Perubahan dan adaptasi psikologis dalam
Perubahan dan adaptasi psikologis
dalam masa kehamilan
Kehamilan pada dasarnya adalah prose salami yang dapat membuat
perubahan fisik maupun psikologis sang ibu.
Perubahan psikologis tersebut dibagi bedasar jenis jenis kehamilan pada ibu
tersebut, antara lan:
1. Kehamilan yang tidak dikehendaki
2. Kehamilan yang dikehendaki\
3. Kehamilan yang dikehndaki namun dengan janin yang mati di kandungan
1.Kehamilan yang tidak dikehendaki
Kehamilan yang tidak dikehendaki biasanya akan menimbulkan efek
psikologis yang luar biasa bagi sang ibu adapatasi yang mungkin dialami ibu
antara lain:
A . Berusaha mempertahankan kehamilan:
jika langkah ini yang diambil pada kehamilan remaja di luar nikah maka
efek adaptasi psiks yang dihadapinya: akan sangat dibebani perasaan
yang tidak nyaman, dihantui rasa bersalah dan berdosa, depresi dan
belum siap secara psikis untuk memnggul beban mental tanggung
menjadi orang tua.
B. Mengakhiri kehamilan ( aborsi):
Jika kehamilan diakhiri dengan aborsi maka dampak negatif secar psikis
seringkali mengalami perasaan perasaan takut, panic ,tertekan, trauma
mengingat proses aborsi, dan perasaan berdosa yang seum hidupnya tak
pernah hilang di alam bawah sadarnya.
2.Kehamilan yang tidak dikehendaki
Hubungan episode kehamilan yang dengan senang hati dikehendaki akan
menimblkan reaksi psikologi yaitu:
Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita
hamil lebih
berfokus
selama kehamilan
,
pada
berbagai perubahan tubuh yang
kehidupan seksual, keluarga dan
hubungan
terjadi
batiniah
dengan bayi yang dikandungnya.
Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan
resiko kehamilan danproses persalinan sehingga wanita
hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala
sesuatu yang mungkin akan dihadapi.
Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa
yang penting, meskipun demikian kehamilan juga merupakan saat – saat krisis
bagikeluarga di mana terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta
anggotakeluarga lainnya.
Tugas ibu pada masa kehamilan :
-Menerima kehamilannya
-Membina hubungan dengan janin
-Menyesuaikan perubahan fisik
-Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
-Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua
Kehamilan dapat sebagai :
Krisis
Stresor
Transisi peran
Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh
situasi atau oleh tahap perkembangan.
Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosiall
dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu
ditunjukkan dengan masalah psikologis yang ada.
Kehamilan membawa perubahan yang signifikan pada ibu sehingga dapat
dinyatakan sebagai stresor, .
Transisi peran : Terjadi perubahan interaksi rutin dalam keluarga, dengan
adanya anggota keluargayang baru sehingga terjadi perubahan peran masingmasing anggota keluarga ; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya.
Tahapan Perubahan Peran dalam Kehamilan
Perubahan
psikologis selama kehamilan terjadi
oleh
karena
semakin
bertambahnya usia kehamilan dan adanya adaptasi peran barunya.
Tahapan perubahan peran selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah:
Tahap antisipasi atau anticipatory stage
Tahap honeymoon atau honeymoon stage
Tahap stabil atau plautau stage
Tahap akhir atau disengagement/termination stage
Tahap antisipasi atau anticipatory stage
Tahap antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan
peran
yang
diasumsikan
pasangan
(suami/istri)
berkaitan
dengan
fantasi. Wanita akan mengawali peran barunya dengan merubah peran sosialnya
melalui latihan informal dan informasi melalui model peran.
Tahap honeymoon atau honeymoon stage
Tahap honeymoon merupakan tahap dimana wanita mengasumsikan peran yang
harus ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap sikap yang
dibutuhkan untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada tahap
ini, wanita sudah dapat menerima peran barunya dengan cara menyesuaikan diri
dan muncul kebutuhan akan kasih sayang baik ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang
mempengaruhi tahapan honeymoon adalah :
Kesiapan
menghadapi kelahiran bayinya
serta dukungan dari
orang-orang
terdekat.
Tahap stabil atau plautau stage
Tahap stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat melihat penampilan
dalam peran barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan apakah peran
yang akan ditampilkan adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada
bagaimana
mereka
atau
yang
lainnya
membentuk
peran
yang
harus
ditampilkan. Wanita hamilakan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan
berfokus pada kehamilannya dan hal yang berguna bagi kesehatan keluarga.
