tahun 2012 sampai 2015 ROA terendah terjadi pada tahun
2015 yaitu hanya 1,97 % artinya dari total aset yang dimiliki hanya
menghasilkan laba bersih sebesar 1,97%. Dari tahun 2012-2015 dapat
disimpulkan jika dilihat dari ROA maka kinerja keuangan PT. Astra
International Tbk kurang baik. Untuk lebih meningkatkan nilai ROA maka
PT. Astra International Tbk harus lebih meningkatkan laba bersih dengan
meningkatkan penjualan di semua sektor usaha.
III.2.4 Return On Equity
Return on equity (ROE) adalah rasio laba bersih setelah pajak
terhadap modal sendiri yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham perusahaan.
Adapun hasil perhitungan return on equity PT. Astra International Tbk
pada tahun 2012-2015 sebagai berikut:
Return On Equity
2012 2013
Laba setelah pajak
22742 2229
7
ekuitas pemegang
89814 1061
saham
88
Return On Equity
0,253 0,210
Dalam Persen
25,32 21,00

2014
5710

2015
4808

1203
24
0,047
4,75

1261
99
0,038
3,81

Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham. Tetapi pada rasio ini terdapat satu kelemahan, yaitu
tidak memperhitungkan adanya deviden maupun capital gain untuk
pemegang saham. Adapun grafik dari Return On Equity yaitu

23

Return On Equity PT. Astra International Tbk
Tahun 2012-2015

25.32
21.00

4.75

2012

2013

2014

3.81

2015

Gambar 3.7 Diagram perbandingan Return On Equity
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ROE PT. Astra International
Tbk dari tahun 2012-2015 selalu mengalami penurunan yang artinya laba
yang dibagikan kepada pemegang saham juga mengalami penurunan. Pada
tahun 2012 besar ROE yaitu 25,32% artinya dari seluruh total modal
perusahaan menghasilkan laba bersih 25,32%. Dari tahun 2012 ke 2013
penurunan laba bersih dari total modal sebesar 4,32%. Pada tahun 2013 ke
tahun 2014 terjadi penurunan yang sangat drastis yaitu 21% menjadi
4,75% yang artinya laba bersih yang dihasilkan dari modal hanya kecil.
Penyebab penurunan ROE ini dikarenakan laba bersih setelah pajak pada
PT. Astra International Tbk pada tahun 2012-2015 terus mengalami
penurunan. Dari rentang 2012-2015 ROE terendah terjadi pada tahun 2015
yakni sebesar 3,81 %.
Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya pendapatan karena
turunnya penjualan yang disebabkan oleh lemahnya pertumbuhan ekonomi
dan juga sedikitnya jumlah produk baru yang diluncurkan.
III.3

Artikel Makro Ekonomi

Ekonomi Lesu, Laba Astra Turun
Lebih Dari Perkiraan
Giras Pasopati, CNN Indonesia

24

Jumat, 31/07/2015 07:30 WIB

Ekonomi Lesu, Laba Astra Turun Lebih Dari Perkiraan Dirut PT. Astra Internasional
Prijono (tengah) bersama pelaku usaha lainnya menerima paket buku Komponen Pers dan
penghargaan saat acara Silaturahim Pers Nasional yang dihadiri Presiden Joko Widodo di
Jakarta, Senin (27/4). (Antara Foto/Yudhi Mahatma)

Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja PT Astra International Tbk mengalami
kontraksi pada semester I 2015. Laba bersih perusahaan terbesar kelima di pasar
modal Indonesia ini melorot 18 persen menjadi Rp 8,05 triliun, dari Rp 9,82
triliun di periode yang sama 2014.
“Laba bersih Astra pada semester pertama menurun, seiring dengan berkurangnya
konsumsi domestik, kompetisi di sektor mobil dan melemahnya harga komoditas
di Indonesia,” ujar Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International dalam
keterangan resmi, Kamis (30/7).
Prijono mengungkapkan, laba bersih Grup Astra menurun seiring turunnya
kontribusi dari seluruh segmen bisnis, terutama dari segmen otomotif dan
agribisnis.
Pendapatan bersih konsolidasian Astra selama semester pertama tahun ini sebesar
Rp 92,6 triliun, turun 9 persen dibandingkan semester pertama tahun lalu. Prijono
menyatakan hal itu terutama disebabkan oleh menurunnya penjualan segmen
otomotif, agribisnis dan penjualan alat berat.
“Laba bersih konsolidasian menurun sebesar 18 persen, dimana hal ini
mencerminkan penurunan kontribusi dari hampir semua segmen,” jelasnya.

25

Aktivitas bisnis Astra terbagi dalam enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa
keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan
lainnya serta teknologi informasi. Laba bersih dari segmen otomotif menurun
sebesar 15 persen menjadi Rp 3,4 triliun, penjadi penyebab melemahnya kerja
grup.
“Secara keseluruhan, lemahnya permintaan selama semester pertama disebabkan
oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi dan sedikitnya jumlah produk baru yang
diluncurkan,” kata Prijono.
Selain itu, lanjutnya, persaingan diskon pada pasar mobil yang disebabkan oleh
kelebihan kapasitas produksi berdampak negatif terhadap laba bersih segmen usah
ini. Bisnis komponen otomotif juga memberikan kontribusi yang rendah karena
depresiasi nilai tukar rupiah.
Penjualan mobil secara nasional menurun sebesar 18 persen menjadi 525.000 unit.
Penjualan mobil Astra turun sebesar 21 persen menjadi 263.000 unit, sehingga
mengakibatkan penurunan pangsa pasar dari 52 persen menjadi 50 persen selama
semester pertama 2015.
Sementara, penjualan sepeda motor nasional mengalami penurunan sebesar 24
persen menjadi 3,2 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor
(AHM) juga mengalami penurunan sebesar 19 persen menjadi 2,1 juta unit,
namun pangsa pasar meningkat menjadi 67 persen.
“PT Astra Otoparts Tbk, grup manufaktur komponen otomotif, mencatatkan
penurunan laba bersih sebesar 67 persen menjadi Rp 152 miliar, yang disebabkan
oleh menurunnya volume dan depresiasi rupiah yang berimbas terhadap
penurunan margin manufaktur,” kata Prijono.
Adapun laba bersih segmen jasa keuangan menurun sebesar 16 persen menjadi Rp
2,1 triliun. Namun, jika keuntungan (one-time gain) dari akuisisi 50 persen
kepemilikan di Astra Aviva Life pada bulan Mei 2014 tidak diperhitungkan, maka
laba bersih dari segmen jasa keuangan sebenarnya meningkat 2 persen.
Laba bersih konsolidasian dari segmen alat berat dan pertambangan meningkat
sebesar 3 persen menjadi Rp 2 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5
persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatatkan penurunan pendapatan

26

bersih sebesar 9 persen walaupun laba bersih meningkat 4 persen menjadi Rp 3,4
triliun karena diuntungkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah.
Pelemahan yang cukup parah terjadi di segmen agribisnis Grup, yang turun 68
persen menjadi Rp 354 miliar. PT Astra Agro Lestari Tbk, yang 79,7 persen
sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 444
miliar, turun 68 persen.
Pasalnya, harga rata-rata CPO mengalami penurunan sebesar 12 persen jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 7.642/kg,
sementara penjualan CPO menurun 18 persen menjadi 551.000 ton, sedangkan
penjualan olein meningkat 109 persen menjadi 194.000 ton.
Lebih lanjut, pelemahan dalam juga terjadi pada segmen infrastruktur, logistik dan
lainnya. Laba bersih divisi tersebut menurun sebesar 60 persen menjadi Rp 68
miliar, sebagian besar disebabkan oleh kerugian awal yang timbul dari dimulainya
pengoperasian seksi 1 ruas tol Kertosono – Mojokerto.
Laba bersih dari segmen teknologi informasi turun sebesar 11 persen menjadi Rp
75 miliar. Hal itu dialami oleh PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9 persen
sahamnya dimiliki oleh Perseroan, merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang solusi bisnis berbasis dokumen, teknologi informasi dan komunikasi serta
agen tunggal penyalur Fuji Xerox di Indonesia.
Namun, di sisi lain, nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp 2.425 pada 30
Juni 2015, meningkat sebesar 3 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2014.
Secara keseluruhan posisi utang bersih Astra, di luar dari anak-anak perusahaan
segmen jasa keuangan, adalah sebesar Rp 2,4 triliun, dibandingkan dengan utang
bersih sebesar Rp 3,3 triliun di akhir tahun 2014. Bisnis jasa keuangan mencatat
utang bersih sebesar Rp 47,3 triliun, dibandingkan dengan Rp 45,9 triliun di akhir
tahun 2014.
Analis PT First Asia Capital mengatakan pelemahan kinerja Astra kali ini lebih
buruk dari ekspektasi pasar. Apalagi, lanjutnya, pelemahan kurs rupiah ternyata
amat berdampak buruk bagi kinerja Astra.