Tahap akhir atau disengagement/termination stage
Tahap ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan pada
kehamilan berakhir setelah proses persalinan selanjutnya pasangan memasuki
tahap peran lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap perjanjian. Perjanjian
ini dilakukan agar wanita hamil sedapat mungkin menepati janjinya yang
berkaitan dengan peran barunya kelak.
3.Kehamilan yang dikehendaki namun dengan janin yang mati di
kandungan
Ibu dari bayi yang meninggal pada periode perinatal mengalami
penderitaan, karena selama kehamilan mereka telah mulai merasa nyaman dan
dekat dengan janin yang dikandungnya ibu yang mengalami proses kematian
janin dalam kandungan akan mengalami proses berduka .
Tahapa tahap tersebut dikelompokkan menjadi:
1. Syok dan menyangkal: tahap pertama jika ibu tau bahwa bayinya telah
meninggal akan mengalami syok dan rasa tidak percaya
2. Marah: beberapa ahli menyebut ini sebagai tahap mencar alasan tentang
kematian bayinya tersebut
3. Depresi: emosi predominan pada fase ini adalah kesedihan berduka
dibarengi dengan kehilangan mereka cenderung menarik diri
4. Tahap penerimaan: Fase akhir dari berduka ini meliputi : penerimaan rasa
kehilangan dan kembali ke aktivitas sehari hari. Beberapa individu
mungkin memerlukan waktu beberapa bulan. Hal ini membutuhkan
proses dari yang awalnya mengalami syok dan menyakitkan terhadap
kehlangan, merelakan objek yang telah hilang dan bangkit kembali dari
keterpurukan
tanpa
orang
yang
telah
tiada.
Energy
emosional
ditinggalkan dan dikurangi serta menjalani kembali hubungan baru dan
aktifitas baru.
DAFATAR PUSTAKA:
Suryani, Eko, Hesti Widyasih,2010.Psikologi Ibu dan Anak, cetakan V.,
Yogyakarta: Penerbit Fitramaya,
Nama : Bondan Jatmiko
NM
: 201102005
dalam masa kehamilan
Kehamilan pada dasarnya adalah prose salami yang dapat membuat
perubahan fisik maupun psikologis sang ibu.
Perubahan psikologis tersebut dibagi bedasar jenis jenis kehamilan pada ibu
tersebut, antara lan:
1. Kehamilan yang tidak dikehendaki
2. Kehamilan yang dikehendaki\
3. Kehamilan yang dikehndaki namun dengan janin yang mati di kandungan
1.Kehamilan yang tidak dikehendaki
Kehamilan yang tidak dikehendaki biasanya akan menimbulkan efek
psikologis yang luar biasa bagi sang ibu adapatasi yang mungkin dialami ibu
antara lain:
A . Berusaha mempertahankan kehamilan:
jika langkah ini yang diambil pada kehamilan remaja di luar nikah maka
efek adaptasi psiks yang dihadapinya: akan sangat dibebani perasaan
yang tidak nyaman, dihantui rasa bersalah dan berdosa, depresi dan
belum siap secara psikis untuk memnggul beban mental tanggung
menjadi orang tua.
B. Mengakhiri kehamilan ( aborsi):
Jika kehamilan diakhiri dengan aborsi maka dampak negatif secar psikis
seringkali mengalami perasaan perasaan takut, panic ,tertekan, trauma
mengingat proses aborsi, dan perasaan berdosa yang seum hidupnya tak
pernah hilang di alam bawah sadarnya.
2.Kehamilan yang tidak dikehendaki
Hubungan episode kehamilan yang dengan senang hati dikehendaki akan
menimblkan reaksi psikologi yaitu:
Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita
hamil lebih
berfokus
selama kehamilan
,
pada
berbagai perubahan tubuh yang
kehidupan seksual, keluarga dan
hubungan
terjadi
batiniah
dengan bayi yang dikandungnya.
Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan
resiko kehamilan danproses persalinan sehingga wanita
hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala
sesuatu yang mungkin akan dihadapi.
Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa
yang penting, meskipun demikian kehamilan juga merupakan saat – saat krisis
bagikeluarga di mana terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta
anggotakeluarga lainnya.
Tugas ibu pada masa kehamilan :
-Menerima kehamilannya
-Membina hubungan dengan janin
-Menyesuaikan perubahan fisik
-Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
-Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua
Kehamilan dapat sebagai :
Krisis
Stresor
Transisi peran
Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh
situasi atau oleh tahap perkembangan.
Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosiall
dipertimbangkan, sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu
ditunjukkan dengan masalah psikologis yang ada.
Kehamilan membawa perubahan yang signifikan pada ibu sehingga dapat
dinyatakan sebagai stresor, .
Transisi peran : Terjadi perubahan interaksi rutin dalam keluarga, dengan
adanya anggota keluargayang baru sehingga terjadi perubahan peran masingmasing anggota keluarga ; ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya.
Tahapan Perubahan Peran dalam Kehamilan
Perubahan
psikologis selama kehamilan terjadi
oleh
karena
semakin
bertambahnya usia kehamilan dan adanya adaptasi peran barunya.
Tahapan perubahan peran selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah:
Tahap antisipasi atau anticipatory stage
Tahap honeymoon atau honeymoon stage
Tahap stabil atau plautau stage
Tahap akhir atau disengagement/termination stage
Tahap antisipasi atau anticipatory stage
Tahap antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan
peran
yang
diasumsikan
pasangan
(suami/istri)
berkaitan
dengan
fantasi. Wanita akan mengawali peran barunya dengan merubah peran sosialnya
melalui latihan informal dan informasi melalui model peran.
Tahap honeymoon atau honeymoon stage
Tahap honeymoon merupakan tahap dimana wanita mengasumsikan peran yang
harus ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap sikap yang
dibutuhkan untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada tahap
ini, wanita sudah dapat menerima peran barunya dengan cara menyesuaikan diri
dan muncul kebutuhan akan kasih sayang baik ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang
mempengaruhi tahapan honeymoon adalah :
Kesiapan
menghadapi kelahiran bayinya
serta dukungan dari
orang-orang
terdekat.
Tahap stabil atau plautau stage
Tahap stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat melihat penampilan
dalam peran barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan apakah peran
yang akan ditampilkan adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada
bagaimana
mereka
atau
yang
lainnya
membentuk
peran
yang
harus
ditampilkan. Wanita hamilakan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan
berfokus pada kehamilannya dan hal yang berguna bagi kesehatan keluarga.
Tahap akhir atau disengagement/termination stage
Tahap ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan pada
kehamilan berakhir setelah proses persalinan selanjutnya pasangan memasuki
tahap peran lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap perjanjian. Perjanjian
ini dilakukan agar wanita hamil sedapat mungkin menepati janjinya yang
berkaitan dengan peran barunya kelak.
3.Kehamilan yang dikehendaki namun dengan janin yang mati di
kandungan
Ibu dari bayi yang meninggal pada periode perinatal mengalami
penderitaan, karena selama kehamilan mereka telah mulai merasa nyaman dan
dekat dengan janin yang dikandungnya ibu yang mengalami proses kematian
janin dalam kandungan akan mengalami proses berduka .
Tahapa tahap tersebut dikelompokkan menjadi:
1. Syok dan menyangkal: tahap pertama jika ibu tau bahwa bayinya telah
meninggal akan mengalami syok dan rasa tidak percaya
2. Marah: beberapa ahli menyebut ini sebagai tahap mencar alasan tentang
kematian bayinya tersebut
3. Depresi: emosi predominan pada fase ini adalah kesedihan berduka
dibarengi dengan kehilangan mereka cenderung menarik diri
4. Tahap penerimaan: Fase akhir dari berduka ini meliputi : penerimaan rasa
kehilangan dan kembali ke aktivitas sehari hari. Beberapa individu
mungkin memerlukan waktu beberapa bulan. Hal ini membutuhkan
proses dari yang awalnya mengalami syok dan menyakitkan terhadap
kehlangan, merelakan objek yang telah hilang dan bangkit kembali dari
keterpurukan
tanpa
orang
yang
telah
tiada.
Energy
emosional
ditinggalkan dan dikurangi serta menjalani kembali hubungan baru dan
aktifitas baru.
DAFATAR PUSTAKA:
Suryani, Eko, Hesti Widyasih,2010.Psikologi Ibu dan Anak, cetakan V.,
Yogyakarta: Penerbit Fitramaya,
Nama : Bondan Jatmiko
NM
: 201102005