27

“Agak over sih ya (pelemahan). Karena lemahnya penjualan motor dan mobil.
Terus Astra Otoparts turun banyak banget akibat kurs. Ekspetasi awal
diperkirakan hanya turun single digit saja,” ujarnya kepada CNN Indonesia. (gir)

BAB IV
PENUTUP

IV.1KESIMPULAN
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh
perusahaan dalam menggambarkan bagaimana kondisi keuangan pada periode
tertentu. Dalam melihat keadaan PT. Astra International Tbk, penulis
menggunakan rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas. Pada laporan
keuangan PT. Astra International Tbk periode 2012-2015 penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal antara lain:
1. Dari segi rasio likuiditas dengan analisis current ratio, dapat
disimpulkan bahwa PT. Astra International memiliki current ratio yang
fluktuatif namun tetap likuid atau lancar artinya perusahaan mampu
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo yang
2.

artinya aktiva lancar perusahaan lebih besar dari kewajiban lancarnya.
Dari segi rasio solvabilitas dengan analisis debt to total asset, dapat
disimpulkan bahwa PT. Astra International Tbk periode 2012-2015

28

solvable, artinya perusahaan dapat melunasi semua kewajibanny baik
3.

kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.
Dari segi rasio profitabilitas yaitu dengan perhitungan Return On
Asset (ROA) dapat disimpulkan bahwa PT. Astra International Tbk
periode 2012-2015 menunjukkan ROA yang terus menurun dengan
penurunan yang signifikan. Artinya dari aset yang digunakan laba
yang dihasilkan semakin mengecil. Jika dilihat dari ROA maka kinerja

4.

keuangan PT. Astra International Tbk kurang baik.
Dari segi rasio profitabilitas yaitu dengan perhitungan Return On
Equity (ROE) dapat disimpulkan bahwa PT. Astra International Tbk
periode 2012-2015 menunjukkan ROE yang terus menurun artinya
laba bersih yang didapat perusahaan semakin kecil yang artinya
keadaan perusahaan menurun. Penurunan laba ini disebabkan karena
seiring berkurangnya konsumsi domestik kompetisi di sektor mobil
dan melemahnya harga komoditas di Indonesia. Penurunan laba ini

terjadi di semua segmen anak usaha PT. Astra International Tbk.
Dilihat dari keempat analisis yang digunakan oleh penulis maka dapat ditarik
kesimpulan secara umum bahwa PT. Astra International Tbk periode 2012-2015
menunjukkan keadaan perusahaan yang likuid, solvable namun kurang profit.
IV.2SARAN
Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang telah dikemukakan, selanjutnya
penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang sekiranya dapat menjadi
masukan bagi PT. Astra International Tbk, adapun sarannya antara lain:
1.

Analisis likuiditas dengan current ratio menunjukkan PT. Astra
International Tbk mampu melunasi utang-utang jangka pendeknya.
Untuk memperbesar current ratio, perusahaan dapat memperbesar
aktiva lancarnya dengan cara menambah aktiva lancar perusahaan
seperti menjaga posisi kas, memperbesar penjualan kredit, menjaga
posisi persediaan dan mengurangi hutang dagang atau hutang lancar
perusahaan dengan cara membeli persediaan bahan baku tunai tidak
dengan pembelian kredit.

29

2.

Dari segi rasio profitabilitas, baik ROA maupun ROE PT. Astra
International memiliki laba yang terus menurun, untuk meningkatkan
laba perusahaan maka dapat dilakukan efisiensi dalam hal operasional,
menawarkan produk yang berkualitas dan kompetitif serta mampu

3.

melihat peluang pasar untuk meningkatkan penjualan.
Untuk meningkatkan revenue, perusahaan juga harus memperhatikan
struktur keuangan dan juga memperhatikan faktor-faktor eksternal
seperti tingkat inflasi, pergerakan mata uang yang mungkin akan
mempengaruhi kinerja perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Harnanto. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta- 1987
Pasopati,G. Ekonomi Lesu Laba Turun Lebih Dari Perkiraan. 2 November 2015.
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150731073051-9269244/ekonomi-lesu-laba-astra-turun-lebih-dari-perkiraan/
Ardra. Rasio Keuangan Perusahaan. 27 Oktober 2015.
http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemenkeuangan/analisis-rasio-keuangan-perusahaan/analisis-rasio-keuanganlikuiditas-liquidity-ratio
www.astra.co.id

30

